Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Part 8: Reuni Sahabat

Setelah mengirim Pesan WhatsApp kepada sahabatnya beberapa hari lalu, Pak Syamsul pun mengajaknya untuk bertemu langsung. Itulah mengapa di hari yang cerah itu ia tengah duduk di sebuah kedai kopi yang lokasinya cukup jauh dari kiosnya. Ia telah memesan segelas kopi susu favoritnya, dan telah habis setengah.

Tak lama kemudian, sahabat yang ditunggu pun tiba. Pak Syamsul bisa melihat sahabatnya tersebut memarkirkan mobil Fortuner di depan kedai kopi, dan berjalan masuk ke dalam.

Tubuh Pak Syamsul yang cukup besar pun langsung terlihat olehnya. Pria yang ditunggu itu langsung duduk di hadapan Pak Syamsul, tanpa menyapa atau berjabat tangan terlebih dahulu. Terasa hawa yang cukup dingin di antara keduanya.

"Mau minum dulu gak, Burhan?" Tanya Pak Syamsul kepada sahabat lamanya yang ternyata merupakan Om Burhan, ayah dari Wulan.

Tanpa mengindahkan pertanyaan Pak Syamsul, Om Burhan langsung memanggil pelayan dan memesan segelas capuccino. Sang pelayan tersebut pun mengangguk dan meninggalkan kedua lelaki yang telah berumur lebih dari 50 tahun tersebut.

"Setelah bertahun-tahun, kamu tetap tidak berubah," ujar Pak Syamsul.

"Aku tidak punya waktu lama, Syamsul. Langsung saja katakan apa maksud kamu mengajak aku bertemu di sini?" Gerutu Om Burhan.

"Tidak ada maksud apa-apa Burhan. Memangnya salah kalau aku mengajak bertemu seorang ... Sahabat?" Pak Syamsul menyebut kata-kata 'Sahabat' dengan nada yang sinis.

Ingatan mereka berdua pun kembali ke masa-masa indah puluhan tahun yang lalu. Saat itu, mereka berdua masih merupakan sahabat baik karena sama-sama kuliah di kampus dan jurusan yang sama. Mereka selalu pergi jalan-jalan bersama, tertawa dan sedih bersama, hingga melakukan hal-hal gila bersama.

Namun situasi menyenangkan tersebut langsung berubah begitu Pak Syamsul mengetahui bahwa pacarnya yang telah dikencani selama beberapa tahun, ternyata justru bermain gila dengan sahabat baiknya sendiri. Suatu hari, ia sempat memergoki pacarnya tersebut sedang berkencan dengan Burhan. Tak lama kemudian, ia pun mendapat kabar bahwa pujaan hatinya tersebut memutuskan untuk menikah dengan Burhan, seseorang yang sebenarnya sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Mereka kemudian melahirkan Wulan sebagai buah cinta mereka.

Meski sempat gundah, Pak Syamsul akhirnya memang memutuskan untuk fokus pada hidupnya sendiri dan mencari pasangan hidup lain. Hidupnya cukup membaik ketika ia akhirnya bertemu dan menikah dengan Ibu dari Mila. Namun ia tidak bisa menutupi bahwa ia masih punya perasaan cinta yang besar kepada Ibu dari Wulan yang bernama Shinta. Ia bahkan sangat sedih ketika mantan kekasihnya tersebut meninggal karena sakit beberapa tahun yang lalu. Ia bahkan menyalahkan Om Burhan yang ia anggap tidak bisa mengurus istri dengan baik, dan lebih banyak fokus pada urusan bisnis.

Dari rentetan kejadian itu, Pak Syamsul seperti menyimpan dendam yang kuat kepada mantan sahabatnya tersebut. Karena itu, ketika mengetahui bahwa Om Burhan sudah di Jakarta, ia pun memutuskan untuk bertemu langsung dengannya. Tidak untuk bicara apa-apa, hanya untuk melihat wajahnya, dan mungkin meluapkan sedikit kekesalan yang telah lama tersimpan di dalam dada.

"Kamu masih marah padaku soal masalah yang sudah lewat puluhan tahun?" Tanya Om Burhan.

"Menurutmu hal ini mungkin masalah biasa. Namun untukku, urusan ini adalah segalanya," jawab Pak Syamsul ketus.

"Aku tahu betapa berartinya Shinta bagimu. Kita sama-sama menyayanginya, Syamsul. Aku pun tak kalah sedih denganmu ketika ia meninggal. Namun kita harus belajar untuk melupakan semuanya dan memulai lembaran baru," ujar Om Burhan.

Pak Syamsul tidak menggubris dan menghindari tatapan tajam Om Burhan. Tak lama kemudian, minuman Om Burhan datang. Komunikasi mereka berdua pun perlahan mulai mencair setelah itu.

Om Burhan mulai bertanya-tanya tentang bisnis Pak Syamsul, yang kemudian dibalas dengan jawaban yang lengkap, meski masih dengan nada acuh. Sebaliknya, Pak Syamsul juga mulai bertanya-tanya tentang kesibukan Om Burhan di Jakarta. Mereka berdua bahkan masih sempat mengobrol tentang masa lalu mereka yang penuh dengan kejayaan masa muda. Namun apabila diperhatikan, masih ada rasa canggung di gaya bicara mereka berdua.

Tanpa terasa, kopi mereka telah habis. Mereka pun seperti sudah kehabisan bahan pembicaraan, sehingga hanya saling beradu pandang saja. Tiba-tiba, ada seorang perempuan muda berkacamata yang masuk ke kedai kopi tersebut dan menghampiri mereka. Perempuan tersebut mengenakan baju panjang berwarna pink, rok putih, dan jilbab berwarna krem. Ia berjalan dengan anggun ke meja yang ditempati oleh Pak Syamsul dan Om Burhan.

Wulan-1.jpg

"Halo, Ayah. Om Syamsul," sapa Wulan kepada kedua pria tua tersebut. Ia pun tak lupa untuk menyalami tangan ayahnya dan ayah Mila.

Pak Syamsul pun tersenyum karena bisa kembali merasakan halusnya kulit wajah perempuan cantik nan seksi tersebut. Namun ia tetap menjaga pandangannya, karena ia tidak ingin Om Burhan mengetahui bahwa dirinya mempunyai perasaan yang berbeda kepada anak gadisnya tersebut.

"Sudah puas jalan-jalannya?" Tanya Om Burhan kepada anaknya, yang langsung mengisi bangku ketiga di meja tersebut.

"Sudah, Yah. Ayah masih lama ngobrolnya?" Tanya Wulan sambil tersenyum kepada ayahnya dan Pak Syamsul.

Om Burhan memandang tajam ke arah mata Pak Syamsul. "Sudah koq, kami sudah puas membicarakan masa lalu kami," jawab Om Burhan ketus.
Pak Syamsul hanya tersenyum mendengarnya.

"Baiklah Syamsul, aku pulang dulu," ujar Om Burhan sembali berdiri. Ia pun mengangkat tangannya, menawarkan Pak Syamsul untuk bersalaman. Hal itu ia lakukan hanya agar Wulan tidak mencium sesuatu yang janggal tentang hubungan mereka berdua.

Pak Syamsul pun ikut berdiri dan membalas jabatan tangan tersebut, "hati-hati di jalan Burhan, Wulan."

Ayah Mila tersebut kembali duduk ketika Om Burhan dan Wulan beranjak keluar. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dan berusaha menikmati keindahan tubuh Wulan dari belakang. Atasan berwarna pink yang menutupi tubuh Wulan sampai setengah paha tidak mampu menghalangi Pak Syamsul dari membayangkan postur indah di baliknya.

Karena itu, Pak Syamsul cukup kaget ketika Wulan berhenti sejenak sebelum keluar dari pintu kedai kopi. Perempuan cantik tersebut menyempatkan diri untuk menoleh dan memandang ke arah Pak Syamsul, dan kemudian tersenyum. Mau tak mau, Pak Syamsul pun membalas senyuman tersebut, meski ia tidak tahu apa arti senyuman tersebut.

Ketika mereka berdua telah pergi, Pak Syamsul pun kembali memesan gelas kopi kedua. Sembari menunggu, ia pun kembali melamun, alangkah indahnya apabila ia bisa memeluk tubuh indah Wulan dan menindihnya di atas ranjang. Lenguhan perempuan berjilbab tersebut pasti akan membuatnya sangat terangsang.

"Sampai kapan pun, aku akan tetap menyimpan dendam untukmu, Burhan," gumam Pak Syamsul.

Wulan dan Om Burhan sendiri langsung menuju rumah dengan mobil Fortuner mereka. Keduanya tak banyak bicara, hingga akhirnya Wulan membuka pembicaraan. "Ayah, minggu depan aku mau main ke rumah Mila ya. Boleh kan?"

"Boleh saja, sampai menginap tidak?" Tubuh Mila yang montok kembali menyeruak di pikiran Om Burhan, termasuk payudaranya yang besar dan membusung.

"Lihat nanti sih, kalau memang seru yang mungkin bisa sampai menginap," ujar Wulan sambil tersenyum ke arah ayahnya.

"Ya sudah, boleh koq. Terserah kamu saja, Nak," jawab Om Burhan. Wulan pun tersenyum mendengar jawaban tersebut.

Wulan kembali memandangi smartphone miliknya. Ia kembali membuka akun Facebook, dan melihat sebuah notifikasi yang terus ia perhatikan sejak beberapa hari yang lalu. Ia pun tak bisa berhenti tersenyum melihat notifikasi itu. Notifikasi tersebut bertuliskan "Syamsul Hidayat menyukai foto anda".
 
Terakhir diubah:
Mantap bgt dh Page 10 udah bikin 10 episode sehari sekali update moga lanjut terus :beer: :jempol:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd