Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Re-Post Novel Legend Enny Arrow "Selembut Sutra"

jeniratna4

Semprot Baru
Daftar
29 Oct 2019
Post
25
Like diterima
970
Bimabet
SATU
TAMAN RIA Remaja Senayan. Air membentang seluas mata memandang. Perahu-perahu hilir mudik dengan berbagai bentuk. Kebanyakan berkepala bebek. Penumpang-penumpangnya bermacam-macam. Ada keluarga. Terdiri Bapak, Ibu dan anak-anaknya. Atau pasangan-pasangan yang sedang berpacaran. Wajah-wajah mereka menunjukkan kegembiraan. Ada yang senyum, tertawa cerah. Atau bercanda ria.

Memang demikianlah halnya kebanyakan pengunjung-pengunjung Taman Ria ini. Kebanyakan menampakkan wajah gembira. Ceria. Namun di antaranya, ada seorang yang tidak menampakkan wajah gembira. Benny ! Dia duduk di atas rerumputan pebukitan yang memanjang. Matanya memandang ke depan. Sebentar meredup, sebentar membola. Seperti ada golakan di dalam hatinya. Seperti gelombang yang menderu-deru. Tiap sebentar menghela napas panjang!

Langit cerah. Awan-awan putih bergumpal-gumpal di sela-sela langit biru. Benny merebahkan tubuhnya di atas rerumputan. Kedua lengannya disilangkan di bawah kepala. Lama dia
memandang langit. Tetapi langit bagai tak tampak. Yang terlihat olehnya, bayangan kabut. Bergumpal-gumpal. Di antara kabut itu, bagaikan menyembul seraut wajah. Perempuan. Cantik. Dan tik. Dan Benny menarik napas panjang lagi. Seraut wajah itu tersenyum. Manisnya. Lebih manis dari pada gula atau segala yang paling manis di dunia ini. Benny memejamkan matanya. O, kesalnya dia. Tak ingin sebenarnya dia menyaksikan seraut wajah itu. Tetapi wajah itu seperti mengejarnya. Wajah Lisa. Wajah seseorang yang dicintainya.

Benny membuka matanya lagi. Secara jujur, Benny, pemuda yang berusia sekitar dua puluh empat tahun itu, harus mengakui, bahwa dia sangat mencintai Lisa. Belum pernah sebelumnya ,
Benny mencintai seseorang, seperti besarnya kecintaannya kepada Lisa, Tetapi sekarang! Cinta yang besar itu telah berobah menjadi kebencian. Kebencian amat sangat. Benny merentak. Setengah menyentak, dia bangun dari sikap berharingnya. Berpaling ke kiri dan meludah. Dan . . . tiba-tiba mata Benny bentrok dengan mata seseorang. Seorang perempuan.

Benny terperangah. Sejak kapan perempuan itu duduk di situ. Benny tidak melihatnya pada beberapa menit yang lalu. Perempuan itu, berwajah tirus dengan sepasang mata bola yang
indah, dengan rambut dibiarkan tergerai pada bahunya, masih saja memandang Benny. Umurnya sekitar tiga puluh tahun. Sendirian ! Benny menelan ludah! Uf! Mata yang indah. Duduk
dengan sikap agak sembarangan, sehingga ujung roknya tersingkap. Dan menyembullah pahanya yang memutih penuh !

Benny segera menarik pandangnya dan melemparkannya ke arah lain. Uf! Persetan dengan perempuan. Walau bagaimanapun cantiknya. Tentu dia tidak berapa jauh dengan Lisa! Benny memandang langit. Tetapi . . . mata perempuan itu sangat indah . . . Lebih indah dari pada mata Lisa. Secara naluriah. Benny berpaling lagi ke kiri. Dan lagi-lagi matanya bentrok. Uf! Perempuan itu membalas senyum Benny. lni benar-benar di luar dugaan. Dan Benny berpikir, perempuan itu cuma sendirian. Hmm! Benny mengangguk. Dan hati Benny jadi mengembang, bila perempuan itupun itu pun membalas mengangguk.

"Aku tidak boleh ge-er!" ujar Benny dalam hati.
"Aku tidak boleh mengharapkan terlalu banyak. Cukuplah bila bisa ngobrol-ngobrol. Dia sendiri. Dan akupun sendiri. Lumayan menjadi teman ngobrol!" Berpkir demikian, Benny menunjuk dirinya, kemudian menunjuk perempuan itu. Maksudnya, Benny menanyakan. bagaimana kalau Benny menemani perempuan itu duduk. menikmati alam indah Taman Ria. Perempuan itu tertawa kecil sambil mengangguk. Dan Benny tentu saja tidak ingin membuang-buang waktu. Segera dia berdiri dan menghampiri perempuan itu.
"Tidak mengganggu?!" tanya Benny sambil duduk di sisi perempuan itu.
"Senang sekali dikawani!" jawab perempuan itu.
"Sendirian?" tanya Benny.
"Seperti yang kamu lihat!" kata perempuan itu sambil mengerling. Kemudian melanjutkan:
"Sebenarnya saya menunggu seseorang."
"Pacar?!"
"Belum bisa dikatakan begitu. Hanya kawan biasa. Dan kamu?!" tanya perempuan itu, yang tahu betul bahwa Benny jauh di bawah umurnya.
"Saya memang datang sendirian," ujar Benny.
"Nggak sama pacar?!" tanya perempuan itu sambil terscnyum.
"Saya . . . eh, belum punya pacar."
"Bohong!" kata perempuan itu spontan.
"Kenapa Mbak menuduh saya bohong?!" Benny mengernyitkan keningnya.
"Umur kamu berapa?!"
"Dua puluh empat!"
"Dua puluh empat tahun, belum punya pacar. Siapa yang mau percaya!"
"Tetapi saya betul-betul belum punya pacar!" jawab Benny. Padahal dalam hati, Benny sangat menyesali ucapan mulutnya.
"Aku bohong, Mbak. Aku sebenarnya punya pacar. Tetapi aku sebel sama dia!"
"Nama kamu siapa?!"
"Benny. Dan nama Mbak?!"
"Aningsih."
"Ya. Kenapa?!"
"Nggak apa-apa! Nama yang manis!" Perempuan itu tertawa kecil sambil memukul bahu Benny.
"Uf kamu ini! Baru ketemu, sudah merayu!"
"Saya nggak merayu, Mbak. Nama Mbak memang manis, seperti orangnya. Cantik. Llncah. Dan ketawa Mbak itu, lho!"
"Memangnya kenapa dengan ketawaku?!"
"Manisnya nggak ketulungan!" Perempuan itu ketawa lagi. ketawa lagi !
"Makin manis saja," kata Benny. Perempuan itu, yang menyebutkan namanya Aningsih, memukul bahu Benny. Ganti Benny yang ketawa-ketawa senang.
"Kamu seharusnya sudah punya pacar."
"Nggak ada perempuan yang mau sama saya."
"Bohong! Kamu ganteng! Pasti banyak perempuan yang mau sama kamu!"
"Sungguh kok, Mbak," kali ini Benny bicara lebih serius.
Dicabutnya sebatang rumput yang tumbuh di hadapannya. Digigitinya ujungnya sampai hancur. Kemudian dilemparkannya. Lalu berkata dengan suara lebih perlahan:
"Tak ada perempuan yang mau sama saya!"

Bersambung
 
Widihhh tante eni šŸ¤­ tandain dulu ahh ..
 
Karya sang Legend.... Sudah terkenal'sampai pelosok dan penjuru negeri, banyak di jajakan secara sembunyi-sembunyi di terminal terminal kala itu, ditunggu update nya om
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd