Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sebuah Keluarga

Hukuman apa ya yang cocok buat tante May

  • Dilecehin

    Votes: 111 34,0%
  • Dipamerin

    Votes: 123 37,7%
  • Diumpanin

    Votes: 33 10,1%
  • Dianggurin

    Votes: 59 18,1%

  • Total voters
    326
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Terima kasih para suhu semprot sekalian..... Doakan agar cerita ini langgeng jaya hingga tamat.




Bab II. Nia





Namaku Nia, aku adik Anna, anak kedua dari pasangan ortuku. Selisih 1 tahun dengan Anna membuatku jarang atau bahkan hampir tidak pernah memanggil Anna dengan embel - embel mbak atau kak, cukup Anna, dan Anna pun tidak ada masalah dengan hal itu.


Aku kuliah dikampus yang sama dan satu angkatan dengan Anna, kalau kalian bertanya kenapa bisa?, karena aku pernah loncat kelas sekali. Aku memang dibekali otak yang pintar, volume otak ku mungkin hanya bisa dikalahkan oleh volume buah dadaku yang besar..... aaah, kenapa aku jadi membahas buah dada.


Dibanding kedua saudaraku, wajahku paling jelek menurutku, namun masih rata - rata lah... dengan kulit lebih coklat dan rambut sepanjang tulang belikat, tidak seperti kedua saudaraku yang tergolong cantik, namun dibanding kedua saudaraku juga, bodyku lah yang paling semok (seksi dan montok), dengan tinggi 155cm, berat 55 kg, pinggul dan pantat membulat sempurna dan ditunjang buah dada yang berukuran 36C ini aku merasa diriku sangat semok, itu yang pernah dikatakan oleh mantan pacarku saat SMA ketika main kerumahku dan melihat kedua saudara.


"Aku ga akan berpaling kemana - mana Nia... bahkan diantara saudaramu, kamu lah yang paling seksi" itu kata mantanku sebelum merenggut keperawananku lalu dengan brengseknya meninggalkan aku untuk cewek lain.


Sejak itu aku nggak pernah pacaran lagi, sakit hati itu masih tersisa, namun semenjak Anna pacaran dengan mas Rei, ga bisa aku pungkiri bahwa secara emosi aku tertarik dengan mas Rei, entah kenapa. Karena kalau dilihat dari fisik sebenernya biasa aja, tapi kaya ada sesuatu yang beda dari mas Rei, apa dia pake pelet ya?? tapi kayanya enggak. Beberapa desiran halus sering ku rasakan apabila ada mas Rei disekitarku, pengalaman seksual yang pernah kualami membuat hormon dan keinginan (atau mungkin ini yang dinamakan nafsu?) merasakan kembali kegiatan seksual meningkat tajam akhir-akhir ini.


Hingga pagi ini aku yang memutuskan mandi di bawah karena kamar mandi atas dipakai Anna dibuat kaget saat akan keluar kamar mandi.


"Reiiiii....!!! tunggu bentar masih dandan!!! kamu sarapan dulu gih minta mbok Nah!!!" gua denger Anna teriak dari atas

"Yaaaa!!!" suara mas Rei sama kerasnya terdengar.


Adduuuuuuhhhh..... gimana ini pikir ku, padahal aku baru saja selesai mandi dan mau keluar, mana aku lupa bawa baju ganti. Saat ini aku hanya berbalut handuk yang melindungi sebatas 1cm diatas areolaku pada bagian atas sehingga menampilkan hampir setengah gundukan besar payudaraku, sementara dibawah handuk ini hanya dapat menutupi separuh pahaku... itu bagian depan, untuk bagian belakang efek bentuk pantatku membuat handuk tersebut naik lagi hingga sekitar 10cm dari lipatan bawah pantatku.


Kulirik daster yang tadinya kugunakan dengan perasaan galau, karena daster itu sekarang teronggok basah kuyup dilantai. Siaaaall.... kenapa aku tadi pake acara masturbasi segala sih, kutuk ku sendiri. Pagi itu aku kebangun dengan nafsu tinggi, semalam entah kenapa aku mimpi bercumbu dengan mas Rei dan terbangun saat dalam mimpiku mas Rei dengan brutal menusukan kontolnya ke memekku... namun aku belum klimaks. Dengan penuh perasaan nanggung, pagi ini aku masturbasi dengan tanganku sendiri dilantai kamar mandi beralaskan daster yang kupakai sambil kembali membayangkan mas Rei, karena itulah mandiku lebih lama.


Dan kini objek masturbasiku berada didekatku, ini membuat ku tegang namun secara tidak sadar nafsuku sedikit naik kembali. Ketika aku bingung dengan apa yang kulakukan, kembali kudengar suara mas Rei


"ahahaha... yaudah buatin kopi aja Mbok, item pait, sekalian rokoan di teras belakang" kudengar mas Rei meminta kopi ke mbok Nah dan membawakannya ke teras belakang. Ini semakin membuat ku kebingungan, pintu keluar kamar mandiku berbatasan langsung dengan jendela teras belakang, asal tahu saja jendela teras belakang ini full kaca dari bawah sampai atas, artinya mau ga mau aku justru harus melewati mas Rei, untungnya kursi teras belakang menghadap ke taman sehingga kalau mas Rei fokus ke depan maka dia tidak akan melihatku, menurut perhitunganku saat paling tepat aku keluar adalah saat mas Rei mulai menikmati kopinya sambil merokok karena biasanya dia fokus melihat taman belakang. Akhirnya akupun menunggu dengan berharap cemas, saat menunggu aku melihat bayanganku sendiri di cermin kamar mandi, dan hal ini membuat memekku sedikit berdenyut, pikiran ku mengacau... bagaimana jika mas Rei melihatku, bagaimana jika handukku jatuh lalu mas Rei melihat tubuh telanjangku... gila... membayangkan itu saja memekku berdenyut tambah keras dan kurasakan kelembaban muncul disana


Tampaknya waktuku tiba untuk keluar, perlahan kuputar kenop pintu dan semakin ku cengkeram erat simpul handukku. Kulihat mas Rei masih menikmati rokoknya fokus ke halaman belakang, sambil berjingkat aku berjalan pelan..... dan tiba - tiba tangan kiri mas Rei meraih cangkir kopi dan seketika wajahnya berpaling kearahku, sepertinya untuk meniup kopinya


"Eeeehhh..... Maass Rei!!! jangan liatiiiin!!!!" pekik ku sambil reflek tangan kananlu memgang erat simpul handuk di samping badan sementara tangan kiriku melambai - lambai panik seakan menghalau pandangan mas Rei. Kulihat mas Rei tergeragap dan tangannya yang memegang kopi sedikit bergoyang hingga kopinya terlihat sedikit tumpah, mata mas Rei bertemu mataku sedetik kemudian kulihat mas Rei melihat seluruh badanku lalu segera memalingkan mukanya.


"wkwkwkwk.... iya.. iyaaaa!" kata mas Rei

"Jangan ngintip!" bisikku saat lewat dibelakangnya, seketika badanku merinding dan memekku melembab kembali, merasakan bahwa posisi kami saat ini hanya dibatasi kaca jendela besar yang terbuka dari kaki hingga atas, aku merasa seperti telanjang saat ini.

"Mana gua tau lu mandi disitu..!! wkwkwk" bales mas Rei


Akupun lari menuju lantai atas, saat menaiki tangga kutolehkan kepalaku ke arah mas Rei yang ternyata secara mengejutkan sedang memperhatikan ku sambil tersenyum, adduuuuuh.... dari kapan dia liaat!!! pikirku sebal karena dari posisinya pasti bakal keliatan bagian belakangku yang amat terbuka, handukku pasti juga ikut terangkat saat aku berlari kecil, jangan - jangan mas Rei melihat pantatku? Aduuuuhh.... malunya, tapi kenapa hatiku senang, kenapa nafsuku jadi memanas lagi. Akhirnya sambil naik aku berhenti sejenak ditangga memandang mas Rei yang secara terang - terangan menatapku, lalu kujulurkan lidahku


"Weeeek..!" ejekku dan kulihat mas Rei tertawa lepas, aku langsung kembali naik keatas, sesampai diatas aku berpapasan dengan Anna yang terlihat heran melihatku

"Nia...! kamu pake anduk doang dari bawah? ada mas Rei lo!!" kata Anna

"iya, abis situ mandi lama bener, mandi dibawah deh, lagian mana tau mas Rei mau dateng" sahutku

"iiiih... mana kebuka gitu, enak amat mas Rei, dapet sarapan" kata Anna lagi sambil ketawa jail

"yaaah... appetizer-nya dah ta kasih, tinggal kamu kasih main course nya..." bisikku sambil nowel memek Anna dan ganti tersenyum sembari mengedipkan sebelah mataku

"Eehh... enak aja!!" balas Anna

"wkwkwk... tar dessert nya kasih mbok Nah...!!" kataku sambil masuk kamar

"wkwkwkwk...!!! kirain kamu mau jadi dessert-nya juga!" balas Anna

"Ogaaah... bekasnya Anna!!" teriakku dari dalam kamar dan kudengar Anna terbahak sambil menuruni tangga.


Setelah ku menutup pintu, kubuka handuk yang menutupi tubuhku dan kulihat ketelanjanganku didepan cermin... Aku mau... Anna aku mau rasain juga... ga jadi main course juga nggak apa... dessert juga boleh. Tanpa
sadar tanganku kembali merayapi badanku, jemariku menangkup kedua bongkah daging payudaraku dari bawah sehingga keduanya sekarang semakin membulat dengan sempurna


"Montok gak mas Rei... aaahh... mas mau isep pentilku?" ujarku membayangkan mas Rei ada didepanku sambil menatap cermin, jemariku meluncur ke arah pentilku dan mulai memilin dan menarik kecil

"iyaaahh... gitu mas, enakkhh... ssshhh" kataku sambil memejamkan mata membayangkan mas Rei yang melakukannya.


Masih menghadap cermin, kutarik kursi rias ku dan akupun duduk mengangkangi kursi secara terbalik, tangan kiriku yang mencengkeram payudaraku terhimpit diantara payudara dengan sandaran kursi, kedua bongkah empuk itu kini menggembung akibat tekanan, pentilku terasa geli terkena kulit sandaran kursi, apabila kugerakan rasanya seperti dijilat dengan lidah yang kasar. Sementara tangan kananku berada di
selangkanganku, jari tengahku perlahan masuk ke memekku yang ternyata sudah basah bagian dalamnya, jempolku mengusap-usap klitorisku yang menebal.


Mataku terbuka dan terpejam membayangkan aku berada di atas tubuh mas Rei, kulihat dari cermin poseku sungguh menggairahkan


"Maaaasshh... enak kontol mu masss.... memek adek geliiiihh" rintihku menahan gairah yang kuciptakan sendiri, badanku bergoyang perlahan meresapi nikmat di memekku yang mulai meningkat.

"Hee...eeggghh tusukin yang dalem masssshhh.... dalemnyaahh... geellii...aaargghh" khayalku, jari tengah ku semakin liar mengorek liang memekku

"Masss... akuuuh pengen dikentuuuu... uuuugghhh" kali ini jari manisku masuk menyusul jari tengahku mengobok - obok memekku yang semakin meluber cairannya, tampaknya nafsuku sudah diubun - ubun, beberapa kali jariku menyentuh titik GSpot didalam memekku membuat ku menggelinjang tak karuan, gerakanku semakin tidak berirama, nafasku tersengal - sengal, mataku yang terpejam membayangkan kontol mas Rei didalam memekku membuat ku lepas kontrol atas tubuhku.

"Aaaahhkk....aaahhkkhhh....ooougghhh.....yeeaahhh.... enaaakh mas... aaaaarrrrkkkhhh..." Aku menjerit tidak karuan, gerakanku sekarang hanya maju mundur sehingga jariku semakin menggaruk liang memekku dengan keras

"Kontooolll massshh... tancepin yang dalemmm... aaaaarrrgggghhhh....yeaah...." aku sudah tidak tahan lagi, bibir bawah ku kugigit geregetan, hingga akhirnya.....

"AAARRGGHHH...OOOUGGHH....MAASS....SHHH....FUUUCKKK... " pinggulku mengejan beberapa kali ketika aku merasakan memekku berdenyut keras memuntahkan cairan yang merembes disela-sela jemariku.


Badanku lunglai dikursi lemas sekali rasanya, gila... aku tampaknya sudah gila... 2 kali pagi ini aku masturbasi, aku tertunduk malu menatap cermin, malu menatap diriku sendiri yang seolah menjadi gadis binal seperti ini. Semua karena mas Rei pikirku, tapi apa iya salah dia, mas Rei lah tidak bersalah justru akulah yang tidak bisa mengontrol diriku sendiri.


Astagaa.... aku menatap cermin kembali sambil ternganga ketika teringat bahwa mas Rei akan menginap 2 malam dirumah ini. Aduuuh.... bagaimana ini, bisa - bisa aku mati lemas karena masturbasi, kembali aku tertunduk. Lalu dengan lunglai aku bangkit dari kursi meraih handuk yang tadi kujatuhkan dan keluar menuju kamar mandi di lantai 2 dengan bertelanjang bulat, toh tidak ada orang.


Hufffh.... terpaksa mandi besar lagi nih pikirku malas, dan hari itu akupun melewatkan kelas pagiku....


---------- oooOooo ----------


Beberapa saat yang lalu.....

Rokok yang gua hisap dalam - dalam tidak bisa menghilangkan bayangan gua dari tubuh Nia, anjing....! montok bener bodynya, teteknya gede putih pula.... kupejamkan mataku merekontruksi ulang seluruh adegan yang kulihat tadi.


Payudara Nia yang menggembung luar biasa, putih, dengan masih tersisa sedikit bulir air sisa mandi... atau keringat? entahlah... rasanya pengen gua remes gemes itu tetek.


Pahanya yang padat dan saat berlari kearah tangga gua lihat pantulan bokongnya Nia dan gua yakin sekilas - sekilas terlihat tepian pantat saat handuknya tertarik keatas, anjiiiingg....!!! tambah ngaceng gua. Eh... terus waktu gua ketahuan ngeliatin kok Nia nggak marah ya? malah melet? dikira meletnya keliatan ngejek apa? yang ada gua malah ngaceng ngeliat dia melet begitu.... wkwkwkwk


"Duuuh.... duuuh... yang abis dapet sarapan susu langsung senyum - senyum sendiri.." kejut Anna yang ternyata sudah berdiri disamping gua

"Kampret.... bikin kaget lu na"

"Lagian ngelamun jorok sih pagi - pagi"

"Kagak...."

"Enggak kok ngaceeeeng....hih gemes, ta gigit loh nanti kalo nakal" bisik Nia sambil meremas kontol gua yang ngaceng, sial.... ketahuan deh, batin gua sambil meringis sakit

"Rejeki itu Na... lagian juga calon adek ipar" kata gua sambil bangkit dan merangkul Anna mengajaknya keluar berangkat

"Tapi kalo dikasih mau?" tanya Anna jahil

"Gua sih mungkin berpikir 1000x.... tapi yang dibawah ini biasanya ga pake mikir" sahut gua sambil nunjuk si otong

"wkwkwkwk.... ta bilangin Nia looo...."

"Bilangin aja ga apa... siapa tau gayung bersambut"

"Astagaaa... terus aku gimana???"

"Threesome doooong"

"wkwkwkwk.... keenakan kamunya lah, udah ah... ayuk berangkat dah siang"


Kamipun bergegas pergi, sebelum naik mobil tanpa sengaja gua ngelihat dilantai 2 sepertinya ada yang memperhatikan dan ternyata gua lihat Nia sedang berdiri di pinggir jendela sambil memperhatikan kepergian kami, mukanya terlihat sedih, dan seketika gua pun merasa ada yang berbeda dihati.


---------- oooOooo ----------


Sore harinya kita dapat kabar kalau ibu Anna menyusul ke Bali ditemani Mika, adik Anna yang paling kecil dan duduk di bangku SMA kelas 1. Yang artinya berarti dirumah kita bakal sendirian ini, gua, Anna dan Nia, nggak memperhitungkan si embok ya.... pikiran mesum gua udah merajalela membayangkannya.


"Beb... kita pulang jemput Nia sekalian yuk..." ajak Anna

"Boleh, sekalian aja makan dulu diluar, biar ga bosen makanan rumah" kata gua

"Okeee... ta kabarin Nia dulu, kalo oke baru telpon Mbok Nah ga usah siapin makan malam" cerocos Anna

Akhirnya siang itu kami janjian sama Nia jam 2 dikantin, saat kami duduk berdua dari kejauhan gua lihat Nia berjalan ke arah kami, sepanjang jalan tidak sedikit gua lihat beberapa cowok ngelirik ke arah Nia. Nia emang nggak secantik Anna tapi dia punya sexual appeal yang tinggi... dan body semok tentunya, hari ini Nia memakai celana jeans ketat yang membalut kakinya dengan baik dan membuat body bawahnya tercetak dengan baik, atasannya dia menggunakan shirt warna kuning gading dengan kancing atas berenteng sampai tengah dadanya, gua yakin kerja keras itu kancing buat tetap membuat shirt Nia tertutup.


"Hoi... udah lama ya nunggu" kata Nia sambil duduk didepan gua dan Anna

"Udah lah, ni minum kita udah mau abis, kelamaan sih" kata Anna

"hihihi... soowriii... langsung aja yuk"

"Lu ga mau minum dulu? aus gitu kayanya" kata gua sambil matiin rokok

"Nggak lah, tar aja sekalian makan, udah laper nih, dari pagi belum makan" kata Nia sambil membusungkan dadanya dan mengelus perutnya, Damn.... godaan apa ini

"Yaudah, ta bayar dulu" ujar Anna sambil bangkit dari tempat duduknya

"Pantes kecilan... lom makan dari pagi ternyata?" bisik gua ke Nia sambil cengengesan

"Hah...?" Nia bengong sambil memberikan muka bertanya

"Noh..!" kata gua sambil mengedikan mata ke arah dadanya

"Siyaaaal....!!! Awas kamu mas!!" sungut Nia sambil cemberut dan mengacungkan kepalan tangannya

"wkwkwkwkwk...."

"Apaan yang lucu??" tanya Anna saat kembali

"Nih...! cowok mesum Na" lapor Nia sambil nunjuk gua

"Hiihihihi... sukurin, tanggung jawab kamu Nia, mas Rei jadi kepikiran terus seharian" goda Anna sambil menyeret aku dan Nia kearah parkiran

"Ogaaah....!!!" jerit Nia tertahan, namun sesaat gua lihat sedikit perbedaan di wajahnya saat Anna menggodanya

"Dulu Anna juga bilang ogah Nia, dulu ogah sekarang nagih" kata gua sambil ketawa lebar

"Iiiihhh.... sorry yaaaa..." sahut Anna sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil sambil bibirnya komat kamit bilang amit - amit

"Udaaaah.... ga usah dikasih jatah aja nanti Na, hukuman" kata Nia didalam mobil

"Okee!!" sahut Anna cepat

"Okee!! kalo ga dijatah Anna, mintanya ke Nia lo nanti" lanjut gua

"NGAREP" kata mereka berdua bareng sambil sama - sama mukulin bahu gua

"Gilaa... sakit tau, lagian bareng gitu kaya anak kembar" ujar gua sambil mengusap bahu pura - pura sakit

"Eh, tapi emang dulu kita sering diperlakuin kaya anak kembar kok, dandanin mirip, segala macem lah" kata Anna sambil mengingat - ingat

"he em... makan disamain, tempat tidur disamain" lanjut Nia

"Nggak disamain Nia, suruh barengan, kamar barengan, meja belajar barengan, sepeda aja tandem inget ga?" kata Anna sambil cekikikan

"Oiya dimana ya tu sepeda?" tanya Nia

"Lah, kalo gitu napa sekarang nggak cowoknya barengan??? gua sih nggak nolak, sama - sama cakep ini" kata gua sambil miring - miring takut di tampol lagi

"Makasih dibilang cakeeeep, sayang nggak ada ribuan aku mas" kata Nia

"ahhahaha... lagian selera kita beda, Nia ni suka cowok alim deh kayanya" kata Anna sambil menengok ke belakang yang disambut lidah melet Nia

"Dulu sih... ga tau sekarang" goda Anna yang berakibat acakan rambut oleh Nia

"Kayanya sih sekarang rada liar Na, gua liat bolak balik melet mulu, jadi geli kan gua" goda gua lagi sambil miring - miring takut di tampol lagi

"Siyaaal.... awas Na, mas Rei udah mulai curi - curi pandang sama aku, playboy dia ni" tunjuk Nia

"wkwkwkwk.... gua ga curi - curi pandang Nia sayaaang... gua disodorin susuuu" goda gua lagi kali ini sambil maju kedepan ngindarin tampolan Nia

"hihihihi.... ampuuun.... tolong cowokku mau digodain cewe tete gede" kata Anna sambil melukin gua dari samping ngegodain Nia

"wkwkwkwkwk....!!!!" tawa gua keras

"Siyal kalian emang... awas yaaa!!! pembalasan ditungguuuuu...!!!!" jerit Nia


Akhirnya siang ini kita makan di rumah makan seafood sunda Mamang Ceking, setelah memilih lokasi gubug lesehan dan memesan makanan dan minuman, Anna pergi ke toilet meninggalkan gua dan Nia berdua. Udara panas Surabaya membuat Nia kegerahan, setelah beberapa kali mengibaskan daftar menu untuk mengurangi panas, Nia pun menggelung rambutnya, menyebabkan lehernya yang dihiasi titik - titik keringat tampak jelas dimata gua, dan tanpa sadar tangan Nia meraih kancing atas bajunya dan dilepaskan, tidak membuat terbuka namun cukup membuat gua dapat melihat belahan dada Nia bila dia menunduk.


Tanpa sadar gua jadi keliatan ngelamun


"Mas!! iiih... mesum nih, ngeliatin Nia melulu" katanya mengagetkan

"Enak aja, kagum gua Nia.... kalian sekeluarga bisa cakep - cakep gini ya" kata gua sambil geleng - geleng

"Nge - Ra - Yu!!! laporin Anna ni" ancan Nia lucu, gua yakin dia ga serius

"Serius! kecuali si om sih... ga ada cakep - cakepnya" kata gua sambil ngibasin tangan

"Hahahahaha.... laporin ke Bapak aaah!"

"Oiya, sama Mbok Nah, ga masuk itungan"

"Ihhh.... Mbok Nah juga dulunya cakep kali mas"

"Ya dulu juga gua belum lahir Nia"

"Hahahahaha... gila" Nia ketawa kepingkal - pingkal, ini membuat payudaranya terguncang - guncang, dan si otong yang tidak pengertian dan tidak tau sikon ini mulai menggeliat

"Eh... mas... kamu aku ketawa gitu kok ngeliatinnya beda ya?" bisik Nia sambil senyum

"hah?? beda gimana?? paling gua heran aja liat lu ketawa denger joke lawas" elak gua

"Bedaa... matamu fokus kemana hayooo..." goda Nia lagi

"Kampret, mata gua normal Nia, dia fokus kepada benda - benda yang bergerak" kata gua

"Huuahahahaha....!!! bisa aja kamu mas" katanya sambil kembali ketawa kepingkal - pingkal, dan kembali gua nikmatin ayunan payudara itu

"Lagian bisa gede gitu gimana caranya Nia? punya Anna mau gua latih ah biar segede gitu"

"Huaahahahahaha.... udah ah mas, jangan bikin ketawa aja, lagian begini bakat kali mana bisa dilatih, emang apaan"

"Yaaah... bisa kali na, kan emang ada beberapa hal yang bisa bikin tambah gede, misal hamil ato kena rangsangan"

"Aduuuuhh..... huahahaha.... Maaas... udah dong becandanya, mana ada kena rangsangan pula, ini bahas tetek apa kontolmu mas??" kata Nia keceplosan, gua yang sedikit kaget Nia bilang kontol meredam ekspresi gua dengan cepat biar dia ga malu, dan kayanya dia cukup sadar atas ucapannya

"iiihh... kamu sengaja ya becandain aku terus biar bisa liatin kan" bisik Nia

"Niaaa... itu rejeki buat gua, lu sebagai orang yang diberi kepercayaan buat kasih gua rejeki dapet pahala tau" sanggah gua

"Maaasss..." kata Nia geregetan sambil menahan senyum, luar biasa cantiknya Nia saat ini, sex appealnya keluar dengan alami dan tidak dibuat - buat, hanya dari ekspresi saja kontol gua dah ngaceng.


Obrolan kami terinterupsi saat Anna kembali dari toilet, akhirnya kami pun makan siang dengan lahap, posisi duduk gua dan Nia yang berhadapan menyebabkan kaki gua bersentuhan dengan kaki Nia. Selesai makan, kaki gua berasa kesemutan, reflek gua lurusin kedua kaki gua selonjor dengan badan condong ke belakang ditopang kedua tangan gua. Sambil meringis kesakitan, gua ngerasa jari kaki kanan gua mengenai badan Nia, kondisi kaki yang kesemutan membuat gua rada mati rasa.


"Mas...! kakinya ni nendang Nia" ujar Nia sambil matanya melotot lucu

"Aduuuuhh... sorry, kesemutaaan"

"Alesan" kata Nia sambil senyum jail, tangannya turun ke kaki gua dan menepuk - nepuk pelan

"Waddooooohh.... Nia jangan digituin ga enaaak" teriak gua sambil berusaha menarik kaki gua, Anna yang melihat itu hanya tertawa keras

"Biarin abisnya nakal nendang - nendang Nia" kata Nia lagi sambil terus tersenyum jail. Kaki kiri berhasil gua tarik, tapi kaki kanan gua masih tertahan di pegang Nia, perlahan - lahan kesemutan gua ilang dan akhirnya gua sadar kalo kaki kanan gua nendang selangkangan Nia tadi, dan sekarang posisi kaki gua masih di sela-sela kaki Nia dan jemari kaki gua tepat berada di jahitan tengah celana Jins Nia... tangan Nia yang menahan kaki gua kadang menekan jempol gua di celananya.... Shit!!! itu pas di vaginanya, gua yang tersadar dan paham segera meringiskan senyum ke Nia dan sedikit manganggukkan kepala, Nia pun perlahan melepas
tangannya dari kaki gua dan kembali memajukan duduknya kembali makan, sehingga kini jemari kaki gua menempel di vaginanya.


Gua yang masih sedikit kaget dengan keberanian Nia mulai bersikap normal, sambil menyalakan rokok dan berbincang santai, jari kaki gua khususnya jempol mulai bergerak kecil. Gua akuin, kalo Nia bener - bener gila dan nekat, tapi gua akuin juga kalo dia pinter, dengan memposisikan dirinya menikmati sentuhan jari kaki gua sambil makan berhasil membuat semua ekspresinya tersamar acara makannya. Saat gua tekan vaginanya, desahannya seolah kepedesan, saat keringetnya dan duduknya mulai gelisah dibuat seperti orang menahan berkeringat dan gelisah karena pedas, saat gua garuk area klitorisnya, teriakan mengaduh Nia disamarkan seakan tertusuk duri.


Buat Anna yang melihat Nia tanpa tau apa yang sesungguhnya terjadi bakal ngeliat Nia seakan makan dengan lahap, sementara bagi gua yang tau kondisi sebenernya, seluruh ekspresi Nia membuat kontol gua tegang dan keringet gua mulai muncul.


Hingga akhirnya gua ngerasa paha Nia menegang dan mencepit kaki gua


"Nnnggghhh.... aaahhh adduuuhh...ssshhh" rintih Nia perlahan sambil membungkuk yang gua yakin untuk menyembunyikan ekspresi nikmatnya

"Eh... napa Nia?" tanya Anna

"Shh.. .eehh eenng...enggak ini tau - tau mules, bentar ya aku ke kamar mandi dulu" sahut Anna sambil buru - buru cuci tangan dan bangkit sambil bawa tas nya

"hahahahaha.... gila kamu, baru diisi udah dikeluarin lagi, heran deh" kata Anna

"Yang bersih Nia ceboknya tar baunya kecium ama kita - kita report" lanjut gua sambil mengedipkan mata, yang dibalas Nia dengan memelototkan matanya


Hampir ada setengah jam Nia pergi ke toilet, Anna pun sudah selesai makan, dan sesaat kemudian Nia muncul


"Gilaaaa... lama amat, beol apa tidur Nia??" kata Anna

"Muleeesss" rintih Nia sok mules

"Mau dilanjut makannya Nia?" tanya gua sambil menjulurkan kaki kanan gua dibawah meja dan menggerak - gerakkan jempol, gua yakin Nia melihat kelakuan gua.

"Enggak ah mas, udah kenyang lagian juga udah keluar lagi" kata Nia pelan dengan bahasa tersamar

"Yaudah kalo gitu balik yuk" ajak Anna

"oke, bayaar dulu gih, nih..." kata gua sambil memberikan dompet ke Anna

"Sekalian di depan ya sekalian keluar" kata Anna sambil beranjak keluar

"Duluan na, masih kesemutan dikit 3 menit beres" kata gua

"Iya duluan, aku mau abisin minum bentar" timpal Nia

"yaaaaa...." sahut Anna sambil pergi ke kasir


Kembali tinggal gua dan Nia di gubug ini


"Sorry mas, Nia khilaf... jangan diambil kesimpulan macam - macam ya" kata Nia lirih

"Astaga... ya enggak dong Nia sayang... gua juga paham kok kalo lu punya nafsu, lagian gua sayang ma lu juga gua anggep adek sendiri" kata gua

"Adek kakak mana ada yang begini" ujar Nia

"Ya kalo adek kakak asli ga ada, ini kan adek kakak ketemu gede" kata gua lagi sambil menucek rambut nya

"Ishh... Nia malu, jangan bilang Anna"

"Ishh... ga usah malu, kaya ama siapa aja, gua sayang ma Anna, gua juga sayang ma elu, gua sayang ma Mika, gua sayang ma tante May, jadi ga usah malu, gua ga bakal rese" kata gua meyakinkan

"Bapak sama Mbok Nah?" pancing Nia yang tampaknya sudah mulai rileks kembali

"Biar mereka berdua sayang - sayangan" kata gua sambil mengajak Nia beranjak

"Hahahahahaha.... dasar kamu mas, pantes Anna cinta banget ma kamu"

"Serius?? kok gua ga tau, yang gua pikir gua yang cinta banget sama Anna"

"Gombal"

"Serius"

"Baguslah"

"Tapi tadi kok lama bener ditoilet?"

"Hihiihi... Ada aja"

"Hah? apaan ceritain napa"

"Engga ah... Nia malu"

"Yaelahhh....pake malu segala"

"Udah ah ga usah dibahas, tu Anna dah nunggu" kata Nia sambil melangkah cepat menuju Anna yang udah berkacak pinggang disebelah mobil

"eh tunggu dong, kaki gua beneran masih kesemutan ini" kata gua tertahan saat Nia perlahan meninggalkan gua

"Dasar kakek mesum" timpal Nia

"Mas... " kata Nia lagi

"Apa?"

"Aku ga pake CD" bisik Nia sebelum berlari menuju Anna


Gua cuman bisa bengong

...............................



To be kontolnyut....
Lanjuuut.....suhu ...
 
Hari ini benar - benar gila... aku benar - benar tidak dapat mengontrol diriku sendiri, batin Nia di dalam mobil menuju rumah. Dari kursi belakang aku melihat pasangan di depanku, terbersit rasa bersalah setiap kulihat Anna yang tertawa bahagia saat bersama mas Rei, namun saat kulihat mas Rei tidak dapat kupungkiri bahwa sosok inilah yang telah membuatku gila dan lepas kontrol. Hari ini aku 3 kali mencapai orgasme dan semuanya akibat orang ini, bahkan yang terakhir mas Rei terlibat aktif. Huuuufffh.... aku menghela nafas.


Bayanganku kembali saat tadi di Mamang Ceking, gerakan kaki mas Rei yang tanpa sengaja mengarah dan mengenai selangkanganku seperti menekan tombol "On" bagi nafsu liarku. Aku yang terkaget awalnya segera menyadari bahwa tubuhku bereaksi lain, nafasku sedikit memburu dan jantungku berdetak cukup kencang. Mas Rei yang awalnya belum sadar dengan posisi kakinya, perlahan mulai tersadar saat ku tahan kaki kanannya, entah setan mana yang merasuki diriku hingga kuberanikan diriku menempelkan kaki mas Rei dimemekku, seketika kurasakan aliran listrik disekujur tubuhku, memekku terasa begitu hangat dan basah. Kulihat mas Rei awalnya terkaget, namun dengan cepat menutupi kekagetannya, bahkan lebih gila lagi mas Rei menggerakan jari - jarinya menstimulus bagian genitalku. Luar biasa rasanya, bahkan lebih nikmat dari masturbasi yang kulakukan pagi tadi dan ini masih terhalang celana, dan bahkan mas Rei belum menggunakan kontolnya. Tak lama akupun mencapai klimaks, dan kurasakan memekku benar - benar basah kuyup.


Karena risih akupun segera lari ke toilet, dan kudapati memang celana dalamku basah kuyup hingga tembus ke celana jinsku, dan mengingat jinsku berwarna biru cerah maka aku terlihat seperti mengompol, hal yang tidak pernah kutemui sebelumnya, apa aku squirt ya?? batinku saat itu mengingat apa yang pernah kusaksikan difilm.


"Niaaa.... ngelamun aja turun!" jerit Anna, aku yang terkaget menyadari ternyata kami sudah sampai rumah

"Sial" kataku lirih

"Keenakan kali dia" teriak mas Rei ke Anna, aku yang menyadari arah perkataan mas Rei langsung melotot gemas kearahnya.

"Rei, kamu tidur dikamar tamu bawah ya" kata Anna sambil menunjuk kamar tamu

"Yaaah.... kirain ikut diatas" keluh mas Rei

"Enak ajaa!!" sahut aku dan Anna berbarengan

"wkwkwkwk.... kompak amat sih, tapi gua penakut beb, masak tega sih disuruh sendirian, minimal temenin kek"

"Ya kan ada mbok Nah di lantai bawah" kataku

"Lebih serem lagi itu Nia" kata mas Rei sambil nyengir

"Tar kan malam - malam juga Anna nyelinep kesitu" godaku

"Amit - amit...!!!" kata Anna

"Ampuun deh jangan.... aku masih virgin plizz" lanjut Anna lagi

"wkwkwk... lagian Anna ga nyelinep kali Nia, dia mah terang-terangan" ujar mas Rei

"ahahaha...udah ah aku naik dulu, kalian pacaran aja dulu gih puas - puasin aku ga ganggu"

"Thank you lo Nia atas pengertiannya" kata mas Rei sambil tertawa dan menghindari cubitan Anna.


Akhirnya aku pun terlelap dikamarku tanpa mengganti pakaian yang kukenakan dan saat ku terbangun ternyata sudah jam 22.30, sepertinya aku kecapekan bener sampai tertidur lama. Merasa risih, akupun segera bangkit dari kasur dan menuju lemari pakaianku, setelah memilih - milih aku akhirnya mengambil satu set piyama dan keluar kamar menuju kamar mandi, saat melangkah kudengar dari kamar Anna mengalun pelan musik, tumben amat batinku, namun tidak kupedulikan karena badan ini sudah tidak sabar kena air.


Setelah selesai mandi, akupun kembali menuju kamar tidurku, namun baru hendak melangkah dari pintu kamar mandi kulihat pintu kamar Anna terbuka dan mas Rei muncul dari sana dengan hanya menggunakan celana boxer, kami pun sama - sama diam terpaku tanpa bersuara.


"Hayooo... habis ngapain kalian" kugerakan bibirku sambil berbisik pelan

"Habis sayang - sayangan" bisik mas Rei juga sambil berjalan mendekatiku. Aku langsung gelagapan saat dia didekatku, kulihat pandangan mata mas Rei seperti menelanjangi diriku dan seketika aku tersadar bahwa dibalik piyama ini aku tidak menggunakan pakaian dalam, piyama yang kukenakan ini berbahan sifon ringan dan tembus pandang, satu set celana sebetis dengan pinggang karet dan kemeja berkancing dengan lengan panjang sepergelangan tangan, namun karena tembus pandang bisa kupastikan dari jarak ini mas Rei dapat melihat jelas bentuk payudaraku hingga ke areola dan putingku yang tiba - tiba menegang, pandangan mas Rei turun kebawah melalui pusarku hingga berhenti di selangkanganku yang terlihat tembus memperlihatkan bulu - bulu jembutku yang tidak kucukur namun juga tidak terlalu panjang karena rajin kupotong, pandangan mas Rei naik lagi hingga ke dadaku yang baru kusadari juga 3 kancing teratas tidak tertutup sehingga kemeja piyama ini terbuka hingga bawah dadaku menunjukan sisi dalam kedua payudaraku.


"Lu jam segini baru mandi Nia?" tanya mas Rei mengagetkanku

"Anna tidur?" tanyaku nggak nyambung dengan pertanyaan mas Rei

"Udah... ngobrol yuk" ajak mas Rei sambil menggenggam jemariku dan menuntunku ke kamarku sendiri, aku yang tertegun bagaikan orang yang terkena hipnotis menurut dengan ajakannya.


Sesampainya dikamarku, mas Rei menutup pintu dan menguncinya


"Mas..." kataku lirih

"Apa? udah... gua yakin lu belum ngantuk abis mandi, gua temenin daripada lu sendirian bengong, tar malah mikir jorok"

"iiihh... apaan sih sorry ya"

"hehehe.. trus mau bediri ampe kapan Nia? duduklah kan kita mau ngobrol" kata mas Rei sambil duduk di kursi santai bulat sebelah ranjangku

"Eh... iya... eh... mas kamu kok ga pake baju sih! abis ngapain di kamar Anna ngawur ih"

"Pake tadinya, tapi dilepas sama Anna, trus dilempar ga tau kemana, males cari jadi ga pake baju deh"

"Gila liar amat pake acara lempar - lempar segala" kataku sambil duduk di kasur menghadap mas Rei dikursi

"Ga seliar lu tadi sih, tapi oke kok" kata mas Rei sambil cengengesan

"Maaasss.... udah dong maluu... khilaf itu tadi" rengekku

"hihihi... tadi lu yang khilaf, sekarang bisa - bisa gua yang khilaf" kata mas Rei sambil mencondongkan baadnnya kearahku.


Aku jadi salah tingkah, tanpa sadar aku merapikan kemejaku melihat mata mas Rei sekilas menatap dadaku, namun saat jemariku hendak mengancingkan kemeja, tangan mas Rei mencegah dengan menggenggam kedua pergelangan tanganku, badan mas Rei sekarang condong kedepan membuatku mencium aroma percintaan dari tubuhnya, apakah ini sisa dari percintaannya dengan Anna? atau akibat berdua denganku? Aku yang masih tertegun hanya bisa memandang mas Rei dengan sendu.


"Jangan.... indah Nia, jangan lu tutup" bisik mas Rei lirih, aku merasa tersanjung. Sesaat kemudian badan mas Rei bergerak kearahku, perlahan wajah kami semakin dekat membuatku semakin gugup, mas Rei sedikit memiringkan wajahnya, aku tau apa yang hendak dia lakukan dan refleks mataku menutup sementara bibirku sedikit tebuka.


"Nnnggghhh.... mmmmhhpp" aku tersentak kecil saat kurasakan bibir mas Rei menyentuh tipis bibirku, badanku meremang dan seperti sebelumnya, ciuman ini mengaktifkan tombol "On" bagi seluruh nafsu dalam diriku, tanpa dikomando aku membalas ciuman mas Rei sambil tetap terpejam. Ciuman mas Rei yang sebelumnya tipis aku balas dengan lumatan liar, bibir mas Rei kurasakan basah dan membuka meladeni lumatanku, kurasakan lidahku menjulur mengorak arik rongga mulut mas Rei, yang ditanggapi dengan hisapan - hisapan pada lidahku.


"Mmmmpphh... shhh... ssllruupp... sllaarrp... aaahh" desah kami berdua keluar dengan lirih, sedikit aku mencium bau khas memek di mulutnya

"Mas..."

"hmmm..." jawab mas Rei tanpa melepas ciumannya yang kini beralih ke daguku membuatku sedikit mendangak

"Kamu bau memek" bisikku sambil tertawa kecil

"Dasar nakal" kata mas Rei sambil melanjutkan ciumannnya kearah leherku yang terbuka

"Eeegghh....shhh...mas.." desahku

"Aaaahhkkkk....maaaasss" jeritku saat mas Rei menggunakan kedua tangannya untuk mendorongku sehingga rebah ke kasur dengan kaki menjuntai, kaki mas Rei perlahan merenggangkan kedua kakiku sehingga terbuka. Mataku erat menatap mata mas Rei yang juga membalas tatapanku, jantungku berdegup saat tangan mas Rei membuka kedua lenganku kesamping kanan kiri sehingga posisiku semakin telentang dengan piyama yang telah terbuka disisi kanan akibat gesekan lenganku menampakan sebagian bongkahan besar buah dadaku. Mata kami masih terus berpandangan, dan saat kepala mas Rei turun kearah dada, akupun memejamkan mata sambil menggigit bibirku tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi.


"Aaasshhh..." desahku saat bibir mas Rei menyentuh kulit payudara kananku tepat ditepi areola, kurasakan basah dan hangat menerpa

"Aaaakhhh... sshhhh....masshh.." rintihku saat mas Rei menyibak piyama hingga terbuka dengan mulutnya, kurasakan giginya tergesek di putingku, nafasku tersengal.

"Ooooouuuugghh..." kembali aku tersengat kencang saat mulut mas Rei mencaplok putingku, lidahnya menari - nari menowel - towel putingku yang mencuat kencang.

"Mmmmmhhhh... mas Reiiii.... ooooohhh" teriakku sambil mengibaskan kedua tangan mas Rei dan memeluk erat kepala mas Rei hingga terbenam di dadaku, tangan mas Rei yang bebas segera mengarah ke kancing bajuku dan dengan tergesa mempreteli hingga kini piyama terbuka lebar di kedua sisi.


Mulut mas Rei sekarang berpindah ke puting kiriku, kembali badanku menggeliat geli akibat lumatan bibir mas Rei, tangan kanannya meremas payudara kiriku hingga terasa sakit namun membuat area putingku semakin mencuat dan seketika mas Rei menghisap putingku dengan keras


"Aaarrrgggghh... kenyot maass... yang kerasshhh... ooouh" jeritku sambil
menekan kepala mas Rei lebih dalam, tangan kiri mas Rei tidak tinggal diam, kadang menguyek gemas payudara kananku sambil sesekali jarinya memilin putingku.

"Gilaa... lu montok banget Nia" bisik mas Rei sambil melepas bibirnya dari payudara kiriku pindah ke kanan

"Nnngghhhh... banyak omonggghh... sayanggghh kamuh" kataku keceplosan akibat badai nafsu ini, jilatan dan hisapan mas Rei di seluruh permukaan payudaraku terutama di putingku membuat ku semakin merem melek.


Memekku yang semakin gatal menuntut pemuasan membuat kakiku kini tertekuk naik keatas, merambati kaki mas Rei hingga pinggang dan kurasakan pinggiran karet boxer yang dikenakan. Dengan jari kakiku, kupelorotkan boxer itu hingga mata kaki, lalu ku kaitkan kedua kakiku dipinggang mas Rei dan kutekankan ke badanku.


"Mmmmmmpphhaaaaahh.... aaahh... ahhh...!!" aku tergeragap dengan mulut terbuka menikmati betapa tonjolan keras kontol mas Rei menabrak memekku, mas Rei beringsut ke atas sehingga kontolnya menggesek dinding luar memek hingga klitorisku. Wajahnya kini berhadapan dengan wajahku, sesaat kami saling menatap sebelum bibir mas Rei kembali melumat bibirku dengan ganas, kali ini bukan cuma lidah kami yang bermain, air liur kami pun bergantian bertukar dan mengalir tipis di samping bibirku. Mas Rei tidak tinggal diam, pinggulnya bergerak perlahan namun konstan menggesek memekku membuatku mendesah dan menggeram, pinggulku bergerak menyambut gerakan mas Rei, kaitan kakiku di pinggangnya semakin erat, kurasakan kain celana ku sudah tidak bisa membatasi kedua kelamin kami, begitu basah dan hangat sehingga seolah kulit kontol mas Rei langsung menyentuh memekku.


"Nnggghhh... nggggghhh.... sshhhh..." desahanku semakin sering, akupun sudah tidak peduli dengan keadaan

"Haahh.. haahh... masukin" kataku pelan saat kupaksa mas Rei berhenti mencium bibirku, wajahnya kudekap dengan kedua tanganku sehingga kami berhadapan bertatapan mata. Kulihat pandangan kaget mas Rei mendengar ucapanku, namun tangan mas Rei tampaknya bergerak lebih cepat dari otaknya, kedua tangan itu kini menarik celana ku hingga terlepas saat ku angkat kedua pantatku membantu.


Kini aku berbaring dengan telanjang, hanya kain piyama ku yang masih menempel di badanku walau sama sekali tidak berguna untuk menutupi apapun. Kulirik batang kontol mas Rei mengacung dengan sempurna dibawah sana, tidak terlalu besar, panjang nya mungkin 12-14 cm, namun terlihat pas dan tebal bagiku. Pandangan kami kembali bertemu, karena merasa malu aku bangkit mencari bibir mas Rei yang disambut dengan hangat, tangan kiri mas Rei memegang kepalaku sedangkan tangan kiri mas Rei turun meremas gundukan payudaraku, lalu turun lagi hingga menyentuh memekku. Aku bergegas mencopot piyamaku yang memang sudah tidak berguna, lalu aku melepaskan ciuman ku dan menggeser badanku ketengah ranjang, mas Rei merangkak mengikutiku. Aku berbalik memutar badanku hingga kini posisiku menungging dengan pantatku menghadap mas Rei


"Masukin mas..." pintaku lirih sambil menoleh kebelakang, kudapati mas Rei terpana melihat pemandangan pantatku yang membulat menungging tinggi, kakiku sedikit terbuka sehingga aku yakin mas rei dapat melihat celah memekku yang sudah basah kuyup, bulu jembutku pasti terlihat lengket.

"Mas.." kataku lagi lirih sambil memalingkan muka

"Nia..." bisiknya terdengar ragu namun badannya memposisikan diri dengan tepat, kurasakan tangan mas Rei mencengkeram pinggulku, kepala kontolnya menempel tepat diujung lubang memekku membuat ku sedikit tersentak bila tidak ditahan tangannya

"Aaahh..." kepalaku sedikit tertunduk dan aku menggigit bibirku sendiri merasakan sensasi ini

"Nia lu.."

"Masuuukiiin!!" bentakku lirih sambil menoleh tajam ke belakang

"Fuck.... i love you.." bisik mas Rei

"AAAKKKHHHH....!!!!" aku menjerit saat mas Rei memasukan kontolnya ke dalam memekku, tidak dengan perlahan, namun cepat, lubang memekku yang sudah basah membuat batang kontol mas Rei melesat masuk lalu terdiam di dalam.

"Anjing.... aaahh.... enak banget tempik lu Nia... ssshhh.." kata mas Rei mendiamkan kontolnya didalam menikmati ketatnya lubang memekku

"Aaagghhh... kontolmu penuh mas... ngggghh" bisikku lirih.


Perlahan mas Rei mulai menggoyangkan pinggulnya, sensasi dinding lubang memekku yang menggesek kulit kontol mas Rei membuatku melayang. Bertumpu pada siku, kini aku menungging dengan kepala tertunduk, mulutku terbuka mengeluarkan desahan - desahan erotis, dari gaya mas Rei aku paham dia menyukai dirty talking saat bercinta, maka kadang keluar kata - kata kotor dari mulutku


"Aaahhkkk... enak mas, kontolmu ena..aaaahhhkk" kataku sambil mendangakan kepala

"PLAAAK..." tamparan kecil dipantatku membuatku meringis namun menambah sensasi nikmat yang kurasakan

"Bokong lu nggemesin banget Nia..."

"Buat mas... sshh... semua buat mas... kencengin sodokannya aaaargghh" pintaku yang disambut dengan goyangan mas Rei yang semakin cepat, pantatku bergerak menimpali gerakan mas Rei, kepalaku tertunduk dan bergoyang kekanan kiri, aku semakin tidak kuat menahan birahi yang menggelora.

"Fuck me.... entotin aku masss.... aaahhh.... geliiii... ooouughh.." jeritku, badan mas Rei maju menunduk kedepan, tangan kirinya menggapai payudaraku yang bergelantungan dan bergoyang dengan indah, diremasnya bongkahan payudaraku, ditariknya putingku membuatku semakin kelojotan, kepalaku mendongak dan mulutku terbuka lebar.

"Hhhggggghh.... eeehh.... hheegghh.... shhhh... ouuughh fuck" ceracauku, tangan kanan mas Rei merabai kepalaku dan menarik segenggam rambutku seakan menarik kekang dan membuat tubuhku melengkung.

"Anjing kamu mas...!" sentakku

"Enakan... nggghh... dikontolin anjing"

"Aaahhkk... eengghh"

"Jawab Nia... enak ga dikontolin anjing" bisik mas Rei, sambil membungkuk menciumi seluruh permukaan punggungku, tangan kanannya lepas dari rambut beralih membetoti payudara kananku dengan gemas, sementara tangan kirinya langsung menancap di area klitorisku

"Aaaahhkkkkk....!!! Enaaakkhh... ssshhh....enak mas, fuck mee...!!" ceracauku saat tangan kiri mas Rei mengobel klitorisku

"Massss!! memekkuhh... memek..... OOOHH.... AAARRGG.... AAAHHHKKK... aku keluaaar..!!!" aku melolong saat kurasakan memekku mengempot dan mengejang dengan cepat melepaskan orgasme terhebat sepanjang hidupku ini.


Badanku mengaku dan kemudian mengejang - ngejang dengan cepat saat gelombang susulan kenikmatan datang, mas Rei bergerak patah - patah namun dalam dan keras seiring kejangan tubuhku, kurasakan cairanku menyemprot kecil - kecil membasahi batang kontol mas Rei yang masih terbenam di memekku, saat mas Rei menarik dan memasukan kontolnya cairan itu meluber dari sela - sela dinding memek.


"Gila... Nia lu ngecrit"

"Enaaaakhh mas... aaahhh" kataku meresapi kenikmatan yang kurasakan

"Gua ga tahan.... lu seksi banget" kata mas Rei kembali mempercepat goyangannya

"Jangan didalem...! mulut.." belum selesai aku bicara, mas Rei membalikan tubuhku dan melangkahi tubuhku, batang kontolnya langsung diajukan kemulutku, langsung aku kulum kontol itu. Mas Rei memegang kepalaku dan pinggulnya dihentakan dengan cepat, didalam mulut kurasakan kontol mas Rei mulai berkedut, langsung ku percepat gerakan hisapanku.

"Fuck you Nia....!" kepala mas Rei terdongak dan gerakannya terhenti dengan batang kontol yang menekan hingga mencapai dalam mulutku, tiga tembakan sperma hangat kurasakan memancar dari kontol mas Rei hingga membuatku tersedak, seketika mas Rei mencabut pelan kontolnya, tembakan ke 4 dan selanjutnya memancar di wajahku dari alis, mata, pipi, hidung hingga bibirku belepotan sperma.


Kubiarkan mas Rei menikmati orgasmenya dan perlahan kubersihkan batang kontolnya dengan mulutku, hingga kemudian mas Rei beringsut berguling disampingku, nafas kami menderu. Tangan kiriku mengusap sperma mas Rei yang melumuri wajahku lalu dengan jariku ku masukan ke mulutku. Sesaat baru kusadari mas Rei memandangiku sambil berbaring.

.........


To be Kontolnyut
:bacol::bacol:
 
Di sebuah keluarga episode sebelumnya

.......Kubiarkan mas Rei menikmati orgasmenya dan perlahan kubersihkan batang kontolnya dengan mulutku, hingga kemudian mas Rei beringsut berguling disampingku, nafas kami menderu. Tangan kiriku mengusap sperma mas Rei yang melumuri wajahku lalu dengan jariku ku masukan ke mulutku. Sesaat baru kusadari mas Rei memandangiku sambil berbaring
.......

"Emang seenak itu ya sperma gua?"

"Bodo" kataku yang malu ketahuan

"Seksi banget lu kalo jilatin sperma gitu"

"Jauh - jauh.. tar khilaf pengen lagi" sahutku sambil memalingkan wajah

"hehehe... Niaa..." panggil mas Rei lembut, akupun memalingkan wajahku kearah mas Rei, sekarang mas Rei berbaring menyamping menghadapku dengan bertumpu tangannya

"Apa?" tanyaku sambil melirik tangan mas Rei yang hinggap dipahaku lalu naik perlahan, membuat tubuhku merinding

"Apakah ini Nia..?" tanya mas Rei sendu, mata kami bertatapan dalam.

"Khilaf" sahutku sedikit tercekat membayangkan Anna

"Bukan..." kata mas Rei

"Terus?"

"Bukan.... bukan itu maksudku ini apa?" tanyanya lagi sambil menatapku, aku keheranan, mulutku sedikit melongo, dan seketika ku tangkap maksud mas Rei

"Itu teteeekkk maaaasss" jawabku geregetan sambil menggenggam tangan mas rei yang ternyata sedari tadi sudah mengusap-usap payudaraku

"Dasar mesum" lanjutku sambil ikut berbaring miring menghadap mas Rei

"Ga mungkin..."

"Ga mungkin apa?"

"Ga mungkin ini tetek.... gede banget... kenceng pula" kata mas Rei sambil membulat -bulat telapak tangannya di bongkahan payudaraku.

"Mesum... adiknya dimesumin" protesku yang dijawab dengan pagutan lembut di bibirku, tangannya beralih ke memekku dan mengusap lembut jembutku

"Siapa Nia? kalo boleh tau" matanya masih menatap mataku

"Mantan pacar pas SMA" jawabku

"Sekali aja" lanjutku lagi melihat mas Rei masih menatapku memancing jawaban

"Dan nggak pernah lagi..." lanjutku kembali

"Dan nggak boleh sama yang lain kecuali gua... sama suami lu besok" kata mas Rei, aku terdiam.

"Mas..."

"Apa?"

"Sama Anna..."

"Belum pernah kalo itu yang lu maksud"

"Ohhh..."

"Anna masih virgin dan gua juga janji ga macem - macem, gua ama Anna paling banter petting"

"Aku ngerasa udah kotor mas.... nggak pantes sama mas... malu" kataku sambil menyandarkan kepalaku di bahu mas Rei, mataku terasa basah dan air mataku terasa mengalir.

"Karena udah ga virgin?"

"iya"

"Ga usah malu... bukan salah elunya, mantan lu yang brengsek"

"iya"

"Eh... tapi gua juga ngerasa brengsek ni" kata mas Rei mengagetkanku, tiba - tiba aku terpikir Anna, iya... memang... tapi bukan mas Rei... akulah yang brengsek, akulah yang menggoda membuka pertahananku tadi siang, semua ini salahku, kalau ada yang perlu menjelaskan ke Anna, bukan mas Rei tapi aku.

"Enggak mas... kamu nggak brengsek, bukan salah kamu, akulah yang brengsek"

"Gua tetep ngerasa brengsek"

"Kalau mas mau, biar aku yang jelasin ke Anna"

"Bukan masalah Anna..." kata mas Rei membuatku bingung

"Hah...? Lalu?"

"Inikan saat kita sayang - sayangan.... pure... tapi kontol gua ngaceng... gua ngerasa brengsek"

"Aaaaah...!!! mas Rei...!!! nyebelin banget, kamu tu ya..." rajukku sambil tertawa kecil

"Serius.." kata mas Rei yang langsung ku hadiahi cubitan di pinggangnya.

"Dasar mesum"

"Gua ga mesum Nia... elunya yang gede banget..."

"Teteknya lagi?"

"Sex Appealnya... mesum ih Nia tetek mulu yang dibahas" kembali cubitan dipinggangnya kulayangkan.

"Mas...." kataku lirih

"Iya?"

"Aku mau cerita... jangan ketawa"

"Apa??"

"Aku hari ini 4 kali keluar, semuanya karena mas Rei"

"OMG.... beneran?"

"Iya..."

"Terus - terus...?"

"Terus aku sekarang pengen keluar yang kelima gara - gara kontol mas nyenggol - nyenggol memekku" kataku manja sambil menggenggam kontol mas Rei yang telah menegang dan merapatkan pinggulku setelah sebelumnya memposisikan kepala kontol mas Rei tepat di lubang memekku.

"Aaaauuhhh....shhh" desahku saat kontol yang kuidam - idamkan itu kembali memasuki tubuhku.

"Diemin dulu" kata mas Rei

"iya"

"Belum basah"

"he em... perih"

"Tapi enak?"

"Hihihi... iyaaahh... sshh.. perih nikmat" kataku sambil memejamkan mata, pinggul kami mulai kembali bergoyang perlahan, dan tidak perlu waktu lama aku kembali basah kuyup.

"Aku mau diatas" kataku sambil berguling keatas tubuh mas Rei tanpa melepas kontolnya dari memekku, kembali aku bergoyang pelan diatas tubuh mas Rei, kedua tangan kami saling menggenggam

"Udah siap?" tanyaku

"Enakin diri lu Nia..." kata mas Rei.


Akupun langsung mulai mempercepat goyangan ku ditubuh mas Rei, pinggulku bergoyang langsung dengan tempo tinggi, entah kenapa dengan mas Rei gairahku seakan selalu tersiram bensin.


"Aaaddduuuhh... gilaaa.. aaahhhkkk enak banget Nia" ceracau mas Rei sambil terpejam, aku semakin bersemangat mendengar ucapannya, pinggulku bergerak liar kekanan kiri, menggesek kedepan dan kebelakang, hingga berputar, seolah aku ingin mencari kenikmatan sendiri dari kontol mas Rei yang mangaduk - aduk memekku hingga liang terdalam, setiap sudut kujelajahi. Saat menyentuh GSpot ku, aku hanya bisa mendesis dan menggeleng - gelengkan kepala, tubuhku semakin berkeringat, rambutku yang tergerai panjang melekat ditubuhku.


"Ooooh.... oooh... aaahkkk... kontolmu juga enak mas"

"Geli dalemnya... kontolmuuhh....nngggghhh... entot akuu mas..." ceracauku.


Tangan mas Rei kuarahkan ke payudaraku yang menggelantung bebas dan bergoyang seirama goyangan pinggulku.


"Remess masssh..." pintaku

"Montok banget sih Niaaa...." puji mas Rei sambil mendesah, kedua tangan mas Rei menyangga payudaraku dari bawah dan meremas - remas dengan gemas, terkadang jemarinya iseng mencubit, menowel bahkan menarik putingku yang berwarna coklat dan telah mengacung keras. Sementara itu tanganku memegang kepalaku dan mulai mempercepat goyanganku.


Tak berapa lama, mas Rei mengangkat badannya hingga terduduk dan kini mulut mas Rei mendapat kesempatan untuk mencium dan menghisap payudaraku, kedua payudaraku sekarang menjadi bulan - bulanan remasan dan betotan tangan mas Rei, mulut mas Rei bergantian mencucupi payudaraku hingga kurasakan kedua putingku basah kuyup.


Gairahku pun semakin menggila, aku menekuk kedua kakiku sehingga aku terjongkok dengan batang kontol mas Rei didalam memekku, kedua tanganku merangkul mas Rei dan sesekali menekan kepalanya untuk semakin dalam mengulumi putingku.


Kepalaku terdongak - dongak merasakan nikmat ini, gerakan pinggulku sudah tidak terkontrol, semakin dekat kurasakan gelombang orgasmeku. Pinggulku naik turun dengan cepat hingga pantat menampar - nampar paha mas Rei dengan keras, semakin dalam dan cepat aku naik turun, semakin nikmat kurasakan.


"Mmmmppphh... sllruurpp... aahh.. goyang lu bikin gilaahh...." desah mas Rei sembari menggigit putingku

"Mas... aku mau keluar" bisikku tepat dikuping mas Rei, kugigit dan kujilat daun telinganya

"Keluarin Nia... jangan ditahan"

"Isepin yang keras mas... putingkuu aaahhh" pintaku


Aku semakin gila menaik turunkan tubuhku, saat pantatku turun, aku menggoyangkan pantatku untuk mencari kenikmatan di liang memekku, kemudian kutarik dan turunkan lagi dengan cepat, hisapan mas Rei kurasakan semakin kuat.


"Mass..."

"Mmmmpph..."

"Akuu... aku keluar..." jeritku lirih

"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!" Aku pun mengejan dahsyat saat orgasmeku meledak, kurasakan memekku seperti ngompol, cairan mengalir membasahi paha mas Rei, kepalaku terdongak dan mulutku terbuka lebar, mas Rei masih giat mencucupi putingku, pinggulku yang terhenti bergerak membuat kali ini pinggul mas Rei yang bergerak mencari kenikmatannya.


"Mmmpppuah.... Anna... gua mau keluar" bisik mas Rei setelah melepas mulutnya dari putingku dan membenamkan wajahnya di belahan kedua dadaku.


Anna... aku tertegun dalam nikmat yang kurasakan, mas Rei mengingat Anna saat ini, maafkan aku mas Rei... maafkan aku Anna... air mataku tanpa terasa meleleh, aku yakin mas Rei tidak sadar dengan ucapannya.


"Keluarin didalem aja... nggghhh.. nggak apa... aku aman" bisikku lirih sambil mendekap kepala mas Rei semakin dalam dipayudaraku, aku membantu dengan menggoyangkan pinggulku.

"Aaahhh....Fuck... gua keluaarrr.." kata mas Rei sambil mencengkeram badanku, kubiarkan dia terdiam namun tetap kugoyangkan pinggulku untuk memompa kontolnya.

"Enak sayang?" tanyaku pelan

"Apapun yang terjadi gua bakal tanggung jawab" kata mas Rei sambil merebahkan tubuhnya, badanku ditariknya sehingga aku tengkurap di atas badan mas Rei. Kontolnya terlepas dari memekku dan kurasakan sperma mas Rei keluar membasahi badan kami.

"Udah... aku ga mau bahas mas... aku sayang mas.... tapi aku tau posisiku" kataku lirih membenamkan kepalaku dibahunya, tangan mas Rei mengelus kepalaku

"Hmmm... gua sayang lu semua, gua ga nyesel... gua yakin Anna juga berpikiran sama, dia sayang banget sama keluarganya"

"Iya... aku ga pernah panggil dia kakak... mbak... atau apapun, tapi bagiku... dia tetep pelindungku"


Kami terdiam, perlahan kugeser tubuhku dari atas tubuh mas Rei.


"Mas..."

"Apa?"

"Kayanya kamu kudu turun deh..."

"Damn...!!! udah jam 3... gua turun Nia... love you" kata mas Rei sambil mengecup keningku dan bergegas bangun memakai pakaiannya. Aku pun tersenyum dan menatapnya tulus... love you to... ucapku tanpa suara...


---------- oooOooo ----------


Aku terbangun dari tidurku.... hmmm... mas Rei udah keluar kamar, akupun tersenyum membayangkan senangnya saat mas Rei ada dirumahku, berasa seperti pengantin. Aku bangkit dari tempat tidur dan memakai dater terusan tipis untuk menutupi tubuhku lalu keluar menuju kamar mandi, baru beberapa langkah aku mendengar suara - suara yang tidak asing dari kamar Nia.


Jantungku berdetak kencang mengetahui suara - suara asal suara tersebut, tidak mungkin.... aku takut untuk mengetahuinya, namun kakiku melangkah pelan menuju kamar Nia, dan saat aku mencapai pintu...


"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!"


Jeritan Nia terdengar dari balik pintu, seketika aku menutup mulutku dan mataku mulai membasah, akupun terduduk simpuh didepan kamar Nia.


"Nia... Mas Rei..." aku berkata lirih sambil tersedu, aku tidak bisa berpikir lagi, akupun bangun dan kembali ke kamarku.


Didalam kamar tangisku pecah, otakku tidak bisa mencerna semuanya, rasanya be
Di sebuah keluarga episode sebelumnya

.......Kubiarkan mas Rei menikmati orgasmenya dan perlahan kubersihkan batang kontolnya dengan mulutku, hingga kemudian mas Rei beringsut berguling disampingku, nafas kami menderu. Tangan kiriku mengusap sperma mas Rei yang melumuri wajahku lalu dengan jariku ku masukan ke mulutku. Sesaat baru kusadari mas Rei memandangiku sambil berbaring
.......

"Emang seenak itu ya sperma gua?"

"Bodo" kataku yang malu ketahuan

"Seksi banget lu kalo jilatin sperma gitu"

"Jauh - jauh.. tar khilaf pengen lagi" sahutku sambil memalingkan wajah

"hehehe... Niaa..." panggil mas Rei lembut, akupun memalingkan wajahku kearah mas Rei, sekarang mas Rei berbaring menyamping menghadapku dengan bertumpu tangannya

"Apa?" tanyaku sambil melirik tangan mas Rei yang hinggap dipahaku lalu naik perlahan, membuat tubuhku merinding

"Apakah ini Nia..?" tanya mas Rei sendu, mata kami bertatapan dalam.

"Khilaf" sahutku sedikit tercekat membayangkan Anna

"Bukan..." kata mas Rei

"Terus?"

"Bukan.... bukan itu maksudku ini apa?" tanyanya lagi sambil menatapku, aku keheranan, mulutku sedikit melongo, dan seketika ku tangkap maksud mas Rei

"Itu teteeekkk maaaasss" jawabku geregetan sambil menggenggam tangan mas rei yang ternyata sedari tadi sudah mengusap-usap payudaraku

"Dasar mesum" lanjutku sambil ikut berbaring miring menghadap mas Rei

"Ga mungkin..."

"Ga mungkin apa?"

"Ga mungkin ini tetek.... gede banget... kenceng pula" kata mas Rei sambil membulat -bulat telapak tangannya di bongkahan payudaraku.

"Mesum... adiknya dimesumin" protesku yang dijawab dengan pagutan lembut di bibirku, tangannya beralih ke memekku dan mengusap lembut jembutku

"Siapa Nia? kalo boleh tau" matanya masih menatap mataku

"Mantan pacar pas SMA" jawabku

"Sekali aja" lanjutku lagi melihat mas Rei masih menatapku memancing jawaban

"Dan nggak pernah lagi..." lanjutku kembali

"Dan nggak boleh sama yang lain kecuali gua... sama suami lu besok" kata mas Rei, aku terdiam.

"Mas..."

"Apa?"

"Sama Anna..."

"Belum pernah kalo itu yang lu maksud"

"Ohhh..."

"Anna masih virgin dan gua juga janji ga macem - macem, gua ama Anna paling banter petting"

"Aku ngerasa udah kotor mas.... nggak pantes sama mas... malu" kataku sambil menyandarkan kepalaku di bahu mas Rei, mataku terasa basah dan air mataku terasa mengalir.

"Karena udah ga virgin?"

"iya"

"Ga usah malu... bukan salah elunya, mantan lu yang brengsek"

"iya"

"Eh... tapi gua juga ngerasa brengsek ni" kata mas Rei mengagetkanku, tiba - tiba aku terpikir Anna, iya... memang... tapi bukan mas Rei... akulah yang brengsek, akulah yang menggoda membuka pertahananku tadi siang, semua ini salahku, kalau ada yang perlu menjelaskan ke Anna, bukan mas Rei tapi aku.

"Enggak mas... kamu nggak brengsek, bukan salah kamu, akulah yang brengsek"

"Gua tetep ngerasa brengsek"

"Kalau mas mau, biar aku yang jelasin ke Anna"

"Bukan masalah Anna..." kata mas Rei membuatku bingung

"Hah...? Lalu?"

"Inikan saat kita sayang - sayangan.... pure... tapi kontol gua ngaceng... gua ngerasa brengsek"

"Aaaaah...!!! mas Rei...!!! nyebelin banget, kamu tu ya..." rajukku sambil tertawa kecil

"Serius.." kata mas Rei yang langsung ku hadiahi cubitan di pinggangnya.

"Dasar mesum"

"Gua ga mesum Nia... elunya yang gede banget..."

"Teteknya lagi?"

"Sex Appealnya... mesum ih Nia tetek mulu yang dibahas" kembali cubitan dipinggangnya kulayangkan.

"Mas...." kataku lirih

"Iya?"

"Aku mau cerita... jangan ketawa"

"Apa??"

"Aku hari ini 4 kali keluar, semuanya karena mas Rei"

"OMG.... beneran?"

"Iya..."

"Terus - terus...?"

"Terus aku sekarang pengen keluar yang kelima gara - gara kontol mas nyenggol - nyenggol memekku" kataku manja sambil menggenggam kontol mas Rei yang telah menegang dan merapatkan pinggulku setelah sebelumnya memposisikan kepala kontol mas Rei tepat di lubang memekku.

"Aaaauuhhh....shhh" desahku saat kontol yang kuidam - idamkan itu kembali memasuki tubuhku.

"Diemin dulu" kata mas Rei

"iya"

"Belum basah"

"he em... perih"

"Tapi enak?"

"Hihihi... iyaaahh... sshh.. perih nikmat" kataku sambil memejamkan mata, pinggul kami mulai kembali bergoyang perlahan, dan tidak perlu waktu lama aku kembali basah kuyup.

"Aku mau diatas" kataku sambil berguling keatas tubuh mas Rei tanpa melepas kontolnya dari memekku, kembali aku bergoyang pelan diatas tubuh mas Rei, kedua tangan kami saling menggenggam

"Udah siap?" tanyaku

"Enakin diri lu Nia..." kata mas Rei.


Akupun langsung mulai mempercepat goyangan ku ditubuh mas Rei, pinggulku bergoyang langsung dengan tempo tinggi, entah kenapa dengan mas Rei gairahku seakan selalu tersiram bensin.


"Aaaddduuuhh... gilaaa.. aaahhhkkk enak banget Nia" ceracau mas Rei sambil terpejam, aku semakin bersemangat mendengar ucapannya, pinggulku bergerak liar kekanan kiri, menggesek kedepan dan kebelakang, hingga berputar, seolah aku ingin mencari kenikmatan sendiri dari kontol mas Rei yang mangaduk - aduk memekku hingga liang terdalam, setiap sudut kujelajahi. Saat menyentuh GSpot ku, aku hanya bisa mendesis dan menggeleng - gelengkan kepala, tubuhku semakin berkeringat, rambutku yang tergerai panjang melekat ditubuhku.


"Ooooh.... oooh... aaahkkk... kontolmu juga enak mas"

"Geli dalemnya... kontolmuuhh....nngggghhh... entot akuu mas..." ceracauku.


Tangan mas Rei kuarahkan ke payudaraku yang menggelantung bebas dan bergoyang seirama goyangan pinggulku.


"Remess masssh..." pintaku

"Montok banget sih Niaaa...." puji mas Rei sambil mendesah, kedua tangan mas Rei menyangga payudaraku dari bawah dan meremas - remas dengan gemas, terkadang jemarinya iseng mencubit, menowel bahkan menarik putingku yang berwarna coklat dan telah mengacung keras. Sementara itu tanganku memegang kepalaku dan mulai mempercepat goyanganku.


Tak berapa lama, mas Rei mengangkat badannya hingga terduduk dan kini mulut mas Rei mendapat kesempatan untuk mencium dan menghisap payudaraku, kedua payudaraku sekarang menjadi bulan - bulanan remasan dan betotan tangan mas Rei, mulut mas Rei bergantian mencucupi payudaraku hingga kurasakan kedua putingku basah kuyup.


Gairahku pun semakin menggila, aku menekuk kedua kakiku sehingga aku terjongkok dengan batang kontol mas Rei didalam memekku, kedua tanganku merangkul mas Rei dan sesekali menekan kepalanya untuk semakin dalam mengulumi putingku.


Kepalaku terdongak - dongak merasakan nikmat ini, gerakan pinggulku sudah tidak terkontrol, semakin dekat kurasakan gelombang orgasmeku. Pinggulku naik turun dengan cepat hingga pantat menampar - nampar paha mas Rei dengan keras, semakin dalam dan cepat aku naik turun, semakin nikmat kurasakan.


"Mmmmppphh... sllruurpp... aahh.. goyang lu bikin gilaahh...." desah mas Rei sembari menggigit putingku

"Mas... aku mau keluar" bisikku tepat dikuping mas Rei, kugigit dan kujilat daun telinganya

"Keluarin Nia... jangan ditahan"

"Isepin yang keras mas... putingkuu aaahhh" pintaku


Aku semakin gila menaik turunkan tubuhku, saat pantatku turun, aku menggoyangkan pantatku untuk mencari kenikmatan di liang memekku, kemudian kutarik dan turunkan lagi dengan cepat, hisapan mas Rei kurasakan semakin kuat.


"Mass..."

"Mmmmpph..."

"Akuu... aku keluar..." jeritku lirih

"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!" Aku pun mengejan dahsyat saat orgasmeku meledak, kurasakan memekku seperti ngompol, cairan mengalir membasahi paha mas Rei, kepalaku terdongak dan mulutku terbuka lebar, mas Rei masih giat mencucupi putingku, pinggulku yang terhenti bergerak membuat kali ini pinggul mas Rei yang bergerak mencari kenikmatannya.


"Mmmpppuah.... Anna... gua mau keluar" bisik mas Rei setelah melepas mulutnya dari putingku dan membenamkan wajahnya di belahan kedua dadaku.


Anna... aku tertegun dalam nikmat yang kurasakan, mas Rei mengingat Anna saat ini, maafkan aku mas Rei... maafkan aku Anna... air mataku tanpa terasa meleleh, aku yakin mas Rei tidak sadar dengan ucapannya.


"Keluarin didalem aja... nggghhh.. nggak apa... aku aman" bisikku lirih sambil mendekap kepala mas Rei semakin dalam dipayudaraku, aku membantu dengan menggoyangkan pinggulku.

"Aaahhh....Fuck... gua keluaarrr.." kata mas Rei sambil mencengkeram badanku, kubiarkan dia terdiam namun tetap kugoyangkan pinggulku untuk memompa kontolnya.

"Enak sayang?" tanyaku pelan

"Apapun yang terjadi gua bakal tanggung jawab" kata mas Rei sambil merebahkan tubuhnya, badanku ditariknya sehingga aku tengkurap di atas badan mas Rei. Kontolnya terlepas dari memekku dan kurasakan sperma mas Rei keluar membasahi badan kami.

"Udah... aku ga mau bahas mas... aku sayang mas.... tapi aku tau posisiku" kataku lirih membenamkan kepalaku dibahunya, tangan mas Rei mengelus kepalaku

"Hmmm... gua sayang lu semua, gua ga nyesel... gua yakin Anna juga berpikiran sama, dia sayang banget sama keluarganya"

"Iya... aku ga pernah panggil dia kakak... mbak... atau apapun, tapi bagiku... dia tetep pelindungku"


Kami terdiam, perlahan kugeser tubuhku dari atas tubuh mas Rei.


"Mas..."

"Apa?"

"Kayanya kamu kudu turun deh..."

"Damn...!!! udah jam 3... gua turun Nia... love you" kata mas Rei sambil mengecup keningku dan bergegas bangun memakai pakaiannya. Aku pun tersenyum dan menatapnya tulus... love you to... ucapku tanpa suara...


---------- oooOooo ----------


Aku terbangun dari tidurku.... hmmm... mas Rei udah keluar kamar, akupun tersenyum membayangkan senangnya saat mas Rei ada dirumahku, berasa seperti pengantin. Aku bangkit dari tempat tidur dan memakai dater terusan tipis untuk menutupi tubuhku lalu keluar menuju kamar mandi, baru beberapa langkah aku mendengar suara - suara yang tidak asing dari kamar Nia.


Jantungku berdetak kencang mengetahui suara - suara asal suara tersebut, tidak mungkin.... aku takut untuk mengetahuinya, namun kakiku melangkah pelan menuju kamar Nia, dan saat aku mencapai pintu...


"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!"


Jeritan Nia terdengar dari balik pintu, seketika aku menutup mulutku dan mataku mulai membasah, akupun terduduk simpuh didepan kamar Nia.


"Nia... Mas Rei..." aku berkata lirih sambil tersedu, aku tidak bisa berpikir lagi, akupun bangun dan kembali ke kamarku.


Didalam kamar tangisku pecah, otakku tidak bisa mencerna semuanya, rasanya bertubi - tubi apa yang kurasakan dikepalaku.


Akhirnya aku terdiam... rasanya aku tidak bisa tidur lagi hari ini.


To be kontolnyut........

rtubi - tubi apa yang kurasakan dikepalaku.


Akhirnya aku terdiam... rasanya aku tidak bisa tidur lagi hari ini.


To be kontolnyut........
Di sebuah keluarga episode sebelumnya

.......Kubiarkan mas Rei menikmati orgasmenya dan perlahan kubersihkan batang kontolnya dengan mulutku, hingga kemudian mas Rei beringsut berguling disampingku, nafas kami menderu. Tangan kiriku mengusap sperma mas Rei yang melumuri wajahku lalu dengan jariku ku masukan ke mulutku. Sesaat baru kusadari mas Rei memandangiku sambil berbaring
.......

"Emang seenak itu ya sperma gua?"

"Bodo" kataku yang malu ketahuan

"Seksi banget lu kalo jilatin sperma gitu"

"Jauh - jauh.. tar khilaf pengen lagi" sahutku sambil memalingkan wajah

"hehehe... Niaa..." panggil mas Rei lembut, akupun memalingkan wajahku kearah mas Rei, sekarang mas Rei berbaring menyamping menghadapku dengan bertumpu tangannya

"Apa?" tanyaku sambil melirik tangan mas Rei yang hinggap dipahaku lalu naik perlahan, membuat tubuhku merinding

"Apakah ini Nia..?" tanya mas Rei sendu, mata kami bertatapan dalam.

"Khilaf" sahutku sedikit tercekat membayangkan Anna

"Bukan..." kata mas Rei

"Terus?"

"Bukan.... bukan itu maksudku ini apa?" tanyanya lagi sambil menatapku, aku keheranan, mulutku sedikit melongo, dan seketika ku tangkap maksud mas Rei

"Itu teteeekkk maaaasss" jawabku geregetan sambil menggenggam tangan mas rei yang ternyata sedari tadi sudah mengusap-usap payudaraku

"Dasar mesum" lanjutku sambil ikut berbaring miring menghadap mas Rei

"Ga mungkin..."

"Ga mungkin apa?"

"Ga mungkin ini tetek.... gede banget... kenceng pula" kata mas Rei sambil membulat -bulat telapak tangannya di bongkahan payudaraku.

"Mesum... adiknya dimesumin" protesku yang dijawab dengan pagutan lembut di bibirku, tangannya beralih ke memekku dan mengusap lembut jembutku

"Siapa Nia? kalo boleh tau" matanya masih menatap mataku

"Mantan pacar pas SMA" jawabku

"Sekali aja" lanjutku lagi melihat mas Rei masih menatapku memancing jawaban

"Dan nggak pernah lagi..." lanjutku kembali

"Dan nggak boleh sama yang lain kecuali gua... sama suami lu besok" kata mas Rei, aku terdiam.

"Mas..."

"Apa?"

"Sama Anna..."

"Belum pernah kalo itu yang lu maksud"

"Ohhh..."

"Anna masih virgin dan gua juga janji ga macem - macem, gua ama Anna paling banter petting"

"Aku ngerasa udah kotor mas.... nggak pantes sama mas... malu" kataku sambil menyandarkan kepalaku di bahu mas Rei, mataku terasa basah dan air mataku terasa mengalir.

"Karena udah ga virgin?"

"iya"

"Ga usah malu... bukan salah elunya, mantan lu yang brengsek"

"iya"

"Eh... tapi gua juga ngerasa brengsek ni" kata mas Rei mengagetkanku, tiba - tiba aku terpikir Anna, iya... memang... tapi bukan mas Rei... akulah yang brengsek, akulah yang menggoda membuka pertahananku tadi siang, semua ini salahku, kalau ada yang perlu menjelaskan ke Anna, bukan mas Rei tapi aku.

"Enggak mas... kamu nggak brengsek, bukan salah kamu, akulah yang brengsek"

"Gua tetep ngerasa brengsek"

"Kalau mas mau, biar aku yang jelasin ke Anna"

"Bukan masalah Anna..." kata mas Rei membuatku bingung

"Hah...? Lalu?"

"Inikan saat kita sayang - sayangan.... pure... tapi kontol gua ngaceng... gua ngerasa brengsek"

"Aaaaah...!!! mas Rei...!!! nyebelin banget, kamu tu ya..." rajukku sambil tertawa kecil

"Serius.." kata mas Rei yang langsung ku hadiahi cubitan di pinggangnya.

"Dasar mesum"

"Gua ga mesum Nia... elunya yang gede banget..."

"Teteknya lagi?"

"Sex Appealnya... mesum ih Nia tetek mulu yang dibahas" kembali cubitan dipinggangnya kulayangkan.

"Mas...." kataku lirih

"Iya?"

"Aku mau cerita... jangan ketawa"

"Apa??"

"Aku hari ini 4 kali keluar, semuanya karena mas Rei"

"OMG.... beneran?"

"Iya..."

"Terus - terus...?"

"Terus aku sekarang pengen keluar yang kelima gara - gara kontol mas nyenggol - nyenggol memekku" kataku manja sambil menggenggam kontol mas Rei yang telah menegang dan merapatkan pinggulku setelah sebelumnya memposisikan kepala kontol mas Rei tepat di lubang memekku.

"Aaaauuhhh....shhh" desahku saat kontol yang kuidam - idamkan itu kembali memasuki tubuhku.

"Diemin dulu" kata mas Rei

"iya"

"Belum basah"

"he em... perih"

"Tapi enak?"

"Hihihi... iyaaahh... sshh.. perih nikmat" kataku sambil memejamkan mata, pinggul kami mulai kembali bergoyang perlahan, dan tidak perlu waktu lama aku kembali basah kuyup.

"Aku mau diatas" kataku sambil berguling keatas tubuh mas Rei tanpa melepas kontolnya dari memekku, kembali aku bergoyang pelan diatas tubuh mas Rei, kedua tangan kami saling menggenggam

"Udah siap?" tanyaku

"Enakin diri lu Nia..." kata mas Rei.


Akupun langsung mulai mempercepat goyangan ku ditubuh mas Rei, pinggulku bergoyang langsung dengan tempo tinggi, entah kenapa dengan mas Rei gairahku seakan selalu tersiram bensin.


"Aaaddduuuhh... gilaaa.. aaahhhkkk enak banget Nia" ceracau mas Rei sambil terpejam, aku semakin bersemangat mendengar ucapannya, pinggulku bergerak liar kekanan kiri, menggesek kedepan dan kebelakang, hingga berputar, seolah aku ingin mencari kenikmatan sendiri dari kontol mas Rei yang mangaduk - aduk memekku hingga liang terdalam, setiap sudut kujelajahi. Saat menyentuh GSpot ku, aku hanya bisa mendesis dan menggeleng - gelengkan kepala, tubuhku semakin berkeringat, rambutku yang tergerai panjang melekat ditubuhku.


"Ooooh.... oooh... aaahkkk... kontolmu juga enak mas"

"Geli dalemnya... kontolmuuhh....nngggghhh... entot akuu mas..." ceracauku.


Tangan mas Rei kuarahkan ke payudaraku yang menggelantung bebas dan bergoyang seirama goyangan pinggulku.


"Remess masssh..." pintaku

"Montok banget sih Niaaa...." puji mas Rei sambil mendesah, kedua tangan mas Rei menyangga payudaraku dari bawah dan meremas - remas dengan gemas, terkadang jemarinya iseng mencubit, menowel bahkan menarik putingku yang berwarna coklat dan telah mengacung keras. Sementara itu tanganku memegang kepalaku dan mulai mempercepat goyanganku.


Tak berapa lama, mas Rei mengangkat badannya hingga terduduk dan kini mulut mas Rei mendapat kesempatan untuk mencium dan menghisap payudaraku, kedua payudaraku sekarang menjadi bulan - bulanan remasan dan betotan tangan mas Rei, mulut mas Rei bergantian mencucupi payudaraku hingga kurasakan kedua putingku basah kuyup.


Gairahku pun semakin menggila, aku menekuk kedua kakiku sehingga aku terjongkok dengan batang kontol mas Rei didalam memekku, kedua tanganku merangkul mas Rei dan sesekali menekan kepalanya untuk semakin dalam mengulumi putingku.


Kepalaku terdongak - dongak merasakan nikmat ini, gerakan pinggulku sudah tidak terkontrol, semakin dekat kurasakan gelombang orgasmeku. Pinggulku naik turun dengan cepat hingga pantat menampar - nampar paha mas Rei dengan keras, semakin dalam dan cepat aku naik turun, semakin nikmat kurasakan.


"Mmmmppphh... sllruurpp... aahh.. goyang lu bikin gilaahh...." desah mas Rei sembari menggigit putingku

"Mas... aku mau keluar" bisikku tepat dikuping mas Rei, kugigit dan kujilat daun telinganya

"Keluarin Nia... jangan ditahan"

"Isepin yang keras mas... putingkuu aaahhh" pintaku


Aku semakin gila menaik turunkan tubuhku, saat pantatku turun, aku menggoyangkan pantatku untuk mencari kenikmatan di liang memekku, kemudian kutarik dan turunkan lagi dengan cepat, hisapan mas Rei kurasakan semakin kuat.


"Mass..."

"Mmmmpph..."

"Akuu... aku keluar..." jeritku lirih

"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!" Aku pun mengejan dahsyat saat orgasmeku meledak, kurasakan memekku seperti ngompol, cairan mengalir membasahi paha mas Rei, kepalaku terdongak dan mulutku terbuka lebar, mas Rei masih giat mencucupi putingku, pinggulku yang terhenti bergerak membuat kali ini pinggul mas Rei yang bergerak mencari kenikmatannya.


"Mmmpppuah.... Anna... gua mau keluar" bisik mas Rei setelah melepas mulutnya dari putingku dan membenamkan wajahnya di belahan kedua dadaku.


Anna... aku tertegun dalam nikmat yang kurasakan, mas Rei mengingat Anna saat ini, maafkan aku mas Rei... maafkan aku Anna... air mataku tanpa terasa meleleh, aku yakin mas Rei tidak sadar dengan ucapannya.


"Keluarin didalem aja... nggghhh.. nggak apa... aku aman" bisikku lirih sambil mendekap kepala mas Rei semakin dalam dipayudaraku, aku membantu dengan menggoyangkan pinggulku.

"Aaahhh....Fuck... gua keluaarrr.." kata mas Rei sambil mencengkeram badanku, kubiarkan dia terdiam namun tetap kugoyangkan pinggulku untuk memompa kontolnya.

"Enak sayang?" tanyaku pelan

"Apapun yang terjadi gua bakal tanggung jawab" kata mas Rei sambil merebahkan tubuhnya, badanku ditariknya sehingga aku tengkurap di atas badan mas Rei. Kontolnya terlepas dari memekku dan kurasakan sperma mas Rei keluar membasahi badan kami.

"Udah... aku ga mau bahas mas... aku sayang mas.... tapi aku tau posisiku" kataku lirih membenamkan kepalaku dibahunya, tangan mas Rei mengelus kepalaku

"Hmmm... gua sayang lu semua, gua ga nyesel... gua yakin Anna juga berpikiran sama, dia sayang banget sama keluarganya"

"Iya... aku ga pernah panggil dia kakak... mbak... atau apapun, tapi bagiku... dia tetep pelindungku"


Kami terdiam, perlahan kugeser tubuhku dari atas tubuh mas Rei.


"Mas..."

"Apa?"

"Kayanya kamu kudu turun deh..."

"Damn...!!! udah jam 3... gua turun Nia... love you" kata mas Rei sambil mengecup keningku dan bergegas bangun memakai pakaiannya. Aku pun tersenyum dan menatapnya tulus... love you to... ucapku tanpa suara...


---------- oooOooo ----------


Aku terbangun dari tidurku.... hmmm... mas Rei udah keluar kamar, akupun tersenyum membayangkan senangnya saat mas Rei ada dirumahku, berasa seperti pengantin. Aku bangkit dari tempat tidur dan memakai dater terusan tipis untuk menutupi tubuhku lalu keluar menuju kamar mandi, baru beberapa langkah aku mendengar suara - suara yang tidak asing dari kamar Nia.


Jantungku berdetak kencang mengetahui suara - suara asal suara tersebut, tidak mungkin.... aku takut untuk mengetahuinya, namun kakiku melangkah pelan menuju kamar Nia, dan saat aku mencapai pintu...


"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!"


Jeritan Nia terdengar dari balik pintu, seketika aku menutup mulutku dan mataku mulai membasah, akupun terduduk simpuh didepan kamar Nia.


"Nia... Mas Rei..." aku berkata lirih sambil tersedu, aku tidak bisa berpikir lagi, akupun bangun dan kembali ke kamarku.


Didalam kamar tangisku pecah, otakku tidak bisa mencerna semuanya, rasanya bertubi - tubi apa yang kurasakan dikepalaku.


Akhirnya aku terdiam... rasanya aku tidak bisa tidur lagi hari ini.


To be kontolnyut........
Kasihan si nana :(( harus V
Di sebuah keluarga episode sebelumnya

.......Kubiarkan mas Rei menikmati orgasmenya dan perlahan kubersihkan batang kontolnya dengan mulutku, hingga kemudian mas Rei beringsut berguling disampingku, nafas kami menderu. Tangan kiriku mengusap sperma mas Rei yang melumuri wajahku lalu dengan jariku ku masukan ke mulutku. Sesaat baru kusadari mas Rei memandangiku sambil berbaring
.......

"Emang seenak itu ya sperma gua?"

"Bodo" kataku yang malu ketahuan

"Seksi banget lu kalo jilatin sperma gitu"

"Jauh - jauh.. tar khilaf pengen lagi" sahutku sambil memalingkan wajah

"hehehe... Niaa..." panggil mas Rei lembut, akupun memalingkan wajahku kearah mas Rei, sekarang mas Rei berbaring menyamping menghadapku dengan bertumpu tangannya

"Apa?" tanyaku sambil melirik tangan mas Rei yang hinggap dipahaku lalu naik perlahan, membuat tubuhku merinding

"Apakah ini Nia..?" tanya mas Rei sendu, mata kami bertatapan dalam.

"Khilaf" sahutku sedikit tercekat membayangkan Anna

"Bukan..." kata mas Rei

"Terus?"

"Bukan.... bukan itu maksudku ini apa?" tanyanya lagi sambil menatapku, aku keheranan, mulutku sedikit melongo, dan seketika ku tangkap maksud mas Rei

"Itu teteeekkk maaaasss" jawabku geregetan sambil menggenggam tangan mas rei yang ternyata sedari tadi sudah mengusap-usap payudaraku

"Dasar mesum" lanjutku sambil ikut berbaring miring menghadap mas Rei

"Ga mungkin..."

"Ga mungkin apa?"

"Ga mungkin ini tetek.... gede banget... kenceng pula" kata mas Rei sambil membulat -bulat telapak tangannya di bongkahan payudaraku.

"Mesum... adiknya dimesumin" protesku yang dijawab dengan pagutan lembut di bibirku, tangannya beralih ke memekku dan mengusap lembut jembutku

"Siapa Nia? kalo boleh tau" matanya masih menatap mataku

"Mantan pacar pas SMA" jawabku

"Sekali aja" lanjutku lagi melihat mas Rei masih menatapku memancing jawaban

"Dan nggak pernah lagi..." lanjutku kembali

"Dan nggak boleh sama yang lain kecuali gua... sama suami lu besok" kata mas Rei, aku terdiam.

"Mas..."

"Apa?"

"Sama Anna..."

"Belum pernah kalo itu yang lu maksud"

"Ohhh..."

"Anna masih virgin dan gua juga janji ga macem - macem, gua ama Anna paling banter petting"

"Aku ngerasa udah kotor mas.... nggak pantes sama mas... malu" kataku sambil menyandarkan kepalaku di bahu mas Rei, mataku terasa basah dan air mataku terasa mengalir.

"Karena udah ga virgin?"

"iya"

"Ga usah malu... bukan salah elunya, mantan lu yang brengsek"

"iya"

"Eh... tapi gua juga ngerasa brengsek ni" kata mas Rei mengagetkanku, tiba - tiba aku terpikir Anna, iya... memang... tapi bukan mas Rei... akulah yang brengsek, akulah yang menggoda membuka pertahananku tadi siang, semua ini salahku, kalau ada yang perlu menjelaskan ke Anna, bukan mas Rei tapi aku.

"Enggak mas... kamu nggak brengsek, bukan salah kamu, akulah yang brengsek"

"Gua tetep ngerasa brengsek"

"Kalau mas mau, biar aku yang jelasin ke Anna"

"Bukan masalah Anna..." kata mas Rei membuatku bingung

"Hah...? Lalu?"

"Inikan saat kita sayang - sayangan.... pure... tapi kontol gua ngaceng... gua ngerasa brengsek"

"Aaaaah...!!! mas Rei...!!! nyebelin banget, kamu tu ya..." rajukku sambil tertawa kecil

"Serius.." kata mas Rei yang langsung ku hadiahi cubitan di pinggangnya.

"Dasar mesum"

"Gua ga mesum Nia... elunya yang gede banget..."

"Teteknya lagi?"

"Sex Appealnya... mesum ih Nia tetek mulu yang dibahas" kembali cubitan dipinggangnya kulayangkan.

"Mas...." kataku lirih

"Iya?"

"Aku mau cerita... jangan ketawa"

"Apa??"

"Aku hari ini 4 kali keluar, semuanya karena mas Rei"

"OMG.... beneran?"

"Iya..."

"Terus - terus...?"

"Terus aku sekarang pengen keluar yang kelima gara - gara kontol mas nyenggol - nyenggol memekku" kataku manja sambil menggenggam kontol mas Rei yang telah menegang dan merapatkan pinggulku setelah sebelumnya memposisikan kepala kontol mas Rei tepat di lubang memekku.

"Aaaauuhhh....shhh" desahku saat kontol yang kuidam - idamkan itu kembali memasuki tubuhku.

"Diemin dulu" kata mas Rei

"iya"

"Belum basah"

"he em... perih"

"Tapi enak?"

"Hihihi... iyaaahh... sshh.. perih nikmat" kataku sambil memejamkan mata, pinggul kami mulai kembali bergoyang perlahan, dan tidak perlu waktu lama aku kembali basah kuyup.

"Aku mau diatas" kataku sambil berguling keatas tubuh mas Rei tanpa melepas kontolnya dari memekku, kembali aku bergoyang pelan diatas tubuh mas Rei, kedua tangan kami saling menggenggam

"Udah siap?" tanyaku

"Enakin diri lu Nia..." kata mas Rei.


Akupun langsung mulai mempercepat goyangan ku ditubuh mas Rei, pinggulku bergoyang langsung dengan tempo tinggi, entah kenapa dengan mas Rei gairahku seakan selalu tersiram bensin.


"Aaaddduuuhh... gilaaa.. aaahhhkkk enak banget Nia" ceracau mas Rei sambil terpejam, aku semakin bersemangat mendengar ucapannya, pinggulku bergerak liar kekanan kiri, menggesek kedepan dan kebelakang, hingga berputar, seolah aku ingin mencari kenikmatan sendiri dari kontol mas Rei yang mangaduk - aduk memekku hingga liang terdalam, setiap sudut kujelajahi. Saat menyentuh GSpot ku, aku hanya bisa mendesis dan menggeleng - gelengkan kepala, tubuhku semakin berkeringat, rambutku yang tergerai panjang melekat ditubuhku.


"Ooooh.... oooh... aaahkkk... kontolmu juga enak mas"

"Geli dalemnya... kontolmuuhh....nngggghhh... entot akuu mas..." ceracauku.


Tangan mas Rei kuarahkan ke payudaraku yang menggelantung bebas dan bergoyang seirama goyangan pinggulku.


"Remess masssh..." pintaku

"Montok banget sih Niaaa...." puji mas Rei sambil mendesah, kedua tangan mas Rei menyangga payudaraku dari bawah dan meremas - remas dengan gemas, terkadang jemarinya iseng mencubit, menowel bahkan menarik putingku yang berwarna coklat dan telah mengacung keras. Sementara itu tanganku memegang kepalaku dan mulai mempercepat goyanganku.


Tak berapa lama, mas Rei mengangkat badannya hingga terduduk dan kini mulut mas Rei mendapat kesempatan untuk mencium dan menghisap payudaraku, kedua payudaraku sekarang menjadi bulan - bulanan remasan dan betotan tangan mas Rei, mulut mas Rei bergantian mencucupi payudaraku hingga kurasakan kedua putingku basah kuyup.


Gairahku pun semakin menggila, aku menekuk kedua kakiku sehingga aku terjongkok dengan batang kontol mas Rei didalam memekku, kedua tanganku merangkul mas Rei dan sesekali menekan kepalanya untuk semakin dalam mengulumi putingku.


Kepalaku terdongak - dongak merasakan nikmat ini, gerakan pinggulku sudah tidak terkontrol, semakin dekat kurasakan gelombang orgasmeku. Pinggulku naik turun dengan cepat hingga pantat menampar - nampar paha mas Rei dengan keras, semakin dalam dan cepat aku naik turun, semakin nikmat kurasakan.


"Mmmmppphh... sllruurpp... aahh.. goyang lu bikin gilaahh...." desah mas Rei sembari menggigit putingku

"Mas... aku mau keluar" bisikku tepat dikuping mas Rei, kugigit dan kujilat daun telinganya

"Keluarin Nia... jangan ditahan"

"Isepin yang keras mas... putingkuu aaahhh" pintaku


Aku semakin gila menaik turunkan tubuhku, saat pantatku turun, aku menggoyangkan pantatku untuk mencari kenikmatan di liang memekku, kemudian kutarik dan turunkan lagi dengan cepat, hisapan mas Rei kurasakan semakin kuat.


"Mass..."

"Mmmmpph..."

"Akuu... aku keluar..." jeritku lirih

"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!" Aku pun mengejan dahsyat saat orgasmeku meledak, kurasakan memekku seperti ngompol, cairan mengalir membasahi paha mas Rei, kepalaku terdongak dan mulutku terbuka lebar, mas Rei masih giat mencucupi putingku, pinggulku yang terhenti bergerak membuat kali ini pinggul mas Rei yang bergerak mencari kenikmatannya.


"Mmmpppuah.... Anna... gua mau keluar" bisik mas Rei setelah melepas mulutnya dari putingku dan membenamkan wajahnya di belahan kedua dadaku.


Anna... aku tertegun dalam nikmat yang kurasakan, mas Rei mengingat Anna saat ini, maafkan aku mas Rei... maafkan aku Anna... air mataku tanpa terasa meleleh, aku yakin mas Rei tidak sadar dengan ucapannya.


"Keluarin didalem aja... nggghhh.. nggak apa... aku aman" bisikku lirih sambil mendekap kepala mas Rei semakin dalam dipayudaraku, aku membantu dengan menggoyangkan pinggulku.

"Aaahhh....Fuck... gua keluaarrr.." kata mas Rei sambil mencengkeram badanku, kubiarkan dia terdiam namun tetap kugoyangkan pinggulku untuk memompa kontolnya.

"Enak sayang?" tanyaku pelan

"Apapun yang terjadi gua bakal tanggung jawab" kata mas Rei sambil merebahkan tubuhnya, badanku ditariknya sehingga aku tengkurap di atas badan mas Rei. Kontolnya terlepas dari memekku dan kurasakan sperma mas Rei keluar membasahi badan kami.

"Udah... aku ga mau bahas mas... aku sayang mas.... tapi aku tau posisiku" kataku lirih membenamkan kepalaku dibahunya, tangan mas Rei mengelus kepalaku

"Hmmm... gua sayang lu semua, gua ga nyesel... gua yakin Anna juga berpikiran sama, dia sayang banget sama keluarganya"

"Iya... aku ga pernah panggil dia kakak... mbak... atau apapun, tapi bagiku... dia tetep pelindungku"


Kami terdiam, perlahan kugeser tubuhku dari atas tubuh mas Rei.


"Mas..."

"Apa?"

"Kayanya kamu kudu turun deh..."

"Damn...!!! udah jam 3... gua turun Nia... love you" kata mas Rei sambil mengecup keningku dan bergegas bangun memakai pakaiannya. Aku pun tersenyum dan menatapnya tulus... love you to... ucapku tanpa suara...


---------- oooOooo ----------


Aku terbangun dari tidurku.... hmmm... mas Rei udah keluar kamar, akupun tersenyum membayangkan senangnya saat mas Rei ada dirumahku, berasa seperti pengantin. Aku bangkit dari tempat tidur dan memakai dater terusan tipis untuk menutupi tubuhku lalu keluar menuju kamar mandi, baru beberapa langkah aku mendengar suara - suara yang tidak asing dari kamar Nia.


Jantungku berdetak kencang mengetahui suara - suara asal suara tersebut, tidak mungkin.... aku takut untuk mengetahuinya, namun kakiku melangkah pelan menuju kamar Nia, dan saat aku mencapai pintu...


"aaahh...aahhhkkk... OOOUUUUGGHHH... FUCKK... YYEAAH.... AAARRRGGHH....!!!"


Jeritan Nia terdengar dari balik pintu, seketika aku menutup mulutku dan mataku mulai membasah, akupun terduduk simpuh didepan kamar Nia.


"Nia... Mas Rei..." aku berkata lirih sambil tersedu, aku tidak bisa berpikir lagi, akupun bangun dan kembali ke kamarku.


Didalam kamar tangisku pecah, otakku tidak bisa mencerna semuanya, rasanya bertubi - tubi apa yang kurasakan dikepalaku.


Akhirnya aku terdiam... rasanya aku tidak bisa tidur lagi hari ini.


To be kontolnyut........
Kasihan si nana harus memergokinya :((
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wahhh .. cerita yg mantul, semoga TS sehat slalu dan segera apdet..
Semangad berkarya Hu ...
Gelar tenda tggu apdet
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd