Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sepenggal Cerita di Minggu Pagi

BadFace

Adik Semprot
Daftar
14 Sep 2016
Post
144
Like diterima
59
Bimabet
Hai, lama gak buka akun ini di forum yang penuh dosa namun ngangenin :pandaketawa:

Udah sejak awal buat akun ini sih pingin share cerita dimari, berhubung ane kagak bisa bikin cerita yang ada SS nya, jadi cerita normal aja ya(bisa sih sebenernya, cuman yakali sharing cerita,"Semua berawal ketika liburan semesterku di rumah tante..." :pandaketawa: udah pada bosen kan ama yang ginian? :pandaketawa:)




Catatan: Bila ada kesamaan konsep atau bahkan cerita di dunia nyata... saya mohon maaf dan itu bukanlah merupakan sebuah kesengajaan.





:rose:


Minggu pagi, seperti biasa aku duduk di sebuah kursi di pelataran depan rumahku. Secangkir teh sudah aku letakkan di meja kecil sebelah kiri tempatku duduk, tinggal mengambil koran dan ini akan menjadi awal hari libur yang santai. Dengan segera aku beranjak menuju kotak surat di dekat pagar rumah untuk mengambil koran. Namun sejenak semua perhatianku teralihkan ketika aku melihat ada sepucuk surat di dalam kotak suratku. Siapa yang masih mengirim surat di zaman sekarang? seingatku, aku pun masih belum dan urung untuk ikut komunitas penpal. Aku letakkan koran pagi itu di sebelah cangkir teh tadi dan saat kulihat surat tadi... tertulis nama pengirimnya di sana, Indah Putri Sari.

Indah? seketika ingatanku kembali ke beberapa tahun lalu. Namun hal yang paling membuatku bingung adalah... ada urusan apa dia mengirim surat? Terakhir aku berkomunikasi dengannya seingatku pada malam tahun baru tahun lalu. Tidak, itu bukan komunikasi, waktu itu kita hanya saling memandang dan kembali dipisahkan oleh kerumunan orang malam itu. Bahkan aku ragu jika itu memang dia.

Amplop itu pun segera kubuka, dan terlihat dua lembar kertas di dalamnya.



Untuk Rangga Eka Pratama
Yang suka sekali kucing.


Hahaha, sejenak aku tersenyum untuk tiga hal. Pertama, tulisan tangannya yang rapi, yang dulu sering ia bandingkan dengan tulisan tanganku yang menurutnya seperti tulisan anak SD. Kedua, dia masih ingat kalau aku suka kucing. Dan ketiga, ia masih ingat nama lengkapku. Bahkan nama panggilanku tidak ada sangkut pautnya dengan nama asliku, dan dia... yang pertama kali memanggilku dengan “Rangga” ketika yang lain memanggilku dengan nama lain.



Ngga, apakah kamu masih ingat rangkaian kisah beberapa tahun lalu? Kisah tentang kita? aku yakin... kamu tidak akan lupa, aku pun demikian. Rangkaian kisah sepasang remaja yang dimabuk asmara, penuh kebahagiaan, dan gombalan garing yang sering kamu lontarkan, hihihi. Aku masih ingat, betapa gemetarnya tanganmu ketika kamu menggenggam tanganku dan memintaku untuk menjadi kekasihmu, kekasih pertama dalam hidupmu...


Ya, Indah adalah pacar pertama dalam hidupku, dan tiba-tiba pikiranku pun dipaksa kembali ke beberapa tahun lalu. Waktu itu Indah hanya tersenyum dan menggelengkan kepala setelah aku menyatakan perasaanku kepadanya. Dunia serasa runtuh pada waktu itu, hingga kudengar tawa lirih dari depanku. Ya, Indah tertawa lucu sambil memegangi mulutnya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih kugenggam.


“Aku gak mau kalau harus jadi pacarmu.”

“Ya..ya terserah kamu sih, itu hakmu.”

“Tapi aku maunya jadi istri dan ibu dari anak-anakmu kelak. Anak-anak kita.”

Waktu itu aku hanya memasang tampang bodoh dan tak percaya akan apa yang barusan kudengar, dan Indah kembali tertawa dan mengeluh karna ia bilang bahwa ia sudah terlalu lama menunggu momen itu.

Setelah itu, kami bagaikan sepasang sayap yang selalu saling melengkapi. Kencan sambil bergandengan tangan, bahkan rengekan manjanya ketika sedang pundung pun sangat membuatku rindu.


Waktu terus berjalan, hubungan kami terasa lebih hangat. Indah kini telah disibukkan dengan kegiatan PKLnya di kampus, dan aku pun masih menganggur setelah di wisuda empat bulan lalu. Komunikasi kami mulai berkurang sejak dimulainya kegiatan PKL Indah yang ia beralasan bahwa daerah tempat ia bertugas susah sinyal.

Dan Peristiwa itu pun terjadi, sebuah peristiwa yang berdampak besar pada kehidupanku. Pagi itu tak seperti biasanya, kedua orang tuaku gigih membawa Belang... kucing peliharaanku untuk diajaknya jalan-jalan. Namun nahas, sebuah mobil dengan kencang menabrak mereka bertiga, dan mereka meninggal dunia seketika di tempat.


“Kamu yang tabah ya, Ngga.” Ujar Indah setelah melepaskan pelukannya. Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan masih berharap jika semua ini tidaklah nyata.

“Lalu, bagaimana dengan sopir mobil itu?”

“Ternyata sopir mobil itu terkena serangan jantung sebelum akhirnya mobilnya hilang kendali dan menabrak kedua orang tuaku.” Jawabku sambil sesenggukan menyampaikan ulang keterangan polisi tadi.

“Kamu yang tabah ya, masih ada aku.” Ujar Indah mencoba menguatkanku kembali. Namun sayang, keesokan harinya Indah harus kembali ke tempat PKLnya, setelah kemarin izin sehari untuk menemaniku. “Maaf ya, aku harus pergi. Kalau ada apa-apa langsung hubungin aku ya.”


Waktu terus memaksa maju, dan aku pun kini bekerja sebagai seorang Cleaning Service di sebuah mall karna tak kunjung mendapatkan balasan dari beberapa perusahaan yang aku kirim lamaran kerjaku. Ya, aku juga perlu pemasukan untuk kebutuhan sehari-hariku. Indah kini sedang menanti tanggal dimana ia akan di wisuda, bahkan dia sudah diterima di sebuah perusahaan dan kelak langsung bisa bekerja setelahnya dia di wisuda. Hal yang cukup membanggakan sekaligus memberikan sebuah jarak pembatas tak kasat mata di antara kami. Orang tua Indah pun kini sedikit berbeda perlakuannya kepadaku ketika aku berkunjung ke rumah mereka. Tak jarang... statusku sekarang pun dipertanyakan oleh mereka.

“Sampai kapan kamu menjadi Cleaning Service terus? Bahkan saya jadi ragu kamu benar-benar mengirim lamaran kamu ke perusahaan-perusahaan itu.”



:norose:


Malam itu, entah ada dorongan apa aku ingin berkunjung ke rumah Indah. Segera aku bersiap-siap sambil memanaskan mesin motorku. Kulihat baterai ponselku tinggal beberapa persen saja, dan aku pun urung membawanya dan kupikir tak perlu untuk memberi tahu Indah bahwa aku akan berkunjung, toh keluarga bahkan tetangganya sudah hafal denganku. Setelah motorku siap, segera aku menuju rumahnya.

Ya, rencana tinggallah rencana. Aku melihat di depan rumah Indah... ia tengah bercanda dengan seorang laki-laki, bahkan sekilas laki-laki itu mencium pipi Indah, dan tak ada tindakan penolakan ataupun tak suka dari Indah. Segera aku menyalakan motorku untuk kembali pulang ke rumah. Setibanya di rumah, aku melihat ponselku berdering, ada beberapa panggilan dan sebuah pesan baru dari Indah.

“Kamu barusan dari rumah?” mungkin Indah mendengar suara motorku tadi.

“Ya.” balasku singkat. Segera ponselku bergetar, tanda ada panggilan masuk.

“Maaf, aku bisa jelaskan.” Ujarnya

“Siapa?” tanyaku.

“Pram.”

“Teman PKLmu dulu?” tebakku.

“Benar, maaf. Tapi aku punya beberapa alasan.”

“Aku lelah, orang tuaku sering bertanya, sampai kapan kamu akan menjadi cleaning service? yang bahkan gajimu sangat mepet untuk kebutuhan sehari-harimu, mungkin kita memang sudah terbiasa membayar barang kita masing-masing saat kencan, tapi apakah aku mempunyai jaminan saat kita menikah kelak?”

“Pram, juga sudah mendekatiku sejak awal semester itu, dan kebetulan kami satu kelompok PKL, orang tua kami masing-masing juga sudah saling mengenal. Dan ia akan melanjutkan perusahaan ayahnya di ibu kota kelak setelah ia di wisuda. Orang tuaku juga setuju jika aku melanjutkan hubunganku dengan Pram, apalagi dia juga bersikap baik kepadaku dan juga keluargaku. Aku mohon maafkan aku, dan aku harap pengertian darimu.” Ujar Indah menjelaskan. Sejenak aku terdiam. Indah benar, aku tidak bisa menjaminnya kelak. Perlahan dadaku terasa sesak... teramat sesak.

“Baiklah, aku mengerti. Aku memang belum mempunyai apa-apa untuk menjaminmu kelak. Tapi, apakah harus dengan cara seperti ini?” tanyaku balik.

“Maaf, seharusnya aku memberi tahumu lebih awal. Orang tua kami bahkan ingin segera menikahkan kami di akhir tahun nanti. Sekali lagi, maaf, Ngga.”

“Baiklah, aku juga minta maaf jika aku tak bisa mewujudkan impian kita bersama. Tapi satu hal yang perlu kamu percaya, Ndah... semua hal yang aku lakukan semuanya untukmu. Karna kau tahu sendiri, aku sudah tidak mempunyai keluarga lagi, ayah dan ibuku sudah meninggal, begitu juga si Belang. Aku sudah tidak mempunyai tujuan lain lagi selain kamu. Tapi sepertinya perjuanganku masih belum cukup, dan malah menjadi beban juga untukmu. Jadi, maafkan aku telah menghabiskan waktumu dan terimakasih juga untuk waktu yang telah kau habiskan bersamaku.” Tak terdengar lagi balasan dari Indah, hanya suara tangisan lirih di ujung sana. Dan begitulah akhir kisah kami beberapa tahun silam.


Ingatanku kembali ke masa kini. Surat yang sejak tadi berada di pangkuanku kembali kubaca lagi.



...Kekasih pertama sekaligus wanita yang menyakitimu. Maaf, Ngga. Bahkan aku dengar kamu berada di masa-masa sulit setelah itu.

Ngga, meskipun akhirnya aku menikah dengan Pram yang pada waktu itu aku sendiri masih ragu akan cintaku padanya, aku masih memikirkanmu dan membayangkan dirimulah yang ada di sampingku hari itu. Dan di hari pernikahanku itu pun aku menunggumu dari awal hingga akhir acara. Entah kamu memang tidak datang atau kamu hanya tidak menyalamiku dan memberi ucapan selamat seperti tamu undangan yang lain... yang pasti aku tidak melihatmu hari itu.

Setahun berselang, kami akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan. Ya, pada akhirnya aku juga berusaha mencintai Pram, dan kehadiran Bella, nama anak perempuan kami... kian memberikan warna cerah di kehidupan keluarga kami.


Aku tersenyum, Bella, nama yang cantik. Mungkin secantik ibunya, bahkan mungkin lebih. Entah mengapa aku ikut merasa bahagia membaca hal tersebut. Aku memang tidak hadir pada hari itu, hari terberat dalam hidupku. Bahkan aku berniat mengakhiri hidupku dengan lompat dari jembatan ke bebatuan sungai pada hari itu.


Lalu lembaran kedua surat tersebut mulai kubaca.



Rangga, kehidupan awal kami memang sangatlah baik. Bisnis Pram berkembang pesat, dan aku dipaksanya untuk berhenti bekerja dan ikut pindah ke ibu kota. Aku juga tidak diizinkannya lagi untuk bekerja dan fokus untuk memberikan waktuku untuk Bella. Ya, aku dengan senang hati melakukannya, apalagi perekonomian kami sangat memumpuni waktu itu.

Namun Pram semakin sering pulang larut dan tak jarang aku mencium bau alkohol ketika ia baru pulang. Kami jadi sering bertengkar karena hal itu, dan dia beralasan bahwa ia sedang stres karna beban pekerjaannya. Tiga bulan setelahnya, Pram bahkan sering tidak pulang ke rumah, sekalinya pulang dia pasti dalam keadaan mabuk. Dan saat aku menegurnya... ia marah dan mulai menamparku. Hal yang bahkan tidak pernah dilakukan oleh ayahku.

Aku sungguh kecewa dengannya. Kenapa Pram bisa sampai melakukan hal itu. Dan akhirnya aku ketahui, bahwa ternyata Pram “bermain belakang” dengan sekretarisnya di kantor perusahaannya sendiri. Dan pada akhirnya kami bercerai dan aku masih tidak percaya, mengapa Pram sampai setega itu padaku.

Ngga, aku merasa ini seperti karma setelah aku bermain di belakangmu dulu dengan Pram. Mungkin ini sudah menjadi takdirku menjadi seperti ini. Aku hanya mengharapkan doamu agar aku dan Bella bisa menemukan kebahagiaan dan “keluarga” bagi kami.



Dari seseorang yang selalu merindukanmu,

Indah Putri Sari


Sialan! Aku menjadi begitu kesal dengan perlakuan Pram setelah membaca lembaran terakhir barusan. Perasaanku menjadi campur-aduk membayangkan apa yang telah menimpa kehidupan Indah. Aku bisa merasakan bagaimana sedih dan kecewanya setelah perasaan kita dikhianati. Kulihat ada sebuah catatan tambahan dibalik lembaran kedua surat tersebut.



P.S: Aku yakin bahwa yang aku lihat waktu tahun baru kemarin itu kamu, dan sekilas aku melihat sepertinya kehidupanmu menjadi lebih baik. Kenalkan aku dengan wanita beruntung yang kau gandeng tangannya waktu itu. Semoga ia adalah kebahagiaan yang selama ini kamu cari, Ngga.


Dan aku juga berharap semoga kamu mendapatkan kebahagianmu kelak bersama dengan Bella, Ndah.



“Ayah! makanan si Oren habis!”

Aku seketika kaget dan tersadar dari lamunanku. Segera aku simpan surat dari Indah di kantong celana pendekku dan bergerak menuju arah suara istriku, Ajeng. Ya, kini aku telah menikah dengan Ajeng, wanita asing yang dengan lancang menggagalkan upaya bunuh diriku hari itu dan yang senantiasa menemaniku di saat-saat terendah dalam hidupku. Kini kami tinggal bertiga dengan Oren, kucing kami, sembari menunggu kelahiran anak pertama kami yang kini masih ada di dalam kandungannya.






=TAMAT=
 
Terakhir diubah:
Lega euy, serasa lepas satu beban hidup, hahaha.


komentar, kritik, dan saran dipersilahkan. kalau malu-malu via pm juga gapapa :o
 
Padahal berharap ada lanjutan dari beberapa sudut pandang atau ga ceritain pas bisa sama ajeng dan menjalani kehidupan selama di masa sulit. Tapi udah cukup menyentuh sih arti karmanya. Mantap hu
 
Izin gelar lapak, gan

bubar! bubar! ada pakpol!:polisi:


nice sekali kak

makasih kak..... abis reset post ya? kyknya dulu postingannya banyak

wah...:baca:
terus gimana nih :baca:

kalau mau nerusin sendiri, monggo.... :D

Padahal berharap ada lanjutan dari beberapa sudut pandang atau ga ceritain pas bisa sama ajeng dan menjalani kehidupan selama di masa sulit. Tapi udah cukup menyentuh sih arti karmanya. Mantap hu

nah ini nih, udah ane duga.

jadi ini sebenernya cerpen jaman baheula yg bisa dibilang proyek gagal. awal bikin cerita ini pingin nyeritain tentang rasa saling percaya. dalam hal ini kepercayaan antar manusia yang saling mencinta akankah dapat bertahan bila menghadapi realita. malah jatuhnya kyk cerita tentang karma(walaupun bisa dibilang karma bisa saja berawal dari ingkar). cuman ya... entahlah, ane sendiri ngerasa "miss" disini.

jadi ya... ikut senang aja kalau ada yg suka sama cerpen ini. makasih..... :kk:
 
anaknya nanti lahir berjenis perempuan dan Ajeng isteri tercinta ngasih nama Indah..
wkk🤭kwkkk​
 
Cerpen ya, udah lama ga nulis cerpen.
asek ada mood booster
:jempol:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
damned ...cakep neh cerita.. ingat zaman dulu baca cerpen di majalah HAI dll.. hehehe... thx gan untuk cerpennya..
 
Bimabet
Suhu. Izin save ya. Ane suka cerita yg ngegantung ini
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd