Lambe_Turah
Suka Semprot
- Daftar
- 1 Dec 2018
- Post
- 20
- Like diterima
- 0
Part 2 : Masih dibawah mendung yang sama
Pernah nggak kalian duduk-duduk di Starbucks atau Coffe Bean ( yang gue maksud dengan kalian adalah para cowok oke?), terus ada cewek lewat berjalan dari arah kasir, yang bikin kalian keselek Cappucino dan gak sanggup buat menelan brownies? Naya tipe cewek kayak begitu, bener-bener bikin kepala kalian menoleh.
Awalnya gue juga gak ngeh kalo itu dia. Naya yang sekarang sedikit berubah. Dia make kerudung, lebih kalem, lebih tinggi dan badannya agak nge-gedean (jangan bilang gendats, kalo gak mau kena tampol).
Semua mulai terasa asing saat kami memperkenalkan diri, atau lebih tepatnya ketika kami saling memandang dari jarak yang sangat dekat.
Gue diem pura-pura mainin hape, dia juga pura-pura sibuk ngobrol dengan yang lain. Malu suer malu, ke gap naya lagi kopdar sama member semprot ( konotasinya gue ini mesum a.k.a petualang lendir). Gue gak habis pikir, bagi gue aja yang cowok udah merasa absurd banget. Apalagi Naya yang aturan gendernya harus bisa lebih kalem dari gue?
Malam itu tak banyak kata yang kita ucapkan. Gue tau kok dia Naya, begitu pula sebaliknya. Gue pulang, tanpa memberikan kesan khusus kepadanya. Kaki gue udah terlanjur lemes, hanya karena bertemu dengan sahabat lama, pada moment yang kurang tepat.
Lambe Turah : Ini Naya kan? Alumni SMA negeri 02 Tadika Mesra, angkatan 2007/2008
Sent.
pagi-pagi pas udah di kantor baru ada balasan pm dari dia.
Lucinta (anggap nama idnya Naya) : Ini siapa?
Lambe Turah : yang kemaren kopdar, boleh minta WA?
Lucinta :Iya tau, siapa dulu? Pak, bapak kalo mau minta WA yang jelas caranya, jangan asal maen PM aja, minimal intro dulu kek…
Lambe Turah : Maaf sis, ini saya yang kemaren make baju merah, boleh minta Wa?
Lucinta : Ini siapa sih? salah orang deh, gue bukan Naya.
Lambe Turah : Hah?
Lucinta: Salah sambung..
Lambe Turah : ???????
Lucinta :081327565xxxx
Dan si nyonya moaning ini, ternyata jail mencoba memojokkan gue lewat PM. Berpura-pura kalo gue itu udah salah PM orang, untungnya dia tetep ngasih juga nomer hpnya. Percakapan pun berlanjut lewat WA dan BBM.
Hari-hari selanjutnya, gue habiskan dengan chatting dan teleponan sama dia. gue gak nyangka banget gara-gara kopdar itu, gue bisa denger suara naya lagi. Rasanya ketemu sama sahabat, setelah lost contact sekian lama tuh bikin hati lega. Beneran lega, selega-leganya.
Naya mulai banyak cerita, kalo dia sempat mengalami broken home, ayahnya menikah lagi. dan ibunya tinggal di rumahnya yang lama (ngumpul sama keluarga besar). nah sekarang Naya pindah, balik lagi kesini ( ke kota gue) buat urusan kerjaan dan menetap di rumah sepupunya.
Sedih sih denger cerita dari dia. Entah kenapa, tiba-tiba gue merasa jadi manusia yang paling beruntung di dunia, karena keluarga gue masih utuh, beda sama Naya. Gue juga sempat menceritakan sebuah kebohongan kenapa dulu gue berhenti menelpon nya , dan nomor gue tidak aktif lagi. “Hape aku hilang Nay”
Nice ! batin gue bangga berbohong
Dan setelah hampir beberapa minggu ini kita kembali berhubungan. Gue jadi memiliki tiga Informasi untuk bisa membuat gue terus tersenyum lebar.
Pertama : Naya ternyata lagi single
Kedua : Gue sama dia semakin dekat
Ketiga : Kita nanti malam, mau mingguan bareng
Karena Alamat lengkap rumah yang dia kirim sebelumnya masih deket-deket sekitaran tempet gue kerja. Seharusnya tidak perlu waktu lama untuk sampai disana.
Tetapi berhubung saat itu gue baru pertama kali kerumahnya, maka gue pun sempet kesasar pas masuk blok perumahan dia, dan gak sampe-sampe ke rumah Naya. Gue memerhatikan Alamat yang dikasih lewat BBM, Sambil berpikir : kayaknya udah bener deh..
Gue milih buat nanya sama abang-abang dipinggir jalan, tapi yang ada gue malah tambah nyasar. Gue bolak-balik lagi tanya nama jalan yang dikasih oleh Naya, mencari rumahnya di mana, tapi gue malah berakhir nemu jalan buntu.
Ketika lagi mondari-mandir mencari dimana rumah Naya berada. Lampu LED Blackberry gue berkedip-kedip, ternyata BBM masuk dari dia :
“Mobil kamu yang warna item itu ya? Aku ngeliatin dari kamarku di lantai dua. Ada mobil bolak- balik terus di depan rumah”
Tengsin, gue mencoba ngeles “Oh iya, itu Nay aku lagi nyari tempat buat parkir"
Sesampainya disana, Naya membukakan pintu pagar.
"Djie, tunggu di dalam aja, aku mau siap-siap dulu"
"Nggak, tadi sepupu aku jalan-jalan keluar sama anaknya, paling bentar lagi juga pulang. Biasa lah anak kecil susah makan"
Fiuuh
Menjelang sore hari. di komplek-komplek, biasanya kalo ada anak kecil yang 'rada' susah di suruh makan, suka di ajak muter-muter jalan kaki dulu di sekitar rumah. Alasannya satu biar si anak lupa di ajak jalan, tau-tau makanan di piring nya udah habis aja.
Usai berdandan Naya sama gue berjalan beriringan ke arah mobil, tapi gak langsung berangkat. Karena sepupu Naya lagi keluar sebentar nyuapin anaknya, jadi harus nunggu dulu biar ada yang jaga rumah.
Tangan gue dilipat didepan dada lalu bersender pada bagian kiri mobil. selang tak lama datang "mbak-mbak" pake dasteran sambil menggandeng anaknya dan memegang piring plastik di tangan yang lain.
"Tuh Linda sepupu ku" kata Naya "Huuu si Eza , udah gede masih aja minta disuapin sama mamah nya, gak malu hah ! " Naya mencium gemas pipi gembil keponakan nya tersebut
"Lah udah mau berangkat sekarang ?" Tanya wanita bernama Linda itu.
"Iya, tolong jaga rumah ya Lin. Eh mau nitip dibeliin apa nanti pulang nya?"
"Enggak usah mbak " jawab Linda
Ini pertama kalinya gue ketemu sama sepupu Naya. Linda ternyata sudah pernah menikah (janda) dan punya anak satu, penampilan nya mirip ibu-ibu muda komplek gitu. Kalo kata jono sih, Linda itu tipikal milf. Versi yang belum terlalu matang...
Karena kurang begitu kenal. Gue hanya manggut-manggut sambil tersenyum kearahnya, begitu pula Linda.
"Mau wasabi lagi gak?" Naya menawarkan.
"Walah, Nay, aku udah kepedesan gini"
Naya tertawa
Gue memang menyerahkan pilihan restoran pada Naya, dan ternyata ia penggila sushi. Tempat mana lagi yang lebih baik dari pada Sushi Tei ?
"Gila ya, kita berdua bisa menghabiskan sepuluh porsi sushi gini" Gue menatap tumpukan piring warna-warni di meja kami.
"Ini mah belum apa-apa kali Djie, Aku 10 piring juga sanggup sendiri" kata Naya sambil terus tertawa "udah lama aku gak kesini, bosen makan frozen sushi yang bau supermarket itu"
Wajah Naya, suka lucu banget kalo udah kekenyangan gini . Dan sekarang ia memanjangkan rambutnya, gak pendek kaya dulu lagi. With semi red hair on that cute face, she almost looks like Karin Novilda (Awkarin), tapi jelas jauh lebih dewasa.
"Djie, kenapa? rambut aku aneh ya? aku emang sengaja gak jilbab-pan, gerah lagian sore-sore"
Gue spontan tersenyum
"Tuh kan senyum-senyum"
"Nggak, Nay. Aku cuma pangling aja ngeliat rambut kamu yang sekarang, gak pendek kaya waktu dulu SMA"
Rambut Naya emang agak di ombre sedikit warna merah-merah sexy di bagian ujung nya, bikin eye catching sekali saudara-saudara.
"Okay, Honestly, which do you like best?" Naya meneruskan " Yang panjang apa yang pendek?"
"Both" kata gue
"Kalo gitu lucu kali ya, kalo sebelah kanannya aku pendekin dan yang sebelahnya lagi aku panjangin hihi"
Gue jadi ikut tertawa "You are funny, do you know that?"
Naya tersenyum lebar " Sure, One of many admirable qualities"
"Eh kemana lagi nih?" kata gue mencari topic lain,
"Nonton yuk? " Cetus Naya.
“Sounds good”
Masih dalam satu Mall yang sama, Gue dan Naya memutuskan untuk menghabiskan malam minggu ini dengan nonton di bioskop. Lagian dating apa lagi yang asik, kalo bukan acara nonton sama cewek?
Sebenernya. Ge-er juga sih kalo gue menganggap dating. Lebih tepatnya ini merupakan salah satu usaha Naya untuk ‘menyoggok’ gue. Agar rahasia identitas member semprot nya tidak tersebar di real life. Gue kerasa kok, kalo dia membuat batas kewaspadaan, seolah-olah gue ini ada niatan buruk sama dia (fakta tersebut gue ketahui setelah lama berteman)
Usut punya usut, itu dia lakukan. Karena dulu Naya pernah dipaksa wewew sama temen kantornya , gara-gara ketahuan main forum waktu jam kerja . Si cowok bangsat ini minta kompensasi ‘tutup mulut nya ‘ di tukar dengan free exe (mereka sama" member semprot). Untung waktu itu Naya langsung laporan sama Admin (layanan Anti PK). Gue gak mau cerita lebih, yang jelas Naya berhasil selamat dari kejaran PK tersebut.
Okay, back to the story
Naya sempat tersenyum seductive, saat gue sengaja memesan 2 Kursi baris deretan A. Cukup beruntung pasalnya kala itu masih sepi (banyak slot kursi yang kosong) dan tempat duduk kami berdua jauh dari rombongan pasangan-pasangan lain ( Bukan cuma gue keleussss yang niat mojok).
Lampu bioskop pun dimatikan, hanya ada bau parfumnya yang memikat hidung dan tatapan serius menatap film yang sedang diputar. Inilah saat yang tepat buat merangkul dia pelan-pelan.
Sejujurnya. bagi gue, Naya itu mempunyai satu kualitas yang jarang gue temui pada perempuan lain: dia bisa mengubah situasi secanggung apa pun menjadi sesuatu yang seharusnya memang terjadi dan tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa.
sewaktu dia tiba-tiba meraih kepalaku dan membenamkan bibirnya di bibirku. Ketika dia selesai dan aku menatapnya, masih kaget kehabisan napas, kata-kata ini yang justru meluncur dari bibirnya:
”Maaf ya, Djie, aku suka nggak tahan kalau sudah telanjur sayang.”
Malam ketika dia berhasil membuatku percaya bahwa memang benar, jika rasa sayang berlebih bisa membuat orang menjadi gila. termasuk Naya, yang tanpa malu mencium bibir gue, walau didalam bioskop sekalipun.
Dan inilah moment yang gue tunggu-tunggu, dengan kerinduan setengah mati karena tidak sabar memeluk perempuan paling cantik, yang selalu membuat gue jungkir balik menyayangi nya walau hanya sebatas sahabat.
Gue rindu gelak manjanya ketika kami masih anak SMA, ber jam-jam lamanya waktu yang gue habis kan, untuk mendengar suaranya melalui telepon , dan saat ini. Di bioskop gue tidak akan pernah mampu untuk menolak keinginan memeluk dia erat-erat.
”Adjieeee, kenceng banget , aku nggak bisa napas! "
Damn, I love her voice when she said that.
”Nih, aku bikin biar nggak bisa napas beneran,” kini giliran gue membalas perlakuan nya tadi, dengan memberikan lumatan lembut di bibirnya. Kemudian gue tersenyum lebar penuh kemenangan saat dia tersentak kaget melihat gue bisa selancang itu. Naya yang kesal hanya bisa mengacak-acak rambut gue menggunakan tangan kanannya
"Naya, Sorry to say, tapi masalahnya bukan kamu doang tuh, yang selalu gak tahan kalo udah terlanjur sayang" dengan setengah berbisik ditelinganya "Aku juga sama kali Nay.."
Dia tertawa kecil, berusaha seminimal mungkin tidak memancing atensi penonton lainya
"Dasar gak kreatif kamu Djie"
"Aku boleh cium kamu lagi kan, Nay?"
"Cuma laki-laki banci, yang harus minta izin dulu buat cium cewe yang dia suka, kalo kamu gentle harusnya gak banyak nanya-nanya lagi, ribet ih"
Shit she smile again
"Tapi aku kan emang banci, kalo misalkan kamu mau fokus buat nonton dulu sih gak papa.. biar aku duduk manis aja deh..." kata gue bermain jinak-jinak merpati dan memalingkan wajah melihat layar di depan
"Kamu tahu Djie?"
"Apa?" cetus gue tanpa memandang wajah Naya
"Film ini sebenernya bagus. Tapi sayang filmnya jadi kebawa-bawa jelek , gara-gara si aktor cowoknya payah dalam berciuman, bener gak sih? " Naya membicarakan tentang film bergenre romantis yang sedang diputar itu. Ketika pemeran utama pria sedikit agak kurang natural, pas melakukan adegan ciuman.
"Setidaknya dia lebih baik dari cowok yang ada disebelah kamu ini" kata gue jujur.
"Oh c'mon, I know that Adjie Pangestu can do better than him. So You wanna prove it And Make out scene Now, darling?"
Seperkian detik setelah Naya menerima ajakan nakal dari gue dan memberikan lampu hijau. Kami pun mulai saling berciuman, ada sedikit rasa was-was yang menyelimuti tubuh ini. bioskop memang tempat yang tepat untuk memacu adrenalin orang yang lagi PDKT. Detak jantung gue berdetak satu juta kali lebih cepat dari biasanya.
Sempat agak kecewa, soalnya gue tidak bisa begitu mengimbangi tempo ciuman Naya. Karena jujur sejujur-jujurnya, terserah kalian percaya apa enggak.
Gue belom pernah ngelakuin ciuman sama cewe manapun, bibir gue masih perawan sama hal-hal tentang beginian, dan sampailah Naya tertawa puas ketika gue terlihat cemen di depannya.
"Adjie, bukan gitu caranya, kamu mau ngajakin ciuman apa ngeludahin aku sih?" dia meneruskan sambil berbisik "Ini first kiss kamu ya? jangan bilang, kalo ciuman pertama kamu itu sama aku."
God Please. Genit-genit tehnik godanya ituloh, bikin gue pengen ngarungin dia, terus gue bawa pulang buat pajangan dirumah.
"Jangan ge-er gitu kali. Dulu aku udah pernah kiss cewe kok " kata gue percaya diri,
Padahal kalo diliat-liat sejarah First kiss beberapa dekade ke belakang , gue emang udah pernah nempelin bibir ini, sama bibir yang lain. Iya sama bibir, bibir gelas maksudnya..
"Go with the flow darling”
Naya menghisap bibir bagian atas samping, tangan gue semakin memeluk erat dia. Ciumanya lembut, menekan penuh tetapi sambil menjaga keseimbangan dengan tekanan dari bibir gue. Cukup beberapa detik saja untuk Naya membimbing gue ciuman.
Fix. now I know. That she is good kisser
“Arghh” gue melenguh pelan
Jari jemari gue mulai meraba-raba bagian punggung nya, menyentuh leher dan sesekali lidah nya gue hisap pelan, entah berapa banyak air liur kami yang tertukar saat itu, kami seperti orang yang kalut asmara.
“Dijie bau sushi nya tadi masih kerasa” Nafasnya terengah-engah “ Tapi aku suka, ada amis-amis nya gitu.”
Gue hiraukan perkataanya, dan melanjutkan ciuman yang semakin lama semakin intens ini. Hisapan nya terlalu kuat, kasar, getar, tapi berirama. Membuat gue merasakan bahwa ciuman pertama memang paling romantis dan penuh nikmat.
Lamaaa sekali rasanya kami bercumbu kala itu. Dibalik remang-remang lampu bioskop, tersimpan desiran nafas dan gejolak rasa yang terbungkam tanpa suara. Hanya membisu dalam diam.
“Hmpphh” Naya melengguh, tubuhnya mengeliat, melenting, lalu tak kuasa kakinya mendorong kursi yang didepan. Tanganya mencakar dada gue dari luar T-shirt. Mata kami menatap satu sama lain, kemudian melepas ciuman agar memberikan dia jeda untuk bernapas.
“Jahat kamu Djie, kalo aku mati kehabisan napas gimana?”
“Ya, tinggal aku kasih nafas buatan lah, make nanya lagi” Dada naya kembang kempis meraih oksigen disekitar “ Dan itu artinya, aku bisa lebih liar lagi nyiumin bibir kamu ” tangan gue berusaha membuka kancing hem nya. Kemudian masuk kedalam sana meraih branya dan menemukan Nipple Naya, yang sudah menegang gak karuan
“Good. Jadi udah mulai turn on nih, Nay?” goda gue sembari memilin lembut putingnya
“Tolong ngaca sedikit bapak Adjie pangestu !” kata dia meninju pelan kearah celana jeans, dimana penis gue juga samaan mengeliat tegang
“Mau lanjut?” tanya gue
Namun Naya, malah menjawab dengan lumatan bibir yang begitu dalam, serta digigitlah bibir bawah gue dengan cukup keras.
“Kamu mau orang-orang jadi gak Fokus Nonton film lagi, gara-gara disini ada tontonan yang lebih menarik?” kata naya membenarkan bajunya yang acak-acakan.
Wajah kami berdua tiba-tiba memerah
Dari pada merasa kurang nyaman dengan semua pandangan mata, orang-orang yang ada disana. Seolah- olah pandangan mereka ingin berkata “ Kalo gak mampu nyewa hotel, jangan di bioskop juga kali !” Oke sudah cukup mending kabuuuur dah
.
Naya tertawa tak henti-henti, saat mengingat kejadian memalukan di bioskop tadi.
“Hahaha. Djie Ac nya matiin aku pengen ngerokok dulu bentaran” kata dia membuka jendela kaca mobil dan mulai menghisap rokoknya
Naya bukan seorang perokok. Namun terkadang memang merokok. Dan biasanya hanya untuk menghilangkan rasa asing yang ada dimulutnya : Seperti Amis Sushi yang tertinggal sehabis ciuman misalnya.
“Kemana lagi Nay?”
“Pulang lah, kemana lagi, Hotel? Gila kamu Djie hehe..”
Langit malam gelap tak dihiasi bintang bersinar. Hanya ada awan mendung dan udara dingin membeku, menerobos masuk melalui jendela mobil yang dibiarkan terbuka. Ialah satu pertanda bahwa tidak lama lagi akan turun hujan.
Malam itu bukanlah malam 4 atau 5 tahun lalu, ketika gue membuang perasaan kepadanya. Perasaan kaku dan pesimis kini telah bermatomorfosa menjadi perasaan jujur kepada Naya. Dulu gue memang terlalu hijau untuk memahami perasaan tersebut.
But for now. This is enough
This is really-really fucking Enough.
‘Nay ?”
“Hmmm” ia berdehem lalu menoleh kearah gue.
Gue menginjak pedal Rem dan berhenti ketika lampu lalu lintas berubah menjadi berwarna merah.
“Kita udah saling kenal lama. Kita juga sama-sama tahu luar dalam diri kita kayak gimana. Baik di real life dan dunia maya (semprot) gak ada aib yang bisa ditutupi lagi. Gak ada seorang pun yang bisa menutupi sebuah fakta. Fakta bahwa aku terlanjur sayang sama kamu..”
Gue menatap sendu matanya, getar bibi gue saat mengucapkan :
“Do you wanna be my girlfriend, Naya?”
Dibawah mendung yang sama, yang menjadi saksi pernyataan tulus pernuh rasa kepadanya. Naya membalas perasaan tersebut, dengan suara tak kalah getar pula.
“Aduh sorry ya, Kayaknya kita sahabatan aja deh. Friend with benefit gak papa kan? Aku sekarang lagi gak mau ngejalin hubungan dulu Djie. Aku masih mau memilih untuk tidak berkomitmen dulu. Jadi maaf ya gak bisa. Sekali lagi maaf…”
Setelah rasa sayang ini kembali membakar cinta mati gue sama elo. Serta flirting-flirting konyol yang lo layangkan membuat gue mati kutu, layaknya idiot tak ber-otak. Atau betapa bahagianya hati ini, sehabis kita berciuman mesra beberapa saat lalu. Dan sekarang detik ini, dengan semua usaha ketulusan gue, kamu malah bisa-bisanya bilang : “Kayaknya kita sahabatan aja deh”
Hah? Seriously ? Situ sehat Nay?
...
Pernah nggak kalian duduk-duduk di Starbucks atau Coffe Bean ( yang gue maksud dengan kalian adalah para cowok oke?), terus ada cewek lewat berjalan dari arah kasir, yang bikin kalian keselek Cappucino dan gak sanggup buat menelan brownies? Naya tipe cewek kayak begitu, bener-bener bikin kepala kalian menoleh.
Awalnya gue juga gak ngeh kalo itu dia. Naya yang sekarang sedikit berubah. Dia make kerudung, lebih kalem, lebih tinggi dan badannya agak nge-gedean (jangan bilang gendats, kalo gak mau kena tampol).
Semua mulai terasa asing saat kami memperkenalkan diri, atau lebih tepatnya ketika kami saling memandang dari jarak yang sangat dekat.
Gue diem pura-pura mainin hape, dia juga pura-pura sibuk ngobrol dengan yang lain. Malu suer malu, ke gap naya lagi kopdar sama member semprot ( konotasinya gue ini mesum a.k.a petualang lendir). Gue gak habis pikir, bagi gue aja yang cowok udah merasa absurd banget. Apalagi Naya yang aturan gendernya harus bisa lebih kalem dari gue?
Malam itu tak banyak kata yang kita ucapkan. Gue tau kok dia Naya, begitu pula sebaliknya. Gue pulang, tanpa memberikan kesan khusus kepadanya. Kaki gue udah terlanjur lemes, hanya karena bertemu dengan sahabat lama, pada moment yang kurang tepat.
**
Di Apartemen yang ada dikepala gue hanya ingatan nama -Id semprot milik Naya. Saat tadi salah satu member kopdar tidak sengaja ketelisut menyebutkan Id Naya sebagai bahan candaan. Tanpa perlu pikir panjang. Gue login lewat Komputer dan gue todong langsung di PM,
Lambe Turah : Ini Naya kan? Alumni SMA negeri 02 Tadika Mesra, angkatan 2007/2008
Sent.
pagi-pagi pas udah di kantor baru ada balasan pm dari dia.
Lucinta (anggap nama idnya Naya) : Ini siapa?
Lambe Turah : yang kemaren kopdar, boleh minta WA?
Lucinta :Iya tau, siapa dulu? Pak, bapak kalo mau minta WA yang jelas caranya, jangan asal maen PM aja, minimal intro dulu kek…
Lambe Turah : Maaf sis, ini saya yang kemaren make baju merah, boleh minta Wa?
Lucinta : Ini siapa sih? salah orang deh, gue bukan Naya.
Lambe Turah : Hah?
Lucinta: Salah sambung..
Lambe Turah : ???????
Lucinta :081327565xxxx
Dan si nyonya moaning ini, ternyata jail mencoba memojokkan gue lewat PM. Berpura-pura kalo gue itu udah salah PM orang, untungnya dia tetep ngasih juga nomer hpnya. Percakapan pun berlanjut lewat WA dan BBM.
Hari-hari selanjutnya, gue habiskan dengan chatting dan teleponan sama dia. gue gak nyangka banget gara-gara kopdar itu, gue bisa denger suara naya lagi. Rasanya ketemu sama sahabat, setelah lost contact sekian lama tuh bikin hati lega. Beneran lega, selega-leganya.
Naya mulai banyak cerita, kalo dia sempat mengalami broken home, ayahnya menikah lagi. dan ibunya tinggal di rumahnya yang lama (ngumpul sama keluarga besar). nah sekarang Naya pindah, balik lagi kesini ( ke kota gue) buat urusan kerjaan dan menetap di rumah sepupunya.
Sedih sih denger cerita dari dia. Entah kenapa, tiba-tiba gue merasa jadi manusia yang paling beruntung di dunia, karena keluarga gue masih utuh, beda sama Naya. Gue juga sempat menceritakan sebuah kebohongan kenapa dulu gue berhenti menelpon nya , dan nomor gue tidak aktif lagi. “Hape aku hilang Nay”
Nice ! batin gue bangga berbohong
Dan setelah hampir beberapa minggu ini kita kembali berhubungan. Gue jadi memiliki tiga Informasi untuk bisa membuat gue terus tersenyum lebar.
Pertama : Naya ternyata lagi single
Kedua : Gue sama dia semakin dekat
Ketiga : Kita nanti malam, mau mingguan bareng
**
Dengan buru-buru gue pergi ke parkiran basemant apartement. Lalu gue mengeluarkan mobil dan bergegas pergi menjemput naya di rumahnya. Kita emang udah janjian mau jalan-jalan sekaligus cari makan, kemudian gue mengetik di BBM kalo udah mau berangkat.
Karena Alamat lengkap rumah yang dia kirim sebelumnya masih deket-deket sekitaran tempet gue kerja. Seharusnya tidak perlu waktu lama untuk sampai disana.
Tetapi berhubung saat itu gue baru pertama kali kerumahnya, maka gue pun sempet kesasar pas masuk blok perumahan dia, dan gak sampe-sampe ke rumah Naya. Gue memerhatikan Alamat yang dikasih lewat BBM, Sambil berpikir : kayaknya udah bener deh..
Gue milih buat nanya sama abang-abang dipinggir jalan, tapi yang ada gue malah tambah nyasar. Gue bolak-balik lagi tanya nama jalan yang dikasih oleh Naya, mencari rumahnya di mana, tapi gue malah berakhir nemu jalan buntu.
Ketika lagi mondari-mandir mencari dimana rumah Naya berada. Lampu LED Blackberry gue berkedip-kedip, ternyata BBM masuk dari dia :
“Mobil kamu yang warna item itu ya? Aku ngeliatin dari kamarku di lantai dua. Ada mobil bolak- balik terus di depan rumah”
Tengsin, gue mencoba ngeles “Oh iya, itu Nay aku lagi nyari tempat buat parkir"
Sesampainya disana, Naya membukakan pintu pagar.
"Djie, tunggu di dalam aja, aku mau siap-siap dulu"
**
"Kamu sendirian di rumah ini Nay?" mata gue melirik ke pelosok rumahnya, ada banyak mainan-mainan anak kecil. Lebih ke sekedar basa basi dan takut aja setelah dia ngilang bertahun-tahun tau nya udah punya buntut.
"Nggak, tadi sepupu aku jalan-jalan keluar sama anaknya, paling bentar lagi juga pulang. Biasa lah anak kecil susah makan"
Fiuuh
Menjelang sore hari. di komplek-komplek, biasanya kalo ada anak kecil yang 'rada' susah di suruh makan, suka di ajak muter-muter jalan kaki dulu di sekitar rumah. Alasannya satu biar si anak lupa di ajak jalan, tau-tau makanan di piring nya udah habis aja.
Usai berdandan Naya sama gue berjalan beriringan ke arah mobil, tapi gak langsung berangkat. Karena sepupu Naya lagi keluar sebentar nyuapin anaknya, jadi harus nunggu dulu biar ada yang jaga rumah.
Tangan gue dilipat didepan dada lalu bersender pada bagian kiri mobil. selang tak lama datang "mbak-mbak" pake dasteran sambil menggandeng anaknya dan memegang piring plastik di tangan yang lain.
"Tuh Linda sepupu ku" kata Naya "Huuu si Eza , udah gede masih aja minta disuapin sama mamah nya, gak malu hah ! " Naya mencium gemas pipi gembil keponakan nya tersebut
"Lah udah mau berangkat sekarang ?" Tanya wanita bernama Linda itu.
"Iya, tolong jaga rumah ya Lin. Eh mau nitip dibeliin apa nanti pulang nya?"
"Enggak usah mbak " jawab Linda
Ini pertama kalinya gue ketemu sama sepupu Naya. Linda ternyata sudah pernah menikah (janda) dan punya anak satu, penampilan nya mirip ibu-ibu muda komplek gitu. Kalo kata jono sih, Linda itu tipikal milf. Versi yang belum terlalu matang...
Karena kurang begitu kenal. Gue hanya manggut-manggut sambil tersenyum kearahnya, begitu pula Linda.
**
"Mau wasabi lagi gak?" Naya menawarkan.
"Walah, Nay, aku udah kepedesan gini"
Naya tertawa
Gue memang menyerahkan pilihan restoran pada Naya, dan ternyata ia penggila sushi. Tempat mana lagi yang lebih baik dari pada Sushi Tei ?
"Gila ya, kita berdua bisa menghabiskan sepuluh porsi sushi gini" Gue menatap tumpukan piring warna-warni di meja kami.
"Ini mah belum apa-apa kali Djie, Aku 10 piring juga sanggup sendiri" kata Naya sambil terus tertawa "udah lama aku gak kesini, bosen makan frozen sushi yang bau supermarket itu"
Wajah Naya, suka lucu banget kalo udah kekenyangan gini . Dan sekarang ia memanjangkan rambutnya, gak pendek kaya dulu lagi. With semi red hair on that cute face, she almost looks like Karin Novilda (Awkarin), tapi jelas jauh lebih dewasa.
"Djie, kenapa? rambut aku aneh ya? aku emang sengaja gak jilbab-pan, gerah lagian sore-sore"
Gue spontan tersenyum
"Tuh kan senyum-senyum"
"Nggak, Nay. Aku cuma pangling aja ngeliat rambut kamu yang sekarang, gak pendek kaya waktu dulu SMA"
Rambut Naya emang agak di ombre sedikit warna merah-merah sexy di bagian ujung nya, bikin eye catching sekali saudara-saudara.
"Okay, Honestly, which do you like best?" Naya meneruskan " Yang panjang apa yang pendek?"
"Both" kata gue
"Kalo gitu lucu kali ya, kalo sebelah kanannya aku pendekin dan yang sebelahnya lagi aku panjangin hihi"
Gue jadi ikut tertawa "You are funny, do you know that?"
Naya tersenyum lebar " Sure, One of many admirable qualities"
"Eh kemana lagi nih?" kata gue mencari topic lain,
"Nonton yuk? " Cetus Naya.
“Sounds good”
**
Masih dalam satu Mall yang sama, Gue dan Naya memutuskan untuk menghabiskan malam minggu ini dengan nonton di bioskop. Lagian dating apa lagi yang asik, kalo bukan acara nonton sama cewek?
Sebenernya. Ge-er juga sih kalo gue menganggap dating. Lebih tepatnya ini merupakan salah satu usaha Naya untuk ‘menyoggok’ gue. Agar rahasia identitas member semprot nya tidak tersebar di real life. Gue kerasa kok, kalo dia membuat batas kewaspadaan, seolah-olah gue ini ada niatan buruk sama dia (fakta tersebut gue ketahui setelah lama berteman)
Usut punya usut, itu dia lakukan. Karena dulu Naya pernah dipaksa wewew sama temen kantornya , gara-gara ketahuan main forum waktu jam kerja . Si cowok bangsat ini minta kompensasi ‘tutup mulut nya ‘ di tukar dengan free exe (mereka sama" member semprot). Untung waktu itu Naya langsung laporan sama Admin (layanan Anti PK). Gue gak mau cerita lebih, yang jelas Naya berhasil selamat dari kejaran PK tersebut.
Okay, back to the story
Naya sempat tersenyum seductive, saat gue sengaja memesan 2 Kursi baris deretan A. Cukup beruntung pasalnya kala itu masih sepi (banyak slot kursi yang kosong) dan tempat duduk kami berdua jauh dari rombongan pasangan-pasangan lain ( Bukan cuma gue keleussss yang niat mojok).
Lampu bioskop pun dimatikan, hanya ada bau parfumnya yang memikat hidung dan tatapan serius menatap film yang sedang diputar. Inilah saat yang tepat buat merangkul dia pelan-pelan.
Sejujurnya. bagi gue, Naya itu mempunyai satu kualitas yang jarang gue temui pada perempuan lain: dia bisa mengubah situasi secanggung apa pun menjadi sesuatu yang seharusnya memang terjadi dan tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa.
sewaktu dia tiba-tiba meraih kepalaku dan membenamkan bibirnya di bibirku. Ketika dia selesai dan aku menatapnya, masih kaget kehabisan napas, kata-kata ini yang justru meluncur dari bibirnya:
”Maaf ya, Djie, aku suka nggak tahan kalau sudah telanjur sayang.”
Malam ketika dia berhasil membuatku percaya bahwa memang benar, jika rasa sayang berlebih bisa membuat orang menjadi gila. termasuk Naya, yang tanpa malu mencium bibir gue, walau didalam bioskop sekalipun.
Dan inilah moment yang gue tunggu-tunggu, dengan kerinduan setengah mati karena tidak sabar memeluk perempuan paling cantik, yang selalu membuat gue jungkir balik menyayangi nya walau hanya sebatas sahabat.
Gue rindu gelak manjanya ketika kami masih anak SMA, ber jam-jam lamanya waktu yang gue habis kan, untuk mendengar suaranya melalui telepon , dan saat ini. Di bioskop gue tidak akan pernah mampu untuk menolak keinginan memeluk dia erat-erat.
”Adjieeee, kenceng banget , aku nggak bisa napas! "
Damn, I love her voice when she said that.
”Nih, aku bikin biar nggak bisa napas beneran,” kini giliran gue membalas perlakuan nya tadi, dengan memberikan lumatan lembut di bibirnya. Kemudian gue tersenyum lebar penuh kemenangan saat dia tersentak kaget melihat gue bisa selancang itu. Naya yang kesal hanya bisa mengacak-acak rambut gue menggunakan tangan kanannya
"Naya, Sorry to say, tapi masalahnya bukan kamu doang tuh, yang selalu gak tahan kalo udah terlanjur sayang" dengan setengah berbisik ditelinganya "Aku juga sama kali Nay.."
Dia tertawa kecil, berusaha seminimal mungkin tidak memancing atensi penonton lainya
"Dasar gak kreatif kamu Djie"
"Aku boleh cium kamu lagi kan, Nay?"
"Cuma laki-laki banci, yang harus minta izin dulu buat cium cewe yang dia suka, kalo kamu gentle harusnya gak banyak nanya-nanya lagi, ribet ih"
Shit she smile again
"Tapi aku kan emang banci, kalo misalkan kamu mau fokus buat nonton dulu sih gak papa.. biar aku duduk manis aja deh..." kata gue bermain jinak-jinak merpati dan memalingkan wajah melihat layar di depan
"Kamu tahu Djie?"
"Apa?" cetus gue tanpa memandang wajah Naya
"Film ini sebenernya bagus. Tapi sayang filmnya jadi kebawa-bawa jelek , gara-gara si aktor cowoknya payah dalam berciuman, bener gak sih? " Naya membicarakan tentang film bergenre romantis yang sedang diputar itu. Ketika pemeran utama pria sedikit agak kurang natural, pas melakukan adegan ciuman.
"Setidaknya dia lebih baik dari cowok yang ada disebelah kamu ini" kata gue jujur.
"Oh c'mon, I know that Adjie Pangestu can do better than him. So You wanna prove it And Make out scene Now, darling?"
Seperkian detik setelah Naya menerima ajakan nakal dari gue dan memberikan lampu hijau. Kami pun mulai saling berciuman, ada sedikit rasa was-was yang menyelimuti tubuh ini. bioskop memang tempat yang tepat untuk memacu adrenalin orang yang lagi PDKT. Detak jantung gue berdetak satu juta kali lebih cepat dari biasanya.
Sempat agak kecewa, soalnya gue tidak bisa begitu mengimbangi tempo ciuman Naya. Karena jujur sejujur-jujurnya, terserah kalian percaya apa enggak.
Gue belom pernah ngelakuin ciuman sama cewe manapun, bibir gue masih perawan sama hal-hal tentang beginian, dan sampailah Naya tertawa puas ketika gue terlihat cemen di depannya.
"Adjie, bukan gitu caranya, kamu mau ngajakin ciuman apa ngeludahin aku sih?" dia meneruskan sambil berbisik "Ini first kiss kamu ya? jangan bilang, kalo ciuman pertama kamu itu sama aku."
God Please. Genit-genit tehnik godanya ituloh, bikin gue pengen ngarungin dia, terus gue bawa pulang buat pajangan dirumah.
"Jangan ge-er gitu kali. Dulu aku udah pernah kiss cewe kok " kata gue percaya diri,
Padahal kalo diliat-liat sejarah First kiss beberapa dekade ke belakang , gue emang udah pernah nempelin bibir ini, sama bibir yang lain. Iya sama bibir, bibir gelas maksudnya..
"Go with the flow darling”
Naya menghisap bibir bagian atas samping, tangan gue semakin memeluk erat dia. Ciumanya lembut, menekan penuh tetapi sambil menjaga keseimbangan dengan tekanan dari bibir gue. Cukup beberapa detik saja untuk Naya membimbing gue ciuman.
Fix. now I know. That she is good kisser
“Arghh” gue melenguh pelan
Jari jemari gue mulai meraba-raba bagian punggung nya, menyentuh leher dan sesekali lidah nya gue hisap pelan, entah berapa banyak air liur kami yang tertukar saat itu, kami seperti orang yang kalut asmara.
“Dijie bau sushi nya tadi masih kerasa” Nafasnya terengah-engah “ Tapi aku suka, ada amis-amis nya gitu.”
Gue hiraukan perkataanya, dan melanjutkan ciuman yang semakin lama semakin intens ini. Hisapan nya terlalu kuat, kasar, getar, tapi berirama. Membuat gue merasakan bahwa ciuman pertama memang paling romantis dan penuh nikmat.
Lamaaa sekali rasanya kami bercumbu kala itu. Dibalik remang-remang lampu bioskop, tersimpan desiran nafas dan gejolak rasa yang terbungkam tanpa suara. Hanya membisu dalam diam.
“Hmpphh” Naya melengguh, tubuhnya mengeliat, melenting, lalu tak kuasa kakinya mendorong kursi yang didepan. Tanganya mencakar dada gue dari luar T-shirt. Mata kami menatap satu sama lain, kemudian melepas ciuman agar memberikan dia jeda untuk bernapas.
“Jahat kamu Djie, kalo aku mati kehabisan napas gimana?”
“Ya, tinggal aku kasih nafas buatan lah, make nanya lagi” Dada naya kembang kempis meraih oksigen disekitar “ Dan itu artinya, aku bisa lebih liar lagi nyiumin bibir kamu ” tangan gue berusaha membuka kancing hem nya. Kemudian masuk kedalam sana meraih branya dan menemukan Nipple Naya, yang sudah menegang gak karuan
“Good. Jadi udah mulai turn on nih, Nay?” goda gue sembari memilin lembut putingnya
“Tolong ngaca sedikit bapak Adjie pangestu !” kata dia meninju pelan kearah celana jeans, dimana penis gue juga samaan mengeliat tegang
“Mau lanjut?” tanya gue
Namun Naya, malah menjawab dengan lumatan bibir yang begitu dalam, serta digigitlah bibir bawah gue dengan cukup keras.
“Kamu mau orang-orang jadi gak Fokus Nonton film lagi, gara-gara disini ada tontonan yang lebih menarik?” kata naya membenarkan bajunya yang acak-acakan.
Wajah kami berdua tiba-tiba memerah
**
Dari pada merasa kurang nyaman dengan semua pandangan mata, orang-orang yang ada disana. Seolah- olah pandangan mereka ingin berkata “ Kalo gak mampu nyewa hotel, jangan di bioskop juga kali !” Oke sudah cukup mending kabuuuur dah
.Naya tertawa tak henti-henti, saat mengingat kejadian memalukan di bioskop tadi.
“Hahaha. Djie Ac nya matiin aku pengen ngerokok dulu bentaran” kata dia membuka jendela kaca mobil dan mulai menghisap rokoknya
Naya bukan seorang perokok. Namun terkadang memang merokok. Dan biasanya hanya untuk menghilangkan rasa asing yang ada dimulutnya : Seperti Amis Sushi yang tertinggal sehabis ciuman misalnya.
“Kemana lagi Nay?”
“Pulang lah, kemana lagi, Hotel? Gila kamu Djie hehe..”
Langit malam gelap tak dihiasi bintang bersinar. Hanya ada awan mendung dan udara dingin membeku, menerobos masuk melalui jendela mobil yang dibiarkan terbuka. Ialah satu pertanda bahwa tidak lama lagi akan turun hujan.
Malam itu bukanlah malam 4 atau 5 tahun lalu, ketika gue membuang perasaan kepadanya. Perasaan kaku dan pesimis kini telah bermatomorfosa menjadi perasaan jujur kepada Naya. Dulu gue memang terlalu hijau untuk memahami perasaan tersebut.
But for now. This is enough
This is really-really fucking Enough.
‘Nay ?”
“Hmmm” ia berdehem lalu menoleh kearah gue.
Gue menginjak pedal Rem dan berhenti ketika lampu lalu lintas berubah menjadi berwarna merah.
“Kita udah saling kenal lama. Kita juga sama-sama tahu luar dalam diri kita kayak gimana. Baik di real life dan dunia maya (semprot) gak ada aib yang bisa ditutupi lagi. Gak ada seorang pun yang bisa menutupi sebuah fakta. Fakta bahwa aku terlanjur sayang sama kamu..”
Gue menatap sendu matanya, getar bibi gue saat mengucapkan :
“Do you wanna be my girlfriend, Naya?”
Dibawah mendung yang sama, yang menjadi saksi pernyataan tulus pernuh rasa kepadanya. Naya membalas perasaan tersebut, dengan suara tak kalah getar pula.
“Aduh sorry ya, Kayaknya kita sahabatan aja deh. Friend with benefit gak papa kan? Aku sekarang lagi gak mau ngejalin hubungan dulu Djie. Aku masih mau memilih untuk tidak berkomitmen dulu. Jadi maaf ya gak bisa. Sekali lagi maaf…”
Setelah rasa sayang ini kembali membakar cinta mati gue sama elo. Serta flirting-flirting konyol yang lo layangkan membuat gue mati kutu, layaknya idiot tak ber-otak. Atau betapa bahagianya hati ini, sehabis kita berciuman mesra beberapa saat lalu. Dan sekarang detik ini, dengan semua usaha ketulusan gue, kamu malah bisa-bisanya bilang : “Kayaknya kita sahabatan aja deh”
Hah? Seriously ? Situ sehat Nay?
...
Terakhir diubah:
om updatenya 
