Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

Semoga wabah COVID-19 segera berlalu.
Stay safe ya semuanya
________________________________________________________________________________________





CHAPTER XXII: PIKIRAN KACAU

Waktu itu aku semakin penasaran kehidupan malam di kosan Dita. Selama ini aku hanya singgah di kamar Dita yang berada paling depan rumah kos itu.

Jam dinding berdetak sangat lamban, aku mulai sangat bosan dengan kegiatanku menunggu sang pujaan hati. Dalam hati bergejolak rasa penasaran soal mbak Alina tadi. Jarum jam sudah mulai menunjukkan pukul dua siang. Pertanda aku harus segera beranjak untuk menjemput Dita.

Aku pun menutup laptop berukuran 14 inchi milik Dita, membereskan kamar sebentar, lalu mulai keluar mengunci pintu berwarna kuning yang senada dengan dinding kamar Dita.

Ketika aku membalikkan badan, sontak aku kaget bukan main. ada soso mbak Alina yang juga mau keluar.

"heyyy... kaget ya.." Sapa mbak Alina kepadaku.

"ehhh iya mbak, habis kosan sepi banget, tiba-tiba aku balik badan, ada bidadari sexy muncul." godaku kepadanya.

Mbak Alina pun tertawa kecil. kami berdua pun tak melanjutkan pembicaraan. Seksama aku perhatikan penampilan Mbak Alina, dari belakang terlihat sekali bokong yang besar, empuk sekali sepertinya. Kalau bercinta dengannya pasti aku sudah tepok-tepok tuh pantat.

Sepertinya mbak Alina mau berangkat kerja, dari penampilannya sih dia kerja di sebuah kantor swasta. tapi kok jam dua siang baru berangkat kerja.

Aku pun iseng bertanya, "Mbak mau kemana, kerja kok jam segini?"

"iya nih janjian sama klien jam segini, harusnya sih ke kantor dulu, cm karena kesiangan, jadi ya ijin ke bos aja tadi pura-puranya ketemu kliennya dari pagi." Jawab mbak Alina sambil membenarkan rok mini nya.

Dia berlalu meninggalkan harum wangi tubuhnya yang merasuki indra penciumanku. Sungguh wangi betul parfumnya. AKu pun mulai menghayal andaikata bisa bercinta dengan Mbak Alina pasti sudah aku cium habis harum bau tubuhnya hingga tak bersisa.

Pikiran liarku sudah menjalar kemana-mana membayangkan nikmatnya bercinta dengan Mbak Alina. Namanya juga lelaki, tak akan puas hanya dengan satu wanita.

Tak terasa aku sudah terlalu lama terdiam di parkiran, aku bergegas berangkat menjemput Dita yang sudah menunggu. Dalam perjalanan pikiran liarku barusan hilang berganti pikiran yang keruh soal statusku saat ini yang menjadi pengangguran setelah di perjalanan aku melihat beberapa orang berkerumun di depan sebuah kantor dengan memakai baju putih hitam.

Ini pasti mereka yang mau interview kerja. Hingga saat ini, tak ada panggilan interview masuk ke emailku. tak terhitung jumlahnya yang sudah aku lamar. Harapan satu-satunya cuma lowongan CPNS yang sudah beberapa aku masukan.

Bicara soal CPNS, aku sudah beberapa kali ikut seleksi semasa kuliah. tentu saja bermodalkan ijasah SMA. Kuhitung sudah dua kali aku ikut, cuman belum seberuntung Aris, teman SMA ku yang diterima menjadi sipir di penjara.

Bulan depan adalah waktu pengumuman seleksi administrasi, aku berharap lolos dan bisa lanjut ke tes tertulis. Harapan satu-satunya, harapan orang tuaku juga. Ya nasib orang ga ada yang tau. Kata orang, nasib oranng pintar kalah sama orang beruntung. Aku gak pinter-pinter amat, mudah-mudahan aja jadi orang yang beruntung.

Sesampainya menemui Dita, aku langsung mengajaknya untuk santap siang. Kami berdua biasa makan siang di warung flamboyan, langganan kami waktu masih sama-sama kuliah. Selain karena ingin nostalgia sedikit, kalau untuk makan siang di flamboyan, aku masih bisa bayar sendiri. Malu sendiri kalau setiap makan dibayarin Dita.

Di perjalanan aku hanya sedikit ngobrol sama Dita. Bicara hanya seperlunya. Dita pun menjadi penasaran kenapa aku diam. Dia menanyakan apa yang ada di pikiranku hingga tak banyak kata keluar dari mulutku.

Yang namanya lelaki pasti ada sesuatu yang dipikirkan apabila dia banyak diamnya. Dan lebih parah lagi, lelaki hanya bisa fokus pada satu hal. Itulah mengapa dulu skripsiku terlunta-lunta.

Kami pun bertukar rasa di warung flamboyan. Aku menceritakan keresahanku soal statusku sekarang ini. Sudah cukup lama sejak aku lulus, tidak dapat kerjaan. Euforia perayaan wisuda sudah lenyap. Setiap ketemu teman hanya bisa menundduk diam saja.

Dita berusaha menenangkanku, dia memegang tanganku sambil berkata “Tenang aja Alan, kalau kata orang, Gusti mboten sare. Pasti semua ada jalan keluar. Sekarang tinggal jalani saja sebaik apa yang kami bisa. Urusan hasil nanti Yang Diatas yang menentukan.”

Aku sedikit tenang setelah sesi curhat itu. Memang manusia hanya perlu orang lain mendengar apa yang dirasakannya, meskipun tidak ada solusinya, namun beban pikiran bisa jadi berkurang.

Kami pun melanjutkan makan siang, dan aku perlahan mulai menanyakan soal Mbak Alina. Aku kasih tahu kalau tadi mbak Alina minjem barang ke Dita. Dita pun juga sudah paham karena mereka saling berkabar sebelum Mbak Alina meminjam ke kamar.

“Ngomong-ngomong Mba Alina itu kerja apa?” Aku bertanya kepada Dita dengan wajah datar, padahal aku menyimpan rasa penasaran yang begitu dalam soal Mbak Alina.

“ooohh. Dia kerja di Bank kalau gak salah, tapi lupa Bank apa. Marketing atau sales gitu lah. Sering ketemuan sama orang-orang di luar.” Dita menjawab dengan tenang tanpa rasa curiga atas pertanyaanku tadi.

“tapi emang ya dia itu bandel dibilangin, udah tahu kerja, tapi tiap malem kerjaannya dugem terus, kesiangn mulu deh bangunnya.” Dita melanjutkan

Obrolan kita berlanjut ke topik Mbak Alina dan merembet ke teman-teman kosan Dita yang aku belum banyak tahu.

Ternyata memang banyak teman kosan Dita yang sering pulang malem, sering ngajak nginep pacarnya. Bahkan sudah ada yang kumpul kebo di kosan. DI kosan itu ada satu kamar untuk keluarga yang cukup besar ternyata. Di pojokan lantai dua. Dan disana diisi oleh pasangan yang mengaku suami istri padahal bukan.

Ada juga temen kosan Dita yang tinggal disitu bersama anak bayinya yang entah dimana tidak terlacak siapa bapaknya. Lebih parah lagi ada yang berpesta narkoba di kamar. Untungnya orang itu sudah ditangkap polisi saat transaksi di diskotek.

Memang benar-benar diluar dugaanku kehidupan malan disini. Aku jadi paham mengapa orang tuaku sangat keras melarang anak-anaknya ngekos di Jogja.

Tak terasa kami menghabiskan sejam makan siang. Kami pun beranjak kembali menuju kosan Dita. Aku melewati kembali kerumunan orang berbaju putih hitam yang tadi. Saat aku lewat sudah mulai berkurang kerumunannya. Mungkin karena sudah menjelang sore dan selesai.

Aku pun lagi-lagi diam tak berbicara setelah melewatinya.

Tiba-tiba Dita berkata “Ooohhh... yang tadi itu yang bikin kamu kepikiran. Tenang aja sih, itu tuh interview jadi penjaga minimarket tau. Kamu ngiri sama mereka. hahahaha?”

“Astaga., iya toh, kirain perusahaan terkenal gitu. Kalau jadi penjaga minimarket ya eman-eman ijasahku.” Aku berujar sambil kembali menarik gas motorku dengan kencang. Biar Dita langsung memelukku erat.

Sesampainya di kosan, aku langung ingin pulang. Pamitan sama Dita. Karena ada janji sama temen di rumah. Takutnya nanti kemaleman.

bersambung...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terima kasih apresiasinya, harap bersabar...

semoga covid segera bubar
 
Semoga wabah COVID-19 segera berlalu.
Stay safe ya semuanya
______________________________________________________




CHAPTER XXIII: LOLOS ADMINISTRASI - BERCINTA

Malam itu studio sudah ramai, ternyata semua nungguin kedatanganku. Iya, janji malam ini adalah latihan buat manggung di pensi SMA Kartika. Kebetulan stok lagu ya itu-itu aja, jadi tinggal ngelemesin jari saja. Selesai latihan, kami berempat nongkrong di studio. Ngobrolin segala macam hal, mulai dari obrolan anak TK sampai topik orang dewasa.

Ngobrol dan bercanda dengan teman-teman itu rasanya lepas, tanpa beban. Dari keempat anggota band ku, yang sudah lulus kuliah baru Aku dan Atma, vokalis merangkap gitaris, sedangkan Joni dan Tian masih berkutik dengan mata kuliah di kampus.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini saatnya studio tutup, kami pun bubar dari tempat itu. Namun tentu saja kebanyakan pindah tempat tongkrongan. Sebagian besar nongkrong di angkringan depan warnet. Tapi aku selalu ngga ikutan nongkrong, bukannya ga suka nongkrong, tapi aku kasihan sama Bapak yang selalu nunggu di teras rumah. Menunggu anaknya pulang.

Sampai rumah, aku pun langung menuju kamar, bermain dengan laptop dan berselancar. Sekedar mencari lowongan lain, atau bermain Facebook yang sudah mulai rame, meninggalkan tren Friendster yang mulai alay.

Aku mencoba mengakses website instansi CPNS yang kulamar, ternyata sudah ada pengumuman kelulusan seleksi administrasi. Selanjutnya para peserta diminta ke Jakarta untuk mengambil nomor peserta dan registrasi ulang.

Aku sungguh bahagia melihat kabar ini, aku sudah beberapa kali mengikuti tes CPNS, sebelumnya saat masih kuliah. Namun ekspektasi kali ini berbeda, aku sangat berharap keterima. Kabar ini pun segera ku sebarkan ke keluarga untuk meminta pertimbangan mengingat aku belum pernah ke Jakarta.

Bapakku, cuman berkata “Berangkat aja, naik kereta ekonomi murah, cepet.“

Ibuku sependapat dengan Bapak, beliau bilang tidak usah takut, nanti dibekali uang yang cukup buat ke Jakarta. Disana juga ada saudara walaupun jauh dari kota Jakarta, yaitu di Bekasi. Paling tidak buat jaga-jaga jika membutuhkan tempat menginap.

Sedangkan Dita menyuruhku untuk segera menyiapkan segala hal dari tiket kereta sampai rute perjalanan nanti.

Dengan kata lain, semua orang di sekitarkau mendukungku untuk berangkat ke Jakarta dan mulai meraih impian.

Besok pagi aku akan ke Jogja beli tiket kereta.

------------------------

Antrian loket tiket kereta ekonomi begitu panjang. Dengan harga 35 ribu, ini adalah moda transportasi paling diminati sebagian masyarakat Indonesia terutama kelas menengah kebawah. Aku antri di stasiun sendirian, padahal Dita sudah menawarkan diri untuk menemani.

Namun ku pikir lagi, ah nanti malah kasihan dia nungguin lama aku yang lagi antri ini. Setelah antri sejam lebih, tiketpun sudah di tangan. Stasiun Lempuyangan yang ramai dipadati penumpang, sesak, dan panas membuatku membayangkan bagaimana nantinya apabila aku diterima, apakah akan seperti ini setiap mau mudik.

Aah aku acuhkan saja pikiran itu, jalani saja yang ada sekarang. Let it flow like a river kata orang-orang.

AKu lanjut menuju kosan Dita, untuk istirahat sebentar. Dia bilang kunci dititipkan ke mbak Alina yang hari ini libur.

Denger kata Alina, pikiranku langsung tertuju pada body semoksnya dengan buah dada yang menyembul kemana-mana. Kacau emang nih pikiran kotor.

Sampai kos, aku pun menuju ke kamar Alina. Badan ini grogi, gemetar tak karuan, takut kalau aku lepas kendali.

Pintu kamarnya berwarna pink, aku coba intip melalui jendela, dia kok tidak ada. AKu pun mencoa mengetuk pintu berwarna pink itu.

“tok tok tok.. mbak Alina... ini pacarnya Dita, mau ambil kunci.” Aku coba berteriak sedikit.

Suara samar-samar pun nyahut dari dalam, aku tebak dia lagi mandi.

“iyaaa.. sebentar yaaa.. lagi mandi. Bentar lagi selesai kok. Tunggu ya.” Suara mbak alina terdengar sayup-sayup dari dalam.

Pikiranku pun mulai kacau, aku membayangkan kembali tubuh mbak Alina ini. Sambil duduk di depan kamar, tak terasa penisku tegang. Sambil melamun membayangkan nikmatnya bersetubuh dengan wanita seksi dan semoks, aku memegang penisku dari luar yang sudah tegang.

Lamunanku pun dikagetkan sura pintu yang terbuka. Ternyata sudah selesai mandi dia.

“Hoeyy... ngelamun aja, aku udah manggil daritadi juga.” Alina berkata. Dia masih memakai handuk saat membuka pintu itu. Badannya terlihat setangah saja.

“Sini kalau mau kuncinya masuk dulu. Kalau ngga mau kesini ga aku kasih ya” Alina mengancamku tidak kasih kuncu sebelum aku masuk ke kamarnya.

Sebuah ancaman yang justru membuatku senang. Imajinasiku barusan akan berubah jadi kenyataan hanya dalam waktu tak kurang dari setengah jam.

AKu mulai masuk ke kamarnya., sedikit gelap walau sudah dinyalakan lampunya. Suasana kamarnya cukup berantakan, sepeti kamar cowok. Banyak sisa puntuk rokok di asbak, dan bekas botol minuman keras.

Kesimpulan yang kudapati sekilas mengamati adalah Alina ini cewek dengan kehidupan yang berantakan. Entah apa dia perokok, atau cowoknya yang numpang ngerokok. Tapi yang jelas bibirnya sedikit hitam, pertanda dia juga merupakan perokok.

Alina, kemudian mengunci kamarnya, berdua di dalam bersamaku.

Matanya menggodaku, aku hanya terdiam. Tak berani bergerak. Dia pun melepas handuk yang membaluti tubuhnya. Ooohh shit.. dalam hatiku, tubuh bugilnya ada di hadapanku.

Dia pun langung menyergapku, mengajakku berbaring di kasur berwarna cokelat tua itu.

“Ternyata sudah tegang ya dedeknya... Aku emut ya? “ Alina berkata.

Aku tak bisa menjawab apapun, hanya pasrah saja. Ini lah saat terindah bagi seorang lelaki ketika lawan bercintanya mulai merambat ke penis, memainkannya dan mengulumnya dengan lahap.

Aku tak kuasa menahan godaan ini. AKu pun langsung melepas celana dan bajuku. Kita berdua telanjang. Tanpa sehelai kain menyelimuti.

Penisku sangat tegang, sungguh nikmat dunia. Aku mencoba untuk meraih payudaranya yang menjuntai kebawah.

“aaaahhhcc...” Alina mengerang keenakan.

Aku balik badannya, kujilati putingnya, sampai basah dan licin. Dia pun menggelinjang mengerang keenakan.

Desahannya membuatku bersemangat lagi untuk merambah bagian tubuhnya yang lain. Harum aroma tubuhnya membuatku semakin bernafsu.

Aku gesek vaginanya, menggunakan tanggan. Dan kusedot putingnya.

Dia menjerit “aaaahhhhh... cccccmmmmhhh.... cuuuchhhh.... enaaaaakk... teruuussss...”

Aku pun beralih menjilati vaginanya yang basah. Aroma nya khas, cairan hangat keluar dari mulut vaginanya yang berwarna pink. Dia sangat basah kali itu.


Penisku yang semakin tegang, diraihnya. Langsung diarahkan ke vaginanya yang basah.

Jleeeebbb.... Acccccchhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....

Ploook ploooook ploooook ploooookkk... suara genjotanku bersahutan dengan suara TV yang sengaja sudah dikeraskan daritadi.

Ahhhhhhh ahhhh ahhhh sayaagnnn enaaaaaaaaak.... uuuuuuchhh... mmmpphhhh...

Matanya merem melek menikmati kerasnya penisku yang sedikit berotot.

Payudaranya bergoyang-goyang, mengikuti irama hentakan penisku.

“Ayo sayang ayoooo.... terusss... mmpphhh... aaccchhh enak sayang...”

‘’uuuuuuuuhhh... ahhhhhhh”

Rintihan Alina membuatku semakin bersemangat untuk menuntaskannya.

“keluar sayang keluar sayaaang...uuuchhhh aaaaaahhh mmmmppphhhhh........”

Badan Alina gemetar, tanganya mencengkerap pundakku. Kakinya menggapit badaku....

Cairan keluar dari vaginanya... hangat... kasurpun basah. Untungnya ada handuk dibawah.

Melihat Alina orgasme, aku tak mau berhenti, aku terus bergoyang...

“Ahhh ahh ahhh sayang.... enak sayang....” Alina berteriak.

Sedikit lagi aku mencapai klimaks, aku pun buru-buru mencabutnya.. mengarahkan penisku ke mulutnya...

Dia langsung mengulum kembali penisku.

Tak lama kemudia cairan spermaku memenuhi mulutnya. Putih kental dilumat habis olehnya.

Ahhhhhh.. nikmat sekali bercinta kali ini.


bersambung...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd