Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG One Night Stand Specialist

Status
Please reply by conversation.
[Part 27.]

Gw bengong sesaat menikmati posisi tubuhnya. Berusaha menahan diri dan mengingatkan diri sendiri sekuatnya. Dia pacar teman baik Gue. Masuk dalam inner circle. Gw menghela nafas lalu kembali berbaring. Gw lebih butuh tidur. Besok pagi masih harus menemui Dian. Dengan berhati-hati supaya tidak membangunkannya, Gw berbaring lalu memejamkan mata.

Gw masih butuh waktu untuk terlelap ketika merasakan tubuh Sri bergerak. “kamu gay, Kevin?” bisik Sri tiba-tiba. “Hah? Kok belum tidur? Atau terbangun?” tanyaku sambil berpikir apa maksud pertanyaan Sri. Wajah kami kembali saling berhadapan.

“Aku belum tidur kok.. aku juga tahu kamu memperhatikanku tadi..” jawabnya. ”aku straight, bukan gay.” jawabku. ”oh, ya udah.. bubuk lagi sana..” katanya. Ini adalah waktunya Gw untuk ambil resiko, memeluknya, menciumnya dan melihat apa yang bisa terjadi berikutnya. Tapi tidak.. Sekeras-kerasnya penis Gw saat ini, Gw ternyata memilih diam dan tidak bergerak.

”maaf udah perhatiin kamu tadi..” kataku pelan.

”gapapa.. Toh aku juga ga tau apa yang ada dipikiranmu..” jawabnya.

”itu pertanyaan atau pernyataan? Hehehe..” candaku.

”oh aku seperti ingin tahu apa yang kamu pikirkan ya?” tanya Sri.

”iya..”

”kira-kira apa yang ada dipikirkan seorang cowo yang melihat seorang cewe berbaring dengan baju terbuka? Ga akan sulit ditebak” kata dr.Sri. Tiba-tiba gaya bahasanya mengingatkanku pada dr.Nira. Hm...

”bisa aja tebakanmu salah..” kataku.

”tebakanku berdasarkan kalimatmu yang tadi, jangan telanjang di depanmu.”

Tidak, ternyata berbeda. Kalimat barusan menunjukkan Sri punya cara yang berbeda dari dr.Nira.

”Oh.. mungkin kamu benar, tapi Gw rasa.. hm.. sebaiknya Gw tidur.” kataku.

”hihi.. ada yang bimbang. Ga sinkron yah..” Sri tertawa.

”kenapa nanya Gw gay or ga?”tanyaku.

“pandanganmu tadi seperti normal, tapi action nya kayak gay.”



Ini nih. Sri lebih apa adanya.

“ini tantangan?” tanyaku. Kode sekeras apa lagi yang kuharapkan dari Sri?

”ada yang menahanmu..” Sri membalikkan tubuhnya. Gw melirik punggungnya. Tanpa bra. Gw bisa mencium punggung dan tengkuknya kalau Gw mau.

”Gw ga bisa menyakiti Yasin...” kataku nyaris berbisik menutup pintu yang sudah dibukanya lebar-lebar. Entah apa masih terdengar olehnya. Mataku terpejam lagi. Membayangkan diri terjun ke kolam yang dingin. Sri bukan wanita yang akan memulai duluan.

Kalau Sri yang memulai duluan, setidaknya akan mengurangi rasa bersalahku meniduri kekasih teman baikku.

**


Perlahan kesadaranku sempurna dan kantukku pergi. Masih dengan mata terpejam, Gw merasa ada yang memperhatikanku. Pasti Sri. Gw bertahan menutup mata dan tidak bergerak untuk menhindarinya menyadari bahwa Gw sudah bangun.

Tidak terjadi apa-apa.

Kurasakan gerakan dr.Sri yang berlalu menjauh dan pintu kamar terbuka. Suasana menjadi sunyi. Kubuka mataku dan Gw sudah sendirian. 05.30, dr.Sri keluar dari kamar tanpa pamit. Dia mungkin tidak ingin mengganggu tidurku.

Gw nyaris terlelap ketika bayangan dr.Dian menyentakku. Gw melompat bangun menuju kamar mandi.


**

Hotel dengan dominan warna hijau terang.

”boleh saya minta access card atau bisa bantu saya ke lantai 7?” tanyaku pada receptionist.

”ke kamar berapa?’ tanyanya ramah.

”710, Dian.” jawabku.

Setelah mendapatkan ijin dari Dian, barulah Gw boleh ke lantai 7 dengan bantuan sang receptionist.

”masuk Kevin..” kata Dian. Matanya sembab, rambutnya berantakan. Tapi yang langsung menggangguku adalah baju tidurnya yang sangat tipis. Lekuk tubuhnya terbayang.

Oh My... habis dokter Sri.. sekarang dokter Dian. Pagi-pagi lagi.. Nocturnal penile tumescence.

”bisa tidur?” tanyaku. Dian tersenyum.

”bisa. Akhirnya kubisa mengatasinya.” jawabnya tegas.

”hubungan kalian selama ini baik-baik saja?” tanyaku. Dian menuangkan air panas, membuat segelas teh panas.

”verbal okelah.” jawabnya. Dian menyodorkanku segelas teh panas itu. ”gula?” tanyanya. ”boleh, dua sachet..” jawabku.

”kalau seks, tadinya menurutku masih normal. Kadang enak banget, kadang ga enak sama sekali! Tapi peristiwa semalam menyadarkanku.” lanjut Dian. Nadanya selalu tegas dan yakin.

”oh.. maksudnya? jadi semalam mikir apa sampai sudah bisa mengatasinya?” tanyaku.

”mungkin setahun terakhir aku sebenarnya sudah malas ama dia dalam hal seks. Kalau aku ga lagi kepengen banget, aku ga minta dari dia. Tapi ga nyangka juga dia bisa ama cowok. Nyakitin banget tahu suamimu itu biseks.” jelas Dian. Dia menyesap teh nya lalu duduk di depanku, di atas ranjangnya. Sementara Gw duduk di kursi.

”semalam ku ambil keputusan untuk melepasnya. Bukan dalam perceraian karena kasian anak, tapi batin. Biarkan dia semaunya, dan ku juga akan cari jalan bahagiaku.” kata Dian. Gw ikut merasa sakit dengan keputusannya.


Perpisahan batin. Apa yang lebih buruk dari ini?



”kamu salah satu orang paling decisive yang kukenal Dian. Kamu sangat kuat dan cepat dalam mengambil keputusan penting.” kataku. ”semua orang memujimu brilliant dalam perkuliahan, juga sekarang karirmu luar biasa.” pujiku.

”ah mereka aja yang kurang ambisius. Mereka semua sangat cerdas. Faktanya juga ku bukan tandinganmu dalam prestasi.” kata Dian.

”alpha female.. Gw rasa itu mendefiniskanmu” kataku. Dian cuma tersenyum.

”menurutmu ku terlalu cepat untuk melepasnya?” tanya Dian.

”loh, itu kan keputusan batin bukan sistem. Batin sangat cair, sistem sangat kaku.” kataku. Dian tertawa.

”bagaimana kalau batinku sekaku sistem?” tanyanya.

”seyakin-yakinmu akan keputusan ini, kita tak akan tahu hari esok. Siapa tahu cintamu akan terbit lagi padanya. ” kataku.


Selama-lamanya malam, pagi selalu ada kemungkinan untuk datang.



”ku merasa asik ngobrol denganmu. Mungkin karena ini banyak teman kita mengagumimu.” puji Dian. ”penakluk wanita. Reputasimu cukup dikenal.” sambungnya.

”impossible. Gw ga pernah mengencani dokter-dokter..” sanggahku.

”haha.. justru karena itu. Kamu membuat mereka berharap bisa tidur denganmu karena kamu cuek. Hmm.. jangan bilang-bilang kamu tahu ini dariku. Kupunya telinga yang cukup tajam mendengar pembicaraan mereka.”

”dasar istri-istri gatal..” candaku. Antara heran dan ga percaya, hampir semua sudah menikah. Jangan-jangan si Dian cuma mau lihat reaksiku.

”hahaha.. jangan pura-pura ga tersanjung ah.” ledek Dian.

back to life! haha.. kalau menurutmu itu yang terbaik, bicarakan dengannya. Kupikir dia berhak tahu kalau istrinya sudah mengerti orientasi seks nya.” kataku.

”hah? Engga lah! Dia punya permainan ya ku juga punya!” Nada bicara Dian naik. Jantungku berdetak lebih kencang karena penasaran.

”tebakanku sih, kamu akan menolak ML dengannya, tapi juga berpura-pura tidak tahu kelakuannya dengan Yasin. Silent war..

”iyoooo.. betul. Dan dia pasti tidak masalah karena dia punya pilihan di luar sana.” Dian menganggukkan kepala.

Kuat benar. Baru semalam mengalami peristiwa separah itu, paginya sudah punya jalan keluar yang dilaluinya dengan optimis. Segurat kekagumanku muncul pada kekuatan karakternya.

”lalu kalau kamu ketemu pria lain yang kamu cintai, apa kamu akan cerai deminya?”

”oh itu dipikir nanti lah. Banyak jalan menikmati cinta tanpa cerai dan menikah lagi kan?” tanya Dian tegas.

”kalau yang kamu maksudkan sama dengan yang pikirkan saat ini, kamu sedang menempuh jalan yang berliku itu sih..” kataku. Mata kami bertatapan dengan aneh. Seperti saling menjajaki dengan kikuk, tapi mau. Buatku ini sebuah godaan karena baju tidur tipisnya. Entahlah apa dia juga menyalakan cahaya mata yang sama dengan yang kupancarkan. Hasrat pagi hari gara-gara morning wood.

”mungkin pikiran kita sama. Buatku bahagia sederhana sebenarnya..” katanya memecah kebekuan beberapa detik. Gw pilih menunggunya melanjutkan.

”sehat, uang yang cukup untuk hari ini dan beberapa tahun ke depan dan good sex.” kata Dian.

”3S” kataku.

”hah?” Dian tak paham

”sehat, saving dan sex” kataku. Dian tertawa.

”kamu terlihat sehat dan punya saving..” candaku dengan tawa kecil.

”kamu juga. Pertanyaanku, bagaimana kehidupan seksmu?” tanya Dian. Mata kami kembali beradu. Sekelebat bayangan Albert yang memeluk Yasin muncul. Sial!

Gw sudah berhasil pergi dari godaan Sri dan sekarang, istri teman baikku. Kalau Sri masih pacar, Dian ini sudah resmi. Teman macam apa aku yang meniduri istrinya?

”aku single.” jawabku mencoba menunda, karna berkelit tidak mungkin.

Kami sama-sama mulai terseret arus saat ini.

”justru karena kamu single, kamu bebas memilih menu A dan menu B..”

”itu mungkin pengalamanmu dulu, bukan Gw.” kataku, kembali mencoba menunda sebisaku. Setidaknya Gw punya kesempatan mencari tahu siapa Dian di masa lalu.

”Kamu salah. Albert pria pertama dalam hidupku.” tegas Dian.

“Ugh.. “ kepalaku menggeleng.

“aku tahu.. aku tidak berpengalaman untuk patah hati.”

“pasti sangat berat untukmu.” Entah kenapa Gw mengulurkan tangan menyentuh bahunya. Terasa hangat.

“semalam, iya.” Jawabnya.

“menakjubkan.” Bisikku.

“kamu lebih pengalaman dariku. Bagaimana kamu bisa mudah berganti pasangan dan melupakan yang sebelumnya berbagi keringat denganmu?”

“panjang ceritanya. Gw pun pernah hancur lebur.”

“mau cerita?” tanyanya lembut. Gw menggelengkan kepala.

“setidaknya kamu mengakui kamu mudah berganti pasangan.” Dian tersenyum, merasa mendapatkan informasi berharga dariku. Jarak kami cukup dekat sehingga Gw bisa merasakan aroma rambutnya.

“Gw tidak mengiyakan bahwa Gw mudah berganti pasangan.” Tolakku.

“Okelah, sulit bagimu. Hahaha..” Dian tertawa. Nadanya terdengar mengejek.

“Gw belum pernah jatuh cinta lagi.” Kataku.

”kalau nafsu sering?”

”Pertanyaan bodoh, dok.” kataku cuek. Dian tergelak.

”tapi walaupun tanpa cinta, Gw juga ga bisa asal mengikuti nafsu.” kataku.

Dian menatapku beberapa saat lalu menganggukkan kepala.

”Kamu butuh sesuatu yang mengagumkan dari wanita itu, sebelum kamu mau tidur dengannya?” kata Dian menganalisaku.

Tepat.

”Iya.. bukan sesuatu yang physical.” Tambahku.

“oh.. kalau itu sesuatu yang kualitatif, apakah akan terulang pada wanita yang berbeda dengan kualitas yang mirip dengan wanita sebelumnya?” tanya Dian. Gw menatap heran pada Dian. Pertanyaan itu membuatku berdesir.

“Dian.. you know.. kamu orang pertama yang menganalisaku sedemikian.. pertanyaan-pertanyaanmu. Kamu brilliant...”pujiku.

”jawab dong..” desak Dian. Wanita ini selain kuat, dia fokus. Hebat.

”itulah, kekaguman itu tidak terulang pada wanita baru yang kualitasnya mirip dengan wanita sebelumnya.” terangku. Mata Dian berbinar.. pendar cahaya yang membuatku tahu, dia mengerti apa yang kubicarakan. Kecerdasannya mengagumkan.

”artinya, makin lama makin sedikit wanita yang membuatmu kagum.” kata Dian.

”Tidak bisa lebih benar dari itu.” jawabku. Gw berdiri dan melangkah pelan menuju pintu. Gw tak ingin Dian tahu, pada detik ini Gw mengaguminya dan Gw harus cepat angkat kaki dari kamar ini.

Tiba di depan pintu, Gw berbalik badan untuk pamitan pulang ketika menyadari Dian sudah tepat di belakangku dan langsung memelukku.

”aku tahu kamu mengagumiku barusan. Mungkin ini kesempatanku sebelum kagummu hilang.” kata Dian, kata-katanya sedikit parau. Akhirnya Gw menangkap kerapuhannya dan getar nada suaranya. Dia sungguh berharap padaku.

Kakinya terangkat dan bibirnya mendarat di bibirku. Sekelebat bayangan Albert dan Yasin kembali muncul.

Gw butuh pembenaran diri atas dosa ini.

Ciuman kami begitu liar. Kedua kakinya kuangkat dan kugendong dia beberapa langkah lalu kami rebah di ranjang dengan posisiku diatas tubuhnya.

Dengan sedikit kasar kubuka baju tidur tipisnya sambil kami tetap berciuman, wildly. Dengus nafas kami berhamburan saling bertabrakan, memanaskan suasana.

Iam so sory Albert...! teriakku dalam hati.

Dian telanjang dengan segala keindahan lekuk tubuhnya. Dia tersenyum menolak tanganku yang mencoba menjamah payudaranya.

“jangan curang.. buka dulu semua bajumu.” Kata-katanya kembali tegas. Dia sudah tahu, dia berhasil mendapatkanku dan menikmati prosesnya.

Kubuka ikat pinggang dan celanaku sementara Dian membantu membuka kemejaku. Penisku langsung berdiri setengah tiang dan Dian menggenggamnya lalu menghisapnya.

“Ugh…” desahku sambil mencari bukit payudaranya. Kuremas dan sungguh menyenangkan merasakan kekenyalannya.

Penisku mengeras maksimal dan hisapan Dian menunjukkan kemahirannya.

”Ugh.. enak Dian.. enakk” desahku. Beberapa detik kemudian Dian melepaskan penisku.

”kalau kamu mau merasakanku.. jangan keluar sekarang. Tapi kalau ga mau ML, keluarkan di mulut. Ga masalah buatku.” kata Dian, lalu melanjutkan menghisap penisku.

”i want to.” kataku lalu mendorong tubuhnya telentang. Kuhisap payudara kanannya sambil meremas payudara kirinya. Dian mulai mengerang-erang. Tanganku kemudian merayap menjamah vaginanya yang ternyata sudah sangat basah.

you wet, doc..” kataku gantian mengejeknya.

”ciumanmu luar biasa.” erangnya. ”masukkannn...” kata Dian, padahal Gw sebenarnya ingin bermain-main lebih lama.

Slep.. Tubuh kami bersatu. Kupompa penisku memasuki liang vaginanya. Kami sama-sama mendesah dengan keras, tak peduli jika ada yang mendengarkan kami dari pintu kamar.

Beberapa menit kaki dan pinggangku terasa capek.

”Gantian..” kataku lalu rebah. Dian naik ke atasku dan woman on top menjadi pertempuran kami berikutnya.

”ah gilakk.. kerasa banget..” kata Dian. ”aduhhh” teriaknya dan beberapa saat kemudian Dian rebah di dadaku.

”sori ya.. aku cepat banget dapatnya..” kata Dian. Gw terkekeh.

”its okay..” kataku. Dian kemudian rebah telentang.

”Yuk.. giliranmu dapat.” kata Dian.

”doggy...” kataku dan Dian dengan berat mengangkat tubuhnya.

”haduh aku masih lemas, ahaha...” erang Dian.

”Argghh..” Dian berteriak ketika Gw kembali menusuknya.

”Fuckk.. this is so good!” teriakku ketika merasakan penisku penuh di vaginanya.

“Yeahh…lebih cepat ayo.... cepat keluar.. gw udah capeee..” teriak Dian.

Gw pun memacu tusukan Gw dan klimaks terasa mendekat.

“Keluarin dimana?” tanyaku.

“di dalam aja.. mumpung aku lagi subur..” teriak Dian. Hah? Gw kaget. Srrtt….

Berjuta sperma Gw melesat menembak rahim Dian. Gw cum di dalam tubuhnya. Penisku berkedut berkali kali sampai akhirnya lemas dan keluar sendiri dari vaginanya.

”hahaha... takut amat” kata Dian lalu memelukku. Kami berciuman dan tanganya membelai wajahku.

”Gw belum siap punya anak.” kataku.

”aku yang besarin, ga akan mengganggumu.” jawab Dian dengan senyum mengejeknya.

”serius lagi subur?’ tanyaku ga percaya.

”ntar kalau hamil kukabarin.” jawab Dian dengan wajah serius. Kali ini Gw ga tahu apa dia becanda atau serius.

“ya sudah titip ya. Hahaha” kataku pasrah. Sebagian besar dari logikaku percaya Dian tidak akan seberani itu hamil denganku. Dia sedang dalam hubungan yang buruk dengan Albert, dan kehamilan pasti menghancurkan rumah tangganya, sesuatu yang bertentangan dan permainan yang diinginkannya.

“Sepertinya kita masih punya waktu untuk ke simposium” kata Dian.

”sepertinya injeksi ku menyembuhkanmu” candaku.

”langsung sehat.” kata Dian ketika Gw melompat ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Good morning, good sex, with my friend’s wife.


**

Gw berjalan keluar dari kamar Dian menuju Lift. Lorong yang sepi di lantai 7. Sampai di depan lift, Gw masih harus menunggu lift yang turun dari lantai 9.

Ting! Pintu lift terbuka. Kosong. Gw masuk dan menekan lantai 1. Lift berjalan turun dan kembali terbuka di lantai 6. Ting!

Jantungku berdetak kencang. Sosok mungil manis berdiri di pintu lift yang terbuka dan mata kami bertatapan.

”loh, kamu stay disini?” tanyaku. Dia tersenyum. ”Iya dok.” Dia masuk ke lift walaupun terliat enggan dan ragu.

”kemaren kok menghindar.. WA juga kamu ga balas.” kataku.

”gapapa.. lagi eror dan malas.” jawabnya. Nadanya dingin.

”mau ke simposium kan? Sama-sama Gw aja yuk?” tawarku.

”engga dok. Gw dijemput teman.” tolaknya.

”Eoliani.. kenapa kamu tiba-tiba berubah sikap padaku? Ada yang salah dariku?” tanyaku terus terang, bertepatan dengan lift terbuka di lantai 4. Eoliani tak menjawab. Lift menjadi penuh dengan beberapa orang dari lantai 4.

”duluan ya dok..” kata Eoliani ketika pintu lantai 1 terbuka. Gw bengong melihat sikapnya. Kubuka HP dan WA.



Kevin : Eoliani.. ntar malam ketemuan ya, dinner. Please..



Gw berjalan menuju parkir mobil dan melihat sederet WA dari beberapa orang. Dr.Nira, dr.Sri, Tante Lei dan.. Helen.


Dr.Nira : dok.. sibuk?

Dr.Sri : sory ya aku cabut dulu tadi..

Tante Lei : dok maaf, bisa ketemu kapan?

Helen : Kevin.. gimana Surabaya? Simposiumnya bagus?




Dr.Nira, haruskah bertemu denganmu lagi untuk semua keraguan dan permainan katamu? Dr.Sri.. I just fucks our friend, Dian. Helen.. aku berjanji, kamu bukanlah yang kucari. Kamu bukan perhentianku. Berhentilah, Helen. Berhenti!



** Bersombong **
 
Long awaited update .. hmm Jadi Makin Hari Makin sulit yah ketemu seeeorang istimewa yg mampu bangkitkan hasrat Naik ranjang ..
 
Very, very classy. Great conversation among educated peoples.
 
Serius, sulit untuk tidak mengulangi ny lagi sex dengan wanita yg sama, kalau cuma 1x masih penasaran dan kurang. Harus banyak belajar dari agan nih..
 
Flash back baca Chapter sebelumnya,

Agak agak lupa whos helen,

Kl dr. Nira sih masih hafal :kretek:
 
Dokternya lagi di airport tau deh airport mana bahahahaha
 
Mantap dok.

Soal Helen, dari plot yang selalu naik dari ep. SG, keliatannya suatu hari bakal jatuh ke perangkap Helen nih.

Tebakan gw:
  • Helen makin rendah, send nudes, freak, gila, muncul di social event / tempat praktek pura2 jadi someone special, terpaksa deal buat test drive Helen, dan sesuai perkiraan bakal tetep kecewa dengan Helen.
  • Helen makin agresif, spy makin canggih, muncul di tempat janjian dgn next woman, ruin the date, mohon buat test drive, dianggap lumayan daripada gak tersalurkan, tetep kecewa dengan Helen, selanjutnya masih tetap ngejar, but enough.
  • Dok akhirnya penasaran dengan Helen, test drive di tempat dia, kecewa dengan helen, dijebak pakai kamera, makin diancam, broke the rule about having sex twice with same woman.
PM teaser dok, kalau salah satu benar soal Helen #undianberhadiah
 
Buseet...
Seperti biasanya..

Cerita yang sangat sangat mencirikan
Intelektualitas dan wawasan yang tinggi...

Saluuuut..
 
Makasih dok atas updatenya..
Mdh2an Helen cepet bosan setelah dokter Kevin cuek atas apa yg dilakukannya slama ini..
 
Bimabet
Selalu menyenangkan membaca serial ini.
Bahasanya sunguh cerdas dan berkarakter.

Kadang saya teringat dengan tutur bahas sahabat saya yg dokter juga.
Mudah2an anda bukan dia, ya Dok.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd