Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Repost : Kumpulan Cerita Skandal Dengan Pemilik Kos

refi-koplac

Semprot Addict
Daftar
8 Apr 2018
Post
443
Like diterima
178
Lokasi
Surabaya
Bimabet
Gairah Bapak Kost

Diceritakan Pemilik Kos yang bernama Pramono begitu sange melihat para bidadari yang kos di rumahnya. Pramono mencoba peruntungannya dengan menampilkan sosok pria yg humble, family man dan lelaki yang tangguh di usia 50 tahun, sesuai aturan tenaga kerja, arep pensiun, tapi sayang belum dipensiun wes di wenehi gaji gede gawe pesangon alias di pecat. Lanjut. dari sekian hari memamerkan keahliannya, pada akhirnya ada salah satu bidadari yang ngekos tertarik, dan kebetulan si bidadari yg lagi lemah dan sedang demam, plus dukungan keadaan kos sing suepi koyok kuburan, krono para bidadari liyane lagi semangat kuliah, koyoke seh. dilanjut cerita dari sisi si Lina, sang bidadari yang lagi lemah dan butuh sing anget-anget telo.


Pagi itu kulihat Om Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kosku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-laki setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Tetep tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Om Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kosku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.

Memang Om Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kos yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya kos-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Om Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari pada obat-bat demam yg banyak jenisnya. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Om Pram yang melakukannya..

Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Om Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. "Masuk..!" kataku. Tak berapa lama kulihat Om Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang "Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?" dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.

"Lina mau dibikinkan susu panas?" tanyanya.
"Terima kasih Om, Lina sudah sarapan tadi," balasku.
"Enak dipijit seperti ini?" aku mengangguk. Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.

"Lin kakimu mulus sekali ya."
"Ah.. Om bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi," balasku sekenanya.
Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.
"Lin, Om jadi terangsang, gimana nih?" suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
"Jangan Om, nanti Tante marah.."
Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Om Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan.. astaga! ternyata dibalik baju mandinya Om Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
"Lin kau cantik sekali.." dia memujaku.
"Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?" aku mengangguk lemah.
Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah "petting" dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Om Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

"Bagaimana Lin? kita teruskan?" tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.
Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya.
"Om.. pakai tangan saja," bisikku kecewa.
Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.

Om Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Om Pram melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, "Om.. aduh.. Om.. Lin mau keluar.." Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. " Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku." Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Om Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. "Ahh.. Enak sekali Lin.." dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan Om Pram membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. "Om, Lin masukin dikit ya Om, Lin pengen sekali." Dia hanya tersenyum. "Hati-hati ya.. jangan terlalu dalam.." Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan.. oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.

Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. "Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali." Kudengar Om Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Om Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Om Pram mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.

Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. "Ahh.." Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. "Ooohh.." Om Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Pagi itu keprawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.

Koyoke mung semono critane soko Lina, matur nuwun
 
Tante Kost yang Menggairahkan

Diceritakan Wanita alias wedok seksi plus ayu plus rondo alias janda, dan umure kisaran 49, tapi gak ketok alias tak terlihat tua, namane koyoke Wina, krono kui diceluk alias dipanggil tante Win. Ceritane diambil soko sisi sang pemuda yang gampang sange plus seneng ngoclo aplias ngocok tiang k**tole yang bernama Rafael. Si Wina kui lagi puber kedua, yang tiap hari sange-an alias nafsuan, po mne melihat pentungan yg kokoh yang mampu memuaskan dahaga nafsu yang menggebar. Lanjut crita dari si Rafael, cox rafael kok enak tenan di wenehi rezeki sing joss.

Kebiasaanku tidur ngelantur belum bisa dibuang. Sejak aku SMA aku sulit sekali dibangunkan pagi-pagi, apalagi sekolahku selama kelas 1 dan kelas 2 selalu siang hari. Ini pula yang menjadi kebiasaanku sewaktu mulai kuliah. Waktu aku menginjak kota Bandung pertama kali, udara dingin kota itu benar-benar membuatku masih terbuai mimpi meski sudah terang. Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.

Tante kos-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kos itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah. Tante ini sudah tua tapi penampilah masih muda, dan sudah janda. Ia hanya punya satu orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.

Suatu hari aku nonton film biru pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha. Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah.. aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu. Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.
"Ah.. hmm.. ah.." aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.

Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.
Tangannya meraih tanganku, "Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu," katanya sambil mengelus pahaku kembali.

Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film "laga" itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas.

Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut. Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.
"Raf, beri Tante.. Tante pingin ngenth*.." katanya penuh harap.
Ia kemudian menarik CD-ku sampai lepas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut penuh. Aku menggelinjang kepengen, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut.

Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur. Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum.

Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya. Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan. Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas.

Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.
"Ayo Raf, ayo genjot!" katanya.
Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora-nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali.

Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan. Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.

"Ayo, Raf, terus..!" katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.
Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.
"Aduh, aduh.. Raf, ngejoss puoll," katanya sambil memelukku.
Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.
"Teruskan Raf! ayo sayang, aku hampir sampai dipucuk," katanya.
Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat. Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas.

Aku masih penasaran, karena aku belum sampai. Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis.
Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan, "Ah, emm.. mm," ia triak tertahan.

Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.

"Rafael, terus Raf, Tante hampir lagi,uuuuh" katanya berbisik.
Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.
"Tante, Rafael mau keluar nih," kataku berbisik.
Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang, "Crot.. croot.. croot.." terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.
Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi.

Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya.

cukup semono wae critane, gak usah dowo-dowo, gak ilok, garai muncrate akeh
 
sorry para penikmat semproters ini hanya kumpulan crita sumuk yang diambil dari situs lawas seng wes tewas akibat kesombongan admin
 
Pengalaman Pertama Bersama Nyai Pemilik Kos

Diceritakan seorang pemuda sek kuliah, koyoke yang memuja setan, kliru cak, tapi klo dibongkar berdasar ilmu Qur'an, kui termasuk pengikut setan. Heran setan kui mung ngandani thok alias setan hanya memberikan suatu ide doang, sing melu kok akeh alias pengikutnya kok banyak, Jan tenan. Si Agus, agus mne, gus digoleki Waria nagh taman lawang, kamu janjikan apa ke waria ntu. lanjut, Si agus, sang pemuda yang lagi bercerita, suka kluar masuk toko buku untuk sekedar melihat judul, kl tertarik yg di bayar nagh kasir, dan saat itu si Agus tertarik dengan buku dengan tema goib yang mengulik bawah sadar, suroboyone, ilmu njaluk di wenehi kasih sayang sak kabehe, jowone ilmu pengasihan dengan melatih fokus lewat meditasi. Lanjut mne, korban buat latihan si Agus kui si Nyai Elis, istri dari pak Padma, sekaligus yang punya kos. Nyai elis ini berumur kisaran 40-an tahun, punya anak yang sudah kerja di jakarta, dan si nyai termasuk wanita yang mampu menjaga wajah dan tubuh, gambarannya seperti itu. klo gambar, sementara blum ada, alias males ngulikke. Mari lanjut cerita versi agus


Terus terang, semuanya terjadi secara tidak sengaja. Pada waktu itu aku membeli buku tentang indera ke-enam atau "bawah sadar", tadinya sekedar iseng waktu berada di suatu toko buku. Inti buku itu mengajarkan begini. Kalau kita menginginkan sesuatu maka kita harus mencoba menvisualisasikannya.. Suatu saat apa yang kita visualisasikan itu akan terjadi, akan terlaksana. Mimpi? Bukan. Sebab untuk mencapai indera ke-enam seseorang justru tidak boleh tertidur, tetapi perlu menurunkan gelombang listrik di-otaknya dari gelombang beta menjadi alfa. Caranya? Gampang sekali.. Kita cukup memejamkan mata, membayangkan menuruni tangga spiral dengan minimal 10 gigi. Saat anda membayangkan ini, gelombang listrik di otak anda akan menurun frekuensinga dari 13 cycle atau lebih perdetik, menjadi 8-13 cycle per detik. Kelihatannya mudah tetapi butuh latihan, jadinya ya sukar.. He. He.. Nah di saat itulah kita memasuki bawah sadar (unconsciousness)

Apa keinginnan saya? Lha ini yang kurang ajar. Aku ingin nangkring di tubuh Nyai Elis (waktu muda panggilannya Neng Elis). Nyai Elis adalah ibu kosku. Kenapa Nyai? Pertama, kemungkinan hamil nol persen. Pada usia 48 tahun biasanya wanita sudah masuk masa menopause. Yang kedua, ditanggung bersih, sehat tak mungkin kena penyakit "kotor" seperti gonorrhoe, syphilis, HIV dsb. Yang ketiga, gratis tidak perlu bayar, karena sama-sama menikmati. Untuk wanita, bersebadan dengan orang usia lebih muda akan menambah hormon estrogen, hormon khas wanita. Kalau wanita kekurangan hormon ini akan menderita osteoporosis, yaitu tulang menjadi rapuh, mudah patah.

Meskipun sudah kepala empat, tapi jangan meremehkan kecantikannya. Wajah Nyai masih terlihat ayu. Kulit kuning langsat, tubuh langsing semampai. Secara legendaris, wanita sunda sangat rajin memelihara wajah dan tubuhnya. Mandi lulur sudah seperti prosedur tetap mingguan. Membedaki wajah dengan berbagai ramuan menjadi rutinitas harian. Itu sebabnya tidak hanya wajah dan tubuhnya yang mengesankan. Bau badannya juga sedap dengan aroma lembut. Lalu kalau mau tahu seperti siapa? Seperti siapa ya..? Nah kira-kira seperti itu.. Dina Lorenza ( iki artis lawas, artis sinetron nagh RCTI jaman 90-an), janda beranak satu dari Heru Kusuma.

Sudah tiga tahun aku tinggal di kost milik keluarga Padmadireja (suami Nyai Elis), pensiunan wedana di salah satu kabupaten di Jawa Barat. Keluarga Pak Padma-Nyai Elis ini mempunyai putera dua orang, semua sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta. Tinggalah Bapak?Ibu semang kostku ini dibantu seorang PRT dan seorang supir. Semua karyawan ini pulang sore.

Sudah seminggu aku latihan meditasi, belum ada hasil. Tambah tiga hari lagi, meskipun hampir putus asa. Tiba-tiba.., pada hari ke sebelas..

Malam itu sudah pukul 10, pintu kamarku diketuk orang.

"Mas Agus.. Mas Agus"
"Ya.. Nyai"
"Tolong kerokin ibu sebentar ya.."

Pucuk dicinta, ulam tiba, burung dahaga, apem menganga.., hatiku berjingkrak bukan main.

"Sebentar Bu, saya ganti pakaian dulu"

Kamar-kamar yang dipakai kost letaknya di belakang rumah utama, dipisahkan oleh satu kebun kecil. Ada enam kamar, membentuk huruf U mengelilingi kebun. Masing-masing kamar berpenghuni satu orang. Kebetulan waktu itu masa liburan, namun karena aku harus mengejar "deadline" penyelesaian skripsi, terpaksa aku tidak dapat mudik. Hiya khan, masak sudah jadi mahasiswa PTN terkenal seantero dunia rela di-DO.

Singkat cerita aku sudah duduk di tepi tempat tidur di kamar Nyai. Duduk dengan bersimpuh, ya.. seperti "pengerok" professional itu. Badan Nyai dalam posisi tengkurap di depan saya. Punggungnya yang putih, mulus tanpa penutup apapun. Hanya tali BH sudah dilepas, tetapi buah dadanya masih sedikit terlihat, tergencet di bawahnya.. Leher Nyai terlihat jenjang, putih, dengan rambut yang panjang sampai ke pinggang, disibakkan ke samping. Punggung ke bawah ada sejenis kain sarung yang diikatkan sekenanya secara longgar. Ke bawah, kain itu hanya menutupi sampai lipatan lutut. Di bawahnya betis yang halus, kencang.

Wajah Nyai menghadap ke samping di mana saya duduk. Sesekali meraba lutut saya, entah apa maksudnya. Pemandangan ini mampu dan makin mengeraskan burungku yang sejak dari kamar tidurku mulai melongok, eh.. bangun menggeliat (Jawa: ngaceng). Dalam waktu 15 menit seluruh punggung Nyai sudah aku keroki. Suasana sekitar kamar hening, hanya degub jantungku yang makin mengeras.

Burungku, pelan tapi pasti makin menegang juga. Aku diam, Nyai juga demikian. Mau ngomong apa aku? Bicara tentang Pak Padma..? Ah sama aja bicara tentang kompetitor. Toh malam ini aku yang akan menjadi "Mas Padma", akan menumbuk padi di lumbung Nyai. Mau ngomong anak-anak Nyai? Yang akan ditengok Pak Padma yang sore tadi berangkat? Ngapain toh sebentar lagi aku akan menganggap Nyai ini ibarat pacarku.

"Pinggangnya juga ya Mas.."
"Ya.. Ya.. Bu..", jawabku seperti terbangun dari lamunan berahi.

Aku tarik kain yang menutupi pinggang Nyai. Ya ampun.. Rupanya Nyai sudah melepas celana dalamnya. Kini di depan mataku ada pemandangan yang.. Waduh.. Ada gambaran parit sempit di tengah tulang pinggang memanjang ke bawah.. Terus.. Ke bawah, berujung di satu celah sempit di antara dua bukit pantat yang putih padat.. Menggemaskan.. Aku bayangkan.. Apa yang ada di depan pantat itu..

Tiba-tiba Nyai membalikkan badannya..

"Depan ya Mas.."

Dengan mata terbelalak kaget, kini aku melihat pemandangan yang luar biasa, yang belum pernah kulihat selama 24 tahun berada di kolong langit. Seorang wanita dengan kulit langsat telanjang bulat, dengan lingkaran perut pinggang ramping, buah dada masih lumayan besar, meskipun sudah rebah ke samping. Di tengan buah dada yang ber "pola" tempurung, terlihat puting besar warna hitam dikelilingi area hitam kecoklatan.. Di bawah pusar ada rambut yang mula-mula jarang tetapi semakin ke bawah semakin lebat, sepeti gambaran menara "Eiffel" dengan ujung runcingnya menuju pusar.. Di pangkal tumbuhnya rambut terdapat gundukan vagina yang pinggir kiri dan kanannya tumbuh rambut, bak gambaran hutan kecil.. Ampun mana tahan.. Mau pecah rasanya penisku menahan tekanan akumulasi cairan di pembuluh darah penisku.

"Nyai Aku nggak tahan lihat begini..?"
"Maksudnya, Mas Agus sudah capai..?"
"Enggak Nyai.. Burung saya sudah.. Nggak bisa.. Nggak bisa.. Saya nggak tahan lagi..!"
"Lho, kok baru bilang sekarang.. Ayo naik..", sambil berkata demikian tangan kanannya melambai, mempersilakanku menaiki perutnya..

Seperti kucing kelaparan, aku segera mengangkangi perut Nyai, aku mau mencium pipinya, lehernya, mau melumat bibirnya. Tetapi gerakanku membungkuk terganjal burungku yang keras dan sakit waktu tertekuk. Malah ketika kupaksakan dan terus tertindih perutku, pertahanan katupnya jebol. Karena tiba-tiba.., crut.. crut.. crut.. Dari burungku tersembur, memancar air mani, yang disertai rasa nikmat. Ejakulasi!! Semburan air maniku mengenai dada Nyai, leher dan perutnya.

Setelah menyembur, burungku sedikit kendur, aku peluk leher Nyai, aku kulum dengan berapi-api bibirnya. Rupanya Nyai merespons dengan penuh gairah juga. Aku gigit dengan lembut bibirnya, sesekali aku sedot lidahnya. Lima menit lamanya, baru aku tersadar.

"Maaf Nyai, air mani saya tadi.."
"Ah, nggak apa-apa, itu tandanya Mas Agus masih "jejaka ting-ting", nanti sebentar juga bangun lagi.", sambil berkata demikian, Nyai mencium lagi bibirku. Tentu saja aku membalasnya dengan lebih bernafsu.

Kecuali bibirku melumat bibir Nyai, tanganku juga meraba buah dada Nyai. Memang sudah tidak gempal, tapi masih "berisi" 80 persen. Kedua tanganku masing-masing meraba, memeras-meras, memilin-milin puting Nyai. Kadang saking gemasnya cengkeraman tanganku ke buah dadanya agak keras, menyebabkan Nyai meringis menggeliat. Begitu juga bila puting Nyai aku pilin agak kuat, nyai bereaksi..

"Enak, enak.. Tapi sakit Mas.. Jangan keras-keras.. Yang (maksudnya Sayang, wes weroh tho).."

Tanpa terasa saat aku menggulati tubuh Nyai, mendekami dada, perut, menekan vagina Nyai dengan penisku, terasa burungku mulai menggeliat lagi. Makin lama makin keras.

"Nyai.. Burung saya.. Nyai mau.. Lagi..?"
"Nah, apa khan.. saya bilang, ayo.. lagi, tapi 'ntar.. Yang, aku bersihkan badanku dulu ya.. ya.."

Nyai masuk ke kamar mandi dalam di ruang tidur. Keluar dari kamar rambutnya terlihat sedikit basah, sebagian terjurai di lengan. Ya.. Tuhan.. Cantik sekali dewi ini..

Aku pun juga masuk juga ke kamar mandi, membersihkan bagian badan yang terkena air mani. Keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat, terlihat burungku tegak, keras mendongak ke atas membentuk sudut 45 derajat dengan garis horizontal. Batangnya besar, warna kehitaman dengan tonjolan pembuluh darah membujur, sebagian melintang. Seperti tongkat ukiran. Ujungnya, gland penis, besar, kemerahan, membentuk topi baja yang mengkilat. Antara gland penis dan batang terlihat leher penis yang dangkal. Rasanya aku mau berkelahi dengan membawa senjata golok.

Waktu Nyai melihat aku dan memperhatikan penisku..

"Hei.. Gede buanget.. Hebat buanget.. Pasti nikmat buanget.." Aku menyahuti tiruan iklan itu, dengan meletakkan ibu jari tangan kananku di depan bibirku..
"Sssstt.." Tentu saja Nyai senyum atas jawaban spontanku.

Langsung akau naiki perut Nyai. Dengan lutut menahan badan, aku sedikit menunduk, memegang penisku. Segera kumasukkan ke liang vagina Nyai. Aku takut kalau nanti terlambat masuk ke vagina, maninya tersembur lagi keluar. Nyai maklum juga kelihatannya. Kupegang penisku, kepalanya kuhadapkan di depan vagina Nyai, lalu kudorong masuk. Bless.. Lega sekali rasanya. Kalau nanti muncrat, ada di dalam liang vagina Nyai..

Lalu aku rebahkan tubuhku ke depan dengan bertumpu pada kedua sikuku. Bertemulah dadaku dengan buah dada Nyai, bibirku dengan bibir Nyai. Kedua tanganku memegang pipi Nyai, Nyai kucium mesra, lalu kucucuk-cucukkan bibirku pada bibirnya, eh.. menirukan burung yang bercumbu. Sesekali tanganku meremas buah dadanya, memilin putingnya, terkadang mulutku turun ke bawah, menghisap puting buah dada Nyai, bergantian kanan dan kiri

Akan halnya penisku waktu kumasukkan ke liang vaginanya, rasanya memasuki ruang kosong, berongga. Tetapi setelah itu rasanya ada kantong yang menyelimuti. Permukaan kantong itu bergerigi melintang, pelan-pelan kantong itu "meremas "penisku. Tak ingin cepat berejakulasi maka kutarik penisku, kantong vagina itu tidak "mengejar"nya. Kumasukkan lagi seperti tadi, terasa masuk ruang kosong, sebentar liang vagina mulai meremas, kutarik lagi. Begitu beberapa kali. Terkadang penisku agak lama kutarik keluar, sampai tinggal "topi bajanya" yang ada di antara 'labia mayora'-nya. Terus begini Nyai mencubitku..

"Masukkan lagi Yang.."

Gerakkan in-out ini makin cepat, "pengejaran" penis oleh sekapan kantong vagina juga makin cepat. Di samping itu di pintu masuk, bibir luar (labia mayora) dan bibir dalam (labia minora) juga ikut "mencegat" penisku. Makin cepat aku keluar-masukkan penisku, Nyai terlihat makin menikmati, demikian juga aku sendiri. Ibarat mendaki gunung hampir tiba di puncaknya. Kecepatan penisku memompa vaginanya semakin bertambah cepat, denyut nadiku semakin bertambah, nafas juga semakin cepat. Terlihat juga wajah Nyai semakin tegang menanti puncak orgasme, nafasnya terlihat juga semakin kencang. Cairan di liang vagina Nyai juga terasa semakin banyak, ibarat oli untuk melicinkan gesekan penisku. Peluhku mulai menetes, jatuh bercampur peluh Nyai yang tercium sedap dan wangi.

Makin cepat, makin tinggi.., tiba-tiba penisku terasa disekap rongga vaginanya dengan kuat.. Kuat sekali dengan denyutan yang cepat tetapi dengan amplitudo yang rendah. Orgasme! Nyai mencapai orgasme. Di saat itu lengan Nyai memeluk leherku kuat sekali, sedang tungkainya memeluk pantatku dengan kencang.

"Aihh..", terdengar desah kepuasan keluar dari bibir Nyai.

Beberapa menit kemudian lubang penisku terasa jebol, cairan menyemprot keluar entah berapa cc. Nikmat.., nikmat sekali.. Nikmat luar biasa. Orgasme Nyai terjadi lebih dulu dari ejakulasiku. Kalau saja Nyai masih bisa hamil, kata dokter anak yang lahir nanti adalah pria.

Saya masih tetap memeluk Nyai sambil mengendurkan nafas. Pelan-pelan penisku mulai mengendur, mengkerut. Tapi rupanya Nyai merespons. Paha dan tungkainya diselonjorkan (diluruskan). Maksudnya memberi jalan agar penisku keluar.

"Terima kasih Yang, terima kasih Mas Agus.. Mas hebat sekali..", bisiknya.
"Kau cantik sekali Nyai, secantik bidadari..", balasku

Badanku kurebahkan di samping badan Nyai, memeluk Nyai yang tidur telentang. Kami tidur dalam keadaan telanjang, hanya ditutupi selimut.

Nikmatnya Nyai, nikmatnya wanita, nikmatnya dunia.

critane mung semono.
 
Si Engkong Srigala berbulu priyayi


Dicerita ini menceritakan tentang pengalaman seonggok wanita yang terlecehkan oleh pemilik Kos yang biasa dipanggil Engkong, dan nama si engkong bernama marzuki, karena betawi dadine marjuki. wanita ini bernama tanti. lanjut, si engkong yang udah tuek lha, tapi sek tahes alias masih kuat untuk nggenjot 2-3 perempuan dalam satu ronde, ganas puol. Si engkong bisa menggasak tanti karena kelemahan tanti yang gampang nepsong dan moto ijo alias gila duit, dan berujung dari pitik kampus. Si engkong punya kos-kosan dengan beberapa kamar dipisah dalam 2 lantai plus 1 dek sebagai jemuran. dan hebatnya si engkong menjerat para bidadari karena si engkong memisah rumah kos dan rumah utama berbeda lokasi, dan rumah kosnya hanya diisi para bidadari aja. mari lanjut ceritanya tanti.


“Kong, tolong dong. Satu bulaan aja Minah nggak bayar. Ayo dong, Engkong ganteng deh…” rayu Aminah, salah
seorang penyewa kos ‘Melati’ yang bermasalah dalam hal iuran bulanan.“Nggak bisa Neng, pan aturannya udah jelas dari pertama
nge-kos. Silahkan angkat kaki dari sini mulai besok.” tegas lelaki udzur pemilik kost-kostan, tanpa memberi keringanan barang sedikit pun.
Seorang gadis cantik yang kamarnya tepat di sebelah sedang bersantai, asyik menguping perselisihan tersebut. Akhir dari perbincangan, Aminah, mahasiswi yang sama sekali tak menarik kaum Adam untuk melirik itu pergi sambil bersungut-sungut. Menuruni anak tangga tinggalkan si orang tua lawan bicaranya penuh dengan rasa benci. Marjuki nama si orang tua, disapa ‘Kong Juki oleh warga
sekitar. Usianya berkisar 70 tahun, namun tubuhnya masih gagah lantaran beliau adalah seorang pensiunan hansip kelurahan di kota J. Ditinggal mati istrinya 10 tahun


yang lalu karena sakit. ‘Kong Juki orang Jakarta asli, memiliki harta warisan turun temurun berupa beberapa tanah kosong, baik itu girik maupun bersertifikat. Sebidang tanah di kota D, dimanfaatkannya untuk membangun sebuah tempat kost khusus wanita.
‘Kong Juki sangat keras dalam peraturan. Boleh membawa teman pria tapi pintu harus dibuka. Bayar uang kost juga harus tepat waktu, boleh minta tempo mundur dengan syarat tidak genap 1 bulan. Bila terjadi demikian, penyewa akan diusir Engkong secara tegas. Daerah sekitar kost masih jarang ditempati warga, sebagian lahan kosong. Kost-kostan belum banyak, apalagi yang bersih dan tertata apik. Ada kontrakan bagus sayang berat untuk kantung, terutama bagi mahasiswa.Beruntungnya lagi tempat Engkong strategis, hanya dengan
menyusuri jalan setapak beberapa meter, tiba di jalan raya menuju terminal sekaligus melewati pusat perbelanjaan (Mall). Dimana tak jauh dari situ terdapat warung kecil dan fasilitas umum seperti halte, warnet, wartel, salon, dekat dengan kampus serta tembus ke stasiun.
Hal-hal itulah yang membuat mahasiswa ataupun pekerja kantoran tertarik untuk kost disitu.Adapun Tanty, nama gadis penguping tersebut di atas.

Seorang gadis berusia 19 th. Baru saja dirundung duka kehilangan orang tuanya di Padang karena musibah Gempa, dimana itu terjadi di tahun ke-2 kuliahnya. Saudara orang tua Tanty yang ada di Jawa tepatnya di Jakarta, memiliki ekonomi yang pas-pasan. Membuatnya tak tega untuk tinggal menetap, apalagi minta dibiayai kuliah plus uang jajan.Nilai kuliah terus menerus anjlok lantaran Tanty banyak
berburu pria tajir di kampus, bahkan cenderung sering gonta-ganti. Tiap kali ada yang bermateri lebih, pasti Tanty pindah ke lain hati. Untuk sementara ini keuangannya aman dalam hal bayar kost dan kuliah. Berjalan mulus masuk ke tahun berikutnya mendekati kelulusan.
Hingga suatu masalah datang menyela…**“Yak pas, lu kalo bayar selalu tepat waktu ya Tong..demen Engkong” ujar ‘Kong Juki tersenyum lebar, giginya yang banyak tanggal terlihat saking senangnya terima uang.“Hahaha, Engkong bisa aja. Yaah, apa sih yang nggak buat
pacar” sahut si pemuda berbangga diri.“Jadi Tanty itu pacar lu ya?” pemuda itu tersenyum bangga. “Kirain masih sodare?” sambung Engkong. “Bukan ‘Kong, kan saudara Tanty di Jakarta. Orang tuanya juga sudah nggak ada”.“Iya, kalo itu Engkong tahu. Abis, banyak bener anak laki-laki seliweran di kamer Tanty. Engkong jadi kagak tahu nyang mane pacarnye, nyang penting pintu dibuka titit aeh titik !” jelas ‘Kong Juki panjang lebar. Wajah pemuda tersebut mendadak berubah, api cemburu membara di dadanya. Dalam hati ‘Kong Juki tertawa. Berhasil memanas-manasi si pemuda. Perkataannya tadi bukan sekedar celetukan, melainkan bertujuan. Sudah lama dia perhatikan keindahan yang dimiliki Tanty. Kecantikannya.. kesintalan bodynya.. senyum manisnya.. aroma wangi tubuhnya dan lain sebagainya yang buat Engkong jadikan Tanty gadis dambaan untuk disetubuhinya. Pemuda-pemuda mahasiswa yang akrab dengan Tanty, hanyalah penghalang menurut ‘Kong Juki semata.“Banyak ‘Kong?”, kekasih Tanty penasaran. “Buaanyak… malah ade nyang rutin. Engkong perhatiin tuh, tiap lu pulang anter Tanty, suka ade nyang dateng. Engkong kagak bisa nyuruh entu anak pulang karena masih jam boleh kunjung”. Wajah pemuda tersebut merah menahan amarah.“Kalo kagak percaye, kasih Engkong nomor lu deh…‘ntar kalo dateng tu anak, Engkong telpon”, pemuda itu langsung cepat-cepat meraih ponsel, ingin segera buktikan hal yang mengganjal di hati kecilnya. Tiba-tiba muncul Tanty di depan pintu kamar Engkong, “Eh si eNon”. “Eh Engkong, aku jalan dulu yach. Yuk say..” ajak Tanty ke sang kekasih, namun sang kekasih terlihat cuek bebek. Tinut! “Ok, itu nomerku ‘Kong. Tolong ya…” kata si pemuda penuh harap, sembari mengantungi HP dan memberi beberapa helai uang kertas nominal Rp. 100.000,- ke Engkong, Tanty keheranan dibuatnya. “Iya Tong, pasti. Makasih yak”.
“Sama-sama, permisi ‘Kong”, jari si pemuda menggenggam erat jemari Tanty.Di perjalanan menuju mobil yang terparkir, Tanty
menyelidik, “Buat apa sih.. kamu kasih nomer HP kamu tadi ke Engkong? nggak penting-penting amat!”. “Itu, dia mau kasih nomer rekening Bank. Jadi kalau bayar uang kost, nggak perlu repot ketemu, cukup transfer.. terus sms..” jelas si pemuda dengan tenang, bersikap
seperti tak terjadi sesuatu.“Keren juga tuh Aki-aki ke Bank. Terus.. uang tadi buat apa?”, Tanty menyelidik lagi.“Itu uang kost kamu bulan depan bayar dimuka, jadi sisanya aku transfer”.“Kenapa nggak dibayar bulan depan aja sekalian, kok tumben?”, Tanty tetap curiga.
“Engkong butuh uang, dia pinjam dulu. Jadi bulan depan dipotong uang itu…bawel amat sih kamu!”, sang kekasih merengut, tak suka dengan cara Tanty memberondong pertanyaan padanya.“Ya udah, maaf.. kirain apa…”, hati Tanty tenang, yang penting sewa kost bulanan aman pikirnya. Sementara kekasihnya jauh semakin curiga kalau hal yang diutarakan ‘Kong Juki adalah benar adanya.Dari luar, Tanty memang dilihat kekasihnya bagai gadis yang penuh cinta pada pasangan. Selama dalam perjalanan berduaan pun, Hp Tanty hanya menerima telpon dan sms dari temannya sesama wanita. Hingga waktu bemesraan habis, tidak terlihat tindak tanduk Tanty seorang penyeleweng. Tapi… siapa bisa menebak hati wanita yang dalamnya bagai palung di lautan?.***Senyum manis menghias wajah Tanty disela aktivitas smsnya. Namun kesibukan itu tidak dengan pacar yang membuktikan cinta dengan talangan dana kuliah maupun sewa kost, melainkan dengan orang yang dimaksud Engkong. Siapa dia?. Dia adalah mantan kekasih Tanty, cinta pertama Tanty. Laki-laki yang pertama kali tidur seranjang tanpa busana dan merenggut kegadisannya. Mereka putus lantaran sang mantan tak mampu memenuhi
kebutuhan ‘bedak’ Tanty yang berat untuk kantung mahasiswa, mereka seringkali bertengkar masalah financial. Tanty menjalin hubungan dengan kekasihnya yang borju kini hanya karena terpaksa. Ia tak bisa melepaskan mantannya itu. Selain tampan, si pemuda tidak egois dalam bercinta, sebagaimana banyak pria yang setelah ejakulasi enggan untuk memenuhi kebutuhan pasangannya, karena memanjakan rasa lelah.Malam sepulang dari mata kuliah praktek di lab, pacarnya yang senior satu tahun di atasnya itu mengirim sms tidak bisa jemput dan antar pulang. Dengan cekatan Tanty menghubungi mantannya tersebut untuk datang ke tempat kost. Mantannya yang kost di kostan mahasiswa tak jauh dari situ, datang selang beberapa menit.

“Malam ‘Kong..” si pemuda berlagak sopan, tak sengaja berpapasan. “Mau ngapain Tong malem-malem begini?”. “Ketemu Tanty ‘Kong, ada perlu masalah kuliah..boleh?”. Engkong diam sejenak, tampak berpikir sesuatu, “Ya udah, tapi jangan lama-lama. Terus pintu dibuka yak!”. Pemuda itu mengangguk dengan hati lega, lolos dari orang yang diseganinya. Anehnya Engkong, kekasih Tanty yang punya perjanjian khusus dengannya tidak diberitahu hal ini, ada udang dibalik batu bagi ‘Kong Juki pribadi. Setelah si pemuda masuk ke dalam kamar dengan mengganjal pintu sedikit terbuka dan menutup tirai jendela, Engkong tersenyum jahat, (Non Tanty…tak lama lagi memekmu akan menjadi milik-ku, Nguaak.. hak hak hak haaak), dalam hatinya.

# Usai pergumulan, “Eh, say… jangan buang di kloset dong! nanti mampet!” protes Tanty ke Yayangnya, mengenai karet pelindung alias kondom bekas mereka bercinta. “Ya udah nih aku buang disini” pemuda itu menuruti perkataan dengan nada kesal karena terpaksa mengambil kembali barang yang telah dibuangnya untuk dilempar ke tempat sampah.Tanty tersenyum dan menggelendot manja pada pujaan hatinya yang sedang cuci tangan itu. “Jangan marah duong say, khan biar nggak diusir sama Engkong. Penyewa kamar sebelah yang diusir tempo hari soalnya bikin kloset macet terus, so.. jangan marah ya”. Pria tampan itu mencium kening Tanty penuh kasih sayang, lalu balas tersenyum. “Ya udah. Gila tuh Aki semua diusir, kayak nggak butuh uang aja. Eh…tadi aku ketemu dia lho”. “Oya, ngomong apa dia?”.
“Cuma nanya mau ngapain malem-malem kesini, biasa… algojo kost-kostan” Tanty tersenyum, lantas bertanya, “Terus.. kamu jawab apa?”.
“Ya..aku bilang aja mau ada perlu sama kamu masalah kuliah”. Tanty mendekap pria yang sangat disayanginya itu, sudah tampan pintar berdalih pula. “Iya disini yang kost tinggal 4 orang. Seberangku yang kamarnya di pojok itu Indri, kerja di asuransi. Kamar bawah dekat pintu keluar Landa karyawati Bank. Satu lagi yang di pojokan bawah tangga persis, Kak Diaz SPG”. “Lho.. berarti yang anak kuliahan cuma kamu?”.“He-eh” sahut Tanty seraya menyandarkan kepala ke dada pujaan hatinya. “Ya udah, banyak bergaul sama mereka supaya kamu tambah dewasa. Lebih menghargai uang yang sulit dicari dewasa ini, mikir dua kali kalau mau boros”. Tanty mencubit perut pujaan hatinya itu yang bermaksud menyindir. Pria tersebut mengaduh karenanya, lantas membelai sayang rambut Tanty. “Tapii, bukan berarti aku paling kecil lho. Indri sama Landa seumuran kayaknya.. tahu deh, habis aku nggak begitu dekat sama mereka, jarang ketemu” jelas Tanty, obrolan pun melebar hingga malam tak terasa kian larut.


-# #-
“Yank, udah malem nih… aku pulang dulu ya. Nanti tuh Aki-aki curiga lagi”.“Ukay-ukay, cium dulu duong!”, Tanty menunjuk pipinya dengan gaya manja, si pemuda tersenyum lantas mengabulkan permintaan belahan hatinya tersebut. Sebelum keluar, pemuda itu mengintip dibalik tirai jendela. Kepalanya celingak-celinguk. Malas jika harus berpapasan lagi dengan Engkong. Yakin sepi, barulah dia melangkahkan kaki. Selamatkah dia dari pengawasan ‘Kong Juki hari itu…?, tentu tidak.‘Kong Juki sang pemilik kost terjaga dari tidur. Sabar menanti kepergian mantan Tanty tersebut. Beberapa foto di kamera Hp cukup untuk penguat bukti bahwa si pemuda adalah PIL Tanty. Di foto Engkong mulai dari masuk hingga keluar kamar, tercatat beserta detik, menit dan jamnya.***

# Hari demi hari berlalu, Kriing!, weker berdering.Dengan rasa enggan, Tanty menggeser tubuh ke pinggir kasur untuk menekan knop agar weker tak lagi bising. Matanya yang masih 5 watt tiba-tiba terbelalak melihat catatan kecil disebelahnya yang merupakan jadwal praktikum pagi mulai semester baru. Ada tugas yang harus dikerjakan sesuai mata kuliah meski paktek pertama, yang artinya dia harus cepat datang untuk menyalin kerjaan temannya sebelum masuk lab. tanty segera memaksa diri untuk bangun karena tahu praktikum itu penting mendukung mata kuliah. Ia lantas pergi ke lantai paling atas, tempat semua penghuni kost menjemur pakaian. Wajahnya langsung cemberut setelah tahu sebuah celana dalam kesayangannya hilang.(Maling jemuran dari mana sih?, iiih.. rese’ deh!), Tanty membatin. Kesal tak berujung penyelesaian, ia turuni anak tangga hendak balik ke kamar untuk mandi.Tanpa sengaja, dilihatnya Engkong berdiri di depan pintu kamar Diaz seorang penyewa kost yang dikenalnya. Insting buat Tanty sembunyi cepat-cepat untuk mengintip di balik tembok.

Rasa tak percaya menyelubungi si cantik itu tatkala melihat Engkong mengetuk pintu, pintu terbuka dan Engkong langsung mengepalkan tangan, menyelipkan jari jempol di antara jari tengah dan telunjuk ke arah si pembuka pintu yang tentu Diaz orangnya. Tanty berpikir, ada masalah apa antara Diaz dan ‘Kong Juki. Sudah begitu, Diaz pasrah saja sewaktu Engkong menyeruduk masuk sambil menciumi wajah eksotisnya penuh nafsu.BLAAM!!!. Pintu kamar Diaz tertutup keras, Tanty makin penasaran.Ia memang pernah dengar dari Aminah, bahwa Engkong adalah bandot muka memek. Maka dari itu Aminah dulu coba menggoda, sayang parasnya tidak memenuhi kriteria nafsu binatang Engkong.Tanty menunda mandi, ia mengendap-endap ke depan kamar Diaz secara perlahan dan hati-hati. Telinganya coba
dengar suara di dalam kamar. Ada alunan musik R&B, namun juga desahan… ya desahan. Desah dan erangan seorang gadis yang tak berdaya. Satunya lagi suara yang tak enak didengar telinga, lenguh parau seorang pria tua. Suara mereka, suara ‘Kong Juki si Kakek buruk rupa dan si seksi

Diaz Meiftiza.Tirai yang tak tertutup rapat mencipta celah untuk Tanty mengintip. Tanty tercekat, jantungnya serasa berhenti berdetak. Dilihatnya Diaz rebah di ranjang, kepalanya bergeleng ke kanan dan kiri menghindar dari ciuman cabul Engkong yang sedang menindihnya. Pinggul kurus Engkong menggenjot deras naik turun dimana bagian bawah mereka tak lagi berkain alias bugil. Kaus hitam berlogo Black, seolah meng-informasikan dimana Diaz bekerja sebagai SPG paruh waktu .Ranjang itu bergolak dahsyat bagai perahu diterpa badai di lautan. Suara ‘Kong Juki semakin lama semakin berat, menyeramkan, bahkan menandingi musik dugem yang bergema. Tanpa disadari Tanty, melihat adegan seks langsung itu buatnya direlung birahi. Ia menstimulasi vaginanya sendiri. Mulutnya ternganga berdesah lirih sambil meremas payudaranya. Tanty tak pernah menyangka akan kejadian ini. Selama kuliah memang baru pernah ia mendapat jadwal praktikum pagi, biasanya shift ke-II (9.30) atau ke-III (13.00).tumbukan Engkong terhadap Diaz kian brutal, wajah gadis malang itu terlihat semakin kusut sekusut vaginanya. Sekilas Diaz kelihatan tersiksa, tapi kedua kakinya malah melingkar kebelakang pinggang Engkong, seakan merestui Engkong untuk lebih dalam memasuki tubuhnya.Persenggamaan berakhir tatkala Diaz mengerang panjang dengan tubuh melengkung. Disaat yang sama, Engkong menggeram dengan tubuh bergetar nikmat, sambil menggemeratakan giginya yang jarang. Tubuh mereka terhentak-hentak nikmat, sekali.. dua kali.. tiga kali.. empat kali.. lima kali.. hingga akhirnya berhenti.
Sperma yang menyatu dengan cairan cinta meluber sewaktu Engkong menarik keluar penisnya dari liang senggama Diaz. Takut menjerit orgasme disitu, Tanty kembali ke atas. Melanjutkan masturbasinya di kamar.


-# #-
“Na, lu dimana?. Oh, ya udah…gw pengen nyontek nih, ada

tugas khan biasa praktikum pertama… makanya, ya udah gw

tunggu di depan lab. tapi lu jangan lama ukay?”, Tanty

menekan tombol ikon telpon warna merah di Hp-nya seraya

mengunci pintu kamar.
Pandangan mata Tanty masih ke layar Hp, jarinya sibuk

mengetik sms. Dengan keadaan demikian, ia turuni anak

tangga yang melingkar perlahan. Selangkah berhenti,

selangkah jalan, lupa jikalau bawahan yang ia kenakan rok

pendek bahan sejengkal di atas lutut. Jadi bisa

dipastikan orang yang ada di bawah tangga bebas memandang

celana dalamnya.
“Eh, Engkong..bikin kaget aja”. Tanty merapatkan paha

ketika dirasa ada seseorang yang menatap nafsu

dalamannya. Engkonglah orang tersebut, bandot mesum itu

malah tertawa tak berdosa ketangkap basah.
“Kuliah pagi Non?” sapa Engkong disertai tatapan

menelanjangi.
“Iya Kong, aku.. jalan dulu ya” sahut Tanty buru-buru

melayangkan langkah. Jantungnya berdebar ingat apa yang

dilakukan bandot dihadapannya pada Diaz tetangga satu

kostnya.
Dirasa Tanty, pandangan ‘Kong Juki menyorot ke belakang

tubuhnya. Mulai dari rambut kemerahannya, turun ke betis.

Tatapan itu adalah tatapan pemburu pada mangsanya.
-# #-
Selama praktikum, fikiran Tanty tidak konsen penuh.

Dihantui bayang-bayang kebuasan Engkong dalam bersetubuh.

Sebagai gadis free seks, ia memang belum pernah mendapat

lawan main seganas itu. Mantannya hanya sanggup

menghantar dua kali orgasme saja (itupun dibantu Irex).

Apalagi sang pacar, satu kali sudah syukur. Sedang orang

seperti ‘Kong Juki, Tanty yakin pasti sanggup buatnya

orgasme berkali-kali, dikarenakan ‘jam terbang’nya beda.
Tapi ah tak mungkin, pikir Tanty. Tak mungkin itu

terjadi. Masa ia harus ajak ‘Kong Juki ML.? dimana harga

dirinya. Termenungnya Tanty, memancing pengajar praktikum

untuk melontarkan pertanyaan. Tanty tak sanggup menjawab,

malu pun didapat. Ia keluar ruang lab seusai praktikum

dengan wajah BT. Ditengah perjalanan menuju tempat kost,

seorang satpam tua bertubuh tambun menggodanya. “Kenapa

Non cantik hm?, cemberut aje niih.. hehehe”.
“Tau ah… Babeh rese deh” sahut Tanty yang kemudian

tersenyum. Satpam itu tertawa senang karena berhasil

menghibur Tanty si bunga kampus yang wajahnya tadi

tertekuk.
Untuk yang kedua kali, kedua mata Tanty menjadi saksi

ketidak beresan kost-kostannya. Kali ini ia melihat

Engkong keluar dari kamar Landa, mereka selisihan dan

bertukar pandang. ‘Kong Juki hanya cengangas-cengenges

sambil berlalu keluar kost. Dari sinar wajahnya, terlihat

betul kalau dia seperti habis melakukan sesuatu hal yang

melelahkan, namun amat memuaskan.
Tanty kembali bertanya-tanya dalam hati, habis apa

Engkong? hendak kemana dan mau apa lagi?. Bukankah ini

hari kerja? kenapa Landa tidak berangkat? ada apa?.
Semua itu berkecamuk dalam diri si cantik itu. Tapi yang

lebih aneh lagi, kenapa ini baru terjadi?. Baru sekarang

ia melihat hal-hal aneh di kostnya. Tambahan, belakangan

ia baru pernah kehilangan celana dalam. Tanty buru-buru

naik ke lantai atas kamar. Mengintip di balik tembok,

menanti yang terjadi dengan berbagai pertanyaan dalam

benaknya.
Kembali si cantik itu dikejutkan suatu hal. Dari dalam

kamar Landa, keluar Indri hanya mengenakan celana dalam

dan tank top putih tanpa bra. Tampak Indri ingin naik ke

atas lantai jemuran setelah mendengar Landa berteriak

titip handuk. Ini bencana bagi Tanty, sebab sedari tadi

ia merunduk. Jika tiba-tiba berdiri, Indri akan jatuh

curiga kalau dia memata-matai.Landa & Indri

Dengan mata terpejam Tanty berdo’a. Beruntung dia. Indri

berbalik masuk dulu ke kamarnya. Waktu lowong itu

digunakan Tanty sebagai kesempatan untuk masuk ke dalam

kamar. Dari balik tirai jendela Tanty kembali mengintai,

dilihatnya Indri ke lantai atas baru turun ke kamar Landa

dengan membawa handuk. Yang mengejutkan, Engkong yang

baru balik dari luar, masuk ke kamar Landa seenaknya

sambil menjinjing kantung plastik. Dimana kantung itu

berisi susu, telur ayam kampung, satu sachet madu dan

jahe cair serta jamu Kuku Bima Pasak Bumi.
Ternyata itulah rahasia stamina kuat bersenggama Engkong,

yang akan disedunya untuk menggenjot Indri serta Landa,

STMJ dan Kuku Bima jamu kuat pria. Selain stamina yang

dimilikinya sebagai orang kampung mantan pekerja kasar

(hansip).
Gairah Tanty naik membayangkan Landa dan Indri digarap

Engkong threesome. Ia nekat keluar kamar ingin kembali

mencuri tahu apa yang mereka bertiga lakukan. Sebelum

turun, Tanty mem-fokuskan pandangan ke jendela kamar

Landa sekilas, namun..
BRAKK!!, tiba-tiba ia sekonyong-konyong melihat ada

sesuatu yang bergerak di jendela kamar itu. Astaga..

ternyata Indri, dia disetubuhi dari belakang dengan

posisi menghadap jendela. Tirai yang diremasnya membuat

pemandangan tersebut terlihat jelas. Tubuh Indri

terlonjak-lonjak ke depan hingga payudaranya menempel di

kaca jendela oleh sebab atasannya telah lolos ke perut.

Celana dalam turun semata kaki. Mulut mengap-mengap bagai

ikan keluar dari air dan wajah meringis serta rambut

awut-awutan seperti habis di jambak. Sungguh suatu

pemandangan yang erotis.
Keerotisan pemandangan itu bertambah tatkala Tanty

melihat Diaz keluar dari kamarnya berpakaian hitam bahan

tipis menerawang. Jalan menuju kamar Landa dan masuk

seakan telah terbiasa. Tanty pun mengurungkan niat untuk

mendekati kamar Landa. Ia terpaksa teruskan masturbasi di

kamar dengan berbagai pertanyaan.
Apa yang sesungguhnya terjadi?. Ada apa dengan Diaz,

Indri dan Landa?. Mengapa mereka begitu pasrah diperkosa

dan juga mengapa ia malah begitu mudahnya terangsang

menyaksikan pencabulan Engkong terhadap mereka bertiga,

yang notabene masuk dalam kategori perkosaan atau

pemaksaan seksual?.
***
# Dua minggu berlalu…
“Kong, gimana… udah ada hasil?” bisik kekasih Tanty

mengenai PIL Tanty.
“Belum Tong, abis dari mane?”.
“Ada nikahan temen SMA. Jadi… itu orang belum

kelihatan?”.
“Belum Tong, mungkin Tanty curiga waktu ngeliat lu kasih

Engkong uang”.
“Soal itu udah aku jelasin…ya udah deh kalo gitu,

pokoknya setiap ada perkembangan, khabarin aku ya ‘Kong”.
“Beres Tong, pan Engkong udah terima uang… masa nggak

Engkong jalanin. Soalnye, Engkong juga kagak suka sama

ntu anak, sok ganteng” ujar Engkong, sebenarnya tidak

suka lantaran mantan Tanty memiliki ‘akses’, dia tidak.
“Oke deh kalo gitu, udah malam. Saya pulang dulu ya

‘Kong”.
“Iya Tong, ati-ati di jalan..”. Seperginya pemuda

tersebut, Engkong mengembangkan senyuman jahat. (Inilah

saatnya…), pikir Engkong.
-# #-
Tok!, tok!, tok!.
“Yaa sebentar”, melalui jendela, Tanty melihat Engkong

diri cengengesan dibalik pintu.
“Ada apa ‘Kong malem-malem begini? baru mau ganti baju”

kata Tanty, curiga kalau akan ada sesuatu yang berakibat

buruk menimpanya.
“Anu, hehehe…boleh Engkong masuk ? ada nyang mao Engkong

omongin, penting” jawab Engkong dengan mata menelanjangi

Tanty, yang makin seksi ber-gaun pesta.
“Yaa, bolehlah…ini khan rumah Engkong, aku cuma sewa”

ujar Tanty menyilahkan. Ia duduk di tepi ranjang, Engkong

duduk di sebuah kursi. Tanty bertanya-tanya dalam hati

apa isi kantung plastik kresek hitam yang dibawa ‘Kong

Juki.
Engkong mengawali percakapan, “Non Tanty, hubungan Non

ama pacarnya nyang tadi gimane?” Tanty mulai mencium

adanya ketidak beresan atas pertanyaan Engkong yang tidak

biasanya.
“Baik-baik aja, emang kenapa ‘Kong ? ada hubungan apa

sama Engkong” jawab Tanty sedikit ketus, merasa terusik

masalah pribadinya dibahas.
“Oo nggak papa… terus, kalo ama nyang orangnye ganteng

suka dateng kesini abis die gimane?”, ‘Kong Juki

tersenyum tipis ber-aura jahat.
Sebaliknya Tanty membisu sejenak, ia tak pernah menyangka

Engkong ternyata menaruh perhatian pada mantannya. “Yaa,

kalau itu juga.. baik…ituu, sahabatku, emang kenapa?”

Tanty coba menjawab sekenanya, sewajar mungkin.
“Oo ya nggak apa-apa, Engkong pan cuma nanya… boleh

pan?”, Tanty mengangguk, merasa telah keluar dari jeratan

masalah.
“Tapi.. sahabat kok diajak gituan?” tandas ‘Kong Juki

dengan seringai lebar, seakan-akan itu senjata

pamungkasnya untuk menang bertarung, sementara Tanty

tersentak kaget mendengarnya.
“Git-gitu..gitu apa?” Tanty tergagap, wajahnya sedikit

pucat. Engkong menyeringai lebar.
“Gitu ape…pake’ acara pura-pura lagi. *******! nih..

bukti berbicara”, Engkong membuka kantung plastik yang

ternyata berisi aneka jenis dan rasa kondom bekas dia dan

mantannya ML. Pikir Tanty, benda itu harusnya ada di

tempat sampah, tapi kok…?.
“Nah lu, die bengong.. Huak hak hak hak”, Engkong tertawa

sinting, merasa dia menang. Tanty menggeleng kepala ke

kiri dan kanan, terlukis bahwa ia tak percaya pada apa

yang terjadi.
“Pacar Non entu udah bae’ loh, mao bayarin sewa kost.

Masa dikhianatin, ape kate dunie Non”, Engkong terus

menekan perasaan Tanty, mata Tanty berkaca-kaca karena

air mata mulai menggenang di bola matanya yang bulat

jelita.
“Ya udah.. kalo Engkong mau usir saya kayak orang

sebelah” kata Tanty pasrah, yang penting skandal dia dan

mantannya aman dari sang pacar pikirnya. Tempat kost

masih bisa dicari.
“Siape yang mau ngusir”, Tanty menerka maksud pernyataan

Engkong barusan, matanya menatap Engkong dengan prasangka

dalam hati, (‘jangan-jangan mau luu…’).
“Gini, tempo hari pacar Non kasih uang ke Engkong itu

buat mata-matain Non sama anak laki-laki entu. Jadi yaa…

Engkong musti kasih tahu pacar Non masalah ini” ujar

Engkong memulai pemerasan, bahkan ia menambah intimidasi

dengan memperlihatkan beberapa foto mantannya yang keluar

dari kamarnya malam-malam.
“Jangan ‘Kong! ‘ntar mereka berantem” Tanty memelas,

Engkong tersenyum mesum, kartu As terpegang sudah. Kakek

peot muka memek itu berjalan santai menutup pintu kamar,

lantas duduk disamping Tanty persis.
“Ya udah, Engkong juga ‘gak mau kostan Engkong jadi

tempat berantem. Malu sama tetangga…tapi, Non mau kasih

apa biar Engkong tutup mulut heh heh heh heh”. Raut wajah

Tanty menunjukkan kepasrahan. Ia memang sudah ada sedikit

perasaan lambat laun akan mengalami hal serupa dengan

wanita-wanita lain di kostannya, semenjak ‘Kong Juki

akhir-akhir ini menatap beda.
Tanty membiarkan saja Engkong menatapnya lapar dari jarak

dekat. Gaun pestanya yang rendah di bagian dada itu habis

dilahap oleh mata. “Gimana Non, hm…bayarannya apa ?”

tanya Engkong dengan mulut terbuka lebar, tak sabar ingin

mencaplok gunung kembar dihadapannya yang berfisik bagai

buah mangga ranum itu.
Jantung Tanty berdebar kencang, kalau boleh jujur,

gairahnya naik dengan tatapan Engkong yang seakan ingin

menelannya bulat-bulat. Engkong bereaksi sebelum Tanty

berubah pikiran, yakin dara itu tak punya pilihan. Di-

elusnya lembut lengan putih mulus Tanty. Bergerak naik

turun coba merangsang. Perlahan nafas Tanty tersendat. Ia

naikkan harga diri dengan mengelak dari rabaan, enggan

disentuh jari Engkong yang kurus keriput berkulit hitam.
‘Kong Juki meningkatkan rangsangan dengan kecupan-kecupan

kecil di pundak dan lengan Tanty, sambil terus membujuk,

Cuph!. “Udeh Non, nikmatin aje… daripade pacarnye marah

terus kagak mau bayarin lagi kostnye?. Bisa berabe, he he

he”. Tangan Engkong meraih jepit rambut Tanty, dan

tergerailah rambut panjang indah yang tadi di-sanggul.
“Non Tanty emang kece, udah lama Engkong napsu sama Non”.

Tanty menghindari sosoran mulut Engkong ke pipinya,

dengan tangkas dia menangkup pipi sebelahnya, ‘Cup..Hmhhh

“Udah kece” wangi lagi*, Cuph… Leeeph!’. Ekspresi Tanty

jijik saat lidah bandot itu menyapu pipinya.
Wajah Tanty berpaling karena bibirnya kini diincar. Mual

dirasa ketika mulutnya berhasil dipagut ‘Kong Juki. Ingat

akan rahasianya, Tanty terpaksa membalas kuluman meski

jijik dirasa, tentu mulut Engkong berkerut hitam dan

beraroma tembakau khas perokok.
Merasa disambut, Engkong maju ke tahap berikutnya.

Dikibasnya ke samping rambut Tanty, gaunnya diloloskan

lewat lengan. Tanpa bra, pemandangan tubuh bagian depan

itu pun tersaji indah. Dengan pipi merona, Tanty

menyikapi tatapan nanar Engkong dengan menyilangkan kedua

tangan di depan payudaranya, namun Engkong menangkap dan

melepit pergelangan tangan Tanty jadi satu. Sebelah

tangannya yang bebas tugas, segera bergerilya mengerjai

toket.
“Aah ‘Kong.Ahhh… eSssh”. Engkong tersenyum mesum lihat

reaksi Tanty yang seakan menghindar namun menyukai

perlakuannya, dia jadi makin gemas meremas. “Tetek Non

montok juga yah.. sama punya Diaz kalah gede dikit. Sama

ama Indri, Heh heh heh” ujar Engkong kurang ajar,

membanding-bandingkan payudara orang se-enaknya.
Lelaki udzur yang kaya pengalaman mempermainkan gadis

muda itu kian merajalela. Jari kurusnya memilin puting

payudara Tanty seakan mencari sinyal radio. Bahkan daerah

sensitive itu ditariknya hingga membuat Tanty menjerit

nikmat. Bergantian puting kiri dan kanan Tanty dikerjai

sambil dia tertawa sinting.
Tanty bergerak menjauh lihat mulut Engkong hendak

menangkap payudaranya. “Kong jangan, stop! Ahh..Aahhhhh”

Tanty pun berdesah karenanya. Dengan menebar senyum

kemenangan ke arah Tanty, Engkong mengenyoti toket dengan

rakus. Bahkan dia sengaja membuka lebar mulut, menangkap

lalu kemudian dihisapnya kuat-kuat.
“Suka ya Non.. Engkong kenyot, Sruuuuuuuph. Udah lama

Engkong ngebet sama tetek Non nyang motok ini,

Sruuuuuuuuuuuph..Mmm, nyam..Sruuuuuuuuuph”, jikalau sudah

begitu, Tanty spontan akan menjerit nikmat.
Lama kelamaan, rontaan mengendur. Engkong tahu Tanty

telah larut dalam birahinya, dia sengaja melepas kuncian

tangan. Betul saja, Tanty tidak mendorong kepala Engkong

agar mulut peotnya berhenti mengenyot, jarinya malah

meremas-remas sprei kasur.
“Hihihi, jinak-jinak merpati nih si Non. Nyoooot” ejek

Engkong, membuat pipi Tanty merona, diakhiri sedotan kuat

di payudara.
Tangan Engkong lanjut bergerilya, kini menjajah paha

mulus Tanty. Wajah mahasiswi bunga kampus itu terdongak

menatap langit-langit kamar dengan mulut megap-megap.

Tubuhnya merendah terus diserang cumbuan Engkong yang

rakus toket, hingga akhirnya pasrah rebah di ranjang.

Tanty mundur ke tengah ranjang untuk menjauhi laparnya

birahi Engkong tanpa menghindari kenyotan mulut di dada

menggemaskannya. Lidah ‘Kong Juki bergantian menyapu

puting payudara kiri dan kanan, buat kepala Tanty

bergeleng ke kanan dan kiri karena geli-geli enak.
Gaun Tanty yang memiliki belahan di paha samping,

mempermudah tangan ‘Kong Juki untuk berpetualang. Jari

Engkong menelusup masuk bagai ular melata menuju celana

dalam, si cantik itu merapatkan pahanya sebagai pertahan

terakhir sebuah kehormatan wanita. Engkong jadi kesusahan

ingin merangsang Tanty lebih jauh. Nafsu birahi yang

telah memenuhi kepala Engkong buatnya jengkel. Dengan

kasar, dilucutinya celdam Tanty dengan sebuah sentakan

hingga kedua kaki si cantik itu terangkat ke atas, TASS!

.
“Sssh ‘Kong, sakiit!.” keluh Tanty, paha dan betisnya

panas tergesek celana dalam yang ditarik lepas secara

paksa.
“Makanye.. kalo nggak mau Engkong kasar sama Non, kudu

diturutin apa mau Engkong. Jangan ngelawan”, Tanty

bergidik dengan tatapan galak Engkong, namun juga horny

ketika lihat Engkong menghirup dan menjilati bagian dalam

celdamnya bagai seorang sex maniak, penggila vagina.
“Enak Non, memeknya wangi lendirnya manis. Berarti Non

Tanty udah terangsang dong yak. Huak hak hak”, wajah

Tanty betul-betul merah sekali ketahuan dia horny, karena

memang betul adanya. Ia jadi merapatkan pangkal pahanya,

sembunyikan daerah incaran bandot mesum bau tanah

dihadapannya ekstra ketat.


Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga Bag.2



Engkong kesal dengan sikap Tanty yang munafik. “Bandel

yah, si Non kece ini” kedua pergelangan kaki Tanty

dicengkram dan diseret hingga punggungnya lekat di

pinggiran ranjang. Maka mau tak mau, Tanty berpegangan di

sisi ranjang. “Ayooh.. sekarang bisa apa manis? hihihi”

ledek ‘Kong Juki dengan wajah menang.
Kedua belah kaki Tanty direntang lebar sampai pantatnya

terangkat ke atas. “Whuaah.. memek impian” ujar Engkong,

matanya yang terbelalak mendekat ke vagina tanpa bulu

Tanty yang tidak tertutup sehelai benang pun. Pipi Tanty

makin merah karena malunya dia, meski ada perasaan seksi

ditatap lapar Engkong seperti itu. Tapi demi harga diri,

Tanty meronta agar Engkong tak dapat lagi memandang nafsu

vaginanya. Sebuah usaha sia-sia, yang hanya memancing

amarah dan gairah Engkong saja.
Dengan gagah, Engkong menahan beban tubuh Tanty hanya

dengan sebelah tangan setelah melepit kedua pergelangan

kaki. Sebelah tangannya melayangkan tamparan-tamparan

keras ke pantat sekal Tanty. TEPLAK ! TEPLAAK ! TEPLAKK

!, Tanty mengaduh di tiap hukuman ‘spanking’ yang

diterima pantatnya. Gambar telapak tangan merah terceplak

di bongkah pantat putihnya.
“Perih ‘Kong.. Aaawh!, Sssh.. Aawh.. Ampun.Aaawh!”,

ekspresi rasa sakit yang didera Tanty.
Mendengar itu, Engkong berhenti. Ia kembali mencengkram

kedua pergelangan kaki Tanty dan merentang lebar. “Pan

udah Engkong bilang, kasih yang Engkong mau!. Beres

urusan” ujar ‘Kong Juki dengan tatapan galak, Tanty makin

takut dengan sosok Engkong yang terlihat gagah di

matanya, tengah memegang kendali atas tubuh pula.
“Iya ‘Ko-ong, maaf.. maafin akuu.Hiks.hiks… akuu, nggak

akan Hiks ngelawan.. lagi”, Tanty berkata demikian seraya

mengusap pipinya yang digenangi air mata.
“Nggak usah nangis Non, Engkong justru mau bikin Non enak

kok heh heh heh.. Hmmhh” tiba-tiba ‘Kong Juki membenamkan

wajahnya di vagina Tanty yang wangi itu, dilanjut emutan

dan jilatan rakus di seluruh penjuru kewanitaan.
Tanty menggelinjang dan berdesah nikmat, baru pernah

vaginanya diperlakukan begitu getol oleh sebuah mulut.

“aaaaAAHHH.. heh.heh.aaaaAAHHH.. heh-heh.aaaaAAHHH..

udah.haaaAAHHH.. heh-heh.amp.aaaaAAHHH.”, berulang kali

‘Kong Juki menangkap bibir vagina mungil Tanty dengan

mulutnya, lalu ditarik seakan ingin ditelan, kemudian

dilepasnya bagai makan dodol.
Bagi Tanty, baru pernah ada laki-laki yang memberi

kenikmatan seperti ini padanya. Engkong tersenyum menang,

tahu Tanty menikmati di-jilmek dengan caranya. Tanty

menatap ‘Kong Juki dengan wajah sayu kemayu. Seringaian

Engkong semakin lebar, dengan gerak cepat dia celupkan

lidahnya dalam-dalam ke liang vagina Tanty.
“Aahhhhh.. Yessshh…” Tanty mengekspresikan kenikmatan

yang diterima tubuh, tak peduli lagi akan nilai

kehormatan dan harga diri sebagai seorang mahasiswi

sekaligus bunga kampus.
Ia hanya mampu menatap ‘Kong Juki yang terlihat bangga

menikmati kewanitaannya dengan mulut dan lidah tanpa

halangan, dilarang pun sia-sia. Disuruh berhenti, ‘Kong

Juki malah menyedot rakus atau mencelupkan lidah dalam-

dalam, yang tentunya akan kembali berakhir dengan derita

birahi pada diri Tanty sendiri. Tidak tahan akan jilatan

dan emutan ‘Kong Juki yang liar dan berulang kali dibibir

vaginanya, punggung Tanty melengkung, kepalanya terdongak

beralaskan kasur.
Crrrt, crrt!. “Ahah..Iyahaahhh…” Tanty melepas erangan

panjang. “Huak hak hak.. banjir ooi. Hmmhh slrp, shrrrp,

srup…glek glek, Aahh sruuuuuuuupph”. Kong Juki segera

menyambut dengan seruputan rakus. Kedua pangkal paha

Tanty dipapah di bahunya sambil menangkup pantat,

sehingga Tanty tak bisa bergerak banyak.
Mata Tanty terpejam terbuka terpejam menikmati orgasme

yang panjang karena mulut Engkong terus-terusan menyedot,

tidak berhenti memberi kenikmatan. Usai orgasme, tubuh

Tanty terkulai lemah. Nafasnya senin-kamis rambutnya

awut-awutan, namun tidak mengurangi kecantikannya, justru

terlihat kian seksi menggairahkan.
“Lho.. enak ya Non? jangan terus tidur dong, Heh heh heh

heh. Engkong kasih enak lagi nih biar Non ketagihan”

‘Kong Juki menyelupkan jari tengahnya ke vagina Tanty,

lantas mengaduk-aduknya.
“Kong amp.ahh .. ahh” Tanty sudah terlalu lelah, ia hanya

pasrah liang cintanya dikocok-kocok. Sebaliknya Engkong

malah tertawa mesum keras-keras melihat ketidak berdayaan

Tanty. Dia girang persis anak kecil habis dibelikan

mainan. Jarinya keluar masuk liang vagina dengan gencar

dan mempermainkan klitoris dengan cubitan-cubitan. Tanty

menggigit bibir bawah dengan mata terpejam. Kondisinya

sudah payah, andaikata Engkong minta bersetubuh tanpa

diperas pun, Tanty pasti bersedia.
Hanya beberapa menit, Crrt..crrrt..crrrt. Vagina Tanty

kembali mencurahkan jus cintanya. “Giile lu Non.. tangan

Engkong dikasih banjir banding lagi, Huak hak hak hak.

Tapi.. Engkong suka, Hemmm.. cup Srrrph” Kong Juki

menjilati jarinya yang belepotan jus memek Tanty dengan

rakus.
“ahh.. ahh..aahh”. Tanty mendesah lembut berulang kali,

karena Engkong usai menjilati jarinya sendiri, pindah

melumat vaginanya. Bagai dahaga, Engkong menelan seluruh

jus cinta Tanty yang ada, sambil menatap Tanty seolah-

olah berkata ‘gua dapet memek lu.. gua berkuasa atas

memek lu.. memek lu milik gua’, begitu kira-kira.

Gilanya, Engkong kembali mengocok lagi vagina Tanty

dengan jari, disertai pandangan mengejek dan tawa serak

khas Kakek-kakek.
“Ayo Noon… kecritin lagi lendirnya.. biar memek Non

tambah wangii, Hihihihi” ledek Engkong terus mengocok

gencar, tubuh Tanty terlonjak-lonjak sambil berdesis-

desis ke-enakan. Sekali lagi, Tanty memuncratkan cairan

cintanya dengan deras, dan sekali lagi juga Engkong

menyeruput jus vagina enak Tanty rasa stroberi hingga

habis tak bersisa. Mewarisi bercak ludah di sekujur

permukaan vagina.
Dalam kamus Tanty, belum pernah ada pria yang mampu

buatnya demikian. Semua pria egois dan selalu meng-atas

namakan cinta, sedang Engkong predator sejati. Dirasa

Tanty seakan-akan kewanitaannya begitu sangat diinginkan

untuk dinikmati. Jujur, tak munafik atau sembunyi dibalik

kata-kata ‘Sayang’, karena semua pasti akan berakhir juga

di atas ranjang.
Tanty rebah bersimbah peluh dengan kaki terkangkang. Ia

diam saja ketika Engkong melucuti gaunnya, satu-satunya

penutup aurat. Kini hanya ada sepasang anting bundar,

kalung liontin perak berbandul ‘T’, dan gelang karet

warna hitam yang tersisa di tubuh. Pandangan Engkong tak

lepas dari tubuh telanjang Tanty, hal yang selama ini dia

khayalkan kini menjadi kenyataan. Samar-samar, Tanty

melihat Engkong melepas baju koko lengan panjang

lusuhnya. Wajah Tanty terlihat pucat ketika melihat di

sisi pinggang Engkong ada sebilah golok tersangkut di

sarung. Engkong segera menyingkirkan benda tajam itu

jauh-jauh, lantas berkata..
“Tenang Non, itu buat Engkong jaga tempat kost dari

maling. Bukan buat awewe-awewe kece’ disini kok heh heh

heh. Buat semua awewe, dan juga Non Tanty khususnya,

Engkong kasih ‘golok’ yang lain”, Tass!!, ‘Kong Juki

melepas lepitan sarung, dan terlihatlah sebuah kejantanan

kurus hitam panjang dengan ujungnya bundar seperti helm

ABRI telah mengacung tegak. Penis jelek berfisik aneh,

sesuai dengan sosok pemiliknya.
(Ooh, tidak!), Tanty putus harapan. Ia tadi menyangka

yang menonjol di tengah-tengah sarung Engkong adalah

ujung dari golok, ternyata ujung ‘golok’ yang lain. Golok

yang menginginkan liang cinta gadis muda cantik jelita

seperti dirinya, sebagai ‘sarung’nya.
Seketika kewanitaan Tanty terasa ngilu, membayangkan

penis panjang yang jauh lebih panjang dari semua milik

mantan-mantan pacarnya itu masuk mengaduk-aduk liangnya.

Namun di satu sisi lain hati Tanty yang ‘nakal’,

penasaran ingin merasakan benda tumpul milik Engkong itu

mengisi liangnya dan menjalani ‘tugas’nya, pastilah

nikmat.
Ditambah kartu As-nya, Tanty memasrahkan kewanitaannya

didekati kejantanan ‘Kong Juki yang datang mengancam.

“Kita kenalin dulu Non, sebelum kenal lebih dalem he he

he” ujar Engkong sambil menggesek-gesekan penisnya ke

vagina Tanty yang sudah over basah dengan bibir merekah

itu.
Dengan suara lemah dan tenaga yang ada, Tanty memohon

“jangan kong… nanti.. aku.. hamil!”. Engkong tersenyum

tipis licik, lantas menjawab “Tenang Non, Engkong nggak

pernah punya anak. Dari bini Engkong dulu juga nggak,

Engkong mandul. Jadi Non Tanty nggak perlu khawatir kalo

memeknye Engkong taroin peju banyak-banyak, Huak hak hak

hak”. Kegusaran Tanty cukup sirna. Siapa yang sudi punya

anak, model Ayahnya macam ‘Kong Juki?. Bukan memperbaiki

keturunan malah memperburuk.
Engkong mengatur kaki Tanty seperti huruf ‘V’ di sisi

ranjang, masih terus gesekan penisnya ke bibir vagina

Tanty. Mulut Tanty terbuka, kakinya mengayuh naik turun,

menunjukkan bahwa mekinya gatal ingin di tusuk ******.

‘Kong Juki terkekeh, semakin yakin bahwa Tanty benar-

benar sudah dalam genggaman.
“Kenapa Non? nggak sabar yaa.. memeknya pengen dicoblos

hihihi” ledek Engkong atas kondisi Tanty. Tanty melempar

pandangannya ke samping, wajahnya merah bak kepiting

rebus karena malu.
“Naah, pan udah kenal nih. Sekarang waktunya kenal lebih

dal, Ohokh! legiit!” celoteh Engkong, mengomentari liang

vagina Tanty yang menjepit kepala penisnya. Sementara

Tanty hanya memperlihatkan raut wajah pasrah, ketika

kewanitaannya mulai di-cemari kejantanan Aki-aki bau

tanah pemilik kost-nya.
Engkong terus menjejali penisnya ke liang senggama Tanty,

ingin menikmati jepitan di setiap penjuru. Tanty menatap

sayu Engkong yang begitu bernafsu ingin menguasai

miliknya. Matanya menyaksikan dengan amat sangat jelas,

senti demi senti batang penis Engkong mendesak masuk

vaginanya. Pahanya ditekan Engkong ke bawah agar semakin

lebar mengangkang.
“Busyet! Enggkh, gilee… liat bener ni memek” ujar ‘Kong

Juki berteriak puas, akhirnya berhasil menanamkan seluruh

penisnya dari kepala hingga pangkal ke dalam vagina

Tanty. Seketika Tanty merasa penuh di vaginanya, seperti

tak ada jeda. Ia dan Engkong benar-benar sudah sempurna

bersetubuh.
Engkong berdiam diri menikmati sejenak jepitan memek

gadis muda idamannya, Tanty Indira Wizanti. Perlahan, dia

tarik batangnya dari jepitan vagina Tanty tersisa

kepalanya saja. Namun tiba-tiba, dihantamkannya keras-

keras hingga tertelan semua di vagina, membuat Tanty

mengerang keras, sementara tampang dia sendiri blo’on

ke-enakan.
Engkong ketagihan, berniat mengulanginya lagi,

“ah..ah..ah” kepala Tanty bergeleng, memelas ketika penis

terulur, berharap Engkong mengurungkan niatnya, mustahil.

Tentu Engkong sambut dengan seringai kemenangan, yang

disambung sebuah hujaman, “angh” dan Tanty pun keras

mengerang.
Berulang kali Engkong melakukan kenikmatan itu, membuat

Tanty tergila-gila. Sodokan brutal itu dirasa Tanty

menghantar dirinya menuju nirwana. Gerakan orang tua itu

kian lama kian cepat, liang vagina Tanty sudah demikian

becek, jadi di tiap-tiap sodokan terdengar bunyi kecipak

yang sangat jelas. Jelas bahwa Tanty menikmati

perkosaannya, menyukai pemerasan organ kewanitaannya,

menghayati pemaksaan seks atas dirinya.
Crrt, Crrt, Crrtt!. Tanty lagi dan lagi orgasme, memeknya

betul-betul suka dibelah ****** berkali-kali. Engkong

sengaja menghentikan sodokannya, dia tertawa sinting

merasakan penisnya seperti disirami air yang tentunya itu

jus cinta Tanty. Engkong menarik lepas penis dari vagina

Tanty, ekspresi wajahnya bangga waktu melihat penisnya

mengkilap dilumuri lendir cinta vagina.
Tanty hanya pasrah ketika tubuhnya dibalik dan diangkat

di bagian pinggul, nungging di pinggir ranjang. Ia

rasakan ujung kepala penis Engkong mencium bibir

kemaluannya dari belakang. Tanty mendesis karena Engkong

menangkap bibir kemaluannya itu dan seperti orang

menjewer kuping direntang lebar. Jreeb! “AnGgh!”, Tanty

mengerang sedikit lebih keras kali ini, lantaran Engkong

menghentak sekuat tenaga sampai buah zakar seperti

menampar bibir kemaluannya, dan penis tertanam semua.
Pinggul Tanty diraih untuk kendali dari belakang, Engkong

mulai menggenjot. Nafas Tanty kembali terengah-engah.

Tangannya meremas sprei dengan keras hingga acak-acakan.

Payudaranya yang bergelantungan terayun kesana-kemari

akibat sodokan terlalu brutal. Dengan gaya doggy ini,

lesakan penis masuk lebih dalam, serasa menggedor dinding

rahim. Mata Tanty merem melek merasakan sensasi gila

pertama dalam hidupnya, yakni digarap pemilik tempat

kostnya yang berusia lanjut. Suatu hal yang jauh

terbayang akan sungguh-sungguh terjadi.
Rambut Tanty makin kusut tak karuan akibat terpental-

pental disodok. Rambut itu bertambah kacau tatkala

dijambak kasar, sampai kepalanya terdongak. Tangan

Engkong sesekali melayangkan tamparan ke pantat di sela

remasan di payudara. Pandangan Tanty kabur menatap

langit-langit kamar. Hujaman Engkong dirasa Tanty semakin

kejam. Sebagai gadis free seks, ia tahu kalau Engkong

juga mendekati klimaksnya. Ia pun menggoyang pinggul

membuat Engkong merasa kontolnya seperti dicengkram dan

dikocok-kocok daging memek yang legit.
Engkong menggemeratakan giginya yang jarang sambil

menggeram seram, CROOTT!!, air mani muncrat berkali-kali

memenuhi liang Tanty. Tubuh renta ‘Kong Juki mengejat-

ngejat penuh nikmat, ejakulasi pada gadis muda

dambaannya. Stop sampai disitu? bukan ‘Kong Juki namanya.
Setelah semburan-semburan sperma tidak keluar, Engkong

menggesek penisnya lagi di vagina Tanty hingga kembali

mengeras. Dia peluk Tanty dari belakang, mengajaknya

bangun, tentu dengan penis melekat, digiring ke meja rias

berkaca. Tanty yang sudah letih, ikuti saja apa mau

pejantannya yang peot itu. Engkong menjatuhkan diri di

bangku memangku Tanty, Tanty menjerit nikmat karena

mekinya di tusuk dalam penis dengan cara itu, Engkong

sendiri menjulurkan lidah dengan tampang bego karena

kontolnya dimanja rasa enak dibejek memek super legit

milik Tanty. Saking ketagihan akan nikmatnya, ‘Kong Juki

mengulangi perbuatan cabulnya itu lima sampai tujuh kali.

Berdiri-duduk memangku-berdiri-duduk memangku, sehingga

Tanty dapat melihat muka memek ekspresi blo’on Engkong

lima sampai tujuh kali di cermin, dengan bonus tusukan

dalam penis di vaginanya lima sampai tujuh kali juga.

Barulah bandot cabul itu puas.
Tanty rebah menyandarkan punggungnya ke badan Engkong.

Pasrah, tatkala tubuhnya di naik turunkan melalui

tangkupan di pantat, sehingga vaginanya dipaksa menumbuk

penis yang tengah me-Raja di dalamnya.
Tanty tak sanggup lagi menerima kenikmatan di tubuh

mudanya, Engkong Juki terlalu bergairah padanya. Ia

kerahkan sisa tenaga untuk desahan keras terakhir sebelum

orgasme, “Ah.. Aah.. Aaahh.. Aaaahhh.. IYAAAAAAHHHH

*Crrt, Crrt, Crrt… Crrrt*”. Tanty meraih puncak

kenikmatan terakhirnya dengan tubuh menggigil.
Bukan berhenti, Engkong malah semakin gahar menyodok

hingga Tanty terpental-pental ke atas bagai menaiki kuda

jantan yang sangat liar. Di penghujung klimaks seksnya

juga, aki-aki peot gila memek itu meracau jorok, “Gile

memek luu.. Gile memek luuu.. Gile memek lu, HNGKH!”,

ditancapkan semprong panjangnya itu dalam-dalam,

CROOTT!!!, sperma muncrat deras mengisi liang kewanitaan

Tanty hingga meluap keluar tidak tertampung karena

banyaknya.
Ekspresi wajah Tanty pasrah. Ia lihat dirinya di cermin

terhentak-hentak akibat getaran dari si orang tua yang

memangkunya, ‘Kong Juki. Liur dan hingus bandot itu

meleleran, wajah jeleknya yang amburadul terlihat

beribu-ribu kepuasan diraih.
Sambil tertawa menang dan senyum menyebalkan, dia berkata

ke Tanty “Non, mulai detik ini.. kalo Engkong ngetok

pintu, buka ya! Pintu kamer Non, sama pintu ini..” Kong

Juki mengangkat Tanty melalui tangkupan di pantat. Penis

layu yang menancap miliknya terlepas. Direntangnya bibir

vagina lebar-lebar dan cairan putih kental dalam jumlah

banyak miliknya pun meleleh keluar.
Tanty menyaksikan itu semua dari pantulan cermin meja

riasnya, ditambah seringaian Engkong yang penuh

kemenangan. “Engkong datengin pintu Non ini tiap hari,

Engkong obrak-abrik dalemnye pake ****** tiap hari,

Engkong isi peju dalemnye tiap hari. Memek Non Tanty

milik Engkong… selamanyaa, Huaaak.. hak hak hak hak

haak”.
Mata Tanty perlahan menutup, dipetiknya kembang tidur,

kesampingkan sejenak kekalahannya.. kekalahan dirinya

menjadi budak. Budak seks…
***
# Perbudakan Berlanjut,
Krucuk! krucuk! krucuk!, air jatuh menerpa tubuh

telanjang Tanty dari lubang shower. Mengguyur rambutnya

yang panjang.
Bangun pagi setelah malam pertamanya dengan Engkong,

Tanty segera ke kamar mandi. Ia renungi tiap-tiap

kejadian tadi malam tanpa membilas tubuhnya dengan sabun,

ia biarkan saja hanya air yang membasuh tubuh. Alam

pikiran dan alam raga tampak tak sejalan. Tanty diantara

sesal dan tidak, antara suka dan benci, dirinya menjadi

‘kuil’ atau sesembahan nafsu binatang pemilik tempat

kostnya, Engkong Marjuki.
Setengah hatinya tidak, tapi sisanya iya, kepuasan seks

berkali-kali yang diberikan ‘Kong Juki buatnya demikian.

Dalam kebimbangan hati, ia tuntaskan mandi. Setelah itu,

ia kirim sms ke temannya untuk absen kuliah sehari penuh,

titip absen jika ada dosen yang longgar dalam pengawasan.

Ia berniat ingin mengurung diri di kamar seharian.

Beberapa kali hand phonenya berdering dari teman

sekelasnya langsung direject. Untuk menghibur keresahan

hati, ia putar lagu dugem dengan ditemani minuman ringan

bersoda dari kulkas yang telah dingin.
Ia pandangi dirinya di cermin, tubuh sintalnya yang

terbalut handuk putih itu dirasa bukan sepenuhnya lagi

miliknya. Tapi milik seorang lelaki udzur yang.. Tok!

tok! tok!.
“Y-yaa… sia-siapa?”, jantung Tanty berdebar seketika. Ia

menduga namun juga berharap salah. Semakin dekat ia

berjalan ke pintu yang hendak dibukanya, semakin kencang

jantungnya berdebar. Ceklek!, seringai wajah mesum yang

dikhawatirkan muncul dari balik pintu, ‘Kong Juki.
“Udah mandi Non, Heh heh heh… wangi lagi dong memeknya,

bisa buat Engkong nyarap, Huak hak hak hak”. Tanty

menggeleng takut, berjalan mundur mengarah ke ranjang.

Pintu kamarnya ditutup dan langsung dikunci oleh Engkong

yang menyatakan bahwa tidak boleh ada yang mengganggu,

dan Tanty tidak boleh lari. Memeknya harus siap digali.
Engkong cepat-cepat menanggalkan pakaian sambil tertawa

sinting bagai anak kecil yang ingin segera loncat ke

dalam kolam renang telanjang melihat kolam indah ber-air

jernih. Terjerembab di kasur, Tanty terus bergerak mundur

ke sandaran ranjang dengan kedua tangan menutupi kedua

daerah vitalnya. Padahal jelas ia masih memakai handuk.

Tatapan dan perilaku maniak Engkong-lah yang buat Tanty

demikian.
“Hup”, BRUK!. Engkong menerjang ranjang dekat mata kaki

Tanty, menuju sasarannya.. vagina.
Si cantik itu terus bergeleng, “Koong.. Koong..”

maksudnya hentikan, jangan mendekat. Namun ia tidak

berucap itu karena bagian tubuh vitalnya menghasut,

‘terus..ayo perkosa aku… Habis-habisan, sampai aku

pingsan kepuasan’, begitu kira-kira.
Dengan seringai mesum, Engkong tangkap betis Tanty dan

membuka jalan menuju surga untuknya. Tanty yang masih

menggenggam Hp, menekan handuknya ke bawah di bagian

selangkangan karena belum mengenakan celana dalam.

“Kooong..” Tanty makin cepat menggeleng, wajahnya begitu

ayu saat meng-iba.
“Udah-lah Non.. pan Engkong udah lihat memeknya.. udah

pernah Engkong jilat.. udah pernah Engkong celupin titit

malah, Heh heh heh. Apalagi yang musti dimaluin..” ujar

‘Kong Juki dengan tatapan gemas atas penolakan Tanty yang

setengah-setengah. Tentu Tanty tidak melawan waktu

kakinya di-atur mengangkang.
Tiba-tiba tatapan Engkong berubah galak. “Ape kasih tahu

pacarnye aje nih, soal shepia-si Non”.
“Jang-jangan Kooong… jangaaaaan…” mohon Tanty lirih.
“Kalo gitu.. kasih Engkong memeknye dong”. Dengan gerak

lembut Tanty mengangguk. Tangannya yang menekan handuk

terangkat dikit demi sedikit.
Engkong menyingkap ke atas handuk sambil menggoda,

“Ciluuuk.. bakekok, hihihihi.. kelihatan memeknya” pipi

Tanty pun merona karena malu, tambah cantik mempesona

saja dirinya. Ia refleks merapatkan kaki kembali.
“Eit-eit, jangan ditutup lagi dong maniis, hihihihi”.

Sergah Engkong sambil mengelus-elus kemulusan paha. Masih

terus menggerayang, Engkong bertanya ke Tanty dengan

wajah mesum, “Naah, boleh nggak.. Engkong cium memek

Non?”. Tanty menggeleng.
“Nggak boleh?”, Tanty menggeleng lagi.
“Berarti Engkong kasih tahu pacar Non dong masalah

kondomnya?” tukas Engkong dengan senyum menakut-nakuti.

Berulang kali Tanty hanya geleng-geleng kepala, ia tidak

tahu harus bagaimana. Antara menikmati pelecehan yang

akan menjadi sebuah orgasme berkali-kali dan tidak sudi

dikerjai laki-laki yang seharusnya pantas menjadi

Kakeknya.
Dengan wajah mesum yang menyebalkan, Engkong bergerak

perlahan hendak memasukan kepalanya ke dalam handuk.

Tanty meremas handuk di dadanya dengan kepala bergeleng

dan tanpa sadar berkata, “Mas Iqbal.. tolong akuu”.

Engkong tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Iya Mas..

tolongin sephianya mau Engkong cium memeknya Huaak hak

hak hak. Met makan Marjukii.. Hhmmmmmmhhh”. Engkong pun

pesta pora dengan membenamkan wajahnya di vagina Tanty

yang baru dibilas bersih dan wangi memakai sabun perawat

kewanitaan.
Tanty meremas-remas handuk di bagian selangkangan yang

memumbul karena ada kepala Engkong di dalamnya. Meskipun

tahu apa yang dilakukan Engkong lewat perlakuan mulut

rakus memeknya, tapi ia ingin melihat langsung wajah

Engkong yang pasti pandangannya melecehkan. Pelan-pelan

ia beranikan diri membuka lepitan handuk.
Betul saja. senyum mesum tergurat di wajah Engkong. Kakek

cabul itu dengan bangga memperlihatkan jilatan-jilatan

sepanjang bibir vagina sesukanya, dimana Tanty hanya bisa

melihat dan mendesah. Bahkan dia juga sengaja merentang

lebar bibir vagina untuk dilihatnya dekat-dekat, lalu

dengan gerak cepat menyelupkan lidah dalam-dalam. Tanty

hanya pasrah, kakinya mengangkang lebih lebar seakan

memberi akses untuk pelecehan berlanjut. Tangannya

meremas-remas sprei sambil terus menatap Engkong yang

tersenyum menang ke arahnya. Tapi sayang, aktivitas

kenikmatan seks itu harus tertunda..
Tok! tok! tok!, “Taan.. Tan, lu gapapa?. Ini gua..

Diny..”, Deg!, jantung Tanty serasa berhenti.
Sebaliknya, Engkong malah menyeringai, tampak punya ide

mesum jahat. Cepat-cepat dia rebut handuk Tanty dan

dilemparnya jauh-jauh. “Ya-a” sahut Tanty seraya meronta

karena Engkong berusaha menyetubuhinya.
“Sakit apaan lu? buka pintunya, gua mau masuk!”. Engkong

berhasil menindih Tanty meski belum di-penetrasi.
Sambil berusaha sekuat tenaga menahan niat busuk Engkong,

Tanty terus berbicara ke wanita di balik pintu “Lo.

nggak.. praktek?”.
“Udah.. khan ujian. Gw shift pertama, makanya gw kesini

mau ngasih tahu lu ‘coz masih ada kesempatan kalo lu udah

enakan. Lu khan dari absen ujian shift kedua. Sakit apa

sih lu?, buka dong oi…!”.
‘Mmpfh!’ Tanty menutup mulut kuat-kuat sewaktu vaginanya

berhasil ditanamkan penis oleh Engkong. Bandot maniak

seks itu langsung bergerak brutal memperkosa memek Tanty

tanpa ampun.
“Tan.. lagi ngapain sih luu?. Buka dong Say, gua pengen

masuk!”.
Tanty menahan nafas, “Lo duluan deh gue mau mandi dulu!”,

ia kembali menutup mulut dan memburu oksigen.
“Ya gapapa kalee, gw tunggu aja di dalem.. ke kampusnya

bareng”. Engkong melenggak lenggokan kepala tertawa

cekikikan meledek Tanty sambil asyik menggenjot naik

turun.
Birahi Tanty semakin tersiksa, sampai-sampai ia raih

bantal untuk menutup wajah sambil menggigitnya guna

meluapkan kenikmatan yang tidak bisa ia lepas lewat

erangan. Ia pun terpaksa ambil jalan pintas, kembali

menahan nafas dan menyingkirkan bantal untuk berbicara

normal “Di..gw lagi sama cowok gw”. Wanita di balik pintu

yang bernama Diny langsung membisu, Tanty berharap dia

mengerti dan segera pergi. Sementara Engkong tertawa

kecil mendengar dia disebut Tanty sebagai cowoknya.
Dia berhenti menggenjot lalu berbisik di kuping Tanty

‘Non.. Engkong kagak mau kalo cuman dianggap pacar, kalo

suami mau hi hi hi’. Engkong merebut bantal Tanty dan

melemparnya ke lantai lalu kembali bergerak brutal. Tanty

terpaksa menutup kembali mulut dengan tangan sambil

menggeleng, memohon agar Engkong berhenti.
“Oo, oke kalo gitu. Gua balik aja deh..yang penting gua

udah kasih tahu lu ya. Salam dari Iqbal, bye” pamit

wanita itu dibalik pintu, Tanty merasa Diny pasti kecewa

karena diabaikan. Bagaimana lagi, ia tak punya pilihan

lain.
Di sela asyik menumbuk, sempat-sempatnya Engkong mengejek

“Mas Iqbaal… memek sephianya legiith hehehe, Ooohh…

enaaaaakh”. Engkong menduga lewat lenguhan kalau nama

yang disebut itu adalah PIL Tanty, sebab kalau pacarnya

pasti langsung datang atau minimal telpon, bukan titip

salam. Ditambah tadi Tanty menyebut-nyebut namanya.
Sekiranya dua menit berlalu, dan yakin Diny, sahabatnya

telah pergi jauh, barulah Tanty melepas erangan yang

ditahannya setengah mati. Engkong terkekeh melihat Tanty

sukses dikerjainya. Dia semakin bergairah, apalagi

mendengar respon erangan, tidak seperti tadi, bersetubuh

tapi hening. Sekali lagi adegan mereka terganggu ketika

Hp Tanty yang tergeletak di ranjang berdering, yang kali

ini diketahui dari ring tone itu milik Beni, sang

kekasih.
Engkong yang tidak peduli itu dari siapa, terus

menggenjot. Malah kalau perlu biar orang yang menelponnya

tahu bahwa Tanty sedang digagahi olehnya. Sedikit rasa

lega bagi Tanty, itu hanyalah sms, yang berisi kalau

kekasihnya tahu dari temannya yang Asisten Dosen pengajar

praktikum bahwa dirinya tidak ikut ujian. Tapi akhir sms

yang buat jantung Tanty serasa di anak panah, bahwa

pacarnya bilang akan datang ke tempat kost karena

khawatir dengan keadaannya.
DUNG!… DUNG!… Suara anak tangga dipijak keras seseorang,

yang pastinya laki-laki. Tanty panik bukan main, Engkong

menyangka itu mungkin Indri, entah tamu Indri, atau

mungkin tamu Tanty. Satu hal yang pasti, dia tidak

peduli. Sedang Tanty tahu, kalau itu adalah Beni..

kekasihnya yang berwajah culun tapi borju.
‘Koong… itu pacarku.. tolong berhenti!’ pinta Tanty

lirih. Engkong malah menyeringai lebar. ‘Engkong kagak

bakal lepas, sebelum Non bikin Engkong keluar’ kata ‘Kong

Juki berbisik. Bunyi anak tangga dari seng yang ketiga

terpijak, jumlah semuanya dari tangga melingkar itu ada

lima belas, berarti sisa dua belas. Meski sampai di atas,

harus jalan memutar karena ujung tangga adalah kamar

Indri, kamar Tanty diseberang, tetap saja

mengkhawatirkan.
Tanty tidak ingin Beni tahu statusnya sebagai wanita

‘gatal’ (tentu Beni akan tahu jika dengan Engkong saja

mau, apalagi dengan pemuda mahasiswa yang tampan). Maka

Tanty memutuskan untuk segera bertindak. Ia dorong

Engkong ke samping berbalik menindihnya. Liang

senggamanya yang sudah banjir memudahkan penetrasi posisi

seks yang dikendalikan olehnya. Tanty bagai koboi ikut

kontes Rodeo (menunggang kuda liar tidak boleh jatuh).

Tubuh polosnya naik turun dengan gencar. Frustasi

dijebak, galaknya Tanty keluar.
‘Bandot sialan Aarh.. muka memek lo.. seneng lo..

ngerjain daun muda kayak gw, hah?. Aaaarh.. keluarin peju

lo bandot! cepe-e-et, Aarhh. Hh.. enak lo ******* hah,

enak memek gw? Aaarhh’ Tanty meracau seperti itu di depan

wajah Engkong persis, sambil mempercepat tumbukan dengan

volume suara dipelani.
“Hnggkh.. Hnggkh..” hanya itu yang terdengar dari

Engkong, ekspresi wajahnya tidak perlu dipertanyakan,

pastilah tak karuan. Tanty memperjarang tumbukan namun

dalam-dalam mendengar pijakan anak tangga semakin dekat.

Tumbukan itu indahnya seirama dengan suara dentuman Bas

lagu dugem. Tanty dan suasana begitu erotis, Engkong tak

sanggup lagi menahan laju sperma yang sudah berontak di

kepala penis.
CROOOTTT! CROT CROT! CROOT!, begitu banyak mani yang

dikeluarkan Engkong, muncrat berkali-kali.. bertubi-tubi

di dalam vagina. Tubuh Tanty tersentak-sentak oleh

getaran tubuh Engkong. Tanty sempat mengerang karena

payudaranya diremas Engkong kencang yang sangat menikmati

ejakulasinya.
Setelah semprotan sperma berhenti, Tanty rebah di atas

tubuh Engkong, dan Engkong menyambut dengan pelukan. Ia

masih bingung. Tok! tok! tok!, “Yank.. ini aku..”.
‘Gimana nih Kong?’. Tanty bertanya dengan nada manja dan

mata berkaca-kaca karena takut ketahuan. Dengan tenang,

Engkong berbisik ‘Kamu pake pakaian, trus buka pintu

langsung tarik die ke apotik deket sini, jangan dikasih

masuk. Bilang aja perut lagi sakit, lebih sakit dari

biasanye karena dateng bulan’ usulnya.
‘Engkong gimana?’ tanya Tanty lagi.
‘Engkong sementara ngumpet di kamer mandi, ya… gitu aje..

gih sane’.
Tanty mengangguk dan langsung mengikuti perkataan

Engkong. Ia pura-pura sedang ada di kamar mandi, baru

saja selesai dan baru akan membuka pintu. Tanty tak

sempat mencuci kemaluannya yang dipenuh air mani. Jadi

terpaksa ia jalan keluar dengan cairan kental itu di

vaginanya. Skandal mereka masih tersimpan rapih tersegel

rapat.
Sejak itu, Tanty tidak kuasa menolak kemauan Engkong tiap

kali mendatangi kamarnya. Tapi, apakah betul seperti itu

yang diinginkan ‘Kong Juki? berbagi tubuh Tanty dengan

kekasih Tanty dan sephia Tanty? tentu tidak jawabnya.

Engkong ingin menguasai Tanty sepenuhnya. Di depan gadis

itu, Engkong berjanji akan menyimpan aibnya dan ia boleh

melanjutkan hubungan gelapnya asalkan ia bersedia

melayani nafsu bejat tanpa kenal waktu dan rasa lelah.

Tapi di luar itu, Engkong memutar otak mencari akal untuk

hasil akhir lain maksimal.
***
# Perbudakan sesungguhnya dimulai,
Pagi-pagi, Engkong memberi tahu Tanty kalau dia akan

pergi seharian dari pagi karena ada acara di kota J.

Tanty tidak tahu kalau itu adalah skenario Engkong.
Malamnya…
“Yank.. mulai sekarang, kamu jangan sering-sering datang

yah” ujar Tanty manja ke Iqbal, pacar gelapnya.
“Lho, kenapaa?!. Memang pacar kamu curiga?”. Tanty

menyandarkan kepala di lengan pemuda itu sebelum menghela

nafas panjang. Sulit untuk menjelaskan tanpa ia berdusta.

Bagaimana mungkin ia bicara jujur kalau Engkong juga jadi

salah seorang ‘investor’ air hina di liang cintanya.
“Iyaa.. jadi kita jaga jarak dulu, sementara..”.
“Berapa lama?”. Tanty tidak menjawab secara langsung

lagi. Tentu ia bingung, pastilah perbudakan Engkong

minimal sampai ia lulus kuliah.
“Hah? Berapa lama Yank?” tanya pemuda itu lagi karena

Tanty tak jua menjawab.
“Nggak tahuu… aku bingung!”.
“Kok tahu-tahu kayak gini sih?. Tiba-tiba, ada suara di

depan kamar Tanty… “Eh, elu Tong.. ngapain dimari malem-

malem gini?”.

“Ada yang lupa mau dikasihin ke Tanty. Engkong habis

darimana, rapih amat?”.
Engkong menyahut kalau ada acara dari pagi di kota J.

Sementara Tanty kaget setengah mati karena tahu siapa

pemilik suara yang satu lagi Beni, pacarnya.
“Kayaknya Tanty pergi deh..”. Engkong seolah-olah

melindungi Tanty. Tanty tidak tahu kalau itu termasuk

kebohongan yang sudah diatur.
“Ah Engkong sok teu… baru pulang aja. Ini sandal sama

sepatunya, kebiasaan dia kan kalau udah mau tidur, ini

semua dimasukin ke dalem. Malah ada satu lagi nih, kok

kayak sandal cowok ya?”.

Tanty berbisik ‘Yank.. kamu?’, Iqbal menepuk keningnya,

‘O iya.. ketinggalan, lupa di masukin.. bego’ ujarnya

dengan suara kecil. Tanty semakin khawatir.
“Ini sih sendal Engkong, Tanty pinjem buat keluar kali

tadi” Engkong terus berakting, pantas mendapat Academy

Award. Tanty makin yakin kalau Engkong membela sesuai

perjanjian barter memek dengan aib.
“Nggak mungkin Kong, pake sandal aku aja dia nggak mau.

Tanty khan pemilih orangnya.. Tan, *tok! tok! tok!*. Tan,

*tok! tok! tok!*. Ini aku..mas-mu, ada siapa? aku mau

masuk”. ucap Beni dengan nada csuriga.
‘Gimana niih?”. Tanty meremas-remas baju Iqbal, pacar

gelapnya yang juga lagi kebingungan. ‘Yank, itu tembok

belakang tembus kemana?’.
‘Lahan kosong kayaknya, tapi punya orang.. nanti kamu

bisa diteriakin maling kalo ada yang lihat’.
‘Ah malem ini.. gambling aja, daripada aku berantem sama

pacar kamu.. pilih mana?’. Tanty pun terpaksa mengangguk

tanda setuju.
“TAN, BUKA!!. KAMU TIDUR ATAU APA SIH.. KAYAK ORANG MATI?

AKU DOBRAK PINTU INI KALO KAMU NGGAK BUKA”. Beni tampak

kalap, dia menghardik dengan suara keras. Diaz.. Indri

dan Landa pasti tahu atas keributan itu, hanya saja tak

mau ikut campur, selain sudah diperintah Engkong.
“Jangan didobrak Tong, nanti rusak pintu Engkong.. siape

nyang ganti?”.
“AKU GANTI KONG GAMPANG, POKOKNYA INI PINTU MUSTI

KEBUKA.. NGGAK PEDULI GIMANA CARANYA”, Beni sampai

menggebrak-gebrak kaca jendela.
“Iya Yank sebentaar.. aku cuci muka dulu” sahut Tanty

berdalih, padahal ia mengantar Iqbal ke pintu belakang,

tempat untuk menaruh barang bekas dan sedikit jemuran.
“NGGAK USAH PAKE ACARA CUCI MUKA, HUUH..”, *DUAK!!

DUAK!!* Beni menendangi pintu kamar Tanty.
‘Cepet-cepet udaah, nggak usah nengok kebelakang’ kata

Tanty panik, Iqbal segera menarik sebuah meja rusak bekas

dan naik ke atasnya, HUP!, ia lompat. Baru setengah

badannya saja yang sampai di tembok.
BRAAK!!, Pintu terbuka. Dengan tegas, Beni bertukar mata

dengan Iqbal.
“HEH, ELO RUPANYA.. MALING! MALING!!. ADA MALIING”.

Reaksi cemburu Beni tiba-tiba.
Iqbal kaget setengah mati diteriaki begitu. Posisinya

yang lemah buat dia menjadi panik. Tanty merasa bersalah

lihat Beni melotot ke arahnya, terlihat sekali kalau ia

membantu pelarian. Iqbal refleks loncat kesebelah. Malang

terdengar suara dari balik tembok, “OI, TU DIE

MALINGNYE.. GEBUKIIIN” *BAK! BUG! BAK! BUG!*, terdengar

permohonan ampun dan jerit kesakitan Iqbal dari balik

tembok. Tanty menangis histeris, takut jikalau Iqbal

pisah nyawa dari raga.
Kesalahan Iqbal tadi adalah lari, seharusnya malah lebih

baik dihadapi, paling dihajar Beni seorang diri, tidak

dengan orang sekampung. Untung dilerai Engkong yang sudah

menduga akan terjadi hal seperti ini, bersama dengan

seorang hansip, dua peronda malam dan RT setempat.
Dengan wajah babak belur, Iqbal disidang tertutup di pos

hansip yang dihadiri oleh Tanty dan Beni sebagai saksi

juga Engkong tentunya sebagai pemilik kost. Warga sekitar

yang menjadi bangun karena teriakan maling dan sempat

menghakimi Iqbal, ramai merubungi tempat tersebut.
Pertama-tama, Engkong menjelaskan duduk masalahnya. Lalu

bagai pahlawan di depan Tanty, dia mengusulkan damai

karena memang tidak ada barang yang hilang dan Iqbal

bukanlah pencuri. Iqbal sendiri tidak bisa menuntut Beni

balik atas tuduhannya, karena memang tindak tanduknya

yang loncat tembok itu bagai seorang maling.
Kasus ditutup, misi pertama Engkong selesai. Iqbal

meminta maaf pada Engkong dan Beni karena masuk kamar

pacarnya tanpa izin, kemudian dia pamit pergi tanpa

berani menatap Tanty. Beni dan Tanty pulang ke tempat

kost lebih dulu dari Engkong.
Setelah ruangan sepi, Pak RT sebagai Hakim tadi mulai

menunjukkan jati diri, “Kong, bagi-bagi dong kalo punya

anak kost cantik kayak gitu bisa dipake’ huehehe”.

Engkong terkekeh.
“Iye nih Engkong.. awet muda sendirian aje” sindir si

hansip juga, tawa pun merebak.
“Gue juga udah lame, kepengen ngerasain memek mahasiswi

kampus sini” kata salah seorang peronda yang berkumis

tebal, yang satunya lagi hanya tertawa tanpa angkat

bicara.
“Kalo gue dapet kesempatan ngentotin cewek tadi.. gue

suruh nungging seharian Wa kak kak kak” kata si hansip

sambil menirukan gaya doggy, semua semakin keras tertawa.
“Kalo yang lain sih ade.. tapi nyang tadi jangan” Engkong

memberi angin, karena dengan adanya kasus ini, para pria

yang hadir di pos itu tentu tahu kalau kost-kostan

Engkong ternyata bisa dipakai mesum juga.


“Bener nih ‘Kong?” penis Pak RT menegang, membayangi

mahasiswi model Tanty bisa dientot.
“Iyee.. tapi inget lu pade, jangan nambah orang lagi!”.
“Beres deh ‘Kong.. inget tuh semua, Li..Man..Yan” tambah

Pak RT lagi, yang lain segera manggut asal kebagian

jatah.
“Sekarang bisa Kong?”. Pak RT mupeng. “Busyet, die

saange…”, semua langsung tertawa mengejek Pak RT, meski

mereka sama juga mupeng.
“Sabar Tong, sekarang udah pada tidurlah awewenya. Besok

malem jam 7-an.. lu pade juga jangan langsung datang

segambreng gini. Ngantri oi.. dua-dua, besok dua..

besoknye lagi dua” tukas Engkong bagai germo saja.
“Ya udah kalo gitu lu besok sama gua dulu Li” atur Pak RT

serasa penguasa, menunjuk si hansip sebagai rekan team

tag-nya.
“Yaah.. Pak RT sih pilih kasih” keluh si peronda yang

berkumis tadi.
“Bukan gitu Yan.. pan kelop kalo RT sama hansip jalan.

Nah, kalo elu ama Eman anggep aje lagi mau jalan kemane

gitu”.
“Iye udeh gitu aje.. gue pulang dulu ye, kelamaan.

Pokoknye terserah lu pade deh, nyang penting bedua-

bedua.. gantian” Engkong pergi meninggalkan mereka yang

masih rebutan siapa yang duluan menikmati vagina anak

kost, Diaz.. Indri dan Landa.
-# #-
“Sekarang aku mau denger dari mulut kamu langsung…DIA ITU

SIAPA KAMU?” tanya Beni dengan wajah sangar dan suara

keras. Tanty terisak-isak karena takutnya dia, kata-kata

terasa berat di lidah, lidahnya kaku.
“AYO, JAWAB!! HAH… SIAPA?” hardik Beni lagi, membuat

Tanty merasa tertekan.
Ia coba membuka mulut, “Ma.. mantan..”.
“Iya aku tahu, dia itu mantan kamu.. tapi seharusnya cuma

temen kan? nggak lebih, Hmm?” potong Beni dengan suara

lembut, seakan badai kemarahannya telah reda.
Tanty sejenak lega. Ia menggangguk…
“KALO TEMEN NGAPAIN DUA-DUAAN DI DALEM PINTU DI KUNCI,

HAH?. MENTANG-MENTANG TAHU ENGKONG PERGI… NGAPAIN AJA

KALIAN?” tanya Beni lagi dengan suara tiba-tiba mengeras,

Tanty kembali ciut seukuran Ibu jari.
“GITUAN YA?” Tanty merunduk saja tak berani menjawab, ia

teringat akan kesalahannya membantu pelarian Iqbal,

sangat fatal.
“Bagus.. bagus..”. Beni melipat kedua tangannya ke depan.

Tanty menguatkan hati, “Ma-maafin aku Yank” mohon si

cantik itu dengan suara bergetar.
“Maaf…? Begitu mudahnya kamu minta penyelesaian masalah

yang sangat sulit buat aku. Kamu tahu.. dengan BMW itu..

aku bisa dapetin 10 cewek kayak kamu. Tapi… aku nggak mau

kayak gitu lagi, dari SMA aku udah puas.. aku mau hidup

lurus dan mau serius sama seorang cewek aja. Tapi, kamu

kok kayak gini.. berani-beraninya ngeduain aku,

mengkhianati ketulusanku. Huuh, aku benci tahu nggak”

keluh Beni panjang lebar. Tanty hanya terus menangis dan

meminta maaf, senjata terakhir wanita yang paling

mutakhir untuk meluluhkan hati pria yang disakitinya.
“Ya sudah.. udah cukup”. Tanty merasa lega, dipikirnya

Beni kembali dalam pelukan.
Namun.. “Aku nggak mau maksain sebuah Cinta.. kalau

memang kamu lebih suka dia, aku..”.
“Nggak kok Yank..aku lebih sayang kamu” potong Tanty

dusta sambil meremas-remas baju Beni.
“Nggak mungkin-lah.. gantengan dia daripada aku.. lagi

juga logikanya, kalau kamu lebih sayang aku.. kamu nggak

akan selingkuh, iya kan?” kata Beni sinis.
“Nggak kok nggak, maafin aku..” Tanty memeluk Beni erat,

memohon dengan sangat.
“Ini demi kebaikan kita.. Coba kamu bayangkan, apa

jadinya kalau ini terjadi saat kita udah resmi nikah,

punya anak lagi?” tangis penyesalan Tanty kian histeris,

sekujur pipinya mengkilap basah oleh air mata.
“Oke, take care.. salam damai buat mantan kamu itu ya”

Cup!, Beni memberi kecupan terakhir perpisahan di kening.

Tanty terus meremas baju Beni menahannya untuk pergi,

namun Beni menepis lembut dan Tanty pun hanya bisa

memandang punggung Beni yang semakin lama semakin jauh,

hingga hilang dari pandangan. Sesal kemudian.. tiada

berarti.
Dalam kebingungannya, Tanty meraih Hp dan menelpon Beni

agar kembali, namun tidak diangkatnya. Ia telpon Iqbal,

mailbox.. harus bagaimana dia?. Uang kuliah.. makan..

sewa kost-kostan?. Tiba-tiba Engkong muncul bagai

Pangeran berkuda putih, sang penyelamat.
Lelaki udzur bau tanah itu mengampiri Tanty yang masih

diri mematung di depan kamar kostnya. “Belum tidur Non?”,

dia lontar pertanyaan seolah-olah tidak ada masalah.

Tanty juga enggan menjawab, baginya kini semua kata-kata,

hanya masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
“Tadi mas Beni titip pesen” pancing Engkong karena Tanty

tak bereaksi.
“Pesen apa?” Tanty langsung bertanya, wajahnya penuh

harap. Engkong tersenyum jahat.
“Die bilang gini.. mulai sekarang, die nggak bisa bayarin

sewa kost Non lagi.. terus..” Engkong sengaja berhenti

sengaja membuat penasaran.
“Te-terus?”, air mata Tanty mengalir deras.
“Terus katanye.. die nggak ikhlas selama ini, bayarin

kost.. tapi tempatnya buat Non selingkuh. Jadi.. die mau

narik uangnya lagi selama ini, sewa selama sembilan

bulan”. Tanty lemas mendengarnya. Sudah jatuh tertimpa

tangga.
“Sebenernye Engkong keberatan, tapi katenye.. Engkong

suruh nagih ke Tanty ato sephia Non”. Tanty sudah tak

mampu lagi bicara, putus sudah harapan. Pudar angan-angan

menjadi Sarjana, tambahan.. darimana dia dapat uang

segitu untuk mengganti. Iqbal? Hp-nya saja dinon

aktifkan.
“Gimana nih Non? Engkong rugi…” dusta Engkong.
“Apaa..”, Engkong berjalan ke belakang Tanty.

“Sementara.. bayar DPnya aja Hehehe”, Engkong meremas-

remas dada Tanty. Tanty yang sudah pasrah hanya

menggeliat, juga diam saat Engkong menggendongnya masuk

ke dalam kamar dengan tawa kemenangan. Huaak.. hak hak

hak hak.
Dengan ini, Tanty mutlak jatuh ke tangan Engkong, menjadi

budak seks yang sesungguhnya. Sebab, Tanty tidak pernah

lagi kuliah lantaran tidak ada yang membiayai. Semua

teman-teman kuliah yang menghubungi ditolaknya. Karena

nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kesalahan

kecil, rencana besar jadi berantakan. Karena sebuah

kondom, Tanty menjadi budak seks Engkong selamanya.

Karenanya, setiap saat setiap waktu.. Engkong bebas

menidurinya.
Setiap kali minta diisi perut.. baik itu sarapan, makan

siang ataupun malam, sebelum membeli.. Tanty diwajibkan

Engkong menyepong dan menelan maninya. Saat makan pun

juga ia harus duduk di atas penisnya yang mengacung,

selesai makan digarap lagi. Begitu seterusnya..

penghinaan demi penghinaan diterima Tanty sebagai jabatan

budak seks. Tanty tidak punya pilihan selain

menikmatinya, karena masih lebih baik dibanding Diaz..

Indri dan Landa, yang juga menjadi tempat lampiasan nafsu

binatang Pak RT, hansip dan dua peronda malam.
***
Sejak Engkong mengangkat Tanty resmi menjadi ‘Istri’ ke-

empatnya, ia cepat akrab. Mereka suka curhat sewaktu

Engkong mengistirahatkan barangnya yang kelelahan akibat

aktif bulak-balik di kewanitaan mereka. Engkong tidak

pernah lagi memanggil Tanty dengan tambahan kata ‘Non’ di

depannya, hanya Tanty, layaknya istri.
Indri bercerita tentang keluarganya di Aceh yang terkena

musibah banjir, satupun dari anggota keluarganya tidak

ada yang selamat. Kerjaannya sebagai customer service di

perusahaan asuransi mencari klien jadi sedikit banyak

kacau akibat sulit berkonsentrasi. Prestasinya menurun

drastis, perusahaan pun tak dapat mempertahankannya.

Berakhir dengan pemecatan dirinya. Family di Jakarta

menawari tumpangan. Indri yang merasa kurang dekat dengan

saudaranya, ditambah sedang ingin sendiri, menolak halus

tawaran tersebut. Engkong mencari celah, menghembus kasih

sayang layaknya orang tua, sungguh malang ujung-ujungnya

ke ranjang. Pertama kali Engkong memperlakukan Indri

bagai Istri, tapi lama kelamaan malah jadi seperti budak

seks. Kontranya, Indri merasa seks hancur-hancuran yang

dilampiaskan Engkong padanya malah sebagai obat peredam

rindu kehilangan keluarga. Sebuah keberuntungan bagi

Engkong.
Giliran Landa bercerita. Sebagai karyawati Bank,

pandangan orang pasti positif. Berfikir si A atau si B

punya pekerjaan mapan, padahal tidak juga. Krisis moneter

datang tanpa di-undang, buat beberapa Bank di likuidasi

dan staf-stafnya dirumahkan. Bertambahlah pengangguran,

sebuah karya Indonesia yang skor-nya tak tersaingi selain

korupsi. Bank tempat Landa bekerja salah satunya, sungguh

tak pernah dinyana.
Keluarga yang selalu mengandalkannya karena terkena kasus

Lumpur Lapindo Brantas, PT, di Surabaya semakin kalang

kabut. Ayahnya yang terbelit hutang sana sini bunuh diri,

sang Ibu menyusul selang beberapa hari karena tak tahan

cobaan, sedang adiknya yang masih kecil di asuh paman

Landa yang hidup pas-pasan. Kebutuhan terus menuntut.

Darimana uang untuk beli makan ? bagaimana dia bayar kost

?. Semua itu satu jawabnya, cukup dengan menjadi budak

seks Engkong.
Sama kasusnya dengan Indri, Engkong datang sebagai

pahlawan. Dengan berbekal uang pensiun dan hasil jual

tanah, bandot itu menawarkan ‘perdamaian’ dalam hal sewa

kost dan isi perut melalui selangkangan. Landa terpaksa

meng-gadai kehormatannya pada Engkong. Ia yang merasa

tidak punya siapa-siapa lagi untuk dipertahankan, pas

saat itu dia berstatus single, menyerahkan diri

sepenuhnya ke Engkong.
Diaz punya cerita sendiri. Sejak lulus SMA, ia sudah

hunting pekerjaan. Tanpa berbekal pengalaman dan ilmu di

Perguruan Tinggi, ia terpaksa bekerja yang berhubungan

dengan menonjolkan bagian tertentu dari tubuh. Wajah

eksotis ditambah bodynya yang bak gitar Spanyol itu

memang selalu berhasil mengundang perhatian kaum Adam.

Apalagi jika dibalut pakaian minim, pasti pada lengket

kayak perangko.
Sayang status pekerjaannya hanya kontrak, waktu habis

masa, maka, menganggurlah dia. Mulailah Diaz kesulitan

dalam membayar kebutuhan-kebutuhan. Orang tuanya yang

miskin hanya bisa menyuruh pulang ke kota B. Diaz yang

sudah cocok tinggal di tempat kost Engkong enggan untuk

beranjak pergi. Maka dia pun coba meminta keringanan pada

Engkong. Sebagai SPG yang berpengalaman menggoda lelaki

dan tak jarang naik turun ranjang, Diaz merelakan

tubuhnya untuk dinikmati ‘Kong Juki setiap hari.
-# #-
(Tambahan) :
Diaz dan yang lain buka hal yang selalu dipertanyakan

Tanty dalam hati.
“Oo, jadi gitu.. sejak celdam gw hilang itu gw udah di-

incer sama Engkong. Pantes.. gw kok akhir-akhir itu mulai

ngelihat lo pada dipake’ Engkong. Biasanya gak pernah

khan?”.
“Iya, emang itu rencana dia. Dulu gw yang mancing Indri

‘n Landa jadi kayak sekarang ini” jelas Diaz, Tanty

memanggut-manggut. Tapi Indri dan Landa tampak seperti

tidak kesal dan menyesali nasibnya berakhir menjadi budak

seks Engkong.
“Tan, kalau memang kamu punya jalan yang lebih baik dari

ini…ya gapai aja, iya ‘gak ?” kata Diaz, meminta dukungan

Landa dan Indri, yang langsung di-Amini mereka dengan

anggukan.
Tanty hanya diam tak menyahut, mengepulkan asap rokok

dari bibir tipisnya. Memang benar, tapi harus kemana..?.

“Lu khan pernah kuliah di kampus samping nih, cari link

kek.. apa kek, khan bisa. Kalo gw sih udah buntu, orang-

orang deket ada di Surabaya” tukas Landa.
“Iya Tan betul.. gw setuju” sahut Indri sambil menepuk

abu rokoknya ke asbak.
Perbincangan mendadak berhenti melihat Engkong berdiri di

muka pintu tempat mereka bercakap-cakap. “Ayo mandi, udah

sore!” suruh Engkong sambil dia berkacak pinggang. Diaz

sebagai yang paling lama dan tertua disitu, meng-awali

pembugilan diri. Menyusul Indri, Landa baru Tanty.

Rutinitas itu berjalan setiap hari, mandi kemudian seks

berlima. Dan malamnya sebelum tidur, pria bertubuh pendek

gempal berselimpang sarung seperti peronda, datang

menagih jatah. Eman namanya, diseretnya Diaz dan dilempar

ke ranjang lalu diperkosanya habis-habisan. Sedang

satunya lagi yang bernama Piyan, menggarap Indri dan

Landa sekaligus tanpa ampun. Setelah cukup puas, mereka

pasti bertukar pasangan. Besoknya giliran Pak RT yang

memperkosa Diaz brutal. Didampingi Parli si hansip, yang

mengentoti si imut Landa dan si toket montok Indri secara

membabi buta hingga pingsan. Sementara Tanty, tiap malam

memeknya menjadi korban keganasan G30 S ****** Engkong

yang biadab. Kamar mereka berempat, jadi selalu beraroma

sperma, Hueek!, menjijikkan.
***
# Bad or Nice way Out?
Kira-kira beberapa bulan setelahnya… atas perkataan Landa

yang masih terngiang-ngiang di kepalanya, ia coba

mendatangi kembali kampusnya, sekaligus ingin tahu

keadaan disana. Tanty sempat bertemu dengan beberapa

teman dan dosen, hanya sekedar obrolan ringan saja.
Di atas anak tangga kampus, Tanty termenung. Bagaimana ia

menyelesaikan kuliahnya. Rindu pada teman-temannya yang

sudah lulus. Saat itulah datang seorang lelaki berusia

30an. Tanty menduga dia alumnus kampus, memang betul.

Dengan mudah mereka cepat akrab karena pembicaraan

nyambung ke masalah kuliah.
“Oo, jadi berhenti dulu karena biaya…” kata pria itu,

Tanty mengangguk dan tersenyum manis. Berharap pria itu

tertarik, hubungan semakin dekat bahkan jadi sepasang

kekasih dimana ia akan menuntut uang kuliah dan sewa

kost.
“Lantas, aktivitas kamu sekarang apa kalau sedang cuti?”

tanya pria itu.
Tanty hanya, ‘Mmm…’, tak mampu ia menjawab. Masa-kan ia

harus bilang jadi budak seks Engkong, mustahil.
“Sebenarnya aku tahu siapa kamu Tanty” kata pria itu

membuat Tanty dag dig dug.
“Maksud mas?”.
“Yaa, aku punya banyak mata-mata di kampus ini. Aku tahu

mana mahasiswa/i yang pintar, yang bodoh, yang malas,

yang kaya, yang miskin, yang nge-drugs, yang pengedar,

yang nggak sanggup bayar kuliah, yang suka godain dosen

bahkan sampai yang jual diri jadi ayam kampus pun aku

tahu” jawab pria itu dengan yakinnya.
“Ayam kampus?”.
“Iya, Ayam kampus…kelompok mahasiswi yang jual diri buat

biaya hidup dan bayar uang kuliah”. Tanty terdiam.
“Organisasi ayam kampus itu, aku yang mengelola dan

beberapa alumni”, Tanty semakin kaget dibuatnya, pria

yang dibayanginya akan menjadi sosok penyelamat, kandas

sudah.
“Makanya aku deketin kamu, karena sayang.. dengan potensi

yang kamu miliki”.
Tanty berdiri, “Eh, sorry ya.. Gw bukan cewek rendahan

kayak gitu tahu!” sahut Tanty menaikkan harga diri.
“Yakin? kan udah aku bilang aku tahu semuanya. Mulai dari

keluargamu yang di Padang, sampai keadaan kamu sekarang

yang tinggal sama Kakek cabul di kost Melati hehehe”,

Tanty tersentak kaget karena pemuda itu tahu semua belang

kartu, wajahnya merunduk malas menatap si pemuda dan

perlahan kembali duduk.
“Gak usah malu, makanya aku datang mau kasih penawaran.

Mau terus di Melati sampai tua, apa kamu ikut aku masuk

perkumpulan Ayam Kampus, dimana disitu nge-sex tapi di

bayar. Bisa buat hidup, bisa buat bayar kuliah, lebih

punya masa depan!” hasut si pemuda. Tanty bimbang,

mulutnya serasa rekat oleh lem, tak bisa keluar kata

apa-apa.
“Ya tenang aja. Aku enggak minta jawaban langsung dari

kamu, karena aku juga nggak maksa, cuma kasih solusi.

Jadi ayam kampus bukan hal yang mudah juga, harus siap

mental karena bakal ketemu banyak orang-orang mesum.

Tapi, duitnya itu nggak sedikit lho yang pasti” bujuk si

pemuda.
Tanty teringat akan perkataan Diaz, Inda dan Landa. Ia

berpikir, apakah benar ini jalannya? sepertinya bukan

jalan yang lurus. Tapi.. perkataan pria itu ada benarnya,

jika terus bersama Engkong, ia tak akan bisa menamatkan

kuliahnya, dan jadi sarjana sesuai cita-cita orang

tuanya.
Dengan meneguhkan hati, Tanty berkata, “Oke mas, aku mau

jadi anak asuh mas sebagai Ayam Kampus”.
“Kamu yakin?!”.
“Yakin mas, tawaran mas ada benernya, aku butuh uang”, si

pemuda tersenyum. “Tapi sebelumnya aku mau tanya mas,

boleh ?” tambah Tanty.
“Boleh…silahkan”.
“Perkumpulan mas khan rahasia, gimana kalau setelah

keluar ada yang berkhianat ngasih tahu tempat Mas biar

digrebek, misalkan?”.
“Selama ini sih belum pernah, kita aman-aman aja. Lagi

kan seperti yang aku bilang, ini semua nggak ada paksaan.

Jadi silahkan datang dan pergi, memang ada syaratnya

juga”.
“Syaratnya apa ?”.
“Setidak-tidaknya masa pengabdian kamu 3 tahun, jadi

misalkan kuliah kamu selesai dimana masa abdi kamu baru

dua tahun. Ya.. kamu harus sabar dulu ikut dengan kita-

kita setahun lagi”.
“Tapi habis itu boleh keluar dari perkumpulan?”.
“Boleh-lah, buat apa juga kita nahan? malah pelanggan

selalu minta barang baru. Ayam kampus yang ngerasa udah

usang justru sebal karena dapet saingan”.
“Gak ada yang dendam ngelaporin gitu?”.
“Gak ada tuh, lagi juga…kita punya pelindung. Kita punya

bekingan Polisi sama ABRI, jadi dari siapa info itu

kesebar, ya orang itu siap-siap aja hehe”. Tanty cukup

takut mendengarnya.
“Tapi tenang aja..yang pasti, aku selaku pengelola selalu

bertindak adil. Aku dan anak asuh selalu bagi rata,

pelanggan tambah sewa tempat aja, malah tips juga buat si

ayam kampus. Jadi, hubungan kita semuanya harmonis. Ada

juga kok yang udah lebih dari 5 tahun dan tinggal

permanent”. “Ada?”.
“Ada, rata-rata dari mereka.. memang ada yang udah nge-

tek. Entah profil atau cara mereka memuaskan, yang

pasti.. ada client yang nggak mau kalo nggak sama dia”.

Pria itu kembali meyakinkan, Tanty diam berpikir.
“Gimana.. berubah pikiran?”.
“Nggak sih, terus.. mas tahu dari mana tentang kost-ku?”.
“O, tempo hari ada yang dari situ juga, makanya aku tahu.

Sekarang orangnya udah lulus dan udah keluar perkumpulan.

Naah, enak khan ?” bujuk si pemuda itu lagi, Tanty cukup

kaget, ternyata ada yang belum diceritakan Diaz dkk di

kost. Tapi Tanty pikir, masa bodohlah.
“Ya udah deh, tapi gimana ya mas…aku punya hutang bayar

kost ber-bulan-bulan sama Engkong”.
“Sekarang juga aku lunasin ke tempat kamu, berapa?”.
“Tapi, aku jadi hutang ke mas dong?”.
“Ya gapapa, nanti aku potong aja dari fee kamu. Biasanya

pembagian dapet 60 : 40, yang 40 kamu bayar aja setengah,

kan masih ada uang tips buat kamu dari clien selain itu

ok?”.
“Ok mas, aku setuju”. Tanty menyanggupi.
“Ok, kalo gitu…selamat datang di perkumpulan ayam

kampus”, mereka berjabat tangan layaknya partner kerja.

Hari itu juga, Tanty ditemani si pemuda misterius itu

mendatangi Engkong untuk mengutarakan maksud dan

tujuannya. Engkong tidak suka dengan pria itu, ini yang

kedua kali ‘korban’nya direbut. Diaz, Indri dan Landa

tetap memberi semangat ke Tanty apapun pilihannya.
-# #-
The Last Day…
Pagi itu, Tanty berniat pamit pada Engkong. Malam hari

sebelumnya ia digarap Engkong habis-habisan. Terhadap

Diaz, Indri dan Landa.. Tanty telah pamitan. Namun baru

saja ia hendak mengetuk pintu kamar Engkong, terdengar

suara samar-samar..
‘Aaah.. Aanggh.. Yesshh.. Yahhh”. Tanty pikir, pasti

Engkong sedang ‘olah raga pagi’, entah itu dengan Diaz..

Indri atau Landa.
Tanty yang sudah terbiasa melihat pergumulan mereka,

tanpa buang waktu membuka pintu. Ceklek!. Tanty melihat

seorang gadis berkulit putih, lebih putih bahkan darinya

dan Indri, rambutnya sebahu pendek. Jantung Tanty

berdegup, gadis yang sedang di angkat naik turun dalam

pelukan Engkong berdiri itu menoleh.. DINYY…?!!.
Kenapa…? Kok bisa?. Dalam terkesimanya Tanty, Engkong

mengejek, “Non.. temennye enak banget!. Memeknye lebih

harum dan legit, Huak hak hak haak”.
“Di… a.. apa-apaan kamu?” tanya Tanty dengan wajah tak

percaya.
“Ahhh.. Taan.. sorry.. gua.. butuhh.. tempat..

kost.Aahhh… gratis” jawab Diny terengah-engah. Engkong

terbahak-bahak dan jadi makin bersemangat mengentotinya.
Diny sempat bercerita, bahwa sepulangnya dia dari kamar

Tanty waktu itu, ditengah jalan ia bertemu Beni yang

sedang menuju kamarnya, jadi pikir Diny.. dengan Iqbal

bukan.. dengan Beni bukan.. lalu siapa lagi?. Maka dari

itu, Diny mendatangi Engkong untuk menanyakan

kepastiannya, lalu.. memberikan ‘penawaran’ yang sama.

Mendengar pernyataan Diny, Tanty hanya diam berdiri

terpaku. Tapi ia pikir-pikir, sama saja. Diny memilih

menjadi budak seks Kakek pemilik kost, dia jadi ayam

kampus, yang tentunya budak seks orang juga, bukan suami

tercinta.
“Oookkh…Oooookhh, enaknyaahh..”, tubuh tua Engkong

bergetar meresapi kenikmatan, ejakulasi di memek Diny.

Sesudah itu, Engkong sengaja merentang bibir vagina

mungil Diny ke hadapan Tanty dengan bangga. “Lihat nih

Non.. peju Engkong ada di memek temennya, heh heh heh

heh”.
Baru saja Tanty terbelalak tak percaya melihat cairan

putih kental memenuhi vagina sahabatnya, seseorang

mencengkram lengannya dari belakang, “Kong, berarti

sekarang yang ini boleh dipake’ kan?”.
“Boleh, entot aje sepuas lu.. sampe lecet kalo perlu!”

sahut Engkong dendam.
Hansip yang bernama Parli itu langsung menelanjangi Tanty

di tempat, dibantu Pak RT yang juga sudah lama ‘ngebet’

dengan Tanty. Sesuai janji, hampir seharian Tanty digarap

Parli dengan gaya Doggy. Saking bergairahnya dia, Tanty

sampai tergencet ke dinding disodok Parli dari belakang.

“Mampus lu.. akhirnye.. bisa juga gue.. ******* memek lu”

geram Parli. Disambung Pak RT yang tak kalah birahinya,

kemudian dua peronda yang di-informasikan Parli kalau ini

hari terakhir Tanty, dan boleh ******* dia sesukanya.

Diny sebenarnya sempat ingin menolong, namun Engkong

menahan dengan merengkuhnya, “Jangan ikut campur Non..

katenye mau nge-kost gratis disini hehehe” ujar Engkong

sambil meremas-remas toket Diny yang kemudian dikenyotnya

gemas. Diny pun akhirnya hanya menonton Tanty diperkosa

ke-enakan di depannya.
Alhasil, Tanty baru keluar tempat kost malam hari.

Kewanitaannya perih serasa lecet karena terus menerus

digesek benda tumpul. Ke-empat bajingan itu tertawa

menang, puas melampiaskan hasratnya yang sedari dulu

tertunda.


yach ^o^ (Diny Yusvita a.k.a Vita).
 
kumpulan cerpen yang sangat aduhay.....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd