Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rumah Kost no 39 - Lusi

xmohamed

Semprot Kecil
Daftar
20 Jun 2014
Post
60
Like diterima
261
Lokasi
MABES
Bimabet
Ini kisah bejat yang ketiga di kost ku. Umurku saat itu sudah 25 tahun. Seperti biasa aku menceritakan sejarah asli ini dengan menggunakan nama samaran. Kali ini tentang Lusi, anak SMA yang aku kenal di mirc alias chatting online. Jaman dulu chatting ini populer sekali untuk berkenalan buta. Kalau dibandingkan dengan kak Mila sih kalah jauh. Spesifikasi Lusi, tinggi sekitar 150 cm, kulit kuning agak sawo matang, matanya sipit, rambut pendek sebahu, bodynya agak sedikit gemuk dan montok, ukuran payudara cup C dengan lingkar dada 34, pantatnya tidak besar, pinggang biasa saja. Sebenarnya tidak cantik, biasa-biasa saja. Hanya karena saat itu aku sudah menjadi maniak seks, selalu mencari korban yang bisa kunikmati. Siapapun itu tidak pandang bulu, umur, ras, status, cantik, jelek, pokoknya aku sikat.

Oke, langsung ke intinya.....

Singkat cerita awal, sejak kopi darat itu kami sering sms an dan telepon. Waktu itu belum ada yang namanya blackberry atau smart phone. Lusi rupanya suka denganku, maklum dia keluarga sederhana sekali, aku pernah main ke rumahnya di daerah cililitan, masuk ke gang, rumahnya seperti gubuk. Jujur saja aku baru tahu ternyata ada juga keturunan cina dari keluarga miskin. Dari perkenalan itu dia semakin intens menghubungiku, padahal saat itu aku baru punya pacar. Tapi aku cuek, dan aku memang semakin binal sejak berani memperkosa wanita.

Hari itu yang aku ingat adalah sehari sebelum liburan sekolah, Lusi saat itu baru lulus SMA. Sedangkan aku sendiri saat itu sudah smester akhir, dan mau skripsi. Pagi hari aku bangun tidur terasa malas sekali, aku liat jam masih jam tujuh pagi. Rasanya pengen banget meluk cewek di kasurku ini, sayang pacarku masih kelas 2 SMA, belum bisa kuajak menginap. Hubunganku dengan pacar sudah sampai hubungan intim, pacarku terlalu lugu untuk kubujuk melepaskan perawannya. Tapi kisahku dengan pacarku tidak kuceritakan, karena kategorinya bukan pemerkosaan.

Ok, kembali ke kamarku..
Pagi itu aku bermalasan duduk dekat jendela kamar sambil merokok, lalu timbul niatku memperdaya Lusi. Sebelumnya aku sudah lama berniat membujuk Lusi untuk kuperdaya, tapi selalu gagal. Belum pernah kesampaian, hanya sebatas petting alias gerepe toket. Sudah sepuluh menit aku sms an dengan Lusi, hari itu dia ke sekolah untuk mengurus surat dan administrasi apalah aku tidak begitu perduli. Yang jelas hari itu dia senang sekali karena dia lulus dan libur sekolah, bisa kubayangkan seperti yang aku alami saat lulus SMA dulu, semua beban terlepas.
Lusi memberi tahu kalau hari itu dia pulang cepat dan mau pergi bersamaku kemanapun. Disinilah aku merasa setan sudah memberi komando padaku untuk melakukan kewajibanku sebagai bajingan kelamin. Langsung saja kuimingi pergi ke mall taman anggrek untuk makan siang dan jalan-jalan. Maklum, Lusi jarang bisa ke mall karena keuangannya yang pas-pas an. Lalu setelah rokokku habis, aku siap-siap mandi menjemput Lusi di sekolahnya. Jam 9 pagi aku berangkat dari kost ku menggunakan motor TZM sport Yamaha, jaman itu tergolong motor mahal dan belum banyak yang memiliki. Karena keluargaku dari keluarga kaya tentu saja aku bisa minta apapun pada orang tuaku. Tapi sayangnya sekarang keluargaku sudah bangkrut. Hahahahah.

Pas di gerbang sekolah Lusi aku melihat jam sudah pukul 10:00, Lusi belum juga nampak, sementara aku menjadi tontonan anak SMA disitu karena penampilanku yang mencolok dengan motorku. Tidak lama kemudian Lusi menepuk pundakku dari belakang, aku melihat hari itu dia terlihat lumayan manis, rambutnya dikepang sebelah dengan pita kecil warna merah, dan seperti biasa mataku selalu mencuri ke arah payudaranya yang montok dibalik seragam sekolahnya yang tipis, sehingga sedikit tembus bayangan bra nya yang berwarna biru tosca. Belum apa-apa penisku mulai keras. Aku basa basi dengan Lusi sebentar lalu dia naik di motorku, dan kuantar dia ke rumahnya untuk ganti baju lalu ke mall.

Kita skip cerita ini supaya lebih cepat. Setelah kami makan, nonton dan jalan-jalan di mall, dia juga kubelikan boneka sehingga dia girang sekali waktu itu. Jam tanganku menunjukkan pukul 4:30 sore, aku mengajak dia ke ancol, sampai di ancol kuajak dia jalan di pantai, sampai ketika cukup lelah kami duduk di pinggir dermaga yang cukup jauh dari para pengunjung. Suasana cukup sepi dan langit sudah gelap. Ini pertama kalinya aku meraba pinggang Lusi, dia awalnya agak risih, seiring obrolan Lusi sering terkena gombal rayuku, sampai akhirnya aku nekat mencium bibirnya, dan ternyata dia terlena. Semakin lama ciuman, tanganku mulai meraba dadanya, Lusi sempat menahan tanganku, tapi aku terus memaksa sambil terus kucium dan rayu. Tidak sampai setengah jam, aku berhasil menaklukkan dia dengan kuasa tanganku menyelinap dari bawah kaosnya yang berwarna kuning, menuju perutnya, kuusap perut dan pinggangnya, kulitnya mulus dan agak berlemak, tapi enak untuk diraba. Sambil mengobrol mesra sebentar-sebentar aku mencium bibirnya, rasanya nikmat sekali ketika kulumat, agak tebal dan empuk. Sejurus kemudian tanganku mulai berani dibalik kaosnya merayap keatas menuju payudaranya, baru sampai bagian bawah bra kurasakan besar dan berat payudaranya. Langsung saja tangan Lusi menarik tanganku keluar dari kaosnya.
Hmmmm... aku jadi semakin bernafsu. Langsung kurayu lagi dia untuk main ke kost ku. Awalnya dia menolak, tapi setelah kubujuk terus, dia bersedia ikut ke kost ku. Dan langsung aja kami bergegas pergi meninggalkan ancol.

Setelah sampai di kost ku, aku menyuruh dia bersantai di kasurku. Lalu kunyalakan ac kamar dan komputer pc ku. Sekarang kamar kost ku pindah ke ujung belakang, tapi masih di lantai yang sama, lantai dua. Kini aku mengambil kamar yang ber ac, ukuran kamarku kali ini lumayan besar sekitar 2x5 memanjang kebelakang. Aku menyalakan musik di komputerku, sambil duduk di kasur bersebelahan dengan Lusi. Nafsuku masih belum padam sejak dari ancol tadi.
kupeluk Lusi dari samping sambil kuraba pinggangnya, sebenarnya Lusi berharap aku menembak dia sebagai pacar. Tapi sayang sekali aku hanya tertarik tubuhnya, tidak lebih. Tiap kali obrolan menyinggung soal pacaran, aku selalu berbohong dengan alasan bahwa aku takut pacaran karena trauma disakiti.

Semakin larut dalam suasana, aku merebahkan Lusi di kasurku sambil kucium bibirnya, tanganku dari tadi terus berjuang untuk bisa meraba payudaranya. Tak kusangka, Lusi menerima peluk dan ciumku tapi dia selalu menahan diri dari rabaan tanganku. Makin lama nafsuku memuncak, apalagi ketika tiap menyenggol payudara Lusi yang montok itu.
Aku mulai sedikit kasar, tanganku memaksa memegang payudara Lusi dari luar kaosnya, lalu aku mencium dada Lusi yang masih terbungkus kaos itu, badannya wangi, sewangi sabun abis mandi. Sambil berciuman tangan Lusi melipat tangan didepan dadanya sementara tanganku terus mencolong kesempatan meraba payudaranya. Sampai akhirnya kupegang tangannya dengan paksa dan tanganku satunya meremas payudaranya, ahh kenyaal sekali, telapak tanganku makin liar meremas payudaranya sampai kaosnya menjadi kusut.

Aku mulai brutal karena nafsu, dengan posisinya yang kutindih ini kusingkap kaosnya sampai ke dadanya, tanganku masuk dengan cepat menyelinap masuk payudaranya, kuremas bra nya yang padat itu, dan langsung saja kucium payudara sedikit bagian atas yang tidak terlindung bra. Payudaranya yang membulat kenyal itu warnanya putih sekali, lebih putih dari kulit tangan dan kaki yang terlihat selama ini. Lalu tanganku menarik cup bra nya kebawah sehingga terlihat putingnya berwarna pink, sungguh menggemaskan, penisku makin keras rasanya. Tapi sayangnya hanya berlangsung beberapa detik saja, karena tangan Lusi cepat menepis tanganku dan berusaha menarik turun kaosnya.
Uniknya, Lusi hampir tidak pernah teriak atau marah padaku, dia hanya malu dan tegas melindungi diri dari seranganku. Beberapa kali aku merayu, "buka dikit dong sayang, aku pengen liat sebentaar saja". Lusi hanya menggelengkan kepala dan tersenyum malu. Lama-lama aku semakin gerah dan nekat memaksa membuka kaosnya, kutarik kaosnya seperti mengganti baju pada bayi, tapi hanya berhasil sampai batas dada atas, karena tersangkut posisi lengannya yang mengapit dan menahan kaosnya agar tidak terbuka seluruhnya. Aku gusar, lalu berdiri dan duduk di kursi pura-pura ngambek. Lusi merasa risih dan serba salah, dia merasa tidak enak padaku, tapi disatu sisi dia mempertahankan kehormatannya sebagai gadis. Dia hanya diam saja dan bangun duduk menyamping, kemudian dia bingung tidak tahu harus berbuat apa. Lusi merasa galau, merasa sudah kubayari makan, nonton, membelikan boneka. Dia hanya diam dan menunduk. Lalu dia membuka pembicaraan mengalihkan dari hubungan arah seks. Beberapa menit kami mengobrol, aku mulai duduk lagi di kasur dan berbaring sambil main komputer. Posisi komputerku di lantai tepat di sisi depan bagian kasurku, dengan posisiku terlengkup sambil memencet mouse, Lusi mulai ikut terlengkup disampingku melihat daftar lagu di komputerku. Aku masih merasa tidak puas karena pertahanan dia tadi, seketika langsung kubekap tangannya kutekuk kebelakangnya, tenagaku yang penuh nafsu ini menjadi seperti berlipat ganda, kucium dengan buas lehernya, pipinya. Dia berusaha meronta tapi kesulitan dengan posisi tangannya yang terkunci, kemudian tanganku yang satunya menyingkap lagi kaosnya keatas, kuciumi payudaranya yang masih terbungkus bra. Aku makin gemes, kutarik kaosnya keatas, memaksa melucuti, dan berhasil. Lusi tidak banyak perlawanan. Kini tinggal bra yang masih belum kulepas. Bra warna biru tosca yang dari pagi dia kenakan masih saja harum. Aku berdiri dan membuang kaosnya ke sudut ruangan supaya dia sulit mengambil. Kulihat dia dari atas, posisinya terlentang dengan tangan melipat menutupi dadanya, aku berjongkok membuka celana jeans nya, ketika tangannya menahan celana jeansnya, tanganku langsung meremas payudaranya, Lusi panik dengan perlindungannya dari seranganku. Kucium perutnya yang mulus berwarna putih sekali. Warna kulitnya belang, kusadari daerah bagian tubuh yang selama tertutup pakaian warnanya putih banget. Berbeda kontras dengan warna kulit pada tangan dan lainnya yang berwarna kuning agak sawo matang.

Akhirnya Lusi mulai merengek untuk tidak diperlakukan seperti ini. Aku merasa geram, karena aku merasa sudah keluar banyak uang untuknya, dan aku berhak mendapat apa yang aku mau. Terus kucoba melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya, sementara tangannya cukup cekatan memberi perlindungan dari tanganku. Seperti film silat pikirku, kami saling adu kecepatan tangan, menangkis. Dengan menunjukkan wajahku yang marah, aku membuka kancing celana jeans nya yang dari tadi lumayan alot untuk hanya membuka kancingnya. Lusi memelas menahan tanganku, tapi tidak sekuat tadi, karena dia takut melihatku marah. Setelah kancing celana jeans terbuka maka jadi mudah untuk membuka resletingnya. Hanya karena pahanya yang montok, celana jeans nya sulit kuturunkan, hanya berhasil sampai pinggul kebawah, kedua tangannya menarik jeansnya keatas. Aku tidak rela melepas peganganku, kami saling tarik menarik celananya. Akhirnya aku tindih Lusi, kulumat bibirnya dengan penuh nafsu, tanganku pun meremas payudaranya secara brutal, sehingga cup bra nya sebelah kiri terlipat kebawah membuat bongkahan payudaranya menyembul keluar, aku langsung menjilati dan mengenyot susu montok ini. Tanganku satunya menarik cup bra sebelah kanan agar payudara satunya juga menyembul keluar. Sambil ku kenyot payudaranya, kakiku berusaha menurunkan celana jeans Lusi, dengan kugunakan jari kakiku seperti memanjat pohot pinang. Celana jeans Lusi mulai turun sampai paha tengahnya, dengan mudah seperti menginjak pedal motor, celana jeans Lusi kuturunkan sampai lutut kebawah. Lusi sudah cukup kewalahan, tapi dia tetap berjuang mempertahankan kehormatannya. Aku cukup salut.

Kulihat jam dinding kamarku sudah pukul 11 malam, aku masih saja belum mencetak gol sama sekali. Lusi tidak banyak bicara, dia dengan lugu hanya terus mengucapkan, "jangan ah.. ngapain sih ini..". Terus seperti itu berulang kali. Kadang dengan suara mau menangis yang dibuat-buat. Aku mulai kesal karena alotnya perjuangan ini sedangkan penisku sudah mulai keluar cairan. Dengan kasar aku mencekik lehernya aku membentak, "diem aja sih! Gak usah ngelawan!".
Mata Lusi mulai basah karena ketakutan dan sedih. Dari awal aku memang hanya ingin tubuhnya, tak perduli dengan perasaannya. Volume musik dari komputerku sedikit kubesarkan untuk menyamarkan suara paksaan ini. Aku duduk di dadanya, kakiku melipat disamping kanan kiri lengannya menahan posisiku agar Lusi tidak terlalu sesak tertimpa tubuhku. Setelah itu kubuka reseleting celanaku, penisku dari tadi sudah berontak masih terbungkus celana dalamku. Lusi sangat kesulitan dengan posisi terkunci ini, aku membuka celana dalamku dan langsung saja batang penisku mencuat keluar dengan tegap, Lusi terkejut melihat penisku yang berjarak hanya sekitar sepuluh centi di wajahnya. Mungkin baru pertama kali dia melihat barang milik lelaki dewasa. Aku memaksa Lusi untuk melakukan oral seks. Lusi sangat kebingungan tidak mengerti, tanpa perduli responnya aku menempelkan penisku ke bibir Lusi, dia menutup mulutnya rapat karena merasa jijik dan memalingkan wajahnya kesamping. "Lusiii... ayo isepp, jangan bikin gw marah!" Ancamku dengan penuh emosi. Tangan kiriku mencengkram dagu Lusi supaya menghadap penisku, tangan kananku mengarahkan penisku ke bibirnya, kupaksa batang penisku membobol bibir Lusi, sampai kupencet hidungnya agar susah bernafas dan membuka mulutnya, begitu mulutnya membuka sedikit untuk bernapas langsung saja kujejalkan penisku ke mulut Lusi. Dia agak gelagapan ketika batang penis menyerbu masuk mulutnya, baru beberapa detik dia mulai tersedak. Lalu aku mundur segera mengambil pisau lipat di saku celanaku, aku mengancam Lusi agar tidak melawan. Kutekan pisau itu di perutnya, tanganku satunya menyelip dibalik celana dalamnya dan kuraba vaginanya yang ditumbuhi bulu halus, jariku mulai masuk lubang vaginanya, kumainkan klitorisnya. Air mata Lusi mengalir juga akhirnya, dia menahan tangisan terisak, dia sangat ketakutan. "Santai aja deh.. tar juga lu akan merasakan nikmat" kataku.

Sepuluh menit kemudian suara tangis Lusi yang terisak mulai berkurang, hanya air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Perut sampai dadanya kembang kempis kadang gemetar karena ketakutan, badannya mulai basah karena keringat dingin, aku makin nafsu melihatnya. Jari tanganku mulai masuk ke dalam vaginanya, Lusi tersentak dan tangannya mencengkram tanganku. "Tenang sayang... pelan kok" bujukku. Jariku ku mainkan di dalam vaginanya, lama kelamaan kulihat Lusi seperti mencoba menikmati apa yang kulakukan, tangannya masih mencengkramku, pandangannya ke langit-langit kamarku. Aku mulai merasa sangat basah jari dan tanganku, kemudian aku merebah keatas tubuh Lusi kucium payudaranya, kujilat, ku kenyot, sesekali tangannya menahan kepalaku, tapi tidak terlalu. Ku kenyot putingnya dengan tanganku yang masih mencolokkan jari di vaginanya berhasil membuat Lusi terangsang. Tanganku semakin basah. Pisau lipat kuselipkan dibawah kasur sambil kusuruh tangannya memegang batang penisku. Kusuruh dia mengocok penisku, tangannya canggung dan aneh caranya memegang batang penisku, seperti memegang gelas panas. Ahh sudahlah, terlalu polos nih anak batinku.. Kemudian aku menindih tubuhnya yang terlentang dan ku arahkan penisku ke bibir vaginanya. Lusi tidak menyadari karena dia terfokus melihatku mengenyot payudaranya.

Pelan-pelan kepala penisku mulai kumasukkan. Dari pertama menyentuh bibir vaginanya, kepala penisku sudah mengkilap karena basah dan mungkin keringat. Aku tahu ini pasti akan membawa kenikmatan... heheheheh..
Saat kepala penisku mulai tenggelam dibibir vaginanya, Lusi menunjukkan wajah heran dan cemas. Lalu kumasukkan lagi sedikit penisku, karena memang seret sekali walaupun sudah basah oleh cairan, ketika penisku masuk sepertiga nya, Lusi menjerit mencengkram lenganku kuat sekali.. "auhh! Sakitt sakit...." katanya. Aku agak kasian melihat ekspresi wajah Lusi yang menderita. Aku segera mencium payudaranya lagi, kugigit sedikit putingnya untuk mengalihkan sakitnya terjangan penisku. Sambil terus kudorong lagi penisku lebih dalam.. Lisa yang kesakitan mengenggam lenganku dan memelas, "sakiit.. sudah.. sakit". Air matanya kembali mengalir. Jujur aku mulai kesal, kok dari tadi mau nikmat aja susah banget. Aku membentaknya lagi, "bisa diem gak sih lu!?.. ". Wajahku mungkin sangat menyeramkan kalau sedang marah, sampai Lusi ketakutan, air matanya makin deras. Kuremas-remas lagi payudaranya yang besar, tanganku satunya menyelip dibalik punggung Lusi, kulepas kaitan bra nya dengan cepat. Aku cukup mahir karena sering membuka bra pacarku. Buah dada Lusi sungguh luar biasa... Aku terpesona sesaat melihat keindahan besarnya payudara Lusi, apalagi dengan keringat yang membasahi dadanya, payudara Lusi terlihat agak mengkilap. Libidoku semakin tinggi. Kusodokkan penisku pelan tapi tanpa henti sampai seluruh batangku tenggelam ke dalam vaginanya. Lusi berteriak sambil menangis, "auhhhhh! Uhu.. hu.. hu.. sakiiit... hu hu..". Setelah batang penisku masuk total, rasanya aaah jepitannya uenakkk bangeeetttt.. memang memek perawan itu legit, batinku. Kurasakan kedutan yang kuat memijit batang penisku. Luarr biasaa. Lusi sampai membanting wajahnya ke kanan dan ke kiri di kasurku. Dia merasakan sakit yang belum pernah dia rasakan. Kegadisannya ku rengut dengan paksa. Sudah beberapa detik penisku terdiam, mulai kutarik keluar perlahan, lalu kusodokkan lagi perlahan, Lusi benar-benar seperti disiksa, wajahnya menunjukkan penderitaan yang kesakitan. Makin lama sodokkanku makin cepat.. tanganku membungkam mulut Lusi agar tidak menjerit. Setiap sodokkanku masuk ke vaginanya, mulut Lusi menjerit tertahan tanganku. Hanya nada tinggi seperti menggumam... "mmhhh!..."

Vagina ini benar-benar mantap, penisku keluar masuk dengan seret tapi licin, rasanya seperti digiling. Ouhhh nikmat.
Kurasakan diriku kejam sekali terhadap Lusi. Masa depannya kubuat hancur. Ahh bodo amatlah pikirku.. terus saja kuhujamkan penisku bertubi-tubi di lubang kenikmatan ini. Payudara Lusi sudah banyak bekas tanda merah cupang akibat kenyotanku tadi. Aku juga mulai mengeluh terus, "ughh.. ughh... ohh... ughh.." ber iringan dengan sodokkan penisku. Senggama kali ini begitu nikmat sekali tapi juga cepat sekali, aku sudah mulai merasa mau ejakulasi.
Ayunan sodokkanku semakin cepat, tenagaku juga sudah terkuras banyak, "ah.. aku mau keluar" desahku. Lusi tidak mengerti apa maksudnya, tubuhnya terguncang oleh ayunanku, payudaranya yang besar bergoyang kenyal, suara becek berkecipakan antara selangkangan kami berdua.. tangan Lusi dari tadi memegang lenganku, dia sudah tidak terlalu kesakitan lagi, vaginanya sudah beradaptasi selama penisku menerjang. Terlihat wajahnya kenikmatan campur takut.

Tiba juga saatnya.. ejakulasiku. Aku langsung menarik keluar penisku dan kusemprotkan di dada Lusi, air mani ku menyembur deras muncrat ke lehernya, ke dagunya, dan beberapa semprotan sisanya kebanyakan jatuh di dada Lusi, sampai akhir semprotan, kuoleskan penisku di payudara Lusi yang besar dan kenyal itu.. ohh nikmatnga..
Lusi yang kelelahan hanya pasrah campur keheranan dengan air maniku.. wajahnya terlihat kaget dan merasa jijik dengan air maniku yang belepotan didadanya, serta bau amis air mani yang dia baru pertama kali rasakan. Lusi menutup mata selama aku mengeluh panjang orgasme. Darah segar perawannya bercampur dengan cairan maniku.. Setelah itu aku terbaring lemas disamping Lusi.

Lusi hanya diam.. panik.. cemas, dia tetap terbaring nafasnya naik turun, air mata di pipinya sudah mengering sampai membekas. Sementara aku mengatur nafas kelelahan...sampai aku hampir ketiduran. Aku sudah cukup puas menikmati Lusi.... kuusap kepalanya, dan kucium keningnya, lalu kuambilkan tissue untuk membersihkan dadanya.
Aku tidak menyangka, ketika mengelap dadanya yang putih mulus.. seketika penisku mengeras lagi... ah gila... nafsuku seakan belum tuntas. Nafsu sekali aku melihat kondisi Lusi yang tak berdaya, rambutnya kusut penuh dengan peluh, kontras dengan tubuhnya yang telanjang.. Lusi hanya memandangku polos seperti anak TK. Membuatku jadi gemas dan memuncak birahiku...

Lusi bersuara pelan, "kak.. nanti kalau aku hamil bagaimana?". Aku hanya tersenyum, "tenang aja, tidak bakal hamil kok" jawabku sambil mengusap kepalanya. Tanganku satunya meraba buah dadanya. Lusi masih gugup menahan tanganku agar tidak meraba. Tapi aku justru makin bernafsu.. tanganku meremas payudaranya dengan gemas. Aku mulai ngaceng lagi.. aku bangkit menarik tubuh Lusi. Kutarik tangannya sampai badannya terangkat dari kasurku, posisinya kini duduk didepanku yang sedang berdiri dihadapannya. Kepala Lusi persis menghadap penisku, kupegang kepalanya, kusuruh mengulum...
Lusi memalingkan wajahnya menghindari penisku. Akhirnya kupegang paksa kepalanya dengan kedua tanganku. Lusi mengeluh, "ih kakak jahat banget sih.." katanya. "Udahlah, ayo cepet isepin.." bentakku.
Dengan terpaksa akhirnya Lusi mengulum penisku, karena belum pernah melakukan oral seks ini, dia terlihat canggung, giginya mengenai kulit penisku. Ahh.. rasanya nikmat, rongga mulutnya hangat, aku menggoyangkan kepalanya maju mundur sampai Lusi tersedak karena penisku. Sampai kira-kira tiga menit, aku memaksa Lusi berbalik badan.. Lusi membalikkan tubuhnya dengan ogah-ogahan. Kubalikkan dengan paksa, kemudian kutekan punggungnya di kasurku, kakinya masih berlutut di kasur, sehingga membuatnya nungging. Ohh.. aku semakin nafsu liat pantatnya yang putih montok, walaupun tidak besar, tapi lumayan menggoda.. segera kumasukkan penisku yang sudah tegang, kepala penisku mengkilap mulai masuk di sela pantatnya, sampai menuju lubang vaginanya, kusodok penisku sampai tenggelam ke dalam vaginanya. Ughh.. memang enak banget vagina perawan, masih sempit.
Lusi kesakitan dan sedikit menjerit, "aduhh... sakiiit kaak..". Suaranya yang imut membuatku gemas.. penisku berkedut dibalas pijitan vaginanya. Rasanya benar-benar nikmat. Pantatnya ku remas-remas dengan kuat dengan gemas dan nafsu sehingga memerah. Aku juga menampar pantatnya sesekali.. aku suka melihat pantatnya bergetar ketika kutampar.

Lusi merasa dirinya sudah tidak berharga lagi, sehingga tidak banyak meronta. Dia hanya pasrah mencoba menikmati pemerkosaan ini.
Genjotanku tidak berhenti dan semakin cepat sampai berbunyi tepukan pantatnya dengan paha atasku. Tubuh Lusi yang menungging di kasurku terdorong-dorong maju mundur seiring dorongan penisku. Lusi pun mulai menikmati nikmatnya bersenggama.
Suara tepukan antara pahaku dan pantatnya makin lama dibarengi suara kecipakan karena basah dari vaginanya. "Uuhh.. ugh." Lusi mendesah ber ulang-ulang. Aku melihat tubuhnya dari belakang terlihat mulus sekali, sayang wajahnya tidak cantik. Lalu aku agak membungkuk meraih payudara Lusi yang menggantung, dua buah dada yang besar itu kuremas dari belakang dengan kedua tanganku, rasanya berat dan kenyal.. nafsuku makin menggelora. Nafasku juga makin tidak karuan. Makin lama rasanya semakin nikmat. Lalu Lusi kusuruh merebah menyamping di kasur, tapi aku tetap pada posisiku berlutut, hanya saja agak turun seperti duduk lesehan, sebelah kaki Lusi kuangkat, dengan posisi itu aku memasukkan penisku. Kaki lusi kugantung di pundakku. Aku menggenjot sambil meraba payudaranya yang dua-duanya berat menggantung kearah kasur.

Kulihat jam dinding kamarku sudah menunjukkan jam 1 pagi. Sambil menggenjot aku bicara pada Lusi untuk mengajak menginap di kostku ini. Lusi hanya mengangguk pasrah. Karena Lusi ijin ke orang tuanya akan menginap di rumah temannya, aku yang mengantar. Padahal kenyataannya Lusi kuperkosa di kostku.
Sekian lama persetubuhan ini, aku merasa bosan gaya, lalu Lusi kusuruh berdiri, kupaksa kutarik lengannya, tubuh Lusi sudah lemas seperti orang malas.. lalu dia kusuruh berdiri menyandar pada dinding kamarku. Aku yang berdiri dihadapannya menggendong pahanya kupegang disamping pinggangku. Lusi bersandar tembok terjepit tubuhku. "Lus.. masukin kontol gw.." pintaku. Lusi dengan wajah kelelahan dengan lemas tangannya meraih penisku dan mengarahkan ke vaginanya. Sejenak penisku langsung masuk ke lubang sempit itu, diikuti suara desahan Lusi, "aahhhh.. pelan kaak..". Dengan ganas kugenjot lagi hingga bunyi tepukan pinggang belakang Lusi dengan tembok. Badanku merapat pada tubuh Lusi hingga payudaranya yang besar itu terjepit dadaku. Posisi ini membuatku menguras tenaga, tapi ini serangan terakhirku. Sisa tenaga kuhabiskan dengan gaya ini. Sejak ejakulasiku yang pertama, membuat ejakulasiku yang kedua ini jauh lebih lama.

Lusi terus mengeluh, "uhh.. uh.. uh", tangannya merangkul leherku. Kucium lehernya, pipinya, terakhir mulutnya, kami berciuman dan berpagutan, lidahku kumasukkan disambut lidahnya memutar sehingga lidah kami saling bergumul. Lusi semakin kenikmatan..

Beberapa saat kemudian aku merasakan sudah hampir ejakulasi, kugenjot semakin cepat hingga Lusi memelukku kuat dan kepalanya menyandar disamping kepalaku menyembunyikan wajahnya di bahuku. Aku merasakan buah zakarku hendak mengirim air mani ke penisku, cepat-cepat kulepas gendongan Lusi, aku menyuruh dia jongkok. Kemudian kepalanya kupegang dengan cengkramanku. "Lus.. liat kearah sini.." pintaku.. Lusi tau maksudku. Dia menutup mata dan wajahnya pasrah kearah penisku yang berjarak 5 cm dari hidungnya.
Dan tiba-tiba.... dari kepala penisku yang memerah menyembur air mani dengan kencang. Semburan menyemprot ke hidung Lusi, sisanya kusemprotkan asal di wajahnya, ke alisnya, ke pipi dan dahinya. Hanya lima semprotan air maniku yang keluar deras. Semprotan ke enam hanya meleleh di kepala penisku. Kutempelkan di bibir Lusi. Ufff.... rasanya enak sekali dan melelahkan.
Aku menjatuhkan diri ke kasur, tiduran. Lusi masih berjongkok.. dengan wajah penuh air maniku. Lalu kusuruh dia membersihkan diri dengan keset di dalam kamarku. Setelah itu kutinggal tidur. Aku tak perduli kalau dia mau kabur atau ngapain di kamarku.







The NEXT victim
https://www.semprot.com/threads/1067026?-Rumah-Kost-no-39-Sherly
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ternyata masih nemu foto ini mengingatkan pada dia

92312828655737a035c0895cdbbf2a52c4ce9e6f4610f48e42e5cfc14f43e956586e0796.jpg
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd