Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

Mbak Tika sama Dita kelihatan nya sama sama binal kayaknya ...

Suka ngewe ..

:Peace: :Peace: :Peace:
 
Waduh ketinggalan beberapa hari tuh..

Kok gk segera di eksekusi hu mbk tikanya.. di ssi dikit mgkin.hehe

Kl sama dit enak friend with benefits aj.. kakau balikan mah makan hati trs..
Btw mkasih updatenya suhuu..
 
CHAPTER XIII: KEMBALI DENGANNYA
Dita dan aku masih berselimutan di kasur denga posisi masih telanjang. Aku terbangun lebih duu. Dia masih memeluk tubuhku. Payudaranya yang besar bersentuhan erat dengan tubuhku. Malam itu kami berdua berada dalam kehangantan yang begitu intim.

Sudah lama dia tak terjamah oleh sentuhan lelaki.

Tak lama kemudian Dita terbangun,.

“Alan, maafkan aku ya selama ini sudah jahat kepadamu” Dita tiba-tiba memulai percakapan hari itu.

“dalam hatiku, aku selalu mencintaimu Alan, tak ada pria lain dalam hati ini.”

“Aku hanya takut, orang tuaku tidak banyak umur untuk menyaksikan pernihakan anaknya. Aku sangat senang kamu sudah mendekati kelulusan. Itu artinya adalah aku bisa memperjuangkan kamu kembali di hadapan orang tuaku dan berkata kepada mereka pilihanku itu benar.”

“Aku sangat takut orang tuaku menjodohkanku dengan Yosa, mantan pacar SMA ku itu. Walaupun kami sempat pacaran, tapi aku tak mencintainya.”
Dita berkata sambil memegang erat tanganku, memeluk tubuhku..

“Iya.. aku tahu ini perkembangan yang sangat baik bagiku.”

“aku tak tahu harus jawab apa. Yang jelas rasa kecewaku masih ada... yang membuat rasa sayangku kepadamu sudah tidak sebesar dulu.” Aku menjawab Dita dan mencoba untuk tetap kuat. Tetap memegang prinsip tanpa hati ke Dita walau hati kecil ini tetap masih ada sedikit rasa.

Sebagai seorang lelaki, aku termasuk lelaki yang sensitif terhadap urusan hati. Entah ini aneh atau tidak, yang jelas sejak kecil orangtuaku selalu bilang kalau aku itu cengeng. Dapat terlihat dari kantung mataku yang besar, menandakan seringnya aku meneteskan air mata dari kecil.

“PleaseAlan, aku mau kita balikan, aku berjanji akan setia, dan memperjuangkan kita.” Dita memohon-mohon kepadaku.

Aku tak tahu kenapa Dita jadi begini, padahal kalau dilihat dari segi fisik, aku biasa-biasa aja. Banyak lelaki di luar sana yang lebih ganteng dari aku, Gilang pun juga lebih ganteng, bahkan dia sudah bekerja dan lulus.

“Baik gini aja, aku mau kita balikan, namun satu aku minta dari kamu. Kamu jangan larang-larang aku seperti dulu kamu lakukan kepadaku.”

“aku tidak pernah melarangmu berteman dengan siapapun dengan pria sekalipun. Ini sangat tidak adil saat kamu selalu mencurigaiku, dan melarangku berteman dengan wanita lain.”

“dan ini sungguh menyakitkan, saat kau larang aku, nyatanya kamulah yang selingkuh dibelakangku.” “Kali ini, Aku ingin aku bebas, walau dengan status pacaran sama kamu.”

Itulah syaratku kepada Dita. Memang selama ini aku merasa tidak adil.

“Terima kasih Alan, aku berjanji. Dan aku akan berjuang untuk meyakinkan orang tuaku” Dita menjawab dan memelukku, menciumiku dengan hangat.

Ciumannya membuatkku kembali bernafsu, kami kembali mengulang pergumulan sama seperti yang semalam kami lakukan.

Selimut warna coklat itulah sebagai penutup tubuh kami. Aku memainkan lidah di mulutnya, rambut wangi Dita semerbak masuk ke hidungku. Aku sangat menikmati pagi itu. Aku tak menunggu lama.

Aku mulai memasukkan penisku ke vagina Dita yang sudah basah. Dia sedikit merintih karena pemanasan yang kurang lama. Rintihan itu malah semakin membuatku bernafsu.

Memang benar kata orang, Morning Sex itu lebih menggairahkan. Aku sangat menikmatinya. Kami bergumul tak lama, spermaku keluar di dalam vagina Dita, yang sebelumnya sudah mencapai klimaks, kita orgasme hampir besamaan.

Kasur kosan pun basah oleh cairan kami, pagi yang sedikit berkeringat itu sangat memuaskanku.

Setelah puas berdua, kami pun beranjak untuk mandi berdua. Biar badan kembali segar.

Hari itu, kami meimliki agenda yang berbeda. Dita masuk kerja, untuk mengajar, dan aku ke kampus, hanya untuk main-main saja. Aku pikir sangat tanggung jika aku kembali ke rumah. Pasti orang rumah bertanya-tanya kenapa tidak pulang malam tadi.

Untungnya aku sudah SMS bahwa menginap di kos teman , karena kemalaman.

Kampus lumayan rame, banyak mahasiswa yang masuk. Apalagi ditambah dengan mahasiswa angkatan tua yang beberapa waktu lalu dipanggil oleh pihak fakultas. Mereka rata-rata 3 tahun diatasku.

Pemanggilan itu tidak lain untku mengumpulkan mahasiswa yang macet skripsinya atau bahkan macet kuliahnya. Mengetahui permasalahan yang mereka hadapi. Maklum saja, banyak sekali angkatan diatasku yang masih mengambil mata kuliah semester 5, entah karena harus mengulang atau emang baru ambil mata kuliah itu.

Ini dilakukan juga karena akreditasi fakultas akan dinilai kembali oleh Dikti. Jika banyak mahasiswa yang telat lulus, mungkin saja Akreditasi A kami turun.

Aku ke kampus ketemu dengan Ali, teman angkatanku yang sama-sama sedang menempuk skripsi. Sayangnya kami berbeda pembimbing.

Kelas angkatanku hanya berjumlah 40 orang, dan dari 40 orang itu, jumlah laki-laki hanya ada 6 orang. Maklum saja teman yang paling cocok ngobrol cuman sama Ali, karena dia punya permasalahan yang mirip denganku. Restu orang tua yang tak kunjung tiba.

Kami berbincang di selasar gedung B, sambil menikmati pemandangan mahasiswi baru yang keliatannya masih seger-seger. Yang masih seger dipandang, dan belum tercemar oleh ruwetnya urusan skripsi.

Ali mengucapkan selamat kepadaku atas kelancaran bimbingan terkahis dengan Pak Asrul, sekaligus selamat atas kembalinya hubungan asmarku dengan Dita.

Rupanya kabar ini sudah tersebar kemana-mana, padahal baru tadi pagi kami menyatakan balikan.

Dari kejauhan aku melihat Mbak Tika, berjalan bergegas menuju ruang dosen. Mungkin dia mau melanjutkan bimbingan lagi ke Pak Asrul. Dia melihatku dengan sekilas, sambil tersenyum manis.

Ahhh, andai saja Mbak Tika tidak punya pacar, sudah aku deketin dari dulu itu pasti.

“Woeeeyyy... kedip woeeyy.. matanyaa matanyaaa...” Ali berkelakar menggodaku.

“Doi emang cantik bro, idola kaum adam seisi kampus. Udah ada pacarnya. Udah udah ga usah diliatin terus.”

Ternyata Ali memperhatikanku.

“Yaa pastilah , biarin aja lah dipandangin, walau tak bisa memiliki, dapet senyuman manis Mbak Tika aja udah bahagia akutuh. ”

"Aku ga nyangka lho, bisa ngobrol dan deket sama Mbak Tika. It's lika a dream come true.. hahahahaa."
Aku menjawab Ali sambil tertawa.

Obrolan kami berdua tak jauh-jauh dari urusan kampus dan asmara. Memang pelik dua urusan ini.

Dari cerita Ali aku jadi tahu bahwa ternyata Dita selama ini menanyakan kabarku terus kepada teman-teman lainnya. Menanyakan aku dimana, gimana skripsiku, dan pacaran sama siapa.

Ahh, memang wanita itu susah ditebak jalan pikirannya. Aku sama Ali bertekad untuk sama-sama mengejar Wisuda bulan Agustus nanti. Biar restu calon mertua segera tiba. Urusan asmara nomor dua.

Besambung...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd