Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bimabet
Chapter 27


"Kamu bohong, kataku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Limah, mustahil dia dan Yoyoh adalah adikku.

"Memang seperti itu kenyataannya A Ujang bisa menanyakannya ke Bu Narsih..!" kata Limah tenang. Seolah apa yang kami lakukan, bukanlah masalah besar yang tidak perlu dipersoalkan.

"Benar Kang, Kang Ujang adalah kakak kami satu ayah. Ibu kami hamil oleh perbuatan Ayah Gobang yang lari dari tanggung jawab." jawab Limah mengiyakan cerita Limah. Kepalaku serasa dihantam godam seberat 10 kg.

_______________________


Cerita Limah Berlanjut.

"Kami harus ritual dengan kakak satu ayah?" tanyaku heran, selama ini aku belum pernah mengenal kedua orang tuamu. Aku hanya mengenal namanya saja. Menurut Aki ayahku adalah Ugan sedangkan ibuku bernama Jenab, hanya itu yang aku tahu.

"Kamu dan Yoyoh satu ayah, Ugan adalah ayah kalian. Sedangkan Ibumu Zainab adalah anak Aki yang dinikahi oleh ayahmu. Dasar bajingan, si Ugan ternyata menghamili Ijah keponakan Aki, ibumu Yoh. Untung saja ada salah satu murid Aki yang bersedia menikah dengan Ijah sehingga dia tidak menanggung aib." kata Aki menerangkan kejadian yang sebenarnya.

"Limah bingung, Ki. Lalu kenapa ayahku dan ibu meninggalkanku?" tanyaku lemas, kenapa hal ini bisa terjadi menimpa hidupku. Seolah kutukan yang kubawa sejak lahir tidak akan pernah sirna dalam hidupku. Tapi Yoyoh lebih beruntung, dia mempunyai ayah walau bukan ayah kandung yang sangat mencintainya dengan tulus, memberinya semangat untuk terus menjalani hidup. Ada ibu yang selalu mendampinginya dan menyediakan hidupnya untuk bersandar dari beban hidup yang sangat berat.

"Tanyakan langsung kepada ayah kalian, dia ada di sini!" kata Aki menunjuk Pak Gobang yang duduk di pojok, membuat ku terkejut. Ayah yang selama ini aku rindukan ternyata ada di hadapanku. Dia menunduk, tidak berani memandang wajahku. Kesalahan apa yang sudah kulakukan sehingga dia tega meninggalkanku.

"Kenapa kamu meninggalkanku, seolah aku ini sampah?" tanyaku menatap pria yang menunduk tidak berani menatap wajahku.

"Karena aku harus mencari cara untuk membebaskan kutukan kalian, kamu lahir pada saat Bulan Purnama berdarah pada puncaknya tepat pada malam Jum'at Kliwon dengan tanda lahir di vaginamu. Karena orang yang lahir pada saat itu tubuhnya pada saat tertentu akan berbau busuk sehingga tidak akan ada orang yang mau mendekati kalian. Kutuk yang menimpa Dewi Durga. Aku dan Ki Ja'i sudah berusaha untuk melepaskan kutuk dari tubuh kalian, tetapi gagal. Sekarang aku datang karena sudah menemukan cara untuk membebaskan kutukan itu." kata orang yang mengaku sebagai ayahku, dia mulai berani menatap wajah kami bergantian.

"Benarkah ada cara yang membuatku terbebas dari kutukan ini? Terbebas dari bau busuk saat ada lawan jenis kami yang datang mendekat?" tanyaku penuh harap, semua kebencianku sirna oleh harapan yang dijanjikannya.

"Seperti yang sudah kakekmu ucapkan, kutukan itu akan hilang untuk selamanya setelah kalian melakukan ritual sex di Gunung Kemukus dengan seorang pemuda yang terpilih." kata Pak Gobang terlihat sangat yakin dengan apa yang dikatakannya.

"Apa kamu yakin pemuda itu mau mendekati kami tanpa mencium bau busuk?" tanyaku ragu, hal yang nyaris tidak kupercaya.

"Aku yakin dia akan bisa membantu kalian, dia kakak tertua kalian, satu satunya anak lelakiku. Hanya dia yang bisa membantu kalian." kata Pak Gobang mampu memberiku harapan yang nyaris sirna.


______ _____

Sinting, kenapa ayah sengaja mengorbankan anak kandungnya sendiri untuk menyempurnakan ritual ku, tapi menurut pengakuan Limah ritual ini untuk menghilangkan segala macam kutukan yang ada pada tubuh kedua gadis ini, berarti ritual ini bukan untuk kesempurnaan ilmuku. Ini adalah pengorbanan yang harus aku lakukan, pengorbanan seorang Kakak kepada kedua adik adiknya seperti yang selama ini aku lakukan kepada kedua adikku satu kandung.

"Jadi kalian adalah adik adikku? Bi Narsih tahu hal itu?" tanyaku.

"Kami tidak tahu, yang kami tahu Pak Karta dan Bu Narsih memang sering datang karena mereka adalah murid, Aki." jawab Limah.

"Kita balik ke rumah, yuk !" ajakku. Pikiranku terlalu letih, aku ingin tidur sejenak menghilangkan semua beban yang terasa berat.

"Janji Kang, ritual ini harus tuntas agar kami terbebas dari kutukan ini, terbebas sebebas bebasnya sehingga orang tidak mencium bau busuk dari tubuh Limah dan melihat sosok mengerikan dari Yoyoh." kata Limah membuatku sadar dengan penglihatan orang saat melihat Limah dan Yoyoh, itu juga yang aku lihat saat kami ritual.

"Iya, Kita akan menuntaskan ritual ini bersama sama hingga sempurna." jawabku, kami tidak punya pilihan lain. Ritual sesat ini harus disempurnakan agar kami sama sama terbebas. Ini adalah pilihan yang tidak bisa aku hindari, harus aku hadapi demi kedua adik adikku yang tidak bersalah apa apa.

"Terimakasih, Kang." kata Limah menciumku diikuti oleh Yoyoh.

"Kita pulang, yuk?" ajakku setelah udara semakin dingin dan gairahku kembali bangkit, tidak peduli dua gadis yang duduk di sampingku adalah adik adikku.

"Kang Ujang sudah pengen ngentot lagi, ya?" tanya Yoyoh bertanya setelah sejak kami berada di sini dia lebih memilih menjadi pendengar yang baik.

"Iya, memek kamu ennnak banget, Yoh..!" jawabku, untuk pertama kali aku menatapnya dengan perasaan kasih sayang yang tiba tiba muncul, kasih sayang seorang kakak kepada adik yang baru dikenalnya. Kasih seorang pria yang ingin bisa memuaskan hasrat birahi lawan jenisnya.

"Kontol Kang Ujang juga ennak banget, Yoyoh takut setelah kita pulang ke Bogor kita nggak bisa ngentot lagi." kata Yoyoh memeluk pinggangku dengan tubuhnya yang besar.

"Yoyoh, yang dipikirin cuma ngentot..!" kata Limah tertawa kecil.

"Mau gimana lagi, ngentot enak banget. Lagi pula ini pengalaman paling luar biasa, ada seorang pria yang mau mendekati kita, bukan cuma mendekati tapi bisa menikmati tubuh kita. Padahal selama ini jangankan mendekat, melihat kita saja mereka sudah membuang muka seolah olah kita ini sangat menjijikkan." kata Yoyoh dengan suara lirih mengenang kejadian yang selama ini dialaminya.

__________________________

Kisah Yoyoh dimulai

Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi kenapa aku harus lahir di dunia yang sangat kejam ini, saat anak anak lain bisa bermain dengan ceria, aku hanya bisa menatap iri dari kejauhan. Karena setiap kali aku menghampiri mereka untuk bermain, mereka akan lari ketakutan dan berteriak histeris memanggil orang tua mereka.

"Emakkkkk tolooooong, ada wewe gombel...!" mereka berlarian menuju rumah mereka masing masing, ada yang terjatuh karena tersandung. Aku menatap mereka dengan air mata yang tiba tiba sudah membasahi pipiku.

"Pulang yuk, geulis...!" ajak ayah yang tiba tiba muncul dan menggandengku dengan penuh kasih sayang. Hanya ayah dan ibuku yang selalu menyayangiku, mereka yang selalu berusaha membuatku tersenyum walau rasanya sangat sulit untuk bisa tersenyum, tapi aku memaksakan diri untuk tersenyum di hadapan mereka. Senyum untuk membahagiakan mereka.

Hingga suatu hari saat aku sedang menangis di bawah pohon menghadap ke hamparan sawah milik ayahku, ada seseorang yang menghampiri dan duduk di sampingku, aku tidak percaya ada seorang gadis cantik yang berani mendekatiku tanpa rasa jijik maupun rasa takut. Apakah dia bidadari yang dikirim dari surga untuk menghiburku atau malaikat maut yang menyamar jadi seorang gadis cantik yang datang untuk mengambil nyawaku untuk mengakhiri penderitaanku selama ini.

"Siapa nama kamu, kenapa menangis?" tanya gadis cantik yang seusia denganku. Aku menatapnya heran, kenapa dia belum juga melaksanakan tugasnya sebagai malaikat maut, aku ingin mengakhiri semuanya secepat mungkin.

"Yoyoh..!" jawabku singkat. Kenapa gadis ini menyentuh tanah, bukankah malaikat maut tidak menyentuh tanah? Berarti dia bidadari yang sengaja dikirim untuk menghiburku, percuma. Duka ini sudah sangat dalam menyentuh dasar hatiku.

"Aku Limah, cucunya Aki Ja'i..!" kata gadis itu mengulurkan tangannya mengajakku bersalaman. Aku menatap tangannya ragu, takut tanganku bisa melukai kulitnya yang halus sehalus sutera.

"Aku Yoyoh..!" kataku tanpa menyambut uluran tangannya. Limah cucu Ki Ja'i, berarti dia masih saudara sepupuku. Memang aku mendengar Ki Ja'i sudah kembali setelah selama belasan tahun menghilang.

Aku menarik nafas panjang, kecewa karena bukan malaikat maut yang sedang menyamar yang datang. Bahkan malaikat maupun sepertinya merasa jijik untuk mendekatiku. Aku kembali menangis tidak menghiraukan Limah yang terdiam disampingku, tangannya mengelus punggungku, kenapa saat malaikat maut jijik mendekati, gadis ini malah mendekati ku, mengelus punggungku bahkan sekarang dia merangkul pundakku dan tangisku semakin keras saja, berusaha mengalahkan suara baling baling yang tertiup angin sangat kencang.

"Kamu kenapa ke sini?" tanyaku heran ada gadis secantik dia berani mendekatiku, apa dia tidak mencium bau busuk yang kadang kada tercium dari tubuhku dan menurut orang itu adalah bau penjelmaan wewe gombel.

"Aku tidak punya teman, tidak ada yang mau berteman padaku." jawab gadis itu membuatku heran, mustahil tidak ada yang mau mendekati gadis secantik dia.

"Kamu bohong, masa kamu nggak punya teman!" kataku menatap gadis yang mengaku bernama Limah. Tidak, aku tidak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan, dia pasti hanya ingin menghiburku.

"Buat apa aku berbohong, memang seperti itu kenyataannya. Aku tidak mencium bau busuk dari tubuhku?" tanya Limah menatapku heran.

"Badan kamu nggak bau..!" kataku heran dengan pertanyaan Limah yang menurutku mengada ada, aku sama sekali tidak mencium bau busuk bahkan saat aku mendekatkan hidungku ke tubuhnya. Menurutku tubuh Limah harum, tidak sama dengan harumnya parfum.

"Aneh, biasanya orang yang dekat denganku akan langsung mencium bau busuk, makanya tidak ada yang pernah mau berdekatan denganku. Di rumahku yang lama, aku dijuluki Si Bunga Bangkai." kata Limah tertawa, tawa yang terdengar sangat menyakitkan. Tawa yang sama seperti aku lakukan untuk menertawai nasib kami yang buruk.

"Kenapa kamu mau mendekatiku? Biasanya orang akan langsung lari ketakutan begitu aku menghampiri mereka, wajah dan tubuhku akan berubah menjadi Wewe Gombel." tanyaku heran, sepertinya Limah sama sekali tidak terpengaruh seperti orang lain, atau karena kami merasa menemukan teman senasib.

"Mereka mungkin sedang mabuk, kamu cantik. Hanya saja tubuh kamu terlalu gemuk." jawab Limah dan aku tidak menemukan dusta di matanya.

____________________

"Aku takut ritual ini gagal dan kami tidak bisa menghilangkan kutukan dari tubuh kami, kami ingin hidup normal seperti gadis lainnya, menikah dan punya anak." kata Yoyoh memegang tanganku dengan erat, seperti takut terlepas.

"Kita akan menyelesaikan ritual ini hingga selesai, masih ada lima hari yang tersisa dan apapun yang akan terjadi kita akan berjuang bersama menyelesaikan ritual ini." kataku meyakinkan kedua adikku untuk bersama saling menyelesaikan ritual ini walau tujuanku berubah. Aku melakukan ritual bukan untuk diriku, tapi untuk membebaskan adik adikku dari kutukan yang terus merongrong hidup mereka

Walau untuk itu aku harus menyimpan berbagai macam pertanyaan yang belum terjawab hingga kini, bukankah dulu beberapa kali bermimpi tentang Pangeran Samudera yang mengisyaratkan kesempurnaan ritual, namun setelah semua petunjuk aku ikuti ternyata ritual yang aku lakukan tidak pernah sempurna. Awal bermimpi menyuruhku melakukan ritual sebanyak 7 x, mimpi kedua menyuruhku melakukan ritual dengan selingkuhan ayahku dan sekarang petunjuk menyuruhku melakukan ritual dengan kedua adikku, apakah semua ritual bisa aku sempurnakan atau tidak, aku sudah tidak peduli lagi. Tujuanku sekarang hanyalah membebaskan adik adikku dari kutukannya.

"Nanti dulu, Kang. Limah masih ingin duduk duduk di sini, menikmati kebersamaan kita seperti layaknya manusia normal." kata Limah menahan tanganku yang sudah berdiri mengajak mereka pulang.

"Iya, Kang. Yoyoh juga masih ingin di sini, ternyata Yoyoh bisa seperti wanita lainnya duduk duduk di bawah dengan seorang cowok." kata Yoyoh mendukung keinginan Limah. Terpaksa aku mengalah, mereka memang membutuhkan hiburan, menikmati sedikit kebebasan mereka yang terenggut oleh kutukan yang tidak pernah mereka inginkan.

"Ya sudah..!" jawabku kembali duduk diantara mereka. Aneh, aku tidak mencium bau busuk maupun Wewe Gombel seperti pengakuan mereka, aku hanya mengalaminya saat sedang melakukan ritual, sedangkan dalam keadaan biasa, aku melihat mereka sebagai gadis normal.

"Ternyata enak menjadi gadis normal..!" kata Limah menyenderkan kepalanya di bahuku. "Kadang Limah berniat mati bunuh diri untuk mengakhiri semua penderitaan, tapi saat melihat Aki, niat Limah hilang begitu saja. Siapa yang akan menjaga Aki, merawat dan menyiapkan makanan untuknya. Aki lebih menderita dari pada Limah, di usia tuanya dia ditinggal pergi oleh anak yang sudah dibesarkan olehnya dengan susah payah. Dia juga harus mengurus Limah." kata Limah.

"Pasti kalian akan terbebas dari kutukan ini, kalian harus yakin." kataku pelan menutupi keraguanku. Aku tahu, sekali seseorang melakukan ritual, mereka sudah terjebak dalam labirin yang membuat kita kesulitan untuk keluar dari dalamnya. Langkah mereka akan membawa mereka kembali ke sini.

"Mudah mudahan ya, Kang...! Yoyoh pengen punya anak dan menikah dan punya anak seperti wanita lainnya." kata Yoyoh, harapannya melambung tinggi untuk bisa mengakhiri penderitaannya.

"Kamu benar benar sudah bertekad mengorbankan dirimu untuk membebaskan kutukan kedua adik adikku?" tanya seorang pria yang tiba tiba muncul di hadapan kami, entah darimana dia berasal. Menjelma begitu saja seperti hantu.

"Kalian lihat?" tanyaku ke Limah dan Yoyoh yang terlihat bahagia bisa menikmati saat saat sebagai gadis normal.

"Lihat apa, Kang?" tanya kedua gadis itu berbarengan.

Aku hanya menggelengkan kepala, sudah jelas kedua adikku tidak melihat pria yang berdiri di hadapan kami, berdiri bertolak pinggang seperti sedang memancing kemarahanku.

"Ada apa?" tanyaku dalam hati, bibirku kelu tidak mampu digerakkan, seolah terkunci.

"Aku bertanya, kenapa kamu balik bertanya kepadaku?" tanya pria itu, perlahan aku ingat pria ini pernah kutemui dalam mimpi.

"Tentu saja aku harus membebaskan mereka dari kutukan, agar mereka bisa hidup sebagai gadis normal lainnya." kataku teguh dengan niatku.

"Bagus, maka kamu harus siap menjadi tumbal dari ritual ini."

Bersambung


Apdet pendek dari nubi.
 
Tidaaaaakkkk....
Jangan jadi tumbal huuu...pliisss....hepi ending napaah...
 
Om reply comment saya om wkk, dari chapter 1 season 1 selesai 2hari nggk krasaan ampir 3mnggu nikmatin xerita ini
 
Chapter 27


"Kamu bohong, kataku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Limah, mustahil dia dan Yoyoh adalah adikku.

"Memang seperti itu kenyataannya A Ujang bisa menanyakannya ke Bu Narsih..!" kata Limah tenang. Seolah apa yang kami lakukan, bukanlah masalah besar yang tidak perlu dipersoalkan.

"Benar Kang, Kang Ujang adalah kakak kami satu ayah. Ibu kami hamil oleh perbuatan Ayah Gobang yang lari dari tanggung jawab." jawab Limah mengiyakan cerita Limah. Kepalaku serasa dihantam godam seberat 10 kg.

_______________________


Cerita Limah Berlanjut.

"Kami harus ritual dengan kakak satu ayah?" tanyaku heran, selama ini aku belum pernah mengenal kedua orang tuamu. Aku hanya mengenal namanya saja. Menurut Aki ayahku adalah Ugan sedangkan ibuku bernama Jenab, hanya itu yang aku tahu.

"Kamu dan Yoyoh satu ayah, Ugan adalah ayah kalian. Sedangkan Ibumu Zainab adalah anak Aki yang dinikahi oleh ayahmu. Dasar bajingan, si Ugan ternyata menghamili Ijah keponakan Aki, ibumu Yoh. Untung saja ada salah satu murid Aki yang bersedia menikah dengan Ijah sehingga dia tidak menanggung aib." kata Aki menerangkan kejadian yang sebenarnya.

"Limah bingung, Ki. Lalu kenapa ayahku dan ibu meninggalkanku?" tanyaku lemas, kenapa hal ini bisa terjadi menimpa hidupku. Seolah kutukan yang kubawa sejak lahir tidak akan pernah sirna dalam hidupku. Tapi Yoyoh lebih beruntung, dia mempunyai ayah walau bukan ayah kandung yang sangat mencintainya dengan tulus, memberinya semangat untuk terus menjalani hidup. Ada ibu yang selalu mendampinginya dan menyediakan hidupnya untuk bersandar dari beban hidup yang sangat berat.

"Tanyakan langsung kepada ayah kalian, dia ada di sini!" kata Aki menunjuk Pak Gobang yang duduk di pojok, membuat ku terkejut. Ayah yang selama ini aku rindukan ternyata ada di hadapanku. Dia menunduk, tidak berani memandang wajahku. Kesalahan apa yang sudah kulakukan sehingga dia tega meninggalkanku.

"Kenapa kamu meninggalkanku, seolah aku ini sampah?" tanyaku menatap pria yang menunduk tidak berani menatap wajahku.

"Karena aku harus mencari cara untuk membebaskan kutukan kalian, kamu lahir pada saat Bulan Purnama berdarah pada puncaknya tepat pada malam Jum'at Kliwon dengan tanda lahir di vaginamu. Karena orang yang lahir pada saat itu tubuhnya pada saat tertentu akan berbau busuk sehingga tidak akan ada orang yang mau mendekati kalian. Kutuk yang menimpa Dewi Durga. Aku dan Ki Ja'i sudah berusaha untuk melepaskan kutuk dari tubuh kalian, tetapi gagal. Sekarang aku datang karena sudah menemukan cara untuk membebaskan kutukan itu." kata orang yang mengaku sebagai ayahku, dia mulai berani menatap wajah kami bergantian.

"Benarkah ada cara yang membuatku terbebas dari kutukan ini? Terbebas dari bau busuk saat ada lawan jenis kami yang datang mendekat?" tanyaku penuh harap, semua kebencianku sirna oleh harapan yang dijanjikannya.

"Seperti yang sudah kakekmu ucapkan, kutukan itu akan hilang untuk selamanya setelah kalian melakukan ritual sex di Gunung Kemukus dengan seorang pemuda yang terpilih." kata Pak Gobang terlihat sangat yakin dengan apa yang dikatakannya.

"Apa kamu yakin pemuda itu mau mendekati kami tanpa mencium bau busuk?" tanyaku ragu, hal yang nyaris tidak kupercaya.

"Aku yakin dia akan bisa membantu kalian, dia kakak tertua kalian, satu satunya anak lelakiku. Hanya dia yang bisa membantu kalian." kata Pak Gobang mampu memberiku harapan yang nyaris sirna.


______ _____

Sinting, kenapa ayah sengaja mengorbankan anak kandungnya sendiri untuk menyempurnakan ritual ku, tapi menurut pengakuan Limah ritual ini untuk menghilangkan segala macam kutukan yang ada pada tubuh kedua gadis ini, berarti ritual ini bukan untuk kesempurnaan ilmuku. Ini adalah pengorbanan yang harus aku lakukan, pengorbanan seorang Kakak kepada kedua adik adiknya seperti yang selama ini aku lakukan kepada kedua adikku satu kandung.

"Jadi kalian adalah adik adikku? Bi Narsih tahu hal itu?" tanyaku.

"Kami tidak tahu, yang kami tahu Pak Karta dan Bu Narsih memang sering datang karena mereka adalah murid, Aki." jawab Limah.

"Kita balik ke rumah, yuk !" ajakku. Pikiranku terlalu letih, aku ingin tidur sejenak menghilangkan semua beban yang terasa berat.

"Janji Kang, ritual ini harus tuntas agar kami terbebas dari kutukan ini, terbebas sebebas bebasnya sehingga orang tidak mencium bau busuk dari tubuh Limah dan melihat sosok mengerikan dari Yoyoh." kata Limah membuatku sadar dengan penglihatan orang saat melihat Limah dan Yoyoh, itu juga yang aku lihat saat kami ritual.

"Iya, Kita akan menuntaskan ritual ini bersama sama hingga sempurna." jawabku, kami tidak punya pilihan lain. Ritual sesat ini harus disempurnakan agar kami sama sama terbebas. Ini adalah pilihan yang tidak bisa aku hindari, harus aku hadapi demi kedua adik adikku yang tidak bersalah apa apa.

"Terimakasih, Kang." kata Limah menciumku diikuti oleh Yoyoh.

"Kita pulang, yuk?" ajakku setelah udara semakin dingin dan gairahku kembali bangkit, tidak peduli dua gadis yang duduk di sampingku adalah adik adikku.

"Kang Ujang sudah pengen ngentot lagi, ya?" tanya Yoyoh bertanya setelah sejak kami berada di sini dia lebih memilih menjadi pendengar yang baik.

"Iya, memek kamu ennnak banget, Yoh..!" jawabku, untuk pertama kali aku menatapnya dengan perasaan kasih sayang yang tiba tiba muncul, kasih sayang seorang kakak kepada adik yang baru dikenalnya. Kasih seorang pria yang ingin bisa memuaskan hasrat birahi lawan jenisnya.

"Kontol Kang Ujang juga ennak banget, Yoyoh takut setelah kita pulang ke Bogor kita nggak bisa ngentot lagi." kata Yoyoh memeluk pinggangku dengan tubuhnya yang besar.

"Yoyoh, yang dipikirin cuma ngentot..!" kata Limah tertawa kecil.

"Mau gimana lagi, ngentot enak banget. Lagi pula ini pengalaman paling luar biasa, ada seorang pria yang mau mendekati kita, bukan cuma mendekati tapi bisa menikmati tubuh kita. Padahal selama ini jangankan mendekat, melihat kita saja mereka sudah membuang muka seolah olah kita ini sangat menjijikkan." kata Yoyoh dengan suara lirih mengenang kejadian yang selama ini dialaminya.

__________________________

Kisah Yoyoh dimulai

Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi kenapa aku harus lahir di dunia yang sangat kejam ini, saat anak anak lain bisa bermain dengan ceria, aku hanya bisa menatap iri dari kejauhan. Karena setiap kali aku menghampiri mereka untuk bermain, mereka akan lari ketakutan dan berteriak histeris memanggil orang tua mereka.

"Emakkkkk tolooooong, ada wewe gombel...!" mereka berlarian menuju rumah mereka masing masing, ada yang terjatuh karena tersandung. Aku menatap mereka dengan air mata yang tiba tiba sudah membasahi pipiku.

"Pulang yuk, geulis...!" ajak ayah yang tiba tiba muncul dan menggandengku dengan penuh kasih sayang. Hanya ayah dan ibuku yang selalu menyayangiku, mereka yang selalu berusaha membuatku tersenyum walau rasanya sangat sulit untuk bisa tersenyum, tapi aku memaksakan diri untuk tersenyum di hadapan mereka. Senyum untuk membahagiakan mereka.

Hingga suatu hari saat aku sedang menangis di bawah pohon menghadap ke hamparan sawah milik ayahku, ada seseorang yang menghampiri dan duduk di sampingku, aku tidak percaya ada seorang gadis cantik yang berani mendekatiku tanpa rasa jijik maupun rasa takut. Apakah dia bidadari yang dikirim dari surga untuk menghiburku atau malaikat maut yang menyamar jadi seorang gadis cantik yang datang untuk mengambil nyawaku untuk mengakhiri penderitaanku selama ini.

"Siapa nama kamu, kenapa menangis?" tanya gadis cantik yang seusia denganku. Aku menatapnya heran, kenapa dia belum juga melaksanakan tugasnya sebagai malaikat maut, aku ingin mengakhiri semuanya secepat mungkin.

"Yoyoh..!" jawabku singkat. Kenapa gadis ini menyentuh tanah, bukankah malaikat maut tidak menyentuh tanah? Berarti dia bidadari yang sengaja dikirim untuk menghiburku, percuma. Duka ini sudah sangat dalam menyentuh dasar hatiku.

"Aku Limah, cucunya Aki Ja'i..!" kata gadis itu mengulurkan tangannya mengajakku bersalaman. Aku menatap tangannya ragu, takut tanganku bisa melukai kulitnya yang halus sehalus sutera.

"Aku Yoyoh..!" kataku tanpa menyambut uluran tangannya. Limah cucu Ki Ja'i, berarti dia masih saudara sepupuku. Memang aku mendengar Ki Ja'i sudah kembali setelah selama belasan tahun menghilang.

Aku menarik nafas panjang, kecewa karena bukan malaikat maut yang sedang menyamar yang datang. Bahkan malaikat maupun sepertinya merasa jijik untuk mendekatiku. Aku kembali menangis tidak menghiraukan Limah yang terdiam disampingku, tangannya mengelus punggungku, kenapa saat malaikat maut jijik mendekati, gadis ini malah mendekati ku, mengelus punggungku bahkan sekarang dia merangkul pundakku dan tangisku semakin keras saja, berusaha mengalahkan suara baling baling yang tertiup angin sangat kencang.

"Kamu kenapa ke sini?" tanyaku heran ada gadis secantik dia berani mendekatiku, apa dia tidak mencium bau busuk yang kadang kada tercium dari tubuhku dan menurut orang itu adalah bau penjelmaan wewe gombel.

"Aku tidak punya teman, tidak ada yang mau berteman padaku." jawab gadis itu membuatku heran, mustahil tidak ada yang mau mendekati gadis secantik dia.

"Kamu bohong, masa kamu nggak punya teman!" kataku menatap gadis yang mengaku bernama Limah. Tidak, aku tidak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan, dia pasti hanya ingin menghiburku.

"Buat apa aku berbohong, memang seperti itu kenyataannya. Aku tidak mencium bau busuk dari tubuhku?" tanya Limah menatapku heran.

"Badan kamu nggak bau..!" kataku heran dengan pertanyaan Limah yang menurutku mengada ada, aku sama sekali tidak mencium bau busuk bahkan saat aku mendekatkan hidungku ke tubuhnya. Menurutku tubuh Limah harum, tidak sama dengan harumnya parfum.

"Aneh, biasanya orang yang dekat denganku akan langsung mencium bau busuk, makanya tidak ada yang pernah mau berdekatan denganku. Di rumahku yang lama, aku dijuluki Si Bunga Bangkai." kata Limah tertawa, tawa yang terdengar sangat menyakitkan. Tawa yang sama seperti aku lakukan untuk menertawai nasib kami yang buruk.

"Kenapa kamu mau mendekatiku? Biasanya orang akan langsung lari ketakutan begitu aku menghampiri mereka, wajah dan tubuhku akan berubah menjadi Wewe Gombel." tanyaku heran, sepertinya Limah sama sekali tidak terpengaruh seperti orang lain, atau karena kami merasa menemukan teman senasib.

"Mereka mungkin sedang mabuk, kamu cantik. Hanya saja tubuh kamu terlalu gemuk." jawab Limah dan aku tidak menemukan dusta di matanya.

____________________

"Aku takut ritual ini gagal dan kami tidak bisa menghilangkan kutukan dari tubuh kami, kami ingin hidup normal seperti gadis lainnya, menikah dan punya anak." kata Yoyoh memegang tanganku dengan erat, seperti takut terlepas.

"Kita akan menyelesaikan ritual ini hingga selesai, masih ada lima hari yang tersisa dan apapun yang akan terjadi kita akan berjuang bersama menyelesaikan ritual ini." kataku meyakinkan kedua adikku untuk bersama saling menyelesaikan ritual ini walau tujuanku berubah. Aku melakukan ritual bukan untuk diriku, tapi untuk membebaskan adik adikku dari kutukan yang terus merongrong hidup mereka

Walau untuk itu aku harus menyimpan berbagai macam pertanyaan yang belum terjawab hingga kini, bukankah dulu beberapa kali bermimpi tentang Pangeran Samudera yang mengisyaratkan kesempurnaan ritual, namun setelah semua petunjuk aku ikuti ternyata ritual yang aku lakukan tidak pernah sempurna. Awal bermimpi menyuruhku melakukan ritual sebanyak 7 x, mimpi kedua menyuruhku melakukan ritual dengan selingkuhan ayahku dan sekarang petunjuk menyuruhku melakukan ritual dengan kedua adikku, apakah semua ritual bisa aku sempurnakan atau tidak, aku sudah tidak peduli lagi. Tujuanku sekarang hanyalah membebaskan adik adikku dari kutukannya.

"Nanti dulu, Kang. Limah masih ingin duduk duduk di sini, menikmati kebersamaan kita seperti layaknya manusia normal." kata Limah menahan tanganku yang sudah berdiri mengajak mereka pulang.

"Iya, Kang. Yoyoh juga masih ingin di sini, ternyata Yoyoh bisa seperti wanita lainnya duduk duduk di bawah dengan seorang cowok." kata Yoyoh mendukung keinginan Limah. Terpaksa aku mengalah, mereka memang membutuhkan hiburan, menikmati sedikit kebebasan mereka yang terenggut oleh kutukan yang tidak pernah mereka inginkan.

"Ya sudah..!" jawabku kembali duduk diantara mereka. Aneh, aku tidak mencium bau busuk maupun Wewe Gombel seperti pengakuan mereka, aku hanya mengalaminya saat sedang melakukan ritual, sedangkan dalam keadaan biasa, aku melihat mereka sebagai gadis normal.

"Ternyata enak menjadi gadis normal..!" kata Limah menyenderkan kepalanya di bahuku. "Kadang Limah berniat mati bunuh diri untuk mengakhiri semua penderitaan, tapi saat melihat Aki, niat Limah hilang begitu saja. Siapa yang akan menjaga Aki, merawat dan menyiapkan makanan untuknya. Aki lebih menderita dari pada Limah, di usia tuanya dia ditinggal pergi oleh anak yang sudah dibesarkan olehnya dengan susah payah. Dia juga harus mengurus Limah." kata Limah.

"Pasti kalian akan terbebas dari kutukan ini, kalian harus yakin." kataku pelan menutupi keraguanku. Aku tahu, sekali seseorang melakukan ritual, mereka sudah terjebak dalam labirin yang membuat kita kesulitan untuk keluar dari dalamnya. Langkah mereka akan membawa mereka kembali ke sini.

"Mudah mudahan ya, Kang...! Yoyoh pengen punya anak dan menikah dan punya anak seperti wanita lainnya." kata Yoyoh, harapannya melambung tinggi untuk bisa mengakhiri penderitaannya.

"Kamu benar benar sudah bertekad mengorbankan dirimu untuk membebaskan kutukan kedua adik adikku?" tanya seorang pria yang tiba tiba muncul di hadapan kami, entah darimana dia berasal. Menjelma begitu saja seperti hantu.

"Kalian lihat?" tanyaku ke Limah dan Yoyoh yang terlihat bahagia bisa menikmati saat saat sebagai gadis normal.

"Lihat apa, Kang?" tanya kedua gadis itu berbarengan.

Aku hanya menggelengkan kepala, sudah jelas kedua adikku tidak melihat pria yang berdiri di hadapan kami, berdiri bertolak pinggang seperti sedang memancing kemarahanku.

"Ada apa?" tanyaku dalam hati, bibirku kelu tidak mampu digerakkan, seolah terkunci.

"Aku bertanya, kenapa kamu balik bertanya kepadaku?" tanya pria itu, perlahan aku ingat pria ini pernah kutemui dalam mimpi.

"Tentu saja aku harus membebaskan mereka dari kutukan, agar mereka bisa hidup sebagai gadis normal lainnya." kataku teguh dengan niatku.

"Bagus, maka kamu harus siap menjadi tumbal dari ritual ini."

Bersambung


Apdet pendek dari nubi.
Hahaaaaaa
Dari nubi ceunah....
Seuri tong jang?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd