Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA PERSONA (Famously Infamous part 1)

Status
Please reply by conversation.

194946060113

Semprot Lover
Daftar
21 Jul 2018
Post
207
Like diterima
618
Lokasi
VY Canis Majoris
Bimabet
Ch 1: Pursuing My True Self.
"Nick, betul?" Suara wanita di depanku memecah kesunyian sejak aku duduk di sini.
"Iya, mbak"
"Eits jangan panggil mbak, panggil aja Hilda, people don't like being called 'mbak' here, kaya manggil pembantu soalnya hahaha." Oh begitu rupanya, pantesan cewek-cewek pada sensi pas ngomong sama gue.
"Uh sorry then mbak... I mean miss Hilda"
"Ah, sounds better, thank you Nick. Jadi kamu tau kan kamu sekarang ngapain?"
"Interview kerja" ucapku sambil agak bingung
"Good, di CV kamu ditulis kalo kamu lancar berbahasa Inggris pasif dan aktif, ditambah lagi kamu adalah sarjana bahasa Inggris di universitas Y. Bukannya nggak percaya, tapi..."
"Tapi?"
"You wouldn't mind doing the interview in English, would you?"
"... No I wouldn't mind, miss." Kata gue sambil berusaha senyum seringan mungkin. Gue sebenernya nggak begitu suka kalo disuruh ngomong bahasa Inggris sama orang lain. Bukannya sok iye atau gimana, tapi gue gak pede aja dengan aksen ngomong Inggris gue yang kalo kelepasan bisa mirip kaya orang Jawa baru belajar bahasa Inggris. Aneh banget didengerinnya. I guess I'll have to pay extra attention to accent in this interview, biar gak dikira bocah baru bisa bahasa Inggris
Kelanjutan interview ini nggak begitu penting sih, lebih banyak Miss Hilda nanya tentang masa kuliah gue yang sebenernya kalo dipikir-pikir gak penting juga ditanyain, kayanya Miss Hilda curiga kalo gue nembak ijasah karena muka gue yang gada potongan anak Sastra Inggris sama sekali. Ya yaudah lah ya emang dari bawaan jadi persetan, setelah beberapa pertanyaan gak penting lain baru dia tanya yang penting lagi nih, kayanya dia baru percaya gue bisa bahasa Inggris beneran.
"Jadi kamu tau kan perusahaan kita bergerak di bidang apa?"
"Agensi periklanan"
"Right, pernah ada pengalaman di bidang advertising sebelumnya?"
"Belum ada sih... Tapi saya bisa dan mau belajar dari nol kok, Miss"
"Hmm... Okay..." Kata Miss Hilda, kayanya dia bingung kenapa ada orang yang gak tau apa-apa tentang periklanan tiba-tiba ngelamar di agensi periklanan gede begini.
"Kamu di sini ngelamar jadi production assistant, kan? Apa yang bikin kamu pede milih itu?" Ternyata masih nanya lagi, tapi mukanya ngga keliatan gak yakin kaya tadi, lebih kaya penasaran dengan keunikan gue (yuck).
"Saya memilih bidang tersebut karena saya punya skill penunjang di bidang production assistant" ucap gue dengan pedenya, karena gue liat Miss Hilda udah percaya sama gue.
"Oh really? What is it?"
"Bu... Berbicara di depan umum maksudnya, Miss. I have a good public speaking skill" hampir aja gue bercanda dengan bilang skill gue adalah bullshitting. Ya emang sih kata orang gue pinter bullshitting, apalagi ke cewek, tapi sekarang bukan saat yang tepat buat nunjukin itu, apalagi ke Miss Hilda.
"Oh I see, dulu kamu pengalaman jadi MC?" Langsung gue agak bingung karena keanehan pertanyaannya.
"Maksudnya Miss?"
"Kamu bilang punya skill public speaking yang bagus, emang dulu seneng MC apa gimana gitu maksudnya" kata Miss Hilda sambil agak bete
"Oh itu... Nggak, Miss, dulu background saya di klub drama" kataku berusaha sejelas mungkin, sambil berusaha bikin dia mikir kalo gak cuma MC yang pinter public speaking.
"Wow, it's rare to see that here" kata Miss Hilda, gue cuma senyum bangga doang sambil ketawa kecil.
"Pengalaman apa aja di bidang drama?"
"Ya... Macem-macem sih Miss, pernah jadi aktor, sutradara, beberapa kali di bidang artistik gitu, publikasi juga, sama ngajar."
"Ngajar?"
"Iya, Miss, ngajar anak kecil gitu buat ekstrakulikuler"
"Tell me more about it" lah anjir ngapain dah kok nanya gapenting lagi? Eh apa jangan-jangan penting ya? Yaudah lah turutin aja pertanyaannya.
"Ya, saya beberapa kali diminta buat ngajar drama gitu di sekolah, biasa lah sampingan gitu Miss, kebanyakan saya ngajar anak SMA, tapi kadang juga ngajar anak SMP sama SD."
"Oh gitu... Susah gak sih ngajar akting gitu?"
"Ya kalo dibilang susah sih ya lumayan lah, apalagi kalo di tingkat SD sama SMP, karena nggak cuma ngajar akting tapi juga ngajar public speaking juga, bangkitin kepercayaan diri anak di depan panggung itu yang agak susah."
"Tapi berhasil?"
"Ya... Namanya juga anak2 pasti banyak kurangnya sih Miss, tapi banyak dari mereka malah ketagihan buat tampil di depan panggung, dan itu sudah bikin saya berhasil ngajar anak-anak"
"Bagus dong, kenapa nggak lanjut jadi pengajar aja?"
"Ya... Saya nggak ngerasa kalo dunia pendidikan adalah dunia saya aja sih Miss, I mean... It's fun, but I don't have that much courage in being an educator, belum lagi kalo mau jadi guru saya harus ambil kuliah lagi."
"Ah gitu... Okedeh, nanti kalo misal ada kelanjutannya I'll call you"
"So the interview is over, Miss?"
It's already over when we talk about your skill" fuck, ternyata Miss Hilda beneran cuma kepo sama gue. yaudahlah, untung gue memelas pas cerita tadi, semoga orangnya kasian terus gue diterima.
---
"Samlekom"
"Waalaikumsalam eh Nick cepet banget pulangnya"
"Iya, Bi, nggak diputer-puterin gojek lagi tadi"
"Hahaha bagus dong, kalo nggak disasarin lagi berarti udah sah jadi orang Jakarta"
"Anjir harus banget ya gitu, gila emang Jakarta"
"Nggak gila sih, tapi agak gak ramah buat orang baru" kata gue terus ke teras rumah, cari angin
Bi yang gue ajak omong dari tadi ini namanya Bianca, temen kuliah gue. Bedanya dia udah lebih dulu lulus dan pergi ke Jakarta, sedangkan gue baru dua Minggu di Jakarta. Gue tinggal di rumah dia, eh bukan sih, rumah papanya, gue ditawarin sama si Bianca karena dia gada temen di rumah, sedangkan papanya sendiri jarang di rumah. Gue iyain aja karena lumayan juga gausah mikirin tempat tinggal lagi selama di Jakarta. Anehnya, pas gue minta ijin ke papanya, dia oke-oke aja dan welcome ke gue dan malah semacam mempercayakan Bianca ke gue, padahal kata Bianca papanya jarang banget welcome ke cowok. Tapi yah... In the end gue di sini juga nggak nemenin dia karena dia lebih banyak main sama temen-temennya, nonton konser dan Hedon, sedangkan gue lebih fokus cari kerjaan dulu, dan gak suka Hedon sih pada dasarnya.

Bianca​
Jakarta masih terasa asing buat gue, banyak hal-hal yang ternyata baru gue rasain di sini. Yang pertama jelas hawanya yang panas mampus, ditambah polusi udara yang bikin pengap. Terus ada lagi yang gue heranin, yaitu para pengguna kendaraan yang pada gak sante, hampir di setiap perempatan pasti ada orang klakson2 gajelas. Terus ditambah lagi banyak orang yang iseng banget ke para perantau. Seperti yang gue omongin tadi, gue diputer-puterin sama tukang ojek pas pertama kali sampe di sini, dibilangnya emang jalannya gini, tapi gue heran juga kok lama banget sampe setengah jam dan diputer-puterin Mulu, ternyata setelah sampe dan liat di google map ternyata kalo jalan kaki cuma butuh waktu 10 menit. Terus baru kemarin juga, abis interview di salah satu tempat gue pesen gojek buat balik, dan diputer-puterin lagi, sampe akhirnya gue marahin si supir gojek dan akhirnya dipulangkan. Pas gue cerita ke Bianca malah diketawain doang, dan dia cerita kalo dia juga pernah disasarin pas pertama ke Jakarta. Gue jadi heran apa jangan2 orang2 pada apal muka pendatang ya?????? Terus ada lagi hal yang gue bingungin di sini, eh tapi lebih ke gue yang belum belajar sih, tentang bahasa di Jakarta, dan ini banyak banget sih, kaya penggunaan aku-kamu dan lo-gue. Di Jakarta gue baru tau kalo aku-kamu seringnya dipake kalo ke cewek yang deket sama kita doang, kalo misal kita pake aku-kamu kemungkinan paling besar si cewek salting, atau risih sama kita. Akhirnya gue ngebiasain pake lo gue, walaupun agak gatel di lidah karena nggak biasa. Pas nulis inipun jari gue gatel2 saking anehnya nulis pake lo gue. Penggunaan bahasa kedua udah disinggung pas gue ngomong sama Miss Hilda, tentang gimana orang-orang di Jakarta risih kalo dipanggil mbak. Tapi buat yang kedua ini masih random sih, kadang iya, kadang nggak, makanya gue juga agak bingung mau manggil orang dengan sebutan apa.
"Nih, you need cold drink in this hot weather" kata Bianca sambil bawain es sirup.
"Wah thanks loh, tumben baik, pasti ada apa-apa nih" kata gue setelah minum es sirup yang dibawain Bianca
"Ih apaan sih nggak lah, kan emang aku baek" kata dia sambil pura-pura nggak bersalah, tapi gue tau pasti dia ada sesuatu
"Iyasih baik, tapi tetep keliatan kali, mau keluar malem lagi ya? Sama si... Simba itu bukan si?"
"Ih namanya tuh Sambadha!"
"Nah kan bener kan berarti keluar kan?" Tembak gue, gue udah paham kebiasaan dia keluar sama si cowok satu ini setiap Kamis.
"Hehehehehehehe iya boleh ya Nick, jangan bilangin papa yah Nick" dia berusaha keliatan kek anak kecil minta mainan gitu, gue jadi gak tega(dan emang gabisa tega sama Bianca)
"Hm... Iyadeh keluar sana, tiati kalo ngewe pake caps" kata gue santai.
"Ih jangan keras-keras ntar tetangga tau gimana!" Si bianca masang muka kesel dan gue cuma ketawa aja liat ekspresi dia takut ketauan kalo suka main cowok.
"Hahaha iya iya iya sorry sorry'
"Huft... Eh Nick btw gimana interview tadi, lancar nggak?"
"Ya... Lancar si, tapi gue cerita banyak hal gapenting tadi"
"Hal gak penting apaan dah?"
"Tadi si interviewer suka dipanggil Miss, terus dia penasaran gitu sama kehidupan gue pas era drama"
"Terus terus?"
"Yaudah gue cerita, tapi gak banyak sih"
"Terus dia gimana responnya?"
"Ya... Biasa, dia tertarik sama hal yang jarang dilakuin orang"
"Tuh kan, mending kamu terusin deh kerjaan di seni pertunjukan gitu, banyak kan lowongannya"
"Haduh nggak feel gue bi buat kerja di bidang itu lagi"
"Come on, kamu dulu inget kan, you were once a nightingale Nick"
"The nightingale has lost its vocal cord bi," kata gue sambil mau masuk rumah.
"Eh tunggu!" Si Bianca nahan gue buat masuk rumah.
"Kenapa sih?"
"Aku tau kamu gak akan bisa jauh-jauh dari panggung, I know it from your eyes." Gue ngelepasin tangan gue dan ke kamar. Di dalem kamar gue cuma mikirin kata Bianca tadi.
"Iya, bi, aku pingin ketemu panggung lagi, I wanna have fun on the stage" kata gue lalu tidur.
---
2 weeks later
Total udah sebulan gue di Jakarta, dan gak ada kerjaan yang tembus sama sekali, cuma beberapa lamaran yang berlanjut interview, itupun gaada kelanjutannya, gue sampe coba buat ngelamar di kantor bursa efek tempat kerja Bianca, tapi juga gada kelanjutannya. Bahkan sampe kerjaan buat jadi satpam atau OB gue juga gak diterima entah kenapa. Gue udah hampir frustrasi karena perantauan gue gak membuahkan hasil terlepas dari semua usaha yang udah gue lakuin. Rasanya kaya gue gak pantes buat merantau ke Jakarta.
*Tok tok tok
"Heh makan, ini udah kupesenin mie ayam"
"Iya taruh aja depan pintu Bi," gue gaada mood buat pergi keluar kamar sama sekali, rasanya malu sama dunia, ngeliat gue yang kaya gini
"Ayok lah, kamu udah gak makan dari kemarin loh, cepetan makan"
"Iya, ntar"
"Nick, kalo kamu gak makan dan sakit, kamu kira cuma kamu yang susah? Aku gamasalah kamu sedih tapi jangan nyusahin orang lain lah at least." Begitu selesai ngomong gitu
Akhirnya... Gue nyerah, gue keluar dan ngikutin dia ke ruang makan. Omongannya tentang nyusahin tadi ngena banget ke gue, karena gue juga numpang di rumah dia.
"Nah gitu dong, nih, mie ayam is your soul food right?"
"I'm so..."
"If you have time to talk you better shove that noodle into your mouth"
"Okay, sorry" ternyata dia masih kesel karena gue nggak makan dari kemarin... Daripada nambah masalah gue abisin mie ayamnya dulu, yang ternyata habisnya sangat cepat, entah karena porsinya yang kecil atau gue yang kelaperan banget.
"Sorry ya bi, gue down banget gara-gara nggak nemu kerjaan" buka gue setelah mie kita berdua habis.
"Gausah diomongin, udah keliatan" katanya tajem tapi dia ngomong pake senyum yang bikin gue makin rileks.
"Apa jangan-jangan gue gak pantes ada di Jakarta ya? Nasib gue begini amat..." Kata gue sambil ke sofa di ruang tamu buat rebahan.
"Mikir lu kejauhan, nih," kata Bianca sambil ngasih air minum ke gue, lalu dia nyuruh gue duduk dan dia duduk di depan gue.
"Lu pikir cuma lu doang yang kaya gitu? Ada ribuan orang di Jakarta yang nasibnya sama kaya lu, tapi apa yang mereka lakuin? Mereka gak nyerah, dan mereka mau berusaha. Lu mau usaha nggak?" Tambah dia, jujur gue kaget ngeliat perubahan gaya omong dia, tapi gue inget kalo dia adalah orang yang straightforward. Tapi ngeliat perubahan gaya omong dia (dan anehnya logat dia yang ngomong Lu gue) gue cuma bisa melongo saking anehnya dia kalo ngomong pake lo gue.
"Heh malah bengong" tiba-tiba dia bikin gue sadar dari lamunan tentang anehnya logat Bianca
"Eh sorry, lu aneh kalo ngomong gitu," ucap gue spontan.
"Anjing! Orang serius juga, iya emang logat aku aneh, udah puas?" Kata Bianca sambil pura-pura kesel.
"Bukan gue yang ngomong ya, gue ngiyain doang"
"Iiiiih ngeselin kan"
"Hahaha iya iya sorry Bi."
"Terus gimana pertanyaan gue?"
"Iya, gue mau usaha."
"Gitu dong, jangan omongan doang niru orang sini, mental juga. Jakarta keras bos!" Kata dia sambil ngajak gue fist bump, dan gue menyambut ajakannya.
"Sumpah kalo misal ada kerjaan yang tembus, jadi apaan aja deh, bakalan gue terima sekalipun jadi tukang sampah." Ucap gue sambil minum lagi.
"Beneran nih? Ntar aku bilangin RT sini ah biar ngerekrut kamu jadi hansip, hihihi."
"Yee gak gitu juga dong, muka kaya gini masa..."
*DRRT DRRT*
Tiba-tiba hape gue geter. Pas gue cek, ada telpon tapi gue gatau siapa.
"Halo?"
"Ini Nick kan? Ini Miss Hilda." Gue kaget, ini pertama kali ada yang nelpon setelah interview, langsung gue loudspeaker biar si Bianca denger juga
"Oh Miss Hilda? Kenapa Miss? Saya diterima kerjaan ya?" Kata gue saking excited-nya, si Bianca ikut excited sambil nutup mulut dia biar gak teriak.
"Oh nggak sih Nick, kamu nggak diterima di Dentsu." Lah anjing? Miss Hilda nelpon cuma buat ngabarin gue gak diterima? Anjing banget. Gue mulai emosi tapi Bianca nenangin gue dengan ngelus tangan gue pelan.
"Oh gitu Miss... Oke deh makasih ya buat infonya." Gue udah gak tahan pingin nutup telponnya daripada tambah emosi.
"Eh tunggu! Saya nelpon karena mau nawarin kamu, Ada anak perusahaannya Dentsu yang butuh bantuan kamu, tertarik nggak?"
"Maksudnya bantuan saya Miss?" Gue masih bingung memproses semua info dari Miss Hilda
"Aduh lemot banget deh, ini ada kerjaan, mau nggak?" Tembak Miss Hilda. Gue tatap-tatapan sama Bianca, dan dari tatapan mata kita, gue tau mau jawab apa.
"Mau, Miss!" Kata gue sambil agak teriak karena excited (lagi).
"Nah gitu dong, nanti jam dua kita meeting ya, tempatnya aku shareloc ke kamu habis ini, udah ya, bye" Miss Bianca langsung nutup telponnya.
"Loh Miss, makasih Miss... Halo? Halo?? Halooo??? Lah udah ditutup... Bi... Tadi itu.... Pekerjaan! Biiiiii gue diterima kerja! Yeaaaay!!!" Gue lompat-lompat mirip bocah play group main lompat tali saking senengnya, akhirnya setelah sebulan gue di sini semua ada hasilnya. Gue tarik tangan Bianca dan gue ajak dia loncat-loncat sama gue. Setelah kita berdua agak tenang, gue ngecek pesan dari Miss Hilda dan ngeliat lokasi meeting kita.
Ntar kita ketemu di Cafe xxxxxxxx di FX Sudirman.
*Location received*
"Bi, lu tau FX Sudirman?"
"Tau lah, deket tempat kerja gue kok, meeting di sana? Bareng aja, ntar gue dijemput kok."
"Ah iya ini meeting di cafe sana. Ini gapapa gue bareng? Gue gaenak sama si Samba..."
"Udahlah gausah sungkan, dan namanya Sambadha, bukan Samba. Emang joget apa..." Kata Bianca sambil agak cemberut karena gue becandain pacarnya (lagi).
"Lah bukannya emang sering dijogetin lu sama dia?"
"Ih ngeseliiiiiiiiin."
---
1.50 P.M. di sebuah kafe di FX Sudirman
"Hmm mana ya orang-orangnya ini..." Gue nyeruput affogato yang udah gue pesen 10 menit sebelumnya. Saking gue nervous-nya gue dateng jauh sebelum waktu ketemuan, selain biar gak telat dan malu-maluin. Setelah duduk-duduk dan nunggu, baru 5 menit kemudian Miss Hilda Dateng dengan dua orang cewek, yang satu keliatan lebih tua dari gue sedangkan yang satunya keliatan seumuran sama gue.
"Eh Nick udah dateng aja kirain masih otw, udah lama kah?" Buka Miss Hilda setelah pesen minum dan duduk di meja gue.
"Nggak kok Miss, barusan banget kok "
"Gausah bohong deh, es di affogato-mu udah cair gitu," sahut Miss Hilda dengan ringan dan disambut tawa kedua cewek di sampingnya.
"Ohiya jadi lupa ngenalin. Nick, ini Kinal sama Beby. Nah guys, ini Nick, orang yang gue bicarain kemarin." Sambung Miss Hilda dan dilanjutkan gue yang salaman sama mereka.
"Jadi Nick, mereka berdua ini..."
"Nick, apa yang kamu pikirin kalo denger kata idola?"

 
Terakhir diubah:
Halo suhu-suhu sekalian, newbie di sini iseng pingin nyoba bikin ff hehe, sorry kalo bikinnya mainstream juga, sorry juga kalo misal ntar bakalan lama perjalanan menuju ssnya karena saya baru pertama bikin cerita panjang, Monggo dikomen ya hu kalau semisal ada yang menurut suhu kurang hehe, thank you :ampun: :ampun:

?
 
Terakhir diubah:
Jadi fiksi ini tentang kinal dan beby?, awal nya gak paham cerita ini. Ke bawah baru saya paham. Lanjutkan. Jangan sampai kentang terus ditinggal gitu aja
 
Jadi fiksi ini tentang kinal dan beby?, awal nya gak paham cerita ini. Ke bawah baru saya paham. Lanjutkan. Jangan sampai kentang terus ditinggal gitu aja
Fokus pd beby & kinal cukup jarang boleh d tunggu muantab thor👌
Kalo boleh jujur sih ya... Beby sama Kinal sementara ini cuma jadi tokoh sampingan, kalo main heroine-nya chapter depan keknya muncul hehehehehe:ngacir:
Awal ceritanya keren, gak terburu-buru. Mantap.
Asik seru nih
Makasih hu :ampun::ampun:
 
menarik nih hu kayaknya... Ijin bikin tenda dulu... Semoga main characternya yang jarang deh... Hehehe....
 
Chapter 2: Glimpse of a Memory.


"Jadi Nick, mereka berdua ini..."
"Nick, apa yang kamu pikirin kalo denger kata idola?" Kata Kinal memotong omongan Miss Hilda dengan cepat, saking cepatnya semua yang di situ pada melongo, seakan ada time pause setelah Kinal nanya gitu. Dan balesan gue cuma...
"Hah?"
"Weits santai dulu dong nal, kan gue belum selesai ngenalin kalian, kasian loh si Nick sampe bengong gitu," kata Miss Hilda menenangkan ketegangan(apa kebingungan ya?) Di antara kita semua.
"Jadi, Kinal dan Beby ini adalah ya... Bisa dibilang representative dari JKT48. Tau JKT nggak?" Tanya Miss Hilda ke gue, yang nggak gue jawab karena gue cuma diem sambil mengingat-ingat. Kata 'jkt48' seakan jadi kata kunci buat buka sisi diri gue yang dulu udah lama gue tinggalin.
"Kalian berdua ini generasi 1 JKT48 kan?" Buka gue setelah diem beberapa detik.
"Eh kok tau sih? Fans ya?" Balas Kinal sedikit terkejut saat gue ngebahas masa lalunya.
"Tapi kok kakak gapernah keliatan di teater?" Tambah Beby dengan wajah curiganya.
"Yaiyalah, aku bukan orang sini, dan aku ngikutin kalian juga nggak begitu lama sih."
"Pasti cuma sampe jaman river ya kak?" Beby senyum sambil masang muka "hmm sudah kuduga".
"Tetoot salah, yang bener pas fortune cookie, itu rilisan kalian yang terakhir aku denger"
"Oooh..." Kata Beby dan Kinal sambil mengangguk-angguk paham.
"Oh jadi lu udah tau nih? Makin gampang dong kerjanya," tambah Miss Hilda lalu meminum espresso pesanannya.
"Nal, jelasin deh kerjaannya dia nanti apa." Sambung Miss Hilda.
"Jadi gini, aku sekarang kan jadi kepala sekolah buat JKT48 academy, nah kamu nanti bakalan jadi pengajar di sana." Jelas Kinal.
"Hah?"
"Ini anak hah hah Mulu deh dari tadi dikira kita keong?" Kata Miss Hilda disambut tawa Beby dan Kinal. Jujur, gue gatau mau respon apa, semua ekspektasi gue dipatahin. Begitu gue tau mereka dari JKT48, gue udah mikir kalo gue bakalan ngurus branding, atau di bidang creative, atau bahkan cuma tukang dokumentasi mereka. Jadi seorang pengajar gak terlintas sedikitpun di pikiran gue.
"Bentar deh, jadi, kalian, pingin aku, jadi pengajar? Terus ngajar apaan?"
"Jadi ntar kamu bakalan jadi guru ilmu idol."
"Hah? Ilmu idol? T...tapi aku bukan idol, nggak pernah malah, aku gak ngerti apa yang harus dipelajari sama mereka, coba pikir la..."
"Tenang aja, walaupun namanya ilmu idol, ntar tugasmu bakalan lebih ke ngelatih rasa percaya diri mereka pas ngomong di depan orang banyak sih, kaya guru public speaking gitulah..."
"Mmm..."
"Tenang kak, ntar pas ngajar bakalan aku temenin juga kok" imbuh Beby.
Gue masih terdiam. Jujur gue masih gak yakin dengan keputusan mereka. Terus gue inget omongan gue sama Bianca tadi. Gue udah janji bakal ngiyain apapun kerjaan yang bakalan masuk.
"Kalian udah yakin kan dengan keputusan kalian?" Buka gue sambil menatap mata mereka satu persatu.
"Kita yakin." Kata mereka berbarengan.
"Okay, I'm in."
"Nice! I know you'll do it Nick!" Seru Miss Hilda.
"Oke kalo gitu meetingnya bisa kita mulai sekarang." Kata Kinal lalu menjelaskan apa aja yang perlu gue ketahui tentang JKT48. Kebanyakan sih tentang basic JKT48 yang punya konsep idol you can meet dan macem-macem event-nya mulai dari teater, handshake, sampe pemilihan member buat setiap single. Terus terang gue amazed dengan event-event yang ada di JKT48 dan konsep idol you can meet itu sendiri. Gue terkejut dengan gimana orang-orang di 48 group ini" ngejual" segala macam acara yang intinya menciptakan interaksi antara fans dan member. Walaupun terkesan kapitalis, tapi emang itu yang ditawarkan ke para fans-nya, affection through attention. Sementara buat membernya sendiri yang ditawarkan adalah title "idola" yang susah didapetin sama orang biasa. Di JKT48 semua bisa jadi idol bermodalkan kerja keras. Jadi ibaratnya JKT kaya sekolah artis gitu kali ya di bayangan gue. Setelah denger penjelasan dari Kinal dan Beby gue jadi makin excited sama kerjaan gue sekarang, bersyukur gue iyain tadi tawaran mereka.
Setelah ngomong banyak tentang grup ini dengan mereka, gak kerasa udah jam 5 aja, langit udah mulai sedikit gelap. Begitupun dengan minuman kami yang udah habis dari tadi.
"Eh udah jam 5 aja, gue kayanya harus balik dulu deh, kalian gak balik juga?" Miss Hilda segera memasukkan handphone-nya ke dalam tas.
"Eh gue nebeng dong, eh Beb, si Nick suruh ke atas ya." Suruh Kinal sambil membereskan barang-barangnya.
"Eh ke atas, ngapain?" Gue agak lemot karena gatau maksud perintah Kinal.
"Nonton teater lah, kamu sebagai pengajar harus tau standar kita kaya gimana, udah Beb, Nick, kita pergi dulu ya"
"T..tapi..." Gue udah ditinggal sama mereka dengan Beby yang duduk di sebelah gue.
"Udah kak ayo!" Beby narik tangan gue yang masih duduk sampe akhirnya gue ikut jalan sama dia, tapi setelah beberapa saat...
"Beb, Beb"
"Kenapa kak?"
"Itu... Aku harus ngabarin temen kalo aku mau pulang telat dulu karena nonton teater..."
"Oh ya gapapa kak kabarin aja, kenapa bilang dulu?"
"Itu... Tanganku masih di kamu..."
"Hah itu masih... Oh... Iya maaf kak..." Kata Beby sambil melepas genggaman tangannya. Iya bener, sedari dia narik tangan gue dari dalem kafe tangan dia masih belum ngelepasin tangan gue. Untung nggak begitu lama pegangnya, eh gak untung juga sih, gue masih mau juga sebenernya kalo dia megang tangan gue, kapan lagi tangan gue dipegang cewek cakep.
"Kakak sih gak bilang kalo aku belum ngelepas tangan kakak" kata Beby agak malu-malu setelah gue ngabarin Bianca.
"Eh iya, sorry aku gak sadar juga hehe..." Elak gue sambil berusaha cari alasan. Sebenernya gue juga mau lama-lama pegangan tangan sama dia, tapi gue inget kalo dia idol, bisa masalah kalo Beby kedapetan pegangan tangan juga.
Setelah pembicaraan tadi kita diem-dieman, hawa-hawa awkward masih terasa karena efek pegangan tadi. Setelah beberapa saat giliran si Beby yang buka omongan.
"Kak, kakak punya oshi?"
"Oshi? Itu kan... Oh inget, member yang paling disuka kan? Aku inget-inget dulu... Ah ada!"
"Wah iya? Siapa kak?"
"Kalo namanya sih lupa... Tapi aku inget orangnya kek gimana"
"Kaya gimana tuh kak?"
"She resembles a dreamer, Beb"
"Yah susah gitu yak clue-nya, kan semua orang di JKT48 sama-sama dreamer"
"Iyasih... Tapi... Dia ini beda gitu, gatau kenapa"
"Jadi penasaran deh siapa oshi kakak..."
"Ya ntar habis dari sini aku googling deh, kalo inget besok aku kasi tau",
"Ooh... Iya..." Lalu kembali dilanjutkan dengan keheningan lagi... Gue bingung juga mau ngajak omong dia apa, akhirnya gue ada ide nanyain motivasi dia ikut JKT, dan dari omongan ini gue baru tau kalo dia adalah kapten JKT48, gue kira dia member nyambi guru ilmu idol doang, ternyata dia kapten juga... Gue jadi salut banget sama dia dan komitmennya. Lagi enak-enaknya ngomong tiba-tiba ada orang yang ngagetin Beby dari belakang.
"Dor!!!!! Kaget gak ka Beby? Hehehehe" kata si cewek sambil ketawa-ketawa sendiri, gue liatin dia dari atas ke bawah, ini anak SMP apa SMA ya kok kecil amat?
"Ih Feni sukanya usil kan hmmmm" kata Beby sambil memasang muka cemberut.
"Hehehehe maaf dong ka bebyyyyyyy" kata si cewek yang namanya ternyata Feni, yang gue gapaham dari si Feni ini adalah tingkahnya yang gabisa diem, pas dia ngomong sama Beby pun dia masih goyang-goyang kaya layangan kena angin.
"Loh.... Fen! Ini jam berapa? Kamu kok masi di sini sih? Cepet sana ke teater! Masih sempet-sempetnya di sini!" Beby tiba-tiba berubah tegas karena ternyata si Feni ini masih sante-sante aja.
"Oh iya lupa! Udah ka Beby duluan yaaaa, duluan juga yaaaaa kakak yang gatau namanya" kata cewek bernama Feni tadi sambil berlari meninggalkan kami.
"Sapa tuh tadi? Adek tingkat kuliah?" Kata gue sambil lanjut jalan lagi.
"Nggak kak, member juga itu tadi."
"Ah yang bener? Bocah gitu?" Jujur gue skeptis aja sih liat si Feni tadi, member tingkah kaya bocah gitu coba...
"Hahaha iya kak beneran, emang kaya gitu dia, tapi walaupun kaya bocah gitu dia bagus tau perform-nya."
"Emang iya?"
"Liat aja deh ntar..." Kata si Beby sambil senyum-senyum aneh gitu. Gue jadi makin penasaran sama penampilannya Feni tadi.
Beberapa menit kemudian kita mulai mendekati kerumunan orang-orang yang kata Beby mau nonton JKT48. Ngeliat gue dan Beby jalan bareng jelas semua pada nontonin kita kaya penganten baru. Gue agak gak nyaman sih diliatin gitu, sedangkan si Beby cuma senyum-senyum default gitu ke semua orang yang ngeliatin kita.
"Eh beb, kamu gak risih gitu diliatin sama orang-orang? Ntar nggak diomongin kamu sama fans-fans kamu?" Gue khawatir sih sama dia karena dari cerita-cerita bareng Kinal tadi kita sempet ngomongin "fans" yang terlalu ekstrem sampe ngikutin membernya sampe rumah, neror member karena Deket sama cowok, dll. Gue tau sih itu efek samping dari konsep idol you can meet tadi, ada beberapa fans yang terlalu posesif ke oshi-nya, karena semua yang udah dikorbanin buat si member tadi. Ya gue bisa bayangin sih gimana rasanya udah ngabisin berjuta-juta rupiah dan waktu yang gak banyak tapi si membernya malah "mengkhianati" kepercayaan si fans tadi dengan keluar sama cowok. Tapi ya gimana lagi kan member juga manusia??? Ah bodolah pusing juga gue mikirnya.
"Kalo emang diomongin yaudah sih kak, kan kakak posisinya staff pengajar di academy, jadi tenang aja kak, gausah takut kalo gak berbuat salah." Kata Beby sambil senyum ngadep gue.
"Ya lu enak sih beb... Orang-orang ngeliatin lu kaya ngeliat princess... Tapi mereka ngeliatin gue kaya ngeliat residivis" batin gue, tapi gak gue omongin dan gue senyum balik ke dia. Hawa orang-orang yang ngeliatin tadi makin gaenak ke gue, dan gue tinggalin aja semua ketakutan gue tadi.
Sesampainya di teater gue liat ada orang-orang yang beli tiket dan ada juga yang nongkrong di depan juga, terus pas gue lagi liat-liat orang di sini si Beby manggil gue.
"Kak, sini deh!" Kata Beby dari belakang gue.
"Nah ini namanya kabesha kak, foto semua member JKT48. Eh belum semua sih, member baru masih belum dipasang di sini. Nah ini foto aku kak, keren kan?" Lanjut Beby sambil nunjukin fotonya yang keliatan manis.
"Oh iya iya beb, keren keren." Kata gue yang sebenernya nggak menghiraukan omongan dia, gue ngeliatin foto-foto member di sini, berharap menemukan yang gue cari.
"Kakak nyariin siapa sih? Oooh pasti nyari oshi-nya kan? Udah Nemu belom?" Beby senyum seakan sudah menangkap basah gue yang nyariin member yang gue suka.
"Eh nggak kok, gaada dia juga......." Aduh ******, secara gak langsung gue ngiyain dugaan dia tadi. Sebelum dia ngomong apa-apa gue langsung pindah ke kabesha nya akademi
"Eh beb ini kah member yang bakalan gue ajar besok?" Kata gue setelah berpindah ngeliatin foto para member akademi yang ternyata... Masih bocah-bocah ya, cuma dikit yang bisa keliatan udah dewasa, sisanya keliatan banget kalo masih bocah, malah ada yang kaya anak SMP, namanya Cindy Nugroho, lucu sih tapi bener-bener masih kecil, kalo ngefans ama dia apa nggak dibilang pedo ya...?
"Iya kak, tapi ntar masih ada lagi yang dari gen baru"
"Ooh gitu... Ini foto kamu?" Gue udah pindah lagi ke Deket dia di depan kabesha tim KIII.

"Iya kak... Kak? Kenapa? kok ngeliatin? Kak?" Dia bingung karena sekarang gue cuma ngeliatin fotonya sambil sesekali noleh ke dia dengan tatapan yang agak menyelidik, seakan gue mau nilai outfit dia.
"Kamu aneh Beb." Kata gue dengan nada datar.
"Uh... Maksudnya kak?" Beby bingung dengan omongan random gue.
"I'm a fan of short-haired girl, tapi liat rambutmu sebahu gini kamu lebih cantik dari yang di foto itu." Gue gak bermaksud gombal tapi emang dia cakep banget sekarang, tapi nggak berarti rambutnya yang pendek banget itu jelek juga
"Uh... Itu... Uh... Kak... Mendingan kita masuk deh, kayanya ini juga udah mau mulai" pipi Beby sedikit keliatan memerah, lalu dia terburu-buru ke arah lorong masuk. Gue bisa liat ada lesung pipit pas gue liat dia dari belakang.
Di dalem ternyata udah gelap, kata Beby berarti habis ini orang-orang bakal disuruh masuk. Gak sampe 5 menit mulai ada orang-orang dateng dan milih tempat duduk, sedangkan gue dan Beby lebih milih berdiri di deket foh. Setelah nunggu 10 menitan akhirnya semuanya duduk dan terdengar suara MC cowok gitu, yang setelah gue tanya Beby ternyata itu namanya overture, semacam opening gitu. Setelah itu para member mulai masuk. Yang bikin gue kaget setelah itu adalah bunyi drumband dari arah panggung, pas lampu mulai ngarah ke panggung gue kaget lagi liat member mainin alat musik.
"Ini... Ini mereka beneran main Beb?" Tanya gue dengan terbata-bata saking bingungnya gue.
"Iya lah kaak, buat setlist ini mereka beneran latian lama banget buat mainin alat musik itu."
"Anjing, keren" gue kelepasan bilang anjing saking amazednya gue liat performance mereka. Tapi yang bikin gue Amazed adalah... Feni, yang kata gue bocah, dan yang kata Beby tadi performance-nya bagus. Penampilan dia bener-bener flawless Dan nggak ngeliatin sisi bocahnya tadi, dia bisa keliatan anggun sambil megang alat musiknya, sepanjang performance gue gak bisa ngelepasin pandangan ke dia setiap dia di panggung, I am enchanted by her.


Gak banyak yang bisa gue komen di pertunjukan tadi, karena emang semuanya flawless. Iyasih ada kesalahan minor kaya ada beberapa detik pas langkah salah satu lagu tapi selain itu semuanya udah bener-bener pantes buat ditonton banyak orang. Satu hal lain yang bisa gue komen adalah... Si Feni cakep. Gak cukup cakep doang, dia juga punya persona yang hangat ke semua penontonnya, gue yang gak diliat diapun bisa ngerasain hangatnya dia. Pantes lah kalo Beby bilang performance-nya Feni bagus karena dia emang bagus baik pas dance maupun nggak.
"Jadi gimana kak pertunjukannya?" Kata Beby setelah pertunjukan selesai dan penonton mulai keluar.
"Hangat." Gue masih setengah halu karena Feni tadi cakep banget.
"Hangat? Maksudnya kak? Oooooh Feni kan maksudnya kan??? Cie ciee..."
"Eh nggak nggak! maksudnya itu pertunjukannya hangat gitu di hati penontonnya!" Bela gue yang gue rasa nggak guna karena muka gue jelas banget ngeliatin kalo gue masih gesrek.
Setelah penonton keluar semua, guepun diajak keluar sama beby. Ternyata pas keluar teater ada sesi hi-touch(semacam tos) gitu ke para member, guepun mulai tos setelah Beby, sambil ngenalin diri gue sebagai pengajar baru di akademi, para member iya-iya aja dan ada yang pada becandain Beby karena dia tos kaya para penonton yang laen. Semua berjalan lancar sampe gue tos sama Feni, si Beby dengan kerasnya bilang gini
"Eh Fen Tau nggak tadi kak Nick ini bilang kalo kamu itu hangat loh..." Seru Beby sambil terkekeh geli.
"Oh iya kak? Emang aku hangat gimana?" Kata Feni sambil nahan tangan gue di udara biar gak kemana-mana
"Eh... Itu... Kamu tau musim panas?"
"Ya tau kak, kenapa?"
"Dibanding musim panas, kamu jauh lebih hangat dan menyenangkan" jujur gue gatau kenapa gue ngomong hal se-random itu, gue lebih bingung lagi ngeliat pipinya Feni memerah dan ngelepas tangan gue pelan-pelan.
Setelah itu semua gue memutuskan buat pulang ke rumah pake ojol, nggak lupa gue beli dimsum dulu buat Bianca siapa tau dia pingin makan.
Sesampainya di rumah gue ngeliat ada mobil yang tadi gue naikin ada di depan rumah. Gue masuk pelan-pelan karena gue denger suara aneh, mirip kaya desahan, dan kadang erangan, datang dari lantai dua, begitu di lantai dua ternyata semua suara aneh itu berasal dari kamar Bianca yang sedikit terbuka, gue pelan-pelan buka pintu kamarnya dan ngeliat ada cewek yang gue kenal baik sedang mendesah keenakan. Badannya telentang dengan kemeja kerja yang udah kebuka semua dan bra yang disingkap ke atas, ngeliatin payudara kecilnya yang sedang disedot oleh laki-laki yang sedari tadi menindih tubuhnya.


Ini spoiler oshi-nya si Nick, bukan spoiler lainnya hehe
 
Hai suhu-suhu sekalian, maafkan kalo lama update-nya, karena newbie males banyak kesibukan yang bikin agak tertunda nulisnya. As usual, kalo misal ada komentar silahkan dikomentari saja, kalo ada salah-salah bilang aja karena newbie cuma nulis biasa jadi belum bagus tulisannya:ampun:
"Dibanding musim panas, kamu jauh lebih hangat dan menyenangkan"
Ada yang tau ini reference-nya dari mana? Orang pertama yang berhasil nebak boleh request satu member buat masuk ke cerita ini;)
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd