Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Paranada [Nada ke-6]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
ijin bikin lapak dimari suhu

sebenernya dari gw pengen masuk ke salah satu anggota akustik, ternyata sudah ada yg bikin full
karna menurut gw belum ada yg ambil member2 akustik, aurel doang seinget gw pernah ada yg buat

semangat menulis lagi suhu
 
Nada ke-1 : Anggota Pertama

Jakarta, 2016

Saklar lampu berwarna putih itu aku tekan sehingga ruangan 4x5 meter ini tidak lagi gelap. Dua amplifier Marshall dengan knob yang telah diatur posisinya masih gagah berdiri di pojok kiri dan kanan ruangan kedap suara ini. Aku melangkahkan kaki kearah gitar Ibanez yang bersandar di stand warna hitam tak jauh dari amplifier, kabel jack yang tergulung rapi diatas kabinet itu lantas aku ambil. Alat bersenar enam ini adalah yang pertama aku cek pagi ini.

Reza Wardhana, pemuda 23 tahun. Menjadi penjaga studio musik ini adalah keseharianku sekarang. Mengecek semua alat, dan membereskan studio ini sebelum dibuka, rutinitasku tiap pagi. Sedikit cerita, aku hampir menyerah dalam hidup karena satu kesalahan bodoh yang pernah kuperbuat. Dan jujur, pada akhirnya aku masih bersyukur bertemu dengan mas Rangga, si pemilik studio kecil ini. Paling tidak, dia sudah bisa membuatku lega memiliki tempat untuk beristirahat.

Alat selanjutnya, bass Caraya dengan corak sunburst ini pun juga selesai aku cek. Tak ada juga masalah sama sekali. Si cantik berdawai empat itu lantas aku letakkan di standnya dengan kabel yang telah menancap, siap untuk dimainkan begitu amplifier dinyalakan. Selang beberapa menit pun, drum set ini selesai aku cek, semua komponennya masih bagus, tak ada lecet sama sekali. Semua suara yang dihasilkan masih normal.

Selesai dengan pengecekan, aku keluar ruangan itu dan menutup rapat pintunya. Aku melirik jam dinding, dia menunjukkan jarum-jarumnya yang berada di posisi pukul delapan kurang sepuluh padaku. Perutku yang mengemis minta diisi ini menghantarku berjalan keluar, mencari sarapan sebelum membuka studio ini setengah jam lagi. Langkahku terhenti di ambang pintu saat mata ini menangkap lagi sebuah poster yang tak asing di dinding dekatku berdiri. Aku menghela nafas. Keraguan dan optimisme masih terpaku secara bersamaan. Walau bagaimanapun, tantangan ini bisa dicoba. Dan akan kulakukan. Membentuk grup akustik.

***
“Cewek semua?” mas Rangga mengeryitkan dahi, setelah mendengar rencanaku. Dia duduk di kursi panjang seberangku.

“Iya... rencananya gitu sih. Kalau dapet orang-orangnya, haha!”

“Hah? Kalau dapet?”

“Ehehe... iya mas. Belum tau siapa-siapa aja. Lo tau kan masalah gue gimana.”

“Hmm... Konsep yang kedua itu boleh juga. Jarang emang sih grup akustik cewek semua gitu,” dia menghisap rokok yang sudah terbakar setengah itu.

“Terus ini gue gimana, ya?”

“Emm... bentar. Coba deh lu kesini,” mas Rangga mengambil smartphonenya, terlihat mengetik sesuatu.

Ting!

Dan tak lama, notifikasi muncul di aplikasi LINE milikku. Dia mengirim alamat google maps.

“Coba deh lu kesana. Tiap malem bisasanya ada yang ngisi. Barangkali aja kan ada yang mau lu ajak.” Dia menghabiskan satu hisapan terakhir itu, dan mematikannya di asbak dekat ia duduk. “Udah ya, gue tinggal dulu. Ntar kalau lu mau kesana chat aja. Gue gantiin jaga.”

“O-oke mas.”

Mas Rangga lantas berlalu. Pergi dengan pespanya. Sementara mata ini memperhatikan lokasi yang dibagikan mas Rangga yang sedang aku geser-geser dengan jari.

“Pong cafe...?”

***
“Anjir...” Kesalku saat smartphone ini tiba-tiba saja mati. Padahal belum ada setengah perjalanan aku tempuh. Alhasil sepeda motor ini aku hentikan di pinggir warung sate ini. Di kota yang belum sepenuhnya aku kenali ini, satu-satunya bantuanku saat ini sepertinya hanyalah warga sekitar.

“Pak, permisi. Arah ke Pong Cafe itu sebelah mana ya pak?” Tanyaku pada bapak-bapak yang sedang mengipasi sate diatas bakaran itu.

“Hah?”

“Pong cafe pak.” Ulangku.

“Di daerah mana itu mas?”

Bodoh... aku juga lupa daerah tempat cafe itu berada.

“Wah... itu, saya juga enggak tau pak, lupa. Hehe...”

“Waduh, ya susah mas. Enggak pernah denger tempat itu saya.” Bapak itu melanjutkan mengipasi dan membalikkan tusuk-tusuk sate itu tanpa menoleh kearahku.

“Ah, iya... ya sudah pak, maaf, ya. Permisi.”

Yo, mas.”

Dengan hati yang belum lega aku berjalan menuju motorku yang terparkir sambil terus menekan-nekan tombol power di gawaiku. Selalu saja rusak saat dibutuhkan. Dan sekarang aku mulai diserang kebimbangan untuk kembali pulang tanpa apa-apa untuk hari ini atau tetap lanjut. Ah, pergumulan dimulai. Tapi sebenarnya, datang kesana pun juga keberhasilan untuk menemukan anggota itu masih kecil. Bisa saja aku datang kesana namun hasil yang aku bawa pun tidak ada.

Aku menghela nafas, masih mengutak-atik smartphoneku sambil duduk di sepeda motor.

Jreeng

Pergerakan jari-jariku terhenti seketika. Suara gitar yang digenjreng itu terdengar dari sound system. Sepertinya tak jauh dari sini.

“Yak, selamat malam semuanya...”

Suara seorang perempuan pelan terdengar tak lama setelahnya.

“Malam ini kita nyanyi bareng lagi...”

Tidak salah lagi, diarah sana pasti sedang ada performance.

Mata ini kuarahkan kedepan, tak jauh disana, tertangkap sebuah papan dengan lampu yang redup. Tertulis ‘Saung Idola’ disana.

“...Waduh iya ya dingin gini suasananya, ehehe... kita nyanyi lagu yang bikin hangat-hangat gitu ya...”

Tanpa pikir panjang, aku langsung menyalakan mesin dan memacu sepeda motor ini kesana. Bersamaan dengan motorku yang terparkir di tempat yang disediakan warung makan yang terdiri dari beberapa gubuk dengan lampu redup itu, sang pemilik suara itu mulai bernyanyi diatas panggung kecil ditengah-tengah halaman.

Ya ampun...

Aku terpaku, terdiam diatas sepeda motorku. Gadis itu, berdiri sendirian dengan gitar akustiknya. Dan juga, aku yakin mata ini tidak membohongiku saat dia memetik senar-senar dengan jari-jari kirinya.

“Maafkan aku tak bisa~ Memahami maksud amarahmu~”

Senandung yang bahkan belum satu bait itu langsung memanjakan telingaku, membuat sekujur tubuh ini merinding.

Ya ampun...

Apa yang sudah aku temukan...

Seorang gadis yang bisa bermain gitar dan bernyanyi. Dan bukan gitaris biasa, dia gitaris kidal. Entahlah, menurutku itu satu hal yang unik. Kau tahu? Kurt Cobain, Paul McCartney, Jimi Hendrix...

Ah, tanpa sadar aku bisa dibuatnya diam menikmati alunan petikan gitarnya dipadu dengan senandung dengan suara soprannya itu diatas motorku sejak tadi.

“Aku tahu ku takkan bisa~
menjadi seperti yang engkau minta~
namun selama nafas berhembus~
aku kan mencoba~
menjadi seperti yang kau minta~”

Aku melangkah perlahan, memasuki halaman itu dan memilih satu meja disebelah kanan. Suasana sepi saat ini. Hanya ada dua dari enam gubuk yang terisi. Dan meja-meja di ruang terbuka ini baru aku seorang yang akan mengisi salah satunya.

“Ah, selamat datang masnya, ehehe... sendirian aja nih...?”

Sontak aku tersenyum dan membuang muka kebawah. Tersipu malu, lebih tepatnya. Sempat-sempatnya ia berkata seperti itu disela-sela interlude lagunya. Dia juga memberikan sebuah senyuman singkat yang manis padaku sebelum mulai menyanyikan bait lagu itu.

Kau pernah dengar istilah gesrek? Sepertinya aku sedang mengalaminya sekarang.

Gadis berambut panjang itu melanjutkan nyanyiannya, sementara aku memesan satu roti bakar dan secangkir coklat panas setelah sang pelayan datang ke mejaku. Hingga ia sampai pada penghujung lagu, aku tak henti-hentinya berdecak kagum. Dengan dagu yang tertopang tangan kiriku, sesekali aku tersenyum padanya.

“Terimakasihh..”

Bahkan mengucapkan kata itu pun suaranya merdu. Aku menggeleng pelan. Lagu dari Chrisye barusan benar-benar indah ia bawakan.

“Oke, lagu kedua nih, yang tahu lagunya kita nyanyi bareng-bareng. Sampai jam sembilan nanti yaa.”

Sejenak, dia meraih segelas air mineral, dan meminumnya lewat sedotan. Sebelum memulai petikan sederhana dengan gitar bermerk Cort itu.

***
Sungguh, jantung ini berdebar cepat. Saat aku berjalan mendekatinya yang sedang merapikan gitarnya kedalam softcase.

“H-hai, mba-“

“Eh?!”

“Eh eh, m-maaf mbak.” Aku juga turut terperanjat. Sejenak pun pandang kami bertemu. Wajahnya yang bahkan lebih cantik lagi di jarak ini sukses membuatku menahan nafas. Tahi lalat dibawah mata kirinya itu cukup jadi daya tariknya tersendiri.

“A-ah, ehehe... enggak apa-apa mas. Ada apa ya?” Dia melanjutkan menarik resleting tas itu hingga menutup sempurna.

“Emm... gini, nama gue Reza Wardhana. G-gue suka sama penampilan lo barusan. Suara bagus, main gitar juga unik, kidal.” Kataku agak gugup.

“Ahaha, iya mas, makasih.”

“Gue, punya penawaran buat lo.”

“Ha? Penawaran apa ya, mas?” Tanyanya penuh heran.

“Ini..” Aku menunjukkan selebaran kontes akustik itu padanya. Dan gadis itu terlihat membacanya setelah menerima kertas itu. “Gue mau buat grup akustik, dan ini gue baru mau ngumpulin anggota-anggotanya. Buat ikutan kompetisi itu.” Lanjutku menjelaskan.

“Ehem...”

“Dan, lo pengen gue ajak gabung. Gue yakin dengan konsep yang gue buat, grup ini bisa sukses.”

“Konsep? G-gini, gini mas, yuk duduk dulu aja ngobrol, hehe.”

“Oh, iya, iya mbak.”

Bangku paling dekat dari tempat kami berada adalah pilihan kami. Aku yang pertama duduk, disusul gadis itu.

“Gimana gimana?”

“Emm.. gini, jadi ntar rencananya bakal ngajak 3 cewek buat gabung di grup ini. Akustik, paduan suara gitu.”

Gadis itu menggulung bibir dan mengangguk-angguk pelan. Dipandanginya lagi kertas selebaran itu. Keheningan tercipta beberapa saat.

“Eh, mas darimana ya?” Tanyanya, sepertinya curiga. Bodohnya aku, tidak memperkenalkan diri dengan lengkap.

“Oh iya, haha! Maaf-maaf. Gue dari Melodia. Studio musik. Cek aja di google maps.”

“Oohh...” Dia kembali mengangguk, tanpa menoleh kearahku.

“Gimana, mbak?”

“Nadila. Panggil aja Nadila, mas.”

“N-Nadila, oke. G-gimana? Gue yakin kita bisa buat grup akustik ini dan menangin kompetisinya.”

“Yaa... err... gimana ya mas... aku masih bingung, hehe...”

“Kenapa? Lo udah punya grup sendiri ya?”

“Ah, enggak kok mas, enggak ada. Cuman...”

“Cuman kenapa?”

“Ehehe... gini aja. Biar aku pertimbangin lagi ya, mas.”

“A-ah... oke deh, s-sebenernya enggak maksa sih. Gue cuma lihat potensi lo itu, Nad.”

Dia tersenyum, lalu menyodorkan smartphonenya.

LINEnya, mas. Maksimal besok deh aku hubungin.”

“Ah, oke deh.”

Aku ketikkan IDku di kolom penambah teman itu, dan dalam sekejap, kami berteman.

“Ini ya, Nad. Hehe, ditunggu jawabannya.”

“Ehehe... siap, mas Reza. Aku... pamit duluan, ya.” Dia menyerahkan selebaran tadi padaku.

“Ah, oke oke. Naik?”

“Udah dijemput ojek online kok, mas. Hehe. Makasih ya udah nonton!” Dia berlalu sambil menjinjing tas gitarnya.

***
“Lah, bisa gitu.”

“Iya mas, hahaha.”

“Kalau enggak karena hape lo yang mati, gitaris kidal itu enggak bakal lo temuin disana, ya. Hahaha!”

“Beruntung banget itu.”

“Eh tapi, kalau dari cerita lo, kayaknya dia tertarik deh.”

“Gue juga ngarepnya gitu, mas. Hehe, tunggu aja sampai besok.”

“Hahaha, sip sip. Yaudah, gue balik dulu. Besok kabar-kabar kalau mau keluar lagi.”

“Siap, mas. Thank you ya!”

Mas Rangga pun pulang, dengan pespa coklat kesayangannya. Dan tak lama setelahnya, pintu depan studio ini aku kunci, sudah waktunya tutup untuk hari ini. Aku melangkahkan kaki ke meja tengah, dan langsung merekap lagi pemasukan hari ini.

Drrtt...

Drrtt...


Layarku menyala, sebuah pesan LINE. Mataku membulat, lingkaran foto profil itu menampilkan wajah gadis tadi. Ini pesan dari Nadila. Aku memejamkan mata, dengan jantung yang berdegup cepat, aku meraih smartphone itu dengan penuh harap akan isi positif dari pesan itu. Dan betapa leganya dada sesakku. Isi pesan itu benar-benar membuatku gembira setengah mati setelah aku membacanya. Jawaban yang aku harapkan.

“Mas, aku ikut. Mohon bantuannya ya :)

Anggota pertama, Nadila si gitaris kidal.

DoUpfSNq_t.jpg





Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Udah rajin update, bagus lagi. Suhu panutan emang.
Ah apalah tulisan saya ini dibanding karya suhu Benji :((

Story line-nya bagus syekalihhh
Wah, terimakasih yaa

Ikut bacaaaa
Silahkan kaakk

Nadila manis juga ea
Ehehehe, manis dan...

Ikut gelar tiker suhu kayaknya alur ceritanya bagus :)
Selamat datang kakak. Hehe

Waaa paw paw aquwh ><
Pinjam dulu qaqa ><

jejaki dulu, semoga berlanjut.
Siapp kak
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd