Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REBIRTH OF SHADOW: CIRCLE OF MILF

PART 19

The Beloved Homeroom Teacher







Keesokan harinya, Gio bisa Kembali bersekolah setelah menerima informasi dari wali kelasnya bahwa hukumannya telah dicabut. Dengan semangat ia bergegas menuju ke halte terdekat untuk menaiki bus kota yang akan membawanya menuju ke sekolahnya.

Sepanjang perjalanan ia memikirkan tentang apa yang terjadi kemarin, ia benar-benar tak habis pikir dan ia tak tau harus dengan apa jika nanti bertemu bu Niki di sekolah. Ia terlanjur “tak punya muka” Ketika menghajar anaknya dan karena itu ia juga “menghajar” sang ibu. Sungguh pemikiran yang amat konyol.

Tak lama kemudian, bus yang mengantarnya pun sampai di halte sekolah, segera ia turun dan masuk ke sekolah. Namun, sesaat setelah berjalan memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba tangannya ditarik.



“Gioo…” sapa seseorang.

“eh, Nik, ada apa?” tanya Gio heran kenapa Niko menarik tangannya.

“gue dapet pesan dari bu bos, lu disuruh ke ruangannya sekarang.” Jawab Niko.

“kenapa ya?”

“mana gue tau… udah cepetan lu ke sono, timbang gue yang kena marah.”



Gio memutuskan untuk langsung menuju ke ruangan kepala sekolah untuk menemuinya. Ia yakin bahwa ini ada sangkut pautnya tentang bergabungnya ia ke gembong sekolah ini. Segera ia mengetuk pintu sesampainya di depan ruangan kepala sekolah tersebut.



“silahkan masuk.” Ucap kepala sekolah dari dalam.

“bu…” sapa Gio.

Mata Kepala sekolah yang sebelumnya focus ke hp-nya berpindah menatap Gio, “hmm… Gio… saya suka jiwa anak muda yang satset sepertimu.” Ia lalu juga meletakkan hp-nya di meja.

“apa maksudnya bu?”

“setelah menjalankan misi pertama saya, saya rasa kamu sudah paham, dan saya minta sama kamu untuk tidak berlama-lama menjalankan misi berikutnya. Niko sudah memberitahu ‘kan?”

“sss—sudah, bu.” Jawab Gio.

“bagus… saya harap dalam minggu ini sudah ada progress, atau…” kepala sekolah menghentikan ucapannya sejenak.

“beasiswa kamu bisa dicabut.” Lanjutnya.

“baik, bu, saya mengerti.”



Setelah itu, Gio keluar dari ruangan kepala sekolah dan pergi Kembali ke kelasnya karena sebentar lagi akan masuk jam Pelajaran. Tak lama berselang, guru pengajar pun masuk ke dalam kelas dan menyapa murid-murid.



“anak-anak… bapak ingin memberitahu bahwa bu Niki hari ini berhalangan hadir karena sedang sakit, jadi untuk mata Pelajaran kali ini kalian akan bergabung dengan anak murid kelas lain Bersama dengan saya, pak sapto sebagai guru pengganti hari ini.”



Gio terkejut mendengar kabar tersebut, pantas saja guru yang masuk ke kelasnya bukan bu Niki. Ia tak menyangka bahwa efek yang ia lakukan kemarin akan berdampak pada Kesehatan bu Niki. Gio menjadi semakin kepikiran tentang apa yang terjadi dengan bu Niki, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu.

Sepulang sekolah, Gio menuju ke basecamp untuk bertemu anak-anak. Ia ingin membicarakan rencana mereka untuk mengekspansi bisnis ini. Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak anak-anak yang berkumpul dan bercanda ria.



“misi bang…” sapa Gio kepada mereka.

Beberapa dari mereka pun menghentikan aktivitasnya sejenak, “masuk-masukk…” jawab mereka.

“jadi gimana, kapan kita bisa gerak?” ucap Niko sembari menepuk bahu Gio.

“kalo kalian siap, besok juga bisa.” Ucap Gio dengan percaya diri sembari melihat ke arah anak-anak yang lain.

“gimana? Pada siap nggak?” tanya Niko kepada anak-anak yang lain.

“sss—siappp…” jawab mereka serentak namun terdengar gugup.

“jadi apa rencana lu?” tanya Niko.

“simple, veni, vidi, vici”

“lu yakin?”

“tenang bro, selama ada Gio disini, semuanya aman.”



Setelah itu, Gio keluar dari basecamp dan menuju ke halte sekolah untuk Kembali pulang, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran bu Lilis yang telah duduk di halte tersebut. Bu Lilis pun memandang ke arah Gio dan tersenyum.



“Gio… kamu tidak lupa kan kalau har ini ibu minta kamu untuk datang ke rumah?” tanya bu Lilis.

Sejatinya Gio hampir saja lupa akan hal tersebut, “oh tidak bu, ini kebetulan saya baru mau berangkat ke rumah ibu dan kebetulan juga saya bertemu ibu di sini.”

“memangnya ada apa ya bu?” lanjut Gio.

“oh enggak ada apa-apa, cuman adik saya mau ketemu kamu, katanya mau nawarin pekerjaan, siapa tau kamu minat.”

Mendengar kata “adik”-nya membuat Gio bersemangat, “woahh… terimakasih bu, semoga menjadi rejeki saya.”

“yasudah, mari bareng sama saya, tuh bisnya udah keliatan.”

“mari, bu.”



Setelah bus yang akan mereka tumpangi sampai, akhirnya mereka bergegas masuk ke dalam. Setelahnya, mereka saling mengobrol ringan tentang apa yang terjadi kepada Gio sampai ia mendapatkan hukuman skorsing, hingga ia bisa mendapatkan keringanan dari kepala sekolah. Semuanya dijawab oleh Gio dengan sesekali memberi jawaban yang tidak sebenarnya.

Tak terasa mereka sudah sampai di halte terdekat dari rumah bu Lilis. Mereka pun melanjutkannya dengan berjalan kaki hingga sampai di depan rumah mereka. Bu Lilis mengajak Gio untuk langsung masuk ke dalam rumahnya dan tak disangka ternyata sang adik telah berada di dalam rumah.



“Giooo…” ucapnya yang mengagetkan Gio. Ia beranjak dari posisi duduknya dan mendatangi keduanya. Ia pun bersalaman dengan bu Lilis dan Gio.

“loh… kalian udah kenal?”

“…” Gio hanya terdiam.

“oh iya, kebetulan Gio ini pernah kerja part-time di tempatku, makanya aku pikir ini pekerjaan bikin aku inget sama orang yang kerjanya sama rapihnya, ternyata malah ketemu disini.”

“oalah gitu… ngomong-ngomong, kok udah nyampe, dek?” tanya bu Lilis.

“iya, teh, kebetulan nggak ada lemburan hari ini jadi bisa pulang lebih awal.” Jawabnya.

“yaudah kalo gitu, kalian lanjut dulu aja ngobrolnya, teteh mau ganti baju dulu.” Ucap bu Lilis.

Setelah itu, bu Lilis pergi meninggalkan mereka berdua, “jadi semua ini rencana bu Citra?” tanya Gio.

Bu Citra hanya tersenyum simpul, “jangan berpikir bahwa hanya kamu yang bisa memilik rencana tak terduga.”

“apa rencana ibu selanjutnya?” tanya Gio.

“tunggu saja, dijamin akan membuatmu puas.” Jawab bu Citra disusul dengan senyumannya yang menghiasi wajahnya.



Tak lama berselang bu Lilis datang Kembali. Kali ini ia sudah berganti pakaian, pakaian olahraga dengan lengan dan celana Panjang sudah melekat di badannya kali ini, tak lupa pula hijab berwarna senada juga ia kenakan.



“dek, teteh tinggal dulu, itu Gio tolong kamu buatin minuman atau kamu ambilkan cemilan di belakang.” Ucap bu Lilis, lalu melangkahkan kaki menuju keluar rumah.

“teteh mau kemana?”

“mau senam sama ibu-ibu kompleks.” Jawab bu Lilis di ambang pintu.



Bu Lilis akhirnya meninggalkan Gio dan bu Citra berduaan di rumahnya. Ia tak merasa curiga akan terjadi hal-hal yang mungkin tak pernah ia inginkan dan bayangkan sebelumnya. Ia juga terlanjur selalu berpikir positif tentang adiknya dan Gio.

Sementara itu, dua sejoli yang baru saja ditinggal pergi oleh sang tuan rumah merasa mendapatkan peluang emas. Terutama bu Citra yang sangat merindukan kehadiran kontol Gio. Bu Citra sungguh senang bahwa rencana yang ia jalankan sejauh ini berhasil.

Bu Citra pun mulai mendekatkan posisi duduknya ke arah Gio. Sementara Gio masih berusaha mencerna rencana apa yang sebenarnya telah dipersiapkan oleh bu Citra ini.



“kok diem aja sih? Biasanya juga langsung nyosor.” Canda bu Citra.

“bu, gimana kalo tiba-tiba suami dan bu Lilis pulang?” tanya Gio.

“tenang aja, semuanya sudah bagian dari rencanaku.” Jawab bu Citra santai.

“yuk…” lanjut bu Citra sembari menarik tangan Gio.



Bu Citra membawa Gio menuju ke kamar tamu yang terletak di dekat ruang tamu. Setelah itu, ia menutup pintu kamar tersebut dan langsung mencumbu mulut Gio. Gio yang mendapat serangan tersebut pun tak mau tinggal diam, ia juga ikut merespon ciuman bu Citra.

Adegan saling bertukar ludah dan saling bermain lidah pun terjadi diantara keduanya. Tangan bu Citra yang semula melingkat di leher Gio pun mulai turun ke bawah seiring dengan intensitas mereka yang semakin tinggi.

Tangan bu Citra mulai bergerak menyusuri punggung Gio dan berakhir di kemaluan Gio yang sudah mulai tegang. Dielus-elusnya kemaluan Gio dari balik celana sekolah yang masih melekat di badan Gio.



“ini yang selalu membuatku kangen.” Ucap bu Citra setelah melepaskan ciumannya dan menatap mata Gio lekat-lekat.

“jangan lupakan syarat yang telah saya berikan.”

“hari ini apa yang kamu mau akan terwujud, percayalah.”



Setelah menjawab pernyataan Gio, bu Citra lantas Kembali melumat bibir Gio dan Kembali mengelus-elus kontol Gio. Sementara Gio, tangannya juga ikut aktif turun ke bawah menuju area pantat bu Citra.

Gio mulai meremasi bokong bu Citra yang masih terbalut celana Panjang bahan yang dikenakannya. Pantat sintal milik bu Citra itu terus diremasi oleh Gio dan berlanjut dengan jari tangan kanannya yang mulai membelai pantatnya dari luar.



Merasa sudah mulai “panas” bu Citra sedikit mendorong tubuh Gio dan melepaskan pagutan bibirnya, “yuk lepas seragamnya.” Ucapnya sembari tangannya dengan lentik melucuti satu per satu kancing kemeja sekolah Gio.



Setelah melepas atasannya, kini bu Citra berjongkok dan melepas kaitan celana Gio dan melorotkannya Bersama dengan sempak yang dikenakan oleh Gio. Kini terpampang sudah tubuh polos Gio tanpa sehelai benangpun.



“akhirnya kita bertemu lagi…” ucap bu Citra sembari mentoel-toel kepala kontol Gio dengan telunjuknya.



Selanjutnya, bu Citra mulai mengusap lembut konto Gio dengan kedua tangannya. Tangannya begitu lembut mengocok kontol Gio yang semakin tegang. Gerakan tangannya begitu teratur mengocok kontol Gio dari pangkal hingga ujung Kapala kontolnya.



“uhhh… lembut banget tangan ibuu…”

Bu Citra mendongakkan kepalanya, “kamu suka?”

“iya bu… langsung kulum aja bu… aku juga kangen mulut seksimu…”



Tak menunggu diperintah dua kali, bu Citra menuruti permintaan Gio. Ia mulai menjulurkan lidahnya dan menjilati kepala kontol Gio. Bu Citra mulai memainkan lidahnya memutar mengelilingi kepala kontol Gio. Sungguh nikmat sensasi yang ditimbulkan oleh lidah bu Citra pada kontol Gio, Gio sangat menikmatinya.

Selanjutnya, Bu Citra mulai memasukkan kontol Gio ke dalam mulutnya. Ia mulai memaju mundurkan kepalanya. Sesekali ia lepaskan dan ia masukkan Kembali. Tempo yang dilakukan oleh bu Citra semakin cepat seiring dengan berjalannya waktu.

Efek dari oral yang dilakukannya pun membuat air liur yang bercampur dengan cairan pelumas kontol Gio menetes dari sela-sela bibir dan kontol Gio. Merasa Gemas, Gio pun menahan kepala bu Citra saat separuh kontolnya masuk ke dalam mulut bu Citra dan mendorong kepala bu Citra agar kontolnya bisa masuk lebih dalam hingga pakal lidahnya.



*ouughhhh….* suara yang ditimbulkan oleh deep throat yang dilakukan Gio.

*oklloookkk… okllookkk… oklllokkkkk…* Gio mulai mendorong-dorong kepala bu Citra, semenetara bu Citra berusaha menahan kepalanya karena ia kesusahan bernafas.



Deep throat yang dilakukan oleh Gio membuat bu Citra memejamkan matanya dan secara tak sengaja membuat air matanya menetes. Percampuran antara air liur dan cairan pelumas kontol Gio semakin banyak menetes seiring dengan apa yang terjadi.

Setelah beberapa saat, Gio melepaskan kepala bu Citra. Bu Citra pun terbatuk-batuk setelah kejadian itu dan Kembali mengatur nafasnya seperti orang yang akan kehabisan nafas.



*houughhhhh… hhhhaaaaahhhh….*

“nakal banget sih…” rajuknya dengan memberikan tatapan manjanya dan mengusap cairan yang menetes dari bibirnya.

Gio hanya menjawabnya dengan tertawa kecil.



Gio langsung mengangkat tubuh bu Citra dan merebahkannya di Kasur. Ia menindih tubuh terlentang bu Citra dan Kembali mencium bibirnya. Setelah itu, ia mulai turun ke bawah dan membuka kancing blouse yang dikenakan oleh bu Citra satu per satu.

Setelah terlepas kancingnya, kini Gio menyasar dua bukit kembar milik bu Citra dengan meremasinya dari balik bra yang masih menutupinya. Di sisi lain, Gio mulai turun dan menjilati area perut dan pusar dari bu Citra dengan tangan kanan dan kirinya yang masih aktif di toket bu Citra.

Bu Citra hanya bisa mendesah-desah kenikmatan dengan tangannya berada di kepala Gio. Ia selalu tersanjung dengan permainan sex Gio yang selalu memberikannya kepuasan yang tiada tara layaknya seorang suaminya sendiri.

Gio kini melorotkan bra yang dikenakan oleh bu Citra dan langsung menyosor putting mungil milik bu Citra itu dengan bibirnya. Dimain-mainkannya putting tersebut dengan bibir dan lidahnya. Sementara itu, tangan kirinya mendapatkan bagian toket sebelah kanan bu Citra. Ia memilin-milin, meremas-remas, dan memainkan putting bu Citra dengan jari telunjuknya.



*sslllrrrrrpppp… ccccpppp….*

“sshhhh… uhhh….”

“aaahhhh….”



Setelah puas menjamah bagian payudara bu Citra kiri dan kanan secara bergantian, Gio Kembali menurunkan cumbuannya. ia membuka kancing celana bahan bu Citran dan melorotkannya ke bawah beserta dengan CD-nya.

Setelah itu, ia belai lembut vagina becek bu Citra dengan jemari lentiknya. Tak lupa ia juga memainkan klitorisnya dengan lembut. Gio membuat Gerakan memutar menggunakan jari-jarinya pada area bibir vagina bu Citra sebelum akhirnya menusuknya menggunakan jari Tengah dan jari manisnya.





“oouuhhhh…. Ahhhhh…”

“sshhhh…. Ahhhh…..”



Apa yang dilakukan oleh Gio terus berulang, mulai dari mengobok-obok memek bu Citra dengan jari jemarinya, menggeseknya, memainkan klitorisnya, dan menjilatinya dengan lidah. Sementara itu, Bu Citra hanya bisa mendesah dengan sesekali sedikit mengangkat pinggulnya.



“ssshhh… Giohhh… udahhh sayaangghh…”

“aahhh…. Gioohhh… aahhh…”



Bu Citra sedikit mengangkat pinggulnya, menjepit kepala Gio dengan kedua kakinya dan langsung cairan kenikmatan membanjiri memeknya karena orgasmenya. Gio mulai beranjak dari posisinya dan mulai memposisikan kepala kontolnya di depan memek bu Citra. Gio mulai menggesek-gesekkan kontolnya di bibir vagina bu Citra.



“siap bu?” ucap Gio sembari melirik ke arah bu Citra.

“iyaa… ayooo…”

Gio mulai memasukkan kepala kontolnya secara perlahan ke memek bu Citra, “hhkkk… hhaaa…”

“eennnghhhh… pelannnn… uhhh…”



Gio mengeluarkan Kembali kontolnya dan memasukkannya lagi. Beberapa kali ia melakukan kegiatan tersebut karena merasa memek bu Citra sangat sempit untuk diterobos oleh kontolnya. Hingga akhirnya, liang senggama itu telah beradaptasi dengan ukuran kontol Gio dan bisa menerima sodokan kontolnya, meskipun lagi-lagi tak bisa sepenuhnya ditampung.



“aahhh… iyyaa ,Gioo… mmhh….”

“eenaakkhh… aahhh…”

“teruss sayangghhhh…”

“aaahhh… ini kan yang bikin ibu ketagihan?”

“iyahhh… aahhhhh… enakkkhhh… sayangghhh…”



Gio terus menggenjot memek bu Citra dalam posisi missionary. Gio juga mulai menambah tempo genjotannya menjadi lebih cepat. Desahan dari bu Citra menjadi semakin tak terkendali seiring dengan bertambahnya tempo genjotan Gio. Sesekali Gio juga meraih toket bu Citra dan meremasinya.

Tak berselang lama kemudian, Gio meminta bu Citra untuk berganti posisi. Ia meminta bu Citra untuk menungging dan akan menyodoknya dari belakang. Bu Citra pun langsung menurutinya, ia langsung berbalik badan dan menungging di hadapan Gio dengan menghadap ke tembok.

Selanjutnya, Gio Kembali menghujami memek bu Citra dengan tusukan kontolnya. Memek bu Citra langsung ia hajar dengan tempo yang lumayan cepat. Suara yang ditimbulkan pun menjadi semakin riuh.



*plookkk… plookkk… ploookkkk…*

“mmhhhhh… aaahhhhh…”

“sssshhhh…. Oohhhh….”

“uuhhhh….”



Sementara itu, bu Lilis baru saja pulang dari senamnya. Ia merasa sangat gerah hari ini, padahal tadi ia telah meneguk habis sebotol air putih yang ia bawa dari rumah. Selain itu, ia merasa bahwa detak jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. Ia merasa heran atas apa yang terjadi pada dirinya.

Sesampainya di rumah Bu Lilis kaget karena di rumah tidak ada siapa-siapa, padahal tadi ia meninggalkan Gio dan adiknya di rumah. Ia awalnya tak mempedulikannya dan memilih untuk mandi saja karena badannya sudah sangat gerah dan ia sudah tak tahan.

Bersama dengan guyuran shower dan Ketika Bu Lilis menyabuni area toket dan memeknya terasa cukup aneh karena ia merasa sangat horny kali ini. Hingga ia secara tak sadar mulai meremasi toketnya dan menggesek bibir vagina serta klitorsinya dengan tangannya sendiri.

Namun, akhirnya ia tersadar bahwa ini bukan lah hal yang terpuji dan menghentikan aktivitasnya itu. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian dengan mengenakan daster longgar tanpa mengenakan hijabnya. Ia berpikiran bahwa sudah tidak ada “orang lain” lagi di rumahnya. ia berencana untuk menonton tv dan mengecek hp-nya, siapa tau memang adiknya sudah pulang ke rumahnya, tapi ternyata tak ada satu pun pesan masuk dari adiknya itu.

Anehnya lagi, Ketika ia melangkahkan kaki menuju ke ruang keluarga, ia mendengar seperti suara orang berteriak dari kamar tamu yang letaknya tak jauh dari tempat itu. Ia mulai penasaran dan berjalan mendekat ke arah sumber suara.



“cittt… Citraaa… Dekkk…” panggilnya yang menggema mengisi ruangan.

*tookkk… tookkkk… tokkk…*

“…” tak ada jawaban dari dalam.



Bu Lilis pun mencoba membuka pintu tersebut dan untungnya pintu itu tidak terkunci. Suara yang terdengar pun menjadi semakin jelas. Ia akhirnya sadar bahwa suara itu bukan teriakan kesakitan, melainkan lebih ke desahan.

Untuk menjawab rasa penasarannya pun bu Lilis membuka sedikit pintu kamar itu dan mengintipnya dari luar. Alangkah terkejutnya Ketika ia melihat seorang Wanita yang kemungkinan besar adalah adiknya sedang digenjot dengan posisi nungging oleh seorang lelaki yang dari posturnya kemungkinan adalah Gio, muridnya sendiri.

Bu Lilis dibuat terbelakak menyaksikan adegan persetubuhan itu. Ia menutup mulutnya dengan tangannya. Ia juga tak habis pikir tentang apa yang sedang ia lihat kali ini. Ia tak pernah menyangka bahwa ini akan terjadi tepat di hadapannya.

Tetapi bukannya beranjak pergi, ia masih saja tetap menyaksikan adegan panas tersebut. Secara tanpa sadar ia menikmati pemandangan yang sedang ia lihat. Dan tanpa ia sadari pula, libidonya menjadi semakin tinggi dan membuatnya terangsang.

Bu Lilis tanpa di sadari mulai menggesek vaginanya dengan tangannya sendiri sembari menyaksikan persetubuhan itu. Vaginanya menjadi sangat basah oleh cairan pelumas yang seakan mengalir deras dari vaginanya.

Sementara itu, Gio Nampak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sedang menyaksikan persetubuhan ini. Ia bisa melihatnya dari pantulan cermin yang ada di dekatnya. Ia tak menyangka bahwa itu bu Lilis, ditambah lagi, ia sangat menikmati adegan yang sedang disajikan olehnya dan bu Citra.

Melihat apa yang sedang terjadi membuat Gio semakin bersemangat, ia lantas menggenjot bu Citra dengan tempo yang lebih cepat. Tak hanya itu, ia menarik tubuh bu Citra agar lebih tegak, setelah itu, ia meremasi toket bu Citra dan menjilati area leher dan belakang telinganya.

Bu Citra menjadi semakin kesetanan. Desahan serta teriakannya menjadi tak tertahankan. Bahkan mungkin suaranya terdengar sampai ke luar ruangan.



“OOHHHH…. GIIOOOOO… AAAHHHHHH…”

“GGIIIOOOO… GIIOOO….”

“MMMHHHH… AAHHH… NGGAK KUAATHHHH…”

“AKU KELUARHHH SAYANGGHHH…. UMMMHHHH”

Sejurus kemudian, memek bu Citra menjepit erat kontol Gio dan menyemburkan cairan kewanitaannya dengan dahsyat ke kontol Gio. Setelah itu, tubuhnya lemas dan ambuk tengkurap di Kasur.



Bu Citra pun membalikkan badannya dan terlentang, “hahh… hahh… hahh… kamu benar-benar hebat sayangg…” ucapnya.

“mau lagi?” tanya Gio yang mengacuhkan kehadiran bu Lilis di belakangnya yang sedang mengintip.

Bu Citra menggeleng, “biarkan kakakku mendapatkan gilirannya.” Jawabnya sembari tersenyum.



Bu Lilis pun Bagai tersambar petir di siang bolong. Ia terpaku di depan pintu sembari berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh adiknya. Apa maksudnya ia berkata demikian?

Hingga tanpa disadari kini ia telah masuk ke dalam kamar itu karena tangannya ditarik oleh sang adik untuk masuk ke dalam.



“apa yang kalian barusan lakukan?” tanya bu lilis dengan nada bergetar.

“seperti yang sudah teteh liat.” Ucap bu Citra dengan entengnya.

*plakk…* bu Lilis menampar dengan keras pipi bu Citra.

“SIAPA YANG MENGAJARKANMU MENJADI WANITA MURAHAN SEPERTI INI?” pekik bu Lilis dengan suara tinggi.

Bu Citra masih memegangi pipinya, “siapapun Wanita yang berhadapan dengan kontol Gio pasti akan menjadi Wanita murahan di hadapannya.” Ucapnya sembari berjalan semakin mendekat ke arah bu Lilis dan membuat bu Lilis berjalan mundur.

Spontan bu Lilis pun menengok ke arah kontol Gio yang masih setengah tegak.

“silahkan teteh rasain sendiri bagaimana kontol itu dengan gagahnya mengobok-obok memek teteh.”

*plakk…* bu Lilis Kembali menampar bu Citra.

“CUKUP CITRA, JAGA UCAPANMU…”

“apa teteh nggak terangsang pas nonton adegan barusan?”



Bu Lilis akhirnya terpojok karena posisinya sudah tertahan oleh tembok. Sejurus kemudian, bu Citra berjongkok di hadapan bu Lilis dan mengangkat dasternya tinggi tinggi.



“Citraaa… stoppp… apa-apaan kam… uuuhh… mmhhh…” uca bu Lilis tertahan Ketika jari bu Citra telah mendarat dan memberikan sentuhan lembut di bibir memek tembemnya.

“nih, teh, udah basah banget… teteh pasti lagi horny banget, kan?” ucap bu Citra sembari terus mengusap-usap dengan lembut memek bu Lilis.

“eengghhh… Citra… engga… aaahhhhh”

“sssttooppp… mmhhh… sssttttt… tophh…”



Bu Citra memberikan kode kepada Gio untuk mendekat dan mengambil alih tugasnya. Gio pun mengerti dan mulai ikut berjongkok di hadapan bu Lilis yang berdiri menyender tembok. Setelahnya, bu Citra beranjak pergi keluar kamar meninggalkan mereka berdua.

Gio kini yang mengambil kendali dan mendaratkan rangsangan lembut jari-jemarinya pada area vagina bu Lilis yang masih berbalut celana dalamnya. Sungguh sudah sangat basah celana dalam bu Lilis oleh cairan lubricant yang keluar dari memeknya.

Selanjutnya, Gio menyingkap ke samping bagian depan cd bu Lilis dan langsung menjulurkan lidahnya di area memek bu Lilis dan klitorisnya. Gio tampak begitu bernafsu melihat memek bu Lilis yang tembem itu.

Bu Lilis pun terkejut dengan apa yang sedang terjadi pada area sensitifnya tersebut. Ia menengok ke bawah dan kaget Ketika yang berjongkok di hadapannya bukan lagi adiknya, tetapi Gio.



*sslllrrppp… crrppp…* gio masih terus memainkan lidah dan bibirnya di area bibir vagina bu Lilis.

“mmmhhh… Gii… ohh…”

“aappaa… yang kamu lakuinn…”

“Giii… ohhh… hentika… nnnhhh...”

“ahhh… mppunnnnn…”



Bibir vagina bu Lilis menjadi semakin basah karena permainan liar yang dilakukan oleh Gio. Tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi. Otaknya ingin sekali melawan “pelecehan” ini, tetapi birahinya sudah memuncak dan tak bisa ia lawan. Kini ia hanya bisa pasrah dengan apa yang sedang dilakukan oleh muridnya itu.



“mmmhhh… ahh… Giiihhh… ohhh…”

“apaaa inihh…” ucap bu Lilis saat jari manis dan jari tengah Gio mulai menerobos masuk menembus lubang memeknya.

“enak kan, bu?”

“mmmmhhh… ssshhhh…”



Bu Lilis hanya bisa berusaha menahan desahannya dengan bagian bawah daster yang secara tak sadar ia angkat sendiri dan ia gigit untuk menahan desahannya. Ia masih menunduk ke bawah menyaksikan perlakuan tak senonoh muridnya itu kepada dirinya dan sesekali memejamkan matanya.



*cllekkk… clekkkk… Cleekkk… cllekkk… clekkkk…* lama kelamaan Gerakan tangan Gio semakin cepat mengobok-obok memek gurunya itu.

“Giooohhhhhh… AAHHHHHH….”

“ibu ngggaahhh kuaahhhttt…” pekik panjang bu Lilis menandai orgasme pertamanya. Memek bu Lilis berkedut karena orgasemenya.



Tubuh bu Lilis bergetar hebat pada saat-saat orgasmenya. Tubuhnya terduduk ke lantai dengan nafas yang masih tersenggal-senggal. Dasternya kini sudah keliatan lusuh karena

“hahhh… hahhh… hahhhh… Gioo… sudah cukup, Nak. Ini sudah terlalu jauh. Ibu mohon…” pinta bu Lilis berusaha memohon kepada Gio untuk tidak bertindak lebih sembari masih mengatur nafasnya setelah mencapai orgasme pertamanya.

Gio tak mempedulikan ucapan bu Lilis dan mengangkat tubuh bu Lilis ke atas ranjang, “biarkan ibu juga ikut merasakan kenikmatan yang sudah dirasakan bu Citra, karena saya orang yang adil, maka semuanya harus mendapatkan bagian yang sama.” Ucap Gio saat membopong tubuh montok bu Lilis menuju ranjang tidur sembari tersenyum.

“Giooo… tolong jangann… saya sudah bersuamiii…”



Gio tak mempedulikan ucapan bu Lilis dan lekas merebahkan tubuh bu Lilis di atas ranjang. Setelah itu, ia mulai menindih tubuh bu Lilis dan berusaha membuka semua pakaiannya. Bu Lilis berusaha melawan dengan merapatkan tangannya ke dadanya.



“Giooo… jangan, Nak… ibu mo… hhmmppppp…”



Belum selesai bicara, tiba-tiba bibir bu Lilis sudah disumpal dengan bibir Gio. Gio berusaha memberikan ciuman panasnya kepada bu Lilis. Bu Lilis pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Gio, terlebih lagi lidahnya berusaha menerobos masuk bibirnya yang berusaha ia tutup.

Sayangnya, lagi-lagi nafsunya menang. Ia tak kuasa membendungnya. Terlebih lagi, ia merasakan ada ganjelan benda tumbul yang sangat menyesakkan di area bagian bawahnya. Ahh… ia jadi teringat, benda itu, benda pusaka milik Gio.

Setelah berciuman, cumbuan Gio mulai menjalar menuju ke telinga dan leher bu Lilis. Bagai kerbau dicocok hidungnya, bu Lilis pun sudah tak berusaha melawan lantaran ia sudah tak kuat membendung nafsunya, rangsangan Gio sangat kuat untuk bisa menggoyahkan imannya.

Bu Lilis merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. ia merasa bahwa libidonya tidak pernah seganas ini sebelumnya Ketika berhubungan dengan suaminya. Kali ini ia merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya, nafsunya begitu tinggi dan menggebu-gebu.

Beberapa saat kemudian, Ia membimbing tangan bu Lilis untuk diangkat ke atas, hingga kini ia dengan mudah meloloskan daster bu Lilis. Setelah itu, ia mencumbu area ketiak bu Lilis hingga area sekitar payudaranya.



“Giooohhhh…”

Gio menghentikan aktivitasnya dan melihat bu Lilis lekat-lekat, “dari sini saya bisa melihat kecantikan ibu yang sungguh mempesona.”

“Giooo… jangan menatap saya seperti itu…”



Setelah itu, Gio Kembali melumat bibir bu Lilis. Bu Lilis sendiri nampaknya kurang ahli dalam permainan lidah, sehingga ia cenderung pasif dan mengikuti permainan Gio saja.



“Giooo… segera tuntaskan…” ucapnya lirih dan malu-malu.

“saya masih ingin berlama-lama mengagumi keindahan tubuhmu, bu…” ucap Gio.

“waktu kita tidak banyak, Nak.”



Gio baru tersadar. Ini adalah rumah bu Lilis dan dalam waktu dekat pasti suaminya akan pulang. Namun, sayup-sayup ia mendengar alunan music dan orang ngobrol yang sepertinya bersumber dari sebuah film.

Gio lalu melanjutkan aksinya. Kembali ia turun ke bawah dan melepaskan penutup payudara (bra) bu Lilis. Setelah itu, Gio langsung menenggelamkan kepalanya pada belahan payudara bu Lilis dan menggoyangkan kepalanya.

Baru setelah itu, ia mengecupnya satu per satu dan memainkan lidahnya pada areola bu Lilis bergantian kiri dan kanan. Putingnya menjadi sasaran Gio selanjutnya. Diremasnya payudara jumbo milik bu Lilis dan dijilatinya putting susu tersebut.



“ssssshhhh… uhhh… Geelllihhh….”

“mmmhhh… ahhh…”

“payudara ibu benar-benar luar biasa.” Ucap Gio.



Setelah puas menjamah payudaranya, Gio beranjak turun ke bawah Kembali dengan manyapukan lidahnya mengikuti tubuh bu Lilis, dari mulai perut hingga bermuara di lubang senggama bu Lilis.

Di buka lebar-lebarnya bibir memek bu Lilis, hingga terpampang sebuah lubang peranakan miliknya. Setelah itu, langsung ia daratkan lidahnya tepat pada lubang tersebut.



“Gioohh… jangann dijilll… ahhhhh…”



Belum sempat menuntaskan kata-katanya, lidah Gio sudah terlanjur menjalankan aksinya. Lidah Gio Kembali menyapu bibir memek bu Lilis dengan lembut. Dimainkannya lidah itu naik turun layaknya sedang menjilat eskrim.

Selain itu, klitoris milik bu Lilis pun tak lepas dari sasaran Gio. Dengan lembut ia menggesek-geseknya dengan menggunakan jempolnya dan semakin membuat bu Lilis kelonjotan tak karuan.



“Gioohhh… aaaahhhhh… mmpppuuuhhhhnnn…” pekik bu Lilis sembari merapatkan kakinya yang secara tidak sengaja mengapit kepala Gio.



Lidah Gio Kembali dibanjiri cairan hangat kewanitaan, kali ini giliran cairan bu Lilis yang ia cicipi. Bu Lilis benar-benar bisa dibuat gila dengan apa yang dilakukan oleh muridnya itu. Ia kini telah sampai pada orgasme pertamanya. Namun, seperti ada yang masih mengganjal dalam dirinya, ia belum puas.

Setelah membiarkan bu Lilis mengatur ritme nafasnya dan menikmati sisa-sisa orgasmenya. Gio segera bangkit dari posisinya dan mempersiapkan kontolnya di depan memek bu Lilis. Ia menggesek-gesekkan batang kontolnya di belahan memek bu Lilis.



“siap, bu?” tanya Gio sembari masih menggesek-gesekkan kontolnya.

“pelan-pelan, nakk…”



Tak butuh instruksi dua kali, Gio langsung mendorong kontolnya masuk ke dalam memek bu Lilis. Meskipun sudah memiliki anak, nampaknya memek itu masih sedikit sempit. Hingga membuat bu Lilis meringis kesakitan akibat dari desakan kontol Gio pada lubang memeknya.



“Giooohhh… tahan nakk… burungmu terlalu besar…”

“mmhh… memek ibu masih rapettt…”

“tahan sebentar bu…” ucap Gio sembari masih berusaha mendorong penisnya untuk bisa masuk lebih dalam lagi.”

“aaahhhh… Gioohhh… ngiluuuhhh…”



Setelah berusaha, akhirnya kontol Gio berhasil masuk setengahnya. Hal tersebut bisa menjadi lebih mudah karena memek bu Lilis benar-benar sudah basah oleh cairan pelumas yang membanjiri memeknya.

Gio mulai memompa kontolnya keluar masuk memek bu Lilis. Bu Lilis pun sudah tak lagi merintih kesakitan, rintihannya berubah menjadi desahan-desahan lembut yang keluar dari mulutnya.



“mmhhh… sudah nggak sakit kan bu?” tanya Gio sembari masih menggenjot memek bu Lilis.

“hhhmmm… uuhhhh…”

“jangan kenceng-kencengghh… aaaggghhh…”

“kenapa nggak boleh kenceng bu?” tanya Gio sembari justru meningkatkan ritme genjotannya.

“GIIIOOHHH… GIOOOHHHH… AAHHHH… AHHHH… AAAAHHHH…”

“IBB… UUHHH… BISA TERII… AAKHH… KALAU KAMU SEPER… TIIHH ITTUUUHH…”



Gio tak memperdulikan ucapan bu Lilis dan justru semakin mempercepat genjotan kontolnya pada memek bu Lilis. Sementara itu, bu Lilis semakin keras mendesah hingga suaranya menggema mengisi penjuru ruangan.

Gio pun mendekatkan tubuhnya ke arah bu Lilis dan menyedot-nyedot bibirnya. Setelah itu, kepalanya ia condongkan ke kanan dan memberikan kecupan hangat serta jilatan pada area leher sebelah kiri bu Lilis.

Tangannya juga ikut bermain pada payudara montok sebelah kiri milik bu Lilis. Ia meremasnya dengan gemas dan juga memilin-milin putingnya.

Genjotan yang terus menerus dilakukan oleh Gio membuat kontolnya semakin tenggelam dan tenggelam ditelan memek bu Lilis. Hingga tanpa terasa kepala kontolnya sudah menyundul-nyundul dinding Rahim bu Lilis

Bu Lilis benar-benar dibuat tak karuan oleh Gio. Ia sudah seperti kehilangan akal lagi. Tubuhnya seperti dibawa melayang ke sebuah tempat tinggi yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.



“ayo bu… teriak lagii… lebih keras lagii…”

*PLOKKK… PLOKKK… PLOKKK…”

“AAHHHH… GIIIOOHHH… AAHHHH… MMHMHHAAAAHHHH…”

“AAAHHHH… DUUUHHHH… GIIOOHHH…”

“GIOHHH… AAAAAHHHH… MEEENNTOOKK… OOOHHHH…”



Lenguhan Panjang bu Lilis mengantarkannya pada orgasme keduanya. Memeknya berkedut dan semakin mencengkram erat kontol Gio yang gagah bersarang di dalamnya. Pinggulnya sedikit terangkat dan matanya terpejam menikmati orgasmenya yang tumpah ruah.

Permaian yang terjadi kurang lebih sepuluh menit itu membuat bu Lilis harus Kembali menumpahkan cairan kewanitaannya, kali ini kontol Gio yang ia banjiri.



“masih kuat bu?” tanya Gio

“HAHHH… HAHHH…” bu Lilis tak menjawab dan masih mengatur ritme nafasnya.

“bolehkah saya mengagumi kecantikan ibu dari bawah?”

“…”



Beberapa menit yang lalu, suami Bu Lilis terlihat sedang pulang dari kantornya. Wajahnya Nampak lesu Ketika memasuki rumah. Dari pintu utama saja ia sudah mendengar suara yang sangat berisik, seperti ada yang sedang menonton tv dengan volume tinggi. Ternyata ia mendapati adik iparnya itu sedang menonton film di ruang keluarga. Namun, ia tak mendapati istrinya berada di sana.



“Eh… Cit, tumben di sini.” Ucapnya basa-basi.

“eh mas Tio. Iya mas, tadi bantu-bantu teteh. Baru pulang mas?”

“iya nih, sial banget ban mobilku bocor tadi, untuk bawa serepnya.”

“ngomong-ngomong, kemana tetehmu? Kok nggak keliatan.”

“anu mas…”

“teteh lagi keluar tadi ada keperluan sama ibu-ibu sebelah.”

“oh, yaudah deh kalo gitu. Mas masuk dulu, capek banget.”



Tampak tak ada kecurigaan bahwa sang istri sedang berbuat macam-macam, ia pun masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Tak disangka, ternyata sudah tersaji sebuah teh di sana dan langsung ia tengguk habis.

Ia lalu bersih-bersih diri dan berganti pakaian. Namun nampaknya ngantuk sudah sangat menyerang. Sehingga, mau tak mau ia segera merebahkan diri di Kasur dan Bersiap untuk tidur. Tak butuh waktu lama agar dirinya pulas.

Masih di kamar tamu itu, Bu Lilis Nampak kebingungan dengan perkataan Gio. Namun ia mengerti setelah Gio mencabut kontolnya dan berbaring disampingnya dengan kondisi kontol yang masih tegang sempurna.

Sejatinya bu Lilis sudah cukup Lelah setelah mencapai dua kali orgasmenya, ditambah lagi aktivitasnya seharian ini. Tetapi, entah mengapa masih ada dorongan dalam dirinya untuk lebih berlama-lama lagi menikmati kegagahan kontol anak didiknya itu.

Tak lama berselang, bu Lilis sudah memposisikan diri duduk mengangkang di selangkangan Gio. Ia menggenggam kontol perkasa Gio dengan tangan kanannya hingga kepala kontol itu tepat berada di bibir memeknya.

Perlahan, ia mulai menurunkan pinggulnya hingga kepala kontol itu mulai menusuk masuk mengisi setiap celah lubang peranakan miliknya.



“uuuuhhhhhmmmm…” desahnya Ketika kontol Gio berhasil merangsak masuk ke dalam memeknya.

“aahhh… buuu… lebih dalam lagiihhh…”



Bu Lilis pun semakin menurunkan pinggulnya secara perlahan. Kontol perkasa itu pun semakin dalam menusuk memeknya.

Gio yang berbaring di bawah pun dapat menyaksikan pemandangan indah dari bu Lilis yang masih memegang kontolnya sembari mendesah kenikmatan dan mendongakkan kepalanya menahan nikmat. Ditambah dengan rambut pendeknya sungguh membuat bu Lilis sangat mempesona di hadapan Gio kali ini.

Bu Lilis menghela nafas sejenak saat kontol itu berhasil masuk sepenuhnya ke dalam memeknya dan menyundul dinding Rahim miliknya. Selanjutnya, ia mulai bergoyang memutar dan maju mundur sembari tangannya berada di dada Gio.

Setelah itu, baru lah ia menaik turunkan pinggulnya secara perlahan sembari mendesah kenikmatan tatkala kepala kontol itu menyundul dinding rahimnya.



“aahhhh… ahhh… ahhhh…”

“uuhhh… lebih kenceng lagi buu…”



Bu Lilis pun semakin tinggi mengangkat pinggulnya dan menghentakkannya dengan cukup kencang hingga suara-suara pertemuan selangkangan kedua insan ini pun merdu terdengar.



*PLOOKKKK… PLOOKKKK…. PLOOOKKKKK…”

“mmhhhh… nikmat sekali buuu…”



Bu Lilis pun sesekali membenarkan rambutnya yang jatuh menimpa wajahnya. Sementara Gio tak tahan melihat toket bu Lilis yang ikut memantul naik turun seiring dengan Gerakan yang sedang dilakukannya. Segera Gio menggenggam kedua toket itu dengan kedua tangannya dan meremasinya.

Tangan bu Lilis pun berpindah memengangi tangan Gio yang sibuk meremasi kedua toketnya seolah tak ingin tangan tersebut terlepas. Merasa gemas dengan apa yang dia lihat, Gio menarik tubuh bu Lilis hingga menempel pada tubuhnya. Langsung ia lumat bibir indah milik bu Lilis dengan ganas.



*Cllppp… mmaahhh…*

“mmmmpppp… mmmhhhh…”



Tangan Gio menarik pantat bu Lilis agar sedikit terangkat dan lekas menghujami memek bu Lilis dengan sodokan kontolnya dari bawah. Bu Lilis pun semakin medesah kenikmatan disela-sela pagutan bibir Gio.

Tangan Gio yang berada di pantat bu Lilis pun meremasinya dengan gemas kedua bongkahan pantat montok itu. Ia juga menggerayangi belahan pantat bu Lilis sehingga membuatnya sedikit terkejut.

Setelah itu, Gio melepaskan pagutan bibirnya dan meminta bu Lilis untuk memutar badan. Bu Lilis menuruti permintaan Gio dan mencabut kontol Gio dari memek tembemnya. Setelah itu, ia memutar badannya dan Kembali meposisikannya di bibir memeknya.

Bu Lilis langsung menurunkan pinggulnya hingga kontol itu Kembali masuk dalam-dalam di memeknya. Ia langsung menaik turunkan pinggulnya dengan cepat.

Gio tak kunjung diam, setelah beberapa saat membiarkan bu Lilis naik turun, ia bangkit dari posisi tidurnya dan menarik tubuh bu Lilis agar rapat dengan tubuhnya. ia langsung menggenjotnya dengan kencang sembari tangannya meremasi toket bu Lilis.

Ia juga berusaha menggapai bibir bu Lilis untuk ia lumat. Sementara itu, tangan kanannya yang semula meremasi toket bu Lilis, kini turun ke bawah. Kini tangan tersebut mulai memainkan klitoris bu Lilis.



“mmmmhhh… uhhhh…”

“GIIOOOHHH… GIIIOOOHHHH… GIOOOHHH… HIYYAAAHHHH…”

“AAHHHH… IBU KELUAR LAGIIHHH GIOOHHHH…”

“TAHANN BUUU… GIOO JUGAAA…”



Gio semakin mempercepat genjotannya hingga tepat pada hentakan terakhirnya spermanya tumpah ruah menyemprot leher Rahim bu Lilis. Sperma yang keluar dari kontol Gio sungguh sangat banyak, hingga vagina bu Lilis pun tak kuasa menampungnya dan luber keluar membasahi selangkangan Gio hingga menegenai sprei. Ini adalah pertama kalinya Gio mencapai orgasmenya Kembali setelah beberapa saat.

Namun, ada yang aneh, tiba-tiba setelah semprotan terakhir sprema Gio. Gio merasa bahwa sekujur tubuhnya lemas dan pandangannya hitam. Ia pun langsung tergeletak lemas di Kasur itu, sementara kontolnya masih bersarang di memek bu Lilis.

Bu Lilis terkejut dengan apa yang terjadi pada Gio, ia langsung bangkit dari posisinya dan melepaskan kontol Gio dari memeknya.



“Gio… Nak… Gio…” bu Lilis berusaha membangunkan Gio namun tak ada respon darinya.



Beberapa kali bu Lilis mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Gio dan memanggil Namanya, namun masih tak ada respon dari Gio. Bu Lilis pun menjadi panik. Segera ia mengenakan dasternya dan berjalan keluar kamar.



Bu Lilis mendapati bu Citra yang Tengah asyik menonton tv di ruang keluarga, “Dekk… tolong teteh…” ucap bu Lilis dengan raut wajah panik.

“eh… kenapa teh?”

“Gio… Gio pingsan…”

“apa…? Kenapa bisa pingsan?”

“kamu nggak usah banyak tanya, ayo cepet masuk ke kamar, tolongin teteh.”



Mereka berdua pun akhirnya Kembali masuk ke dalam kamar. Nampak raut wajah tegang terlihat dari wajah kedua kakak beradik ini. Mereka mencoba membangunkan Gio dengan memberikan wangi minyak kayu putih pada lubang hidungnya, namun masih tak ada hasil.



“kenapa bisa gini sih, teh?” tanya bu Citra.

“teteh juga nggak tau… tadi tiba-tiba setelah dia ejaku…” bu Lilis menghentikan kata-katanya.

“Gio bisa sampai klimaks sama teteh?”

“…”

“berapa kali, teh, emangnya?”

“ccc—Cuma sekali…”

“hmm… Gio adalah cowok yang sangat kuat, bahkan beberapa kali main sama aku aja dia nggak pernah sampai keluar.”

Bu Lilis terkejut mendengar ucapan adiknya itu, “benarkah? Kok bisa?” tanyanya penasaran.

Bu Citra memberikan isyarat tak tahu.

“eh… udah-udah, jadinya gimana ini? Kok malah ngomongin yang enggak-enggak.” Ucap bu Lilis.

“ayo kita bawa ke rumah sakit teh. Teteh ambil kunci mobil mas Tio, biar aku ganti baju Gio.”



Setelah itu, mereka berdua sibuk menjalankan tugas masing-masing. Hingga tibalah waktu Gio dibawah ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan intensif. Bu Lilis pun mengabarkan kepada Bu Dewi selaku wali dari Gio tentang kondisi anaknya saat ini.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Gio langsung dimasukkan ke ruangan UGD untuk mendapatkan pertolongan. Mereka berdua pun menunggu Bersama di luar ruangan sembari menantikan kehadiran Bu Dewi.

Bu Lilis dan Bu Citra akhirnya sedikit lega setelah Gio mendapatkan penanganan medis. Tiba-tiba, kaki Bu Lilis gemetar dan seperti ingin rubuh. Untungnya di dekatnya terdapat kursi tunggu Panjang.



“teteh capek banget…” ucap Bu Lilis dengan saura lemah.

“teh… teteh… teteh kenapa…?”

“teh… sadar teh…”

“suster… tolong…”



Ternyata Bu Lilis juga ikut pingsan setelah itu. Akumulasi rasa Lelah yang ia rasakan benar-benar tak tertahankan, ditambah lagi factor psikis yang baru saja menimpa dirinya. Akhirnya ia pun tumbang setelah pergumulan hebatnya Bersama dengan Gio.

Bu Lilis pun akhirnya juga mendapatkan perawatan medis oleh dokter dan suster. Kini hanya ada Bu Citra sendiri yang menunggu di luar. Hingga tak lama berselang Bu Dewi pun datang.



“Bu Dewi?” tanya Bu Citra.

“iya saya Bu Dewi. ada apa dengan anak saya, Bu?” tanya Bu Dewi.

“mmm… anu Bu…”

“ttt—tadi Gio membantu kakak saya mengerjakan beberapa pekerjaannya, entah karena kelelahan atau apa tiba-tiba Gio ambruk dan tak sadarkan diri.”

Bu Dewi pun terkejut dan reflek menutup mulutnya menggunakan tangannya, “ya Allah, nak…”

“sekarang kakak saya juga sedang dirawat oleh dokter, Bu. Jadi saya mewakili beliau memohon maaf atas insiden ini.” Lanjut Bu Citra.



Mendengar apa yang terjadi dan kondisi Gio yang sekarang membuat Bu Dewi sangat bersedih, ia menangis di Pundak Bu Citra. Sementara Bu Citra mencoba untuk menenangkannya. Ia juga tak menyangka bahwa kemalangan ini akan menimpa Gio.

Tak lama berselang, dokter pun keluar dari ruangan tersebut dan langsung mencari orang tua dari Gio.



“apa yang terjadi sama anak saya, Dok?” tanya Bu Dewi.

“diagnosa awal mengarah bahwa anak ibu kelelahan, tapi kami masih akan terus berusaha mencari tau lebih lanjut. Jadi mungkin anak ibu perlu waktu beberapa saat sampai dia sadar Kembali. Ibu tidak perlu khawatir.”



Mendengar apa yang diucapkan oleh dokter tersebut membuat Bu Dewi sedikit tenang. Setidaknya ia tidak perlu mengkhawatirkannya terlalu berlebih. Tapi yang kini hinggap di benak Bu Dewi adalah apa yang dilakukan oleh Gio dan gurunya hingga mereka berdua tumbang bersamaan?


 
setelah libur panjang lebaran akhirnya bisa kembali membawa Gio untuk menyapa suhu-suhu teman setia perjalanan Gio.
silahkan dinikmati sajian perjalanan Gio kali ini dan semoga suka dan tidak cepat bosan dengan cerita perjalanan Gio :Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd