Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY PESTA NIKMAT

PESTA NIKMAT 2

Hari mulai berganti, malam digantikan pagi. Aku menuju ruang makan dan mendapatkan ayah dan ibu tiriku sedang menyantap hidangan sarapan pagi. Terlihat ayahku berpakaian sangat rapih, dengan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam membuatnya begitu tampan pagi ini.

“Ayah rapi betul?” Celotehku sambil mengambil sarapanku.

“Ayahmu ada tugas ke Medan, Ndri.” Kata ibu tiriku.

“Ya ayah ada tugas ke Medan dua minggu. Antar ayah ke bandara ya?” Kata ayah menyambung ucapan ibu tiriku.

“Siap …” Jawabku bersemangat.

“Mamah ikut ahk … Sepulangnya dari bandara, Mamah ingin beli baju.” Kata ibu tiriku sambil membersihkan meja makan.

Beberapa saat kemudian kami pun sudah berada di jalanan yang cukup padat menuju bandara. Perjalanan kami cukup memakan waktu, setelah tiga jam lebih akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku dan ibu tiriku mengantar ayah sampai pintu ruang keberangkatan dan langsung meninggalkan bandara. Laju kendaraanku cukup kencang menerjang jalanan yang basah oleh hujan. Aku lajukan kendaraanku ke sebuah mall di daerah Kuningan dan akhirnya kami pun tiba di mall yang kami tuju.

Kami berjalan beriringan menuju sebuah butik untuk mencari gaun pesta. Ketika masuk ke dalam butik, kami langsung disambut oleh alunan musik yang menenangkan. Dekorasi butik dengan tema monokrom yang elegan memberi kesan yang tegas. Setelah cukup melihat-lihat, akhirnya ibu tiriku mulai memilih gaunnya. Setelah beberapa menit memilih, ibu tiriku akhirnya mendapat dua gaun pilihan. Dua buah gaun pesta ketat dan seksi yang dibelinya setelah ia mencobanya di fitting room.

Kami pun tak berlama-lama di mall itu dan segera pulang. Singkat cerita, aku dan ibu tiriku sudah berada di rumah. Ibu tiriku langsung masuk ke dalam kamarnya sedangkan aku langsung ke dapur untuk membuat kopi nikmatku tetapi setelah aku mencari di beberapa tempat kopi tidak kutemukan. Bergegas aku menuju kamar ibu tiriku untuk menanyakan di mana kopi disimpannya.

Mataku terpana saat melihat tubuh semampai yang melenggak-lenggok tenang dan penuh pesona di depan cermin. Ibu tiriku sedang mencoba gaun pesta yang baru dibelinya. Gaun pesta yang dipakainya begitu ketat menempel di tubuhnya. Setiap lekuk tubuhnya tampak jelas kulihat. Walaupun umurnya sudah 38 tahun namun bodynya masih kencang dan ibu tiriku mempunyai sepasang buah dada yang besar, bokongnya yang kencang membulat dan pinggang yang ramping.

“Wow … So Sexy …!” Kataku.

“Kamu suka dengan gaun ini?” Tanyanya sambil melenggak lenggokan badannya.

“Tentu saja … Bikin ngiler laki-laki.” Candaku sambil mendekat padanya.

“Kamu ngiler gak?” Dia membalas candaanku.

“Aku kan laki-laki, Mah.” Jawabku sambil memegang buah pinggulnya.

“Huh … Dasar kamu ini, sukanya sama memek bekas. Cari dong yang masih orisinil.” Kata ibu tiriku sambil meremas selangkanganku.

“Bekas tapi enak.” Kubalas remasan ibu tiriku dengan meremas pada gunung kembarnya.

“Uuuhh … punyamu sudah keras, Ndri …” Kata ibu tiriku sambil mengelus lembut kejantananku. Tangannya menerobos celanaku dan mengelus kemaluanku. Elusan lembut jari-jarinya itu membuat senjataku semakin mengembang dan mengeras.

Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan gaunnya, BH dan celana dalamnya. Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya.

Sambil aku lucuti pakaianku sendiri, kupandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang coklat kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

"Ngapain cuma dilihat, sayang?" Protesnya.

"Aku kagum akan keindahan tubuh Mamah." Sahutku.

"Semuanya ini milikmu …" Katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulut ibu tiriku segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kontolku. Kurasakan sensasi yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kontolku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kusergap buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu.

Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ibu tiriku menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam.

"Aaaaa... Auuu... Oooohh...!" Jeritnya keras.

Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Kuselundupkan lidahku ke dalam liang senggamanya, lidahku berpetualang dengan liarnya di sana. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras. “Aaaaaccchhh ….!!!” Pada saat itu kurasakan banjir cairan kewanitaannya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya.

Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahi ibu tiriku ini mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian, kudorong tubuh bahenol nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kontolku.

Kuturunkan pantatku. Batang kontolku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir memeknya. Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan … “BLEEESS!” kontolku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya. “Oooohhhh … Sayang ….!!!”

Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi milik ibu tiriku. Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa. Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seperti digigit-gigit.

“Blesss…sleeep…bleess…sleeeppp…bleess….sleeeppp...” Terasa lobang memek ibu tiriku bertambah basah oleh cairan yang keluar dari dalam dan menimbulkan bunyi yang khas seirama keluar masuknya batang penisku.

Pantat ibu tiriku yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di memeknya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kontolku leluasa bertarung dengan memeknya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

“Oooohhh ...!" Erangnya.

"Lebih keras sayang, lebih keras lagi ... Lebih keras ... Oooaah …!!!" Tangannya melingkar merangkulku ketat. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku.

Kugerakkan kontolku keluar-masuk liang senggamanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan kontolku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan ibu tiriku keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 30 menit aku menggenjot memeknya. Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kontolku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya.

"Andri, kamu hebat sekali, sayang." Katanya sambil tersenyum dan membelai wajahku.

“Mamah juga … Punya mamah enak sekali …” Kataku membalas pendapatnya.

“Kamu kok suka banget ama memek ibu-ibu sih, sayang?” Tanya ibu tiriku.

“Gak tau Mah … Beda aja rasanya … He he he …” Jawabku berseloroh.

Beberapa saat kami masih ngobrol di atas tempat tidur, hingga akhirnya hanya celotehan-celotehan lucu karena obrolan kami kehabisan tema dan membahas apa saja yang bisa membuat kami tertawa. Tak lama kemudian, kami pun beranjak dari tempat tidur dan membersihkan badan masing-masing di kamar mandi. Ibu tiriku lalu memasak air di dapur, setelah air mendidih, kami membuat kopi bersama dan meminumnya bersama. Tidak lama kemudian terdengar suara dering smartphone ibu tiriku, dengan sigap si pemilik meraih smartphone-nya dan menjawab panggilan tersebut.

“Halloo ... Icha ... Apakabar? Kemana aja?” Kata ibu tiriku mulai berdialog dengan seseorang yang meneleponnya. Beberapa saat ibu tiriku terdiam mendengarkan ucapan temannya yang tidak bisa kudengar.

“Kebetulan, Cha ... Suamiku sedang tugas keluar kota. Di rumahku saja!” Kata ibuku lagi dengan nada yang begitu gembira. Kemudian ibu tiriku terdiam lagi sejenak.

“Ok, aku tunggu ya ...” Kata ibu tiriku sambil mematikan smartphone-nya.

Aku mendekat ibu tiriku sambil meraih kopi di atas meja, kemudian kuambil beberapa lembar pancake dengan selai yang terlihat sangat menggiurkan. Kuambil satu, kurobek lalu kumasukan dalam mulutku.

“Oh ya, Ndri ... Teman Mamah mau menginap di sini nanti malam.” Kata ibu tiriku.

“Siapa tuh, Mah?” Tanyaku sambil terus menikmati kueku.

“Tante Icha.” Jawab ibu tiriku.

“Oh ...” Kataku.

“Dia cantik loh, Ndri ....” Nada suaranya seakan memberikan kode tertentu untukku.

“He he he ....” Senyumku menggoda ibu tiriku.

###

Malam pun sudah merubung. Aku dan ibu tiriku sedang asik mempersiapkan santapan malam untuk tamu kami. Saat ini aku sangat menyukai dandanan ibu tiriku dengan balutan blouse ketat di atas paha. Bagiku, ibu tiriku begitu sempurna sebagai seorang wanita. Badannya sexy, putih, mulus, sepasang buah dadanya juga indah, pinggang, bokong, kakinya, pokoknya semuanya mengundang gairah. Tangan nakalku tak henti-hentinya meremas bokongnya yang bulat dan padat. Ibu tiriku pura-pura marah dengan kelakuanku, setelahnya ia tersenyum genit.

Ketika kami sedang asik bercengrama, tiba-tiba terdengar suara bel rumah berderu kuat. Ibu tiriku segera menuju pintu depan. Saat aku melihat tamu yang kami tunggu ini, benar juga Tante Icha begitu cantik, umurnya mungkin lebih muda setahun dari ibu tiriku. Buah dada yang menggelembung menggantung sempurna di dadanya. Tante Icha rupanya menyadari kalau aku sedang memperhatikan pinggul dan bokongnya dengan pandangan mesumku. Aku tersipu malu saat tiba-tiba tangan Tante Icha mencubit hidungku sampai merah.

Walaupun baru pertama kali bertemu muka dengan Tante Icha, tetapi aku merasa sudah mengenalnya lama. Obrolan kami bertiga semakin lama semakin tak karuan. Mulai hal-hal yang biasa sampai hal-hal yang mengundang birahi. Cara duduk kedua wanita ini pun sudah tidak beraturan seperti memanas-manasi ‘juniorku’. Sambil bercanda aku dengan bebas dapat melihat paha kedua wanita ini sampai pangkal pahanya. Kedua wanita di hadapanku benar-benar menggodaku, mereka terkekeh geli melihat ekspresi wajahku yang sudah terangsang hebat.

Berusaha untuk tersenyum, kutatap ibu tiriku dan Tante Icha secara bergantian. Sebelum kemudian pandanganku turun ke bulatan payudara Tante Icha yang nampak tegang di balik blousenya. Aku yakin Tante Icha tidak memakai BH karena bisa kulihat dengan jelas tonjolan putingnya. Ibu tiriku tertawa saat melihatku berlama-lama menatap payudara Tante Icha.

“Sudah ... Nanti kelilipan lho ...” Ibu tiriku tersenyum dan merangkul diriku.

“He he he ... Mamah ahk ... Ganggu aja.” Kataku sambil meremas bokongnya lagi.

“Ihk ... Kamu ya ... Tangannya di sekolahin ... Mamah jadi basah ...” Kata ibu tiriku sambil mencubil pingganggu.

“Wadaauuw ...” Teriaku kesakitan.

“Hi hi hi ... Basah apanya, Na ...?” Goda Tante Icha mesum.

“Hi hi hi ... Tau lah ...” Canda ibu tiriku. Sambil bergeser duduk ke samping Tante Icha. Sungguh pemandangan yang luar biasa, tiba-tiba ibu tiriku meremas payudara Tante Icha dengan tangan kanannya.

“Kamu suka ini kan?” Goda ibu tiriku padaku sambil terus meremas payudara itu.

“Sini, Ndri ...” Perintah Tante Icha padaku agar mendekatinya. Tak perlu berpikir dua kali, aku pun bergerak mendekati kedua wanita sexy ini dan duduk di antara mereka.

“Liat, Cha ... Kontolnya udah keras banget.” Ucap ibu tiriku sambil menggosok-gosok selangkanganku.

“Tante boleh ya?” Aku tak memperhatikan selangkanganku yang mulai menjadi mainan ibu tiriku, aku lebih tertarik pada buah dada Tante Icha yang begitu menantang.

“Nih ...” Sahut Tante Icha sambil menyodorkan dadanya padaku.

Sekilat, tanganku bersarang di kedua bukit kembar milik Tante Icha. Kuraba dan kuremas payudaranya dengan lembut. Kuremas-remas kedua dada Tante Icha dengan ritme kadang keras kadang lembut, kuremas berulang-ulang. “Hhhhmmm... Aakh... Aakh...” Desah Tante Icha walau pelan tapi aku mendengarnya.

“Buka bajunya, sayang ...!” Perintah ibu tiriku padaku supaya melepas blouse yang dikenakan Tante Icha. Aku pun tanpa permisi meloloskan blouse yang dikenakan Tante Icha tanpa perlawanan sedikitpun dari yang memiliki baju.

Karena tidak berkutang, Tante Icha jadi benar-benar setengah telanjang sekarang. Payudaranya yang besar terlihat berat, yang sepertinya membuat ibu tiriku menjadi iri. Benda itu tampak melambung dan bergoyang-goyang begitu Tante Icha tertawa menanggapi kenakalan ibu tiriku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan seperti bergetar oleh hembusan angin dingin di luar yang masuk melalui celah jendela. Kulepas juga celana dalamnya yang sudah mulai basah itu, dan dengan bantuan pahanya yang bergerak naik maka dengan mudah kulepaskan celana dalamnya. Telunjuk tangan kiriku bermain di selangkangannya. Rambut kemaluannya jarang dan pendek. Kubuka bibir vaginanya yang berlendir dengan jari tengah dan ibu jari. Telunjukku hanya bergerak masuk sedikit dan setelah menemukan tonjolan daging kecil, maka kubuat gerakan menggaruk di atas permukaannya. Setiap aku menggaruknya Tante Icha mendesah pelan.

“Hhhhmm ... Oooh ... Iiihhhkkk... kok cuma aku.. aaacchhh?” Protes Tante Icha di sela-sela desahannya.

Ibu tiriku tertawa geli, dibuka bajunya tuntas hingga bugil. Aku yang sedang asik dengan memek Tante Icha agak terganggu karena bajuku dilucuti ibu tiriku hingga tak tersisa satu pun di tubuhku. Kami bertiga kini sudah bugil total. Sementara mataku terkagum menatap kedua wanita sexy ini. Mataku tidak bisa memutuskan mana yang lebih indah, yang kanan atau yang kiri karena kedua wanita ini sama-sama memiliki tubuh yang sexy dan menarik bagiku.

Aku lumat bibir Tante Icha penuh nafsu dan tanganku terus meremasi gundukan daging segar di dadanya yang terasa mulai mengeras. Sementara itu, batang kontolku sudah menjadi mainan mulut ibu tiriku. Nikmat sungguh rasanya saat batang kontolku dikulum-kulum dan dijilat-jilat. Setelah puas dengan payudaranya, tanganku menyusur ke bawah hingga vagina Tante Icha. Ia tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Tante Icha.

“Langsung aja, Ndri ... Memek Tante Icha udah pengen disodok tuh ...” Ujar ibu tiriku genit. Tante Icha tersenyum, tangannya dengan gemas meraih batang kontolku dan meremas-remasnya ringan.

“Tante gak keberatan, kan?” Tanyaku lugu.

“Silakan saja, Ndri ... Tante akan menikmatinya. Lakukan apapun yang kamu suka.” Kata Tante Icha serak tapi tetap tersenyum.

Tante Icha segera berbalik dan mengangkat dirinya dengan bersandarkan pada tangan dan lutut. Tante Icha menyajikan bulatan bokongnya kepadaku, menyuruhku untuk menusuknya dari arah belakang. Tak berkedip aku memperhatikan liang memeknya yang sudah basah membengkak terjepit di antara belahan pahanya.

“Ayo, Ndri ... Memekku udah gatel nih, pingin digaruk!” Kata Tante Icha. Aku melemparkan pandangan bertanya pada ibu tiriku. Dan ibu tirku itu tersenyum dan mengangguk.

“Entotin, Ndri ... Nggak papa ...” Bisik ibu tiriku.

Dengan kata-kata itu, sambil tersenyum, aku pun berlutut di belakang tubuh montok Tante Icha. Tanganku meraih pinggulnya dan dengan sekali tusukan, kumasukkan penisku ke dalam liang senggamanya. Tante Icha merintih begitu ujung penisku mulai terdorong masuk. Dengan gerakan pinggulnya ia memanduku agar lancar dalam menyusuri liang memeknya yang sudah sangat basah.

“Aauuuww!” Tante Icha menjerit saat aku mulai menggoyang perlahan untuk menyetubuhinya. Kupegangi bulatan payudaranya yang menggantung indah dan kuremas-remas gemas selama aku mengayun-ayunkan pinggul ke depan dan ke belakang.

“Iya, Ndri ... Ya, terus! Tusuk lebih keras, Ndri ... Lebih dalam ... Aaaahhh ...!” Tante Icha mengerang keenakan. Aku terus menabrak bokong bulat Tante Icha dengan napas mendengus, sementara Tante Icha semakin kuat berteriak dan mendorong kembali pinggulnya dengan gerakan memutar cepat. Membuat penisku bagai dirajam dan dipijat-pijat oleh tangan halus selama dia melakukan itu.

“Wow... wow...!” Desis ibu tiriku yang menonton dari sofa dengan mata melebar. Ia tampak menikmati persetubuhan kami berdua. Ibu tirku terus menyaksikan perbuatan kami dengan takjub. Ia tampak suka melihat kontolku yang bergerak keluar-masuk di memek basah Tante Icha, dan tanpa sadar membuatnya meluncurkan jari ke antara kedua kakinya. Kulihat, ibu tiriku mulai menggesek lembut biji klitorisnya sendiri.

“Terus, Ndri. Bikin dia kelenger! Tusuk lebih keras. Buat dia berteriak!” Ibu tiriku geram sementara jari-jarinya menari di permukaan klitorisnya.

Aku bergerak semakin cepat. Kontolku bertubi-tubi menusuk-nusuk memek Tante Icha yang semakin basah. Tante Icha meregang tak kuasa menahan nafsuku, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku depan belakang, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. Kontolku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya.

“Kecepek.. kecepek...” Bunyi kemaluannya saat kemaluanku mengucek habis di dalamnya. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya dia mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Lama juga aku mengorek lobang senggama Tanta Icha, namun akhirnya Tante Icha mulai kegelian hebat.

“Ndri ... terus ... Lebih keras ... Aaaaaccchhh!!!!” Ada suatu sensasi dahsyat mengalir dalam tubuhnya, semakin terasa hingga akhirnya tubuhnya mengejang hebat, dan cairan vaginanya membasahi selangkangannya, posisinya yang sedang menungging membuat cairan itu meleleh ke pahanya. Bersamaan dengan itu juga terasa cairan hangat mengisi vaginanya.

Kuturunkan tempo genjotanku, aku nikmati empotan memek Tante Icha saat menikmati orgasmenya. Terasa tersedot-sedot kontolku, begitu nikmat terasa. Setelah empotannya mereda, baru aku keluarkan kontolku pada inti kewanitaannya. Kuusap bongkahan bokongnya dengan lembut. Sekarang kualihkan perhatianku pada ibu tiriku yang sudah mengangkangkan kedua pahanya. Memeknya terlihat memerah siap menerima tamu yang sangat diharapkannya. Aku bergerak mendekatinya, ibu tiriku menyambutku dengan senyuman. Kubimbing kontolku tepat di depan pintu gua kenikmatannya, tak lama menunggu, kumasuki memek ibu tiriku perlahan.

“Bleeessss ....!” Kontolku tanpa permisi memasuki lobang kenikmatan itu.

“Ooohhh ... Ndri ...!” Desis ibu tiriku mengayun.

Perlahan-lahan aku pun mulai memaju mundurkan kontolku mengobok-obok memek ibu tiriku yang masih legit. Jepitan dinding vaginanya begitu ‘pakem’ walaupun aku dengan gaya standar. Aku belum perlu mempercepat kocokanku. Dengan kocokan pelan, gesekan vaginanya bisa lebih kunikmati. Terlalu sayang untuk dilewatkan.

“Ooohh ... Ndri ... Enak ... Sayang ...” Ibu tiriku mendesah pelan sambil memegang pinggulku dan seakan menyuruhku lebih cepat untuk menggenjotnya. Akhirnya kupercepat gerakan keluar masuk kontolku sambil meremas buah dadanya. Tusukan kontolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya.

"Aaaahhhh ... ahhh ssshhh... emmm... Lebih dalam lagi Nri..." Teriakan wanita yang ada dihadapanku ini sungguh membuat lebih bergairah. Aku terus memelintir puting payudaranya yang ranum ini. Tubuh ibu tiriku melonjak-lonjak karena genjotan kasarku. Aku bisa melihat bibir memeknya kembang kempis saat penisku keluar-masuk dengan bebasnya.

“Ndri ... Memek tante mau lagi nih ...” Tiba-tiba Tante Icha sudah berada di dekatku.

“Ya ... Tante.” Kataku sambil mengecup sekilas bibirnya.

Aku tarik tubuh ibu tiriku hingga merapat di tubuhku, aku gendong tanpa melepaskan pertautan kelamin kami. Aku duduk di lantai, kini tubuh ibu tiriku berada di atasku dan mulai menggerakan badannya naik turun menstimulasi kenikmatan kelamin kami. Kemudian aku merebahkan badanku. Tante Icha pun segera memposisikan tubuhnya, bokongnya menduduki kepalaku. Mula-mula kujilat jilat klitorisnya yang menyembul dari kulit itu, lalu kumasukkan seluruh klitorisnya ke mulutku dan mulailah aku menyedot-nyedotnya .

“Ooohhh ... Ndri ... ya ... itu ... ya ... ooohhhh ..!” Tante Icha mengerang-erang dan menggoyang-goyangkan pinggulnya ke kiri ke kana sehingga aku terpaksa menahan pinggulnya dengan tanganku supaya klitorisnya tidak lepas dari hisapanku.

Desahan, rintihan dan jeritan kami silih-berganti dan kadang-kadang bersamaan keluar dari bibir kami bertiga. Erangan, desahan dan rintihan bersautan keluar dari mulut kami, melukiskan kenikmatan dan nafsu yang menaungi kebersamaan kami. Memek Tante Icha terus kumakan dengan mulutku sementara ibu tiriku semakin liar menggerakan pinggulnya.

“Aaahhh .. ooohhh...!” Gumam ibu tiriku sambil menggoyangkan memeknya memutar dan ke atas-bawah sambil mencengkeram dadaku untuk menopang tubuhnya. Sambil menikmati goyangan ibu tiriku aku meremas dan memainkan toket Tante Icha yang kenyal dan membulat. Putingnya pun tak luput dari jahilnya tanganku, aku putar-putar, aku pilin dan dengan gemas aku mencubitnya.

Mendadak tubuh ibu tiriku mengejang hebat, bersamaan dengan semprotan hangat dari dalam memeknya. Dengan nafas terengah denyutan, hisapan dan himpitan memeknya begitu hebat memijat kontolku. Tak lama, ibu tiriku beranjak dari atas tubuhku dan digantikan posisinya oleh Tante Icha. Namun, sebelum Tante Icha berada di posisinya, aku langsung membalikkan badanya dan berada di atasnya, dengan posisi push-up aku kembali mendominasi permainan. Aku genjot kontolku keluar-masuk pada memek Tante Icha, semakin cepat, terus, terus dan terus membuat Tante Icha menjerit dan mengerang nikmat.

“Aaaaaccchhh ... Ndriii ... Ennaaakkk .... Aaaachhhh ..!” Tubuh Tante Icha menggelinjang dengan kaki dan tangan yang mengejang menahan hujan nikmat yang aku beri, jambakan dirambutku tidak mengurangi genjotanku bahkan aku semakin menghentakkan kuat-kuat. Sesaat kemudian, tubuhnya mengejang dan berkelenjotan kuat, setelah semburan lendir yang keluar dari memeknya. Orgasme itu dirasa cukup panjang yang langsung membuatnya terkulai lemas tak berdaya.

Aku terus menggenjotkan kontolku pada memek yang sudah sangat banjir itu. Puncakku hampir sampai. Akhirnya, “CROT...CROT...CROT...CROOT...” Spermaku menyembur sejadi-jadinya tetapi aku terus menggoyangnya, entah apa yang merasukiku walau sudah menyemprotkan sperma kontolku masih tegak berdiri meskipun tidak sekeras sebelum muncrat. Kontolku masih cukup kuat untuk sekedar mengobok-obok memek Tante Icha. Beberapa saat kemudian, klimaksku mereda. Kuhentikan genjotanku dan mencabut kontolku yang mulai melayu.

Aku duduk di lantai bersandar di pinggiran sofa. Tante Icha masih tergeletak di lantai menikmati sisa-sisa orgasmenya. Sementara itu, ibu tiriku menghampiriku dan langsung memeluk. Bibirnya merapat di bibirku, ciuman yang begitu ganas dan menggairahkan. Tante Icha pun bangkit dari posisinya dan duduk di sebelahku. Kini tubuhku diapit oleh kedua wanita yang baru saja terpuaskan olehku. Semalaman ini kami bertiga melakukan pesta cinta sampai subuh hari. Rasanya spermaku habis terkuras untuk memuaskan kedua wanita sexy ini yang terus meminta untuk dipuaskan. Dan akhirnya kami pun tertidur pulas dengan senyum kepuasan.

----------------------​
Maaf kalau ceritanya rada ngawur dan tulisannya blepotan.
Maklum baru belajar.
TS akan up date kalau nyampe di halaman 3.
Selamat menikmati!
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd