Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekuntum Simbelin

willdick

The Will Of D
Staff member
Moderator
Daftar
22 Jan 2013
Post
seencrot
Like diterima
955
Lokasi
diantara puluhan gadis
Bimabet
Permisi, ane bikin cerbung lagi nih, pasti tamat kok karna ini cuma cerbung singkat untuk menyambut event valentine yang sebentar lagi digelar. Cerita ini terinspirasi dari anime 5 CM Per Second. Langsung aja eaaaa.

Willdick Story Jump
Spesial Valentine
Mempersembahkan




Soundtrack

[video=youtube;BqFftJDXii0]https://www.youtube.com/watch?v=BqFftJDXii0[/video]

<<<<<<<<<<Index >>>>>>>>>>​

Chapter 1 (Simbelin Mekar) >>>>> ada dibawah
Chapter 2 (Sekeping Harapan Usang) >>>>> Sabtu 10 Januari 15
Chapter 3 (Dalam Dekapan Sang Malam) >>>>> Minggu 11 Januari 15
Epilog : Cahaya Dan Simbelin >>>>> Minggu 11 Januari 15
 
Terakhir diubah oleh moderator:
Chapter 1(Simbelin Mekar)

Februari 2002


Bunga Simbelin, bunga bertangkai tipis yang kokoh tak berduri. Kelopaknya yang berjumlah 3 dan berbentuk hati, dengan mahkota bunga yang lebar, serta saling merangkai hingga membentuk kesatuan yang indah. Bunga yang hanya memiliki satu warna yaitu warna merah muda.

Kuntuman Simbelin tumbuh di belakang rumah kami dikelilingi rumput liar pendek tapi menghijau, tumbuh di pinggiran sungai yang mengalir pelan. Bersama gemericik air yang mengalir, Simbelin mekar dan mewangi.

Seperti suasana di bulan ini, bulan hujan yang dipenuhi oleh kasih sayang. Berdiri di sebelahku Cahaya Karamy, seorang wanita yang ku kenal dekat sejak kecil. Saat ini kami sedang menikmati wangi Simbelin yang sedang mekar di bawah terpaan hujan deras. Wangi yang tidak terlalu pekat, terasa segar di penciumanku hingga membuatku betah berlama-lama menatapnya.

Rumah kami memang bersebelahan, entah sejak kapan, hanya orang tua kami yang tau. Yang jelas aku dan Cahaya memiliki tanggal lahir yang sama, bahkan kami lahir benar-benar di waktu bersamaan, itulah yang diceritakan orang tua kami.

Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk dekat dengannya dari kami lahir. Terima kasih kepada Sang pelukis takdir yang telah memberi seberkas cahaya indah di kehidupanku ini, walaupun aku hanya lelaki lemah yang hanya bisa menggores-gores tinta keinginanku tanpa mewujudkannya.

"Kamu tau Will, kenapa ibuku menamaiku 'Cahaya' ?" tanpa menoleh kearahku, Cahaya melempar sebuah pertanyaan.

"Kenapa ?" aku balik bertanya memandang rambut panjangnya yang kini lepek terjuntai hingga sepinggang.

"Karna ibuku sangat menyukai bunga, seperti cahaya yang menyayangi bunga, hingga cahaya selalu bersinar di pagi hari untuk memekarkan bunga, cahaya juga selalu khawatir karna bila terlalu lama bersembunyi di dalam gelap, maka bunga akan layu," kali ini dia menatapku, menampakan senyumnya yang manis, membuat mata sipitnya semakin tenggelam nyaris tertutup.

"Kamu tau kenapa Simbelin tetap mekar walau tanpa cahaya, bahkan di cuaca seekstrim apapun, Simbelin tetap mekar ?" kali ini aku yang bertanya, memperhatikan setiap tetep air hujan yang mengaliri wajahnya yang cantik.

"...." Cahaya tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Bukan karna tidak butuh cahaya, tapi karna Simbelin juga menyayangi cahaya. Dia gak mau cahaya khawatir karna meninggalkannya terlalu lama, dan dia akan menyambut cahaya dengan mahkotanya yang mekar indah ketika cahaya datang."

Sama seperti aku, ketika saat malam tiba dan kita memasuki alam mimpi masing-masing, membuat aku mengalami kesepian yang teramat sangat, tapi aku tetap tak kehilangan senyumku, dan akan menyambutmu dengan senyuman di pagi hari. Karna mungkin saja saat tidur kamu bermimpi buruk, dan aku hanya ingin menghilangkan ketakutanmu walau hanya dengan segores senyum.

Cahaya membungkukkan tubuhnya, melihat dengan penuh ketenangan bunga Simbelin di hadapannya lalu berkata, "percayalah pada 'cahaya' meski di gelap malam kamu gak sendirian, dan semua bintang yang 'cahaya' tinggalkan, temani kamu sampai akhir malam."

Ada tutur kata terucap
Ada damai yang kurasakan
Bila sinarnya sentuh wajahku
Kepedihan pun... terhapuskan


*****​

Entah sejak kapan aku memendam perasaan tak terucap padanya, aku terlalu takut untuk mengungkapkan. Dan kini aku sedang di dalam kamarku, duduk di depan meja belajar, bukan untuk memahami pelajaran yang saat di sekolah diterangkan, tapi sedang menggoreskan pena di atas secarik kertas putih, berusaha mengumpulkan perwujudan perasaanku dalam bentuk tulisan....

Untuk Cahaya yang terlalu menyilaukan bagiku, atau mataku yang terlalu lemah untuk memandangmu lebih dalam lagi. Apa kamu tau sudah ratusan surat cinta untukmu yang tersimpan rapi di laci meja belajarku, surat yang tak ada 1 pun dapat kamu baca.

Dan ini untuk kesekian kalinya aku menuliskan surat untukmu, tanpa tau kapan surat ini sampai kepada dirimu atau tidak akan pernah sampai. Dengan menyebut namamu saja, sudah membuat hariku menjadi indah, walau ada riak-riak kecil di dalam hati yang ingin memberontak rasa takutku ini.

Takut untuk meminta lebih dari sekedar senyum yang setiap saat kamu goreskan untukku. Takut untuk menerima lebih terang lagi cahaya darimu. Seperti saat aku berani untuk mencintaimu, saat itu pula aku takut untuk mengucapkan bait-bait dalam hatiku.

Cahaya.... Tetaplah kamu menjadi cahaya yang memberi sinar kepada bunga-bunga di taman. Dan aku akan tetap menjadi bayangan yang memandang Cahaya di sela-sela bunga.

Karna mustahil bagi bayangan untuk menyentuh cahaya, karna bayangan akan hilang bila terkena cahaya. Tapi tanpa cahaya, bayangan pun tidak akan ada, jadi bersinarlah dan aku akan selalu menjaga sinarmu dari sisi gelapku.

Aku lipat surat dan memasukannya ke kantong celana yang akan aku pakai ke sekolah besok, siapa tau esok hari keberanianku muncul untuk memberikan surat ini kepada Cahaya.

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang lalu membayangkan wajah Cahaya yang selalu tersenyum manis. "Mimpi indah Cahaya, dan datanglah esok pagi dengan sinarmu !"

Aku coba pejamkan mataku, dengan segenap rindu yang bergumpal di hati, aku hela nafasku dan mencampurkannya dengan udara yang mengelilingiku. Semoga angin dapat menyampaikan rasa yang bergemuruh di dada.

Apalah arti hidupku ini
Memapahku dalam ketiadaan
Segalanya luruh lemah tak bertumpu
Hanya bersandar pada dirimu


*****​
Di sebuah SMA

Cahaya sudah dari tadi menungguku selesai piket kebersihan setelah pulang sekolah. Dia tersenyum ketika aku menghampirinya, sebuah payung sudah siap dalam genggamannya.

"Kebiasaan gak pernah bawa payung," Cahaya tersenyum sambil menggeleng-geleng kepala.

"Aku suka hujan," aku tak kalah melengkungkan senyumku untuk Cahaya yang berkilau-kilau.

"Liat tuh, hidungmu sampai memerah gitu karna demam," dia menyentuh-nyentuh ujung hidungku, "lagian kan kemarin udah main hujan-hujanan di belakang rumah."

Aku hanya bisa tersenyum, meraih payung dalam genggamannya lalu merentangkannya. Kami berdua pulang dengan payung yang melindungi kami dari rintikan air hujan.

Kami berjalan diantara gemerincik air yang menyerbu bumi. Orang-orang yang melangkahkan kakinya di tengah hujan. Lalu lalang kendaraan yang membuat sedikit air yang tergenang menyiprat kami.

Sesekali aku menatap wajahnya yang bersemu karna udara dingin yang dihembuskan sang hujan. Menikmati keanggunan wujud di setiap langkah menawannya.

Cahaya sedikit menarik rok panjangnya ke atas, menghindari cipratan air hujan. Sesekali dia menoleh ke arahku lalu memberi senyumnya yang khas diiringi mata sipitnya yang nyaris terpejam, membuat aku tak mampu lagi menatapnya lama-lama.

Hingga saat Cahaya memelankan langkahnya lalu berkata, "tahun depan ayahku pindah kerja ke Bandung, dan setelah lulus, aku akan meneruskan kuliah di Bandung."

Ucapan Cahaya membuat jantungku berhenti sejenak selama beberapa detik. Aku menatap penuh ketakutan, "lalu ?"

Dengan jemarinya yang lembut, Cahaya menyentuh tanganku yang menggenggam gagang payung, dia memandangku penuh harapan, "apa kamu akan mengingat saat-saat seperti ini ?"

"Pasti," aku mengangguk pelan, dan saat itulah langkah kami benar-benar terhenti. Kami saling pandang, dan entah kenapa kali ini aku mampu untuk memandangnya lebih lama dari biasanya.

Dan pada saat itu pula, batinku berkata, 'apa saat inilah waktunya ?'

Aku memasukan tanganku ke dalam saku celana, meraba surat yang sudah tersimpan dari tadi malam di dalamnya.

"Tapi nanti aku akan beritahu alamatku di Bandung, dan kita bisa saling berkirim surat nantinya," Cahaya tersenyum, kembali kami melangkah dan tanganku yang sudah menggenggam surat di dalam saku celana, kini melemah, mengurungkan niatnya.

Hujan semakin deras melajukan air dari langit, membuat kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan berteduh di depan toko boneka. Disana juga ada beberapa pengendara sepeda motor yang berhenti sejenak menunggu hujan reda.

Cahaya melipat tangan di dadanya, semakin meringkukkan tubuhnya yang kedinginan. Entah sadar atau tidak, Cahaya lebih mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, hingga tubuh kami saling bersentuhan, dan dapat aku rasakan getaran di tubuhnya karna menggigil.

Naluri menuntun tanganku, untuk melingkarkan ke tubuhnya, mendekap Cahaya agar dia lebih hangat. Dan Cahaya semakin mempererat tubuhnya ke tubuhku, saat itulah terdengar jelas olehku diantara suara hujan, desiran nafasnya yang berpadu dengan udara dingin.

Degupan jantungku mendadak bertabuh kencang, begitu pula dengan dengusan nafasku yang kian berat. Seperti rintikan air hujan yang menghujam bumi berkali-kali, begitu pula perasaanku yang teraduk-aduk mendekap Cahaya.

Tidak seperti diriku, Cahaya nampak tenang, bahkan dia menyandarkan kepalanya di pundakku. Disaat itulah aku coba alihkan pandanganku ke dalam toko untuk mengurangi rasa gugupku, dan aku melihat ada sebuah boneka beruang seukuran telapak tangan yang terpajang manis di rak toko. Boneka beruang berwarna putih dengan pita warna pink melingkar di leher boneka.

Dan biarkan aku padamu
Menyimpan sejuta harapan aku padamu
Rasa ini tulus padamu
Takkan berhenti sampai nanti ku mati​
 
Terakhir diubah:
:ampun:
mohon ijin gabung
'tuk ikut nimbrung

bersama ramaikan suasana
sambil baca cerita​
 
gagal pertamax :(( numpang buka lapak suhu wildick
 
gak dapat pertamax penting dapat Andromax :haha:
 
ijin gelar tiker dipojokan ama tenda. Trus :mancing:
 
Izin gelar tenda+tiker ya om Will, semoga tidak sad ending :((
 

temani cahaya terang
bayangan ada
cahaya hilang
bayangan sirna
cahaya mengejar
bayangan pun menghindar,
memutar, kadang memendar.
takutkah atau malu untuk bertemu.
hanya bersedia temani di batas cahaya.

:siul:Apa yang terpancar dari dalam hati
Tak dapat aku bantah
Tak mungkin ku singkirkan..
:siul:Sesungguhnya aku sangat ingin mengungkapkan
:siul::Ingin ku mengungkapkan
:mancing:
:rose::rose:
cahaya&bayangan
sebagai pasangan


:hore:
Makasih kaka​
 
ijin nongkrong di empang mari suhu will
mau :baca: sambil mantau keadaan sekitar dulu..
 
Weekzz. .new story dh lgsng bkin galau. .:hua:
Btw "Madu 3" jgn lupa ye suhu:galak:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 

Similar threads

Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd