Episode 7
Tepat tengah malam , kami kembali ke Indonesia. Dengan ilmu sihir Sekar, kami dapat kembali ke Indonesia kapan saja , dan kembali lagi ke Tokyo dalam hitungan detik. Jadi tidak perlu menginap di hotel karena Sihir sekar memungkin kami pergi ke mana pun dalam sekejap mata. Kami duduk berdampingan di kasur itu dan saling berpandang-pandangan. Kami saling mendekatkan wajah , lalu kembali bercumbu mesra di atas kasur itu. Lidah kami saling beradu satu sama lain. Ia baringkan tubuhnya di atas kasur lalu ia tarik tubuhku sehingga kini aku berada di atasnya. Lalu ia kembali mencumbu bibirku dalam-dalam
Ia tuntun jemariku untuk membuka gaun hitamnya. Sementara jemarinya mulai membuka kemejaku. Sambil terus mencumbu bibirnya , kulucuti gaunnya , menyisakan bra dan celana dalamnya. Ia terus melucuti pakaianku sampai penisku melompat dari sangkarnya. Lalu ia menuntunku untuk mulai mencumbu leher sexynya.
Sekar mulai mendesah. Ia dekap tubuhku dan membiarkan bibirku terus mencumbu lehernya. Kucumbu lehernya dengan penuh perasaan , menghirup aromaa tubuh harumnya yang menggairahkan. Lalu ia tuntun bibirku untuk mencumbu bagian telinganya. Kucumbu telinganya sambil membisik-bisikkan namanya. Ia tertawa kecil sambil mendesah-desah. Lalu ia tuntun bibir agar kembali mencumbu lehernya
Ia membuka bra birunya , lalu menuntun jemariku agar mulai meremas-remas buah dadanya. Ia dekap tubuhku dan membiarkan aku mencumbu leher dan meremas buah dada mungilnya. Ia mulai mendesah sambil menggesek-gesek penisku dengan selangkangannya yang masih di selimuti celana dalam. Lalu ia tuntun kepalaku hingga bertemu dengan buah dada mungilnya. Dan aku pun mulai menyentil-nyentil puting susu itu dengan lidahku
Ia makin mendesah liar . Ia busungkan dadanya sambil menurunkan celana dalamnya. Lalu ia tuntun jemariku ke antara kedua pahanya. Ia dekap kepalaku mencegahnya untuk beranjak dari buah dadanya. Sambil menghisap dan mengemut buah dada mungil itu , aku mulai mengocok-ngocok lubang vaginanya. Lubang vaginanya semakin basah , dan wajahnya semakin memerah. Desahannya semakin menggema , di tengah hujan yang tiba-tiba turun di tengah malam.
Ia lepaskan kepalaku dari buah dadanya , lalu ia genggam penisku dengan gemas. Ia kocok-kocok penisku dengan gemas, sementara kedua bibir kami kembali saling bercumbu liar. Ia tuntun penisku menuju ke antara kedua pahanya . Dan penisku pun mulai menyentuh vaginanya yang sudah sangat basah dan merah. Kedua wajah kami saling berpandangan dan ia pun memohon agar aku melakukannya sekarang juga.
Ia dekap tubuhku erat-erat , dan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Penisku mulai menyeruduk masuk ke dalam vagina hangatnya , dan aku dapat merasakan jepitan dinding vaginanya yang hangat dan basah. Kumasukkan penisku dalam-dalam hingga tenggelam seluruhnya ke dalam vaginanya. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggenjotkan penisku keluar masuk
Desahan Sekar semakin melengking. Kedua kaki panjangnya menjepit tubuhku dan kedua lengannya memeluk punggungku erat-erat. Wajahnya memerah dan ia semakin mendesah memancing-mancing birahiku. Genjotanku semakin menyepat dan suara tepukan kedua selangkangan kami terdengar cukup keras. Erangan Sekar semakin keras , dan tiba-tiba ia mencapai puncak kenikmatannya.
Sekar hanya pasrah. Ia membiarkan penis mungilku terus menggenjot-genjot vaginanya sementara ia terus mendesah keras. Dekapannya semakin erat bahkan sesekali ia mencakar-cakar punggungku. Geram ia hisap leherku dan aku sempat merintih kesakitan. Tak lama penisku tiba-tiba memuncrat hebat di dalam vaginanya dan memelankan genjotanku , menikmati sensasi keluar di dalam vaginanya. Kami sama-sama terpuaskan , dan Sekar sempat tertawa melihat luka kecil di leherku bekas hisapan liarnya. Kami pun saling berpelukan di atas kasur itu dan menutup tubuh kami dengan kasur. Kami saling berpelukan dan akhirnya tertidur.
Pagi hari itu , aku terbangun di depan kelas , sudah berpakaian rapi , wangi , bahkan rambutku sudah di pomade. Sepertinya Sekar lagi-lagi memandikan aku dengan ilmu sihirnya selagi aku tidur , dan memindahkan aku ke depan kelas. Ketika aku menoleh , secangkir pop mie sudah diseduh dan siap makan , dan ada secarik kertas di atas tutupnya. Di sana tertulis
“ Ini sarapan kamu , maaf aku mandiin kamu lagi. Habisnya kamu dibangunin gak bangun-bangun. “
Aku tersenyum geli. Kuraih secangkir pop mie itu lalu mulai kulahap. Aku mulai menikmati hidup berdua bersama Jin cantik ini. Aku selalu tertawa geli , ketika mengingat Sekar , tapi kadang jantung seolah ingin meledak ketika ia di depanku. Apa aku mulai menyukai Sekar? Atau , apa aku cuma nafsu saja? Tak lama teman-temanku mulai bermunculan dan tak sengaja , aku melihat dia lagi , Luna.....
Ia melambaikan tangannya namun aku langsung membuang wajahku. Kubuang popmie yang sudah habis itu ke tong sampah lalu aku masuk ke kelas. Aku buka handphoneku dan baru menyadari kalau Luna beberapa kali mengirim pesan dan menelponku. Aku terpikir untuk menghapus dan memblokir nomornya . Tapi aku lebih memilih untuk mengacuhkannya.
“ Toni!!! Anjir ! Lu abis menang togel!!!” Dan tiba-tiba Jaka dan Reza muncul . Mereka menjilitiku dari ujung rambut sampai ujung kaki , dan berteriak seperti itu di depanku
“ Apaan si?” jawabku dingin
“ Hoody lo ini! Harganya lebih mahal dari rumah Bokap gue tau!! “ Aku lantas tertawa terbahak-bahak
“ Anjing gak jelas!!! “ sahutku sambil tertawa. Aku pun baru sadar jika teman-teman yang lain juga melirik-lirik ke arahku. Aku pun seketika sadar.
“ Pasti ulah Sekar ini “ gumamku dalam hati.
“ tas elo , sneaker elo! Gilaaaaa ! Outfit lo hari ini udah seharga lamborgini!!! “ Sambil pura-pura tertawa aku pura-pura menjawab
“ Alay lo ah! KW semua ini mah , orang gue beli di pasar senen kok “ Tapi mereka tidak percaya. Mereka berdua duduk di sebelahku dan berbisik
“ apa jangan-jangan , selama ini bokap elo itu konglomerat?” Aku tertawa terbahak-bahak dan tak lama Dosen masuk ke kelas kami
Kami kuliah seperti biasa dan ketika aku meraih pulpenku , astaga bahkan pulpenku berhias berlian-berlian kecil yang berkilauan. Lagi-lagi aku jadi pusat perhatian teman-teman di kelas, bahkan dosenku sendiri. Kusimpan pulpen itu , lalu izin keluar dan membeli pulpen biasa di tempat fotokopian.
“ SEKAAAAAAAAAR!!!”
Dan ketika aku pulang kuliah. Sekar muncul di halte namun ia tidak menampakkan diri di depan banyak orang. Geram , aku langsung menegurnya
“ Oi! Jangan pakein aku barang yang aneh-aneh lagi! Apalagi pena ini nih ! Aku searching harganya bisa beli apartemen tahu! Pokoknya mulai besok , aku yang siapin semua barang-barangku sendiri! “ ia sempat terdiam bingung namun tak lama , Sekar justru tertawa terbahak-bahak
“ Kenapa? Kamu gak suka penanya? Kemarin aku ngambilnya di Tokyo loh! “ Sahutnya dengan wajah tanpa dosa
“ Ya tapikan kalo dipake buat kuliah , malah keliatan Alay jadinya. “ Namun lagi-lagi ia tertawa terbahak-bahak sampai menepuk-nepuk pundakku. Lalu Sekar dengan santainya berbisik
“ kamu dikira orang gila tuh ama orang-orang!”
Dan ternyata semua orang melihatku seperti orang aneh. Mereka mundur perlahan-lahan , mengira aku sudah kurang waras. Saat Bus datang , aku segera naik dan meninggalkan Sekar di halte itu. Ia masih tertawa terbahak-bahak . Dan saat Bus berjalan , tiba-tiba saja ia sudah berdiri di depanku
“ Kamu imut banget kalo lagi marah. “
Tapi aku masih diam , pura-pura tidak mendengar apa yang baru saja ia katakan. Namun saat di lampu merah, tak sengaja aku melihat seorang bapak-bapak di mobil sebelah menatap persis ke arah Sekar , yang saat itu tidak menampakkan dirinya. Sekar tidak menyadarinya tapi aku sangat yakin ia sedang melototi Sekar. Aku bergumam dalam hati
“ apa dia bisa melihat Sekar ? “
Lalu lampu kembali hijau dan kami terpisah dari mobil Bapak tua itu.
degh-deghan nich tiap ada orang yang bisa melihat Sekar
