Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Slutty Wife

kisah ini bercerita tentang seorang wanita bersuami yang terpaksa mencari lelaki lain karena suaminya sudah tak mampu memberikannya kenikmantan. Berawal dari keisengan hingga akhirnya ia ingin merasakan kenikmatan yang lebih dari tiap lelaki yang ditemuinya.

kisah ini akan rutin kami update hingga chapter akhir. karya ini adalah karya perdana kami. kami menerima saran dan masukan dari suhu-suhu sekalian hehe. semoga next time kami bisa membuat cerita yang lebih bagus lagi. thank you and we hope you enjoy it.

chapter 1 (awal mula keliaranku)
chapter 2 (bermain kotor)
chapter 3 (gairah kawula muda)
chapter 4 (sang penggoda)
chapter 5 (budak sex tetanggaku)

Chapter 5 (budak sex tetanggaku)
Hari ini aku sudah sampai dikantor pukul 07.30 pagi. Tadi pagi buta, aku mendapat telepon dari bos yang menyuruhku untuk menyelesaikan tugasku segera sebelum pukul 10.00 karena ada presentasi mendadak.

Aku menghela napas lega saat ku lihat jam dinding menunjukkan pukul 09.45. Masih ada sisa 15 menit sebelum presentasi di mulai. Aku mengurut keningku perlahan sebelum akhirnya beranjak ke pantry untuk membuat kopi. Beberapa hari ini kesibukan kantor banyak menyita waktuku hingga tidak terasa sudah satu minggu ini aku tidak merasakan seks.

Aku baru saja hendak menuju ruang rapat setelah menghabiskan secangkir kopi panas. Ting... Notifikasi pesan whatsapp, Pak Ramlan. “Bu Dewi apa kabar? Saya kangen, Bu. Ketemu yuk.” Aku menghela napas, kenapa waktunya tidak tepat begini. “Saya ada rapat, Pak. Jangan hari ini.”

Tepat pukul 10.00, rapat dibuka oleh sekretaris bos. Agenda hari ini adalah aku harus mempresentasikan pekerjaanku dibantu oleh dua staff bawahanku. Ting... “Wah, sayang sekali, Bu. Padahal saya ada kejutan untuk Ibu.” Aku yang saat ini harus mempresentasikan tugasku memilih untuk tidak menanggapi chat Pak Ramlan.

Ting... Aku menghela napas saat membaca chat dari Pak Ramlan. “Saya sudah didepan kantor Ibu. Cepat turun atau Ibu akan menyesal.” Mendapat ancaman seperti itu membuat nyaliku menciut. “!0 menit lagi saya turun.” Beruntungnya, tugasku untuk presentasi telah selesai, tinggal sesi tanya jawab yang aku yakin bisa di handle oleh staffku. Aku izin pamit dengan alasan kurang enak badan.

Aku segera masuk ke dalam mobil Pak Ramlan. “mas ramlan apaan sih. Kenapa pakai ngancam segala. Saya lagi kerja loh, ada ra.. mmmfff...” omelanku terhenti oleh gerak cepat Pak Ramlan yang mencium bibirku. “Hhmmmff..” Belum sempat aku protes tangan Pak Ramlan sudah meremasi toketku sementara lidahnya sudah bertaut didalam mulutku. Aku memejamkan mata, memilih untuk menikmati tingkah Pak Ramlan. Lidah kami saling bertaut.

“Hhhmm.. mas ramlan apaan sih.” Omelku saat Pak Ramlan melepas ciumannya.

“Hehe. Maaf, dek. Habisnya saya kangen banget sama kamu.”

“Tapi ngga gitu caranya, mas. Saya kan lagi kerja. Lagian, main sosor aja. Kalo ada yg liat gimana.” Ujarku pura-pura merajuk.

“Alah, dek. Tapi kamj suka, kan? Gausah munafik jadi orang. Kamu itu sekarang sudah jadi lonte. Jadi nikmati saja.”

“Ih, apaan sih, mas.” Kataku sambil mencubit perutnya. “Sekarang kita mau kemana?”

“Udah ikut aja. Saya ada surprise buat kamu. Lonteku ini pasti seneng.”

“Hmm.. Awas ya kalo surprisenya biasa aja.”

Di sepanjang jalan, tangan Pak Ramlan benar-benar tidak bisa diam. Kancing bajuku sudah terbuka dan toketku sudah keluar. “Puting mu seksi sekali dengan tindik itu.” Meski matanya fokus ke jalan tapi tangannya tidak pernah berhenti memainkan puting susuku. “Ehhmm...” Sesekali saat lampu merah Pak Ramlan memanfaatkannya dengan mengenyot toket gedeku yang otomatis membuatku mengerang. “Enak yah, dek?” “Hhhmmm...” jawabku ketika Pak Ramlan kembali melanjutkan kenyotannya di putingku. Sempat beberapa kali Pak Ramlan iseng membuka jendelaku hingga membuat beberapa pengguna jalan tak berkedip menatap toketku yang terbuka. “mas ramlan ih..” ujarku pura-pura merajuk tanpa berusaha menurunkan kaca jendelanya. “Haha. Dasar lonte.” Pak Ramlan hanya tertawa sinis melihat tingkahku. “Bentar lagi kita sampai, dek dewi lepas aja behanya. Taruh di mobil.”

20 menit perjalanan, kami kemudian berhenti di depan sebuah klinik yang tidak jauh dari perumahan tempat kami tinggal. “Eh, mas?” aku tertegun saat membaca plang bertuliskan Praktek Dokter Kandungan, dr. Rudi, Sp.OG. “Ini kan tempat prakteknya Pak Rudi. Mau ngapain ke sini?”

“Udah ikut aja, dek.” Aku mengikuti langkah Pak Ramlan sambil masih bertanya-tanya apa sebenarnya rencana tetanggaku ini.

“Selamat pagi, Pak Ramlan, Bu Dewi.”

“Pagi, Pak.” Kami saling bersalaman, sementara mata Pak Rudi menatap buas pada toketku yang putingnya membayang dibalik kemeja kerjaku yang berwarna putih

“Semua sudah siap, Pak?” tanya Pak Ramlan memastikan sementara aku hanya diam sambil menerka-nerka sebenarnya apa rencana mereka.

“Siap, Pak. Bapak bisa tolong ikut saya mempersiapkan peralatannya. Bu Dewi silahkan tidur saja di ranjang, Bu.”

“Eh, saya? Saya ngga mau periksa loh, Pak.” Meski merasa aneh namun aku menuruti suruhan Pak Rudi.

“Lonte pinter. Kamu nggak usah banyak nanya. Turuti saja apa mau kami.”

Tak lama Pak Ramlan dan Pak Rudi kembali sambil membawa beberapa peralatan dan obat-obatan.

“Kamu minum ini dulu.” Pak Ramlan menyodorkan sebuah pil dan segelas air minum kepadaku.

“Eits, gausah banyak tanya, Lonte.” Pak Ramlan mencubit keras putingku saat aku baru saja hendak bertanya.

“Lepas bajumu, Bu.”

“Tapi, maa..”

“Jangan banyak protes, Lonte! Sini.” Pak Ramlan membuka paksa bajuku hingga kini toketku terbebas. Sementara Pak Rudi tertegun saat melihat toketku.

“Wah, Bu Dewi. Sejak kapan toketnya di tindik begitu?”

“Seksi kan, Pak? Memang lonteku ini nggak ada duanya. Bapak nggak akan nyesel deh.”

“Eh? Mas Ramlan apaan sih?”

“Diem, Lonte!” sambil menunggu Pak Rudi menyiapkan beberapa peralatan Pak Ramlan meremasi toket dan memainkan putingku. “Hhmmm..” entah kenapa, aku tiba-tiba merasa sangat sange, memekku basah sementara badanku panas dan putingku rasanya gatal sekali. “mas, emut pentilku, mas.”

“Dasar lonte, tadi aja malu-malu sekarang malah minta.” Ujar Pak Ramlan yang langsung saja mengemut dan menggigiti pentilku yang kemudian diikuti oleh erangan kenikmatanku.

“Ehem, Pak. Boleh kita mulai?” Suara Pak Rudi menghentikan aktifitas Pak Ramlan pada toketku.

“Silahkan, Pak.”

Pak Rudi kemudian meremasi toketku. “Ehnngghh, Pak, jangan.. Mmmhh...” mulutku berusaha menolak tanpa menyingkirkan tangannya. Getaran kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku saat Pak Rudi memencet-mencet putingku dengan jari jempol dan telunjuknya. Pak Rudi dengan keahlian nya mencopot tindik yang ada di kedua putingku, agak terasa sedikit sakit tapi hal itu tertutup oleh rangsangan hebat dalam tubuhku.

“Toket ibu seksi sekali. Pantas Pak Ramlan doyan.” Pak Rudi mengambil alat suntik yang ada dimeja pemeriksaan. “Pak Ramlan, tolong pegangi Bu Dewi. Ibu, tahan sebentar, ya. Mungkin ini sedikit sakit tapi obat perangsang yang Ibu minum tadi akan mengurangi efeknya sehingga berganti menjadi kenikmatan.” Pak Rudi kemudian meyuntikkan cairan tersebut di kedua putingku.

“Hhmmm, Pakk...” aku merasakan sedikit sakit meski ada getaran kenikmatan di putingku ketika cairan tersebut perlahan masuk.

“Kita tunggu 5 menit, Pak. Sementara biarkan dulu Bu Dewi beristirahat. Sebentar lagi kan dia akan kelelahan melayani kita.” Pak Rudi dan Pak Ramlan tertawa bebarengan tanpa aku mengerti maksutnya.

Lima menit berlalu sejak cairan itu masuk dalam toketku. Aku merasa toketku semakin mengencang sementara di putingnya seperti mengeluarkan cairan. Pak Rudi kini meremasi toket kananku sedangkan Pak Ramlan meremasi yang satunya. “Sudah mulai keluar, Pak. Silahkan kita nikmati.” Tanpa sempat aku menyadari maksut Pak Rudi, mulut keduanya kini sudah ada di toketku mengenyot air susu yang keluar dari toketku.

“Ehhmm.. Pakk, kenapa bisa? Ahhh... Enak, Pak. Iya terusin”

“Enak kan, Bu? Ini efek dari hormon yang saya suntikkan ke puting Ibu. Jadi, meski tidak hamil pun ibu bisa menyusui kami. Beruntungnya, tubuh Ibu cepat bereaksi jadi produksi air susu ini kan terus meningkat dengan cepat. Jika setiap hari tidak ada yang menampung maka siap-siap saja ibu kebasahan tiap di kantor. Haha.” Pak Rudi kembali mengenyoti putingku.

“Hmmm.. masss... Aahhh...” Aku makin menggelinjang saat jari Pak Ramlan memasuki memekku.

Jari Pak Ramlan mulai di gerakkan maju mundur didalam memekku. “Aaahhh.. Enak, mass... Hmmm...”

"Nghh ahh mainin kelentit dewi jugaa mas aghhh uhhhh"

Tiba-tiba saja pintu klinik terbuka. Kami bertiga sontak menghentikan aktifitas kami.

“Ah, sialan lu, Mat, To.”

“Hehe. Sorry, Pak. Kita telat ngga nih?” Ternyata yang masuk adalah Pak Mamat petugas kebersihan kompleks kami dan Pak Anto satpam kompleks.

“Enggak. Udah sini kalo mau gabung. Lu pengen ngerasain susu dari toket lonte kayak Bu Dewi ini kan?” ujar Pak Rudi berpindah posisi sehingga sekarang dia tepat berada di sebelah kepalaku. Sementara Pak Ramlan sudah membuka celananya dan menaiki ranjang, bersiap untuk menusukku.

“Hhmmm.... Ahhhhhhh... mass....”

“Anjrit, masih sempit aja ni lobang lonte.”

"Ahhh mas ramlan pelannnn nghhh ahhh enak banget ni kontol astagaaa aghhh".

Sementara Pak Ramlan menggejotku, Pak Rudi yang sudah membuka celananya mulai menjejalkan kontolnya di mulutku. Beruntung, kontolnya tidak sepanjang punya Pak Ramlan meski diameternya sama. “Hmmm... Akhirnya ngerasain juga mulut istri Wandi. Hmm.. Emut kontolku, Lonte.”

“Toket Ibu gede banget ya, Bu. Kasihan kalo di anggurin gini. Pak Wandi sih pakai acara lumpuh segala, kan susunya jadi punya kita.” Ujar Pak Mamat sambil menikmati air susuku bersama dengan Pak Anto. “Sluurrppp...”

"Gila banget nih memek lonte empot banget hahaha nghhh shhh ahhh ahh ahh" desah pak Ramlan.

"Uhhahhh mass enak banget kontolnyaaa nghhh ahh kontolmu emang juaraa" desahku sambil geleng2 kepala keenakan.

"Mass aku mau keluarr mass nghhh enak masshhh".

“Pak, lepasin dulu kontolnya, sepertinya ni lonte mau klimaks. Memeknya makin jepit kontol saya.”

“Ahhhh... ahhh... yaa, teruus, Paak. Saya.. Ahhhh.. Aaaaaaahhhhhh.....” Memekku memuncratkan cairan kenikmatannya. Sementara Pak Ramlan tidak memberiku waktu untuk beristirahat. “Ahh.. Pak, sakit, Pakk.. Ahh... Enaakk.. Hmm...” Genjotan Pak Ramlan justru semakin cepat.

“Ahhh... Saya mau keluar, Lonte... Ahhhh....” Pak Ramlan menancapkan kontolnya sampai mentok shingga memekku kembali terasa hangat oleh spermanya.

“Gantian saya, Pak.” Tanpa basa basi Pak Rudi segera memasukkan kontolnya ke dalam memekku.

“Aaahhh... Gilaa... Memek lonte enak banget...” Pak Rudi menggenjotku secara perlahan kemudian cepat.

“Aaahhh, Pakk... Oohhh...”

"Ahh pakk gilaaa enak banget kenceng giniii aghhh mpshj ahh" kelojotan keenakan.

Ritme genjotannya ini makin membuatku kelimpungan sehingga tidak butuh waktu lama, aku sudah kembali mengejang.

“Aku cepetin, Bu. Biar kita bisa gantian. Ahhh... Oohhh... Memek Lonte...” Pak Rudi semakin mempercepat genjotannya, sementara Pak Mamat dan Pak Anto sudah mengeluarkan kontolnya. “Emut, Bu.” Pak Mamat menyodorkan kontolnya di mulutku. Aku segera menyambutnya.

“Ahhhh... Buuu... Aku keluar...” Terasa cairan kehangatan Pak Rudi mengisi memekku.

"Ahhhh pakkk banyak bangettt nghh peju mu panas pak shhh".

“Giliran saya, Bu.” Pak Anto menggeser badanku sehingga kini perut sampai kakiku menjuntai sedangkan perut ke atas bertumpu di ranjang.

“Aku masukkan, Bu. Ahhhh...”

"Be..bentar pakk" tidak memberi istirahat pak Anto langsung menggenjot memekku.

“Aahhh, Paakk.. Hmmm... Aahhh...” aku kembali merasakan kenikmatan ketika kontol Pak Anto yang berukuran sama dengan Pak Ramlan menusuk memekku.

Pak Anto menggenjot memekku dengan cepat dan kasar. Sementara Pak Ramlan entah menyiapkan kursi untuk siapa. “To, lu ngentot disini sambil duduk. Gue juga mau nikmatin susunya. Sayang kalo di anggurin.”

Sementara Pak Anto menggenjotku dengan posisi memangku badanku, Pak Ramlan dan Pak Rudi kembali menjamah toketku. Mereka mengenyot toketku hingga air susuku kembali keluar dngan deras. “Ahhh... Buu.. Enak banget memekmu. Ooohh...” Dengan posisi seperti ini, kontol Pak Anto terasa semakin sesak di memekku. Aku yang sudah kelelahan karena beberapa kali orgasme hanya mengalungkan tanganku dikedua kepala Pak Ramlan dan Pak Rudi yang sedang asik menikmati air susuku. 20 menit menggenjot pak Anto mengalami klimaxnya.

“Aaaahhhh, Buuuu.... Saya keluaarr....” kembali memekku terisi oleh sperma dari Pak Anto. Bersamaan dengan itu Pak Ramlan dan Pak Rudi melepaskan mulutnya dari toketku.

“Sini, Bu. Sekarang giliran saya.” Pak Mamat yang belum keluar sama sekali sekarang membopong tubuhku diatas kasur. Tanpa basa-basi, dia langsung memasukkan kontolnya ke dalam memekku. “Aaahh...” Aku yang benar-benar sudah kuwalahan melayani keempat lelaki ini hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati.

“Pak, kita tinggal dulu beli rokok di minimarket depan ya.” Ujar Pak Rudi yang kemudian bersama Pak Ramlan meninggalkan kami.

Ckkleeekkk... “Wee bangsat, pesta ngga ngajak-ngajak.” Tiba-tiba Pak RT masuk ke dalam. Pak Anto yang sedang istirahat sampai gelagapan karena kaget. “Bangke lu, Pak. Ngagetin aja.”

“Haha. Lu pasti udah dapet jatah ya sampe kaget gitu? Itu Pak Mamat buktinya ngga kaget, malah makin semangat genjotnya.”

“Ahhh.. aahh..., Bu. Enaak memekmu, Lonte..”

“Gue gabung ya.” Pak RT pun langsung menyodorkan kontolnya di mulutku.

“Mmmhh...” Aku yang kaget sempat menolak meski akhirnya aku memberikan servis juga. Beruntung, kontol Pak RT kecil sehingga lebih mudah untukku mengulumnya.

“Aaahh... Gila, enak mulutmu, bu Wandi.. Kemana saja aku selama ini melewatkan wargaku yang sehebat kamu... Mmm...”

Sementara itu, aku sudah orgasme berkali-kali sejak Pak Mamat mulai menggejotku. Genjotannya sekarang terasa makin cepat, kontolnya makin membesar dan menyesaki memekku. “Aahhh... Buu... Aku mau keluar... Ahhhh...” genjotan Pak Mamat makin cepat sebelum akhirnya memekku kembali terasa hangat.

“Aaahh.. Stop, Bu. Sekarang giliran saya menikmati memekmu.” Pak RT kemudian mengambil alih posisi Pak Mamat dan menusukkan kontol kecilnya.

“Aaahh... Memekmu masih peret, Bu.. Ahh... Enaakk...”

Sementara itu Pak Anto sudah duduk disisiku sambil mengenyoti toketku. “Mmmhhh...” Aku hanya bisa mengerang menikmati genjotak Pak RT dan kenyotan Pak Anto.

“Aaahhh... Bu... aku mau keluar...”

“Bareng, Pak. Aahhhh...” kami berdua akhirnya sama-sama menyemprotkan cairan kenikmatan kami.

Hari itu aku melayani lima orang tetanggaku hingga mereka puas. Mereka baru berhenti saat waktu menunjukkan pukul 23.00. Aku di antar pulang oleh Pak Ramlan. Karena badanku sudah tidak kuat untuk berdiri, Pak Ramlan menggendongku hingga sampai ke kamar. Ia kemudian melepaskan baju dan sepatuku serta menyelimutiku. Hari itu terasa panjang, namun sangat terasa nikmat.

Keesokannya aku bangun masih dalam keadaan bugil dan masih ada bercak peju mengering di beberapa bagian badan ku. Waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi dan aku segera mandi lalu memasak untuk anak dan suamiku. Aku memutuskan untuk mengambil cuti sehari karena memang badanku sedikit capek. Setelah selesai dengan urusan rumah tangga, aku bersantai di ruang tamu. Tiba2 saja kurasakan ada rasa sedikit geli pada toketku. Tak lama kemudian air susu ku keluar dan sedikit demi sedikit membasahi dasterku. Karena ketakutan akupun mengechat pak Ramlan.

"Mas ini kok susu ku tiba2 keluar ya?"

"Hahaha itu tanda nya masuk waktu panen dek"

"Ihh..apaan sih mas, terus aku harus gimana?"

"Gini deh sekarang mau lepas bh mu, aku jemput kamu abis ini"

"Hah kemanaa?"

"Udah kamu nurut ajaa, mau keluar terus emang?"

"Iyaa ih cepetan"

Setelah akhirnya menuruti apa kata pak ramlan, aku bersiap memakai baju terusan tanpa daleman dan menggunakan hijab. Aku berpamitan kepada suamiku pergi ke rumah temenku. Setelah diizin kan aku melihat mobil pak ramlan berhenti didepan rumah dan aku pun memastikan lingkungan aman lalu kemudian naik ke mobilnya. Karena bisa berabe jika sampai ketauan warga.

"Mau kemana sih mas?"

"Kita mau ke tempat buat panen susu dek dewi hahaha"

"Ih apaan dah emang buah dipanen haha"

Kami pun berangkat, diperjalanan pak ramlan menyuruhku mengeluarkan toketku, dia meremas2nya membuat susuku banyak menetes dan membasahi baju ku. Kami pun sampai di persawahan, terlihat ada plakat yang menyebutkan tanah persawahan ini milik slamet hadi *pak rt*. Aku pun baru tau ternyata pak rt memiliki sawah yang lumayan besar. Tiba2 hp pak ramlan berbunyi, aku mendengar suara lelaki dibalik telfon itu. Setelah menutup pak ramlan turun untuk melihat sekitar.

"Dek semua sudah siap sekarang dek dewi bugil, tenang bu saya juga akan bugil kok"

"Hah mau ngapain? Lagian ini kan di sawah pak, kalo ada yang liat gimana?"

"Udah turutin ajaa gaada orang kok, nih sawah udah ditutup"

Pak ramlan melepas baju dan celananya, kini dia berdiri telanjang di luar mobil, kulihat kontol besar pak ramlan menggantung lemas. Melihat pak ramlan bugil di tempat terbuka membuat ku terangsang, apalagi badan pak ramlan adalah badan idamanku. Aku pun menurutinya dengan melucuti semua bajuku. Kami bugil diluar mobil.

"Uhh bagus banget badan lonteku ini haha" sambil meremas toket dan pantatku.

"Hehe iya dong mas, terus gimana nih?"

"Bentar dek sini"

Pak ramlan mengambil benda berbentuk oval kecil dari dalam mobil. Ada tiga buah dan satu remot.

"Ini vibrator dek, kamu pake ya di puting sama memek mu hehe"

"Ih sakit ga mas, kalo sakit aku gamau"

"Engga kok dek, malahan kamu enak pakai ini hehe"

Mengambil sedikit selotip, pak ramlan merekatkan dua vibrator ke putingku dan satu dia masukkan ke dalam memek ku. Tiba2 kurasakan benda itu bergetar, sontak rangsangan itu membuatku mendesah.

"Ahhh aghh nghh masshh...kookk getar"

"Haha emang gitu, enak kan?"

"Ehmmm ii..iyaa mass"

"Udah ayo jalan"

Diperjalanan pak ramlan terlihat memainkan remot itu, dan getaran vibrator ini semakin kencang. Karena terangsang memek ku sudah sangat basah dan susu ku semakin deras menetes. Kami berjalan bugil menuju gubuk kayu di pojokan sawah. Disana terlihat pak rudi dan pak mamat juga sedang bugil. Mereka menatap kami seperti serigala2 yang sedang menanti mangsanya. Kami pun berkumpul bersama pak rudi dan pak mamat, ternyata di dalam gubuk sudah ada pak rt dan pak anto yang juga sudah bugil. Kami berenam bugil dan mereka sesekali meremas toketku, memainkan memekku, menarik2 lembut jembutku.

Pak ramlan akhirnya melepas 3 vibrator itu dan kami mulai berciuman layaknya suami istri di depan gubuk itu, disaksikan 4 orang lainnya. Bibir kami saling berpagutan dan tangan pak ramlan sudah mulai memilin2 putingku dan mencolok2 memekku yang sudah basah. Tak mau kalah, pak mamat menghimpit bagian belakangku, kontol pak mamat dijepitkan di pantatku sementara tangannya meremas toketku. Mulutnya pun segera mencumbu leherku yang berkeringat. Setelah itu pak ramlan menyuruhku untuk rebahan di tikar yang sudah digelar pak rudi di luar gubuk.

"Hmm aku udah gasabar dari tadi dek, pengen coblos memekmu hehe"

"Nghh shh masukin mas, memek ku udah gatel banget"

"Mulut mu nganggur ya lonte?" Kata pak mamat.

Belum menjawab pak mamat sudah menodongkan senjatanya ke mulutku, tidak menunggu lama aku langsung melahapnya bersamaan dengan kontol pak ramlan yang sudah masuk ke memek ku.

"Hmmm ahhh nih memek peret banget, emang cocok jadi lonte" kata pak ramlan.

"Ahaha bener pak, mulutnya juga enak, untung suaminya lumpuh jadi bisa nikmatin lonte kaya gini, gratis pula *plak*" pak mamat menampar kedua toketku.

Mereka berdua menggenjot dengan tempo sedang. Kadang mereka juga bergantian menyusu kepadaku dan memencetnya kencang. Terasa air susuku mereka sedot kuat, mereka seperti bayi yang sedang menyusu. Mereka menggenjotku selama 15menit. Tiba2 pak mamat lebih mempeecepat lagi.

"Ahhh ahh anjing enak banget nih lonte, gue mau keluar nih"

Pak mamat menekan kuat kontolnya dan akhirnya "crotcrotcrot" peju pak mamat masuk semua ke tenggorokan ku dan memenuhi mulutku.

"Hhhh gimana lonte? Enak kan peju ku?"

"Ee.eenak ...pakk shhh uhh mas ramlan aku mau klimax"

"Iya sayang aku juga nghh ahhhh aghh kita keluar bareng ajaa ya"

Pak ramlan semakin cepat menggenjotkan kontolnya. "Plok plok plok" suara genjotan itu semakin kencang dan akhirnya pak ramlan menancapkan kuat kontolnya.

"Dek aku keluarrrrr nghhh ahhhh *crot crot crot*"

"Aghhh mass aku jugaaa...hhh kontol pak mamat dan pak ramlan emang juara"

Tidak menunggu lama, aku yang terkulai lemas kini diangkat pak anto dan menggendongku. Peju pak ramlan yang banyak tadi perlahan ada yang menetes keluar memekku. Kemudian pak anto menancapkan kontolnya ke memeku.

"Aghh pakkk posisi gini mentok bangettt nghhh ahh anjing enak banget".

"Hahaha enak kan? Pak rt tuh lubang belakang kosong, pake ajaa udah" tangan pak antot melebarkan pantatku.

"Hahaha iya ya sekali2 ngentotin lubang tai" pak rt memposisikan kontolnya di anusku.

"Pakk pelann pakk disitu sakittt...nghhh pelan pak"

Tak menunggu lama pak rt memasukan kontolnya kedalam anusku. Sangat susah untuk pak rt memasukannya tapi dengan sedikit paksaan kini kontol pak rt sudah memenuhi anusku. Pak anto dan pak rt menghimpitkh dan menggenjot kedua lubangku. Pak anto juga menyusu dengan rakusnya menghisap kuat air susuku. Sementara pak rt mencupangi leherku sampai berwarna merah. Kami pun ngentot dengan posisi berdiri dan aku digendong ditengah. Mereka bergantian menggenjotku.

"Anjing anus nih lonte peret banget bahaha awas aja sampe tainya keluar *plak plak*" pak rt menampar2 kedua bongkahan pantatku.

"Sama pak nih memek juga seret, susunya enak pula"

"Nggh ahh ahh shhh pakk enak bangett kontol2nyaa nghhh full banget memek sama anusku"

Pak rt dan pak anto mempercepat genjotannya. Kurasakan kontol mereka semakin panas dan berdenyut2.

"Bu saya mau keluarrr ahh ahh ahh" kata pak rt.

"Saya juga nih lonte" kata pak anto.

"Aghh aghh aghh nghh ashhh keluarin didalem semua ajaaahhhh mpshhh.."

Mereka menancapkan kuat kontol mereka dan akhirnya menyemprotka semuanya kedalam tubuhku. Aku dibaringkan di tikar, mereka beristirahat dengan merokok dan minum kopi. Pak rudi yang belum mendapat jatah akhirnya mengambil posisi untuk mendoggy ku. Pak rudi tak segang menjambakku dan menampar pantatku dengan kencang.

"Ahh pakk sakittt ampun pakkk"

"Diem kamu lonte"

Pak rudi membalik tubuhku dan kini dia menghisap kuat toketku. Terasa air susu ku mengalir deras, secara bergantian pak rudi menghisapnya. Pak rudi menggenjotku semakin cepat dan setelah 20 menit akhirnya pak rudi klimax bersamaan dengan ku. Aku terkulai lemas, anus dan memek ku penuh dengan peju mereka. Disela2 istirahat pak ramlan menghampiriku.

"Dek diam dulu ya, pak rudi mau suntik"

Karena kecapean aku hanya bisa diam dan pak rudi kembali menyuntikan cairan ke putinh ku. Kurasakan toketku seperti membesar dan semakin panas, tanpa adanya rangsangan air susuku kembali menetes dan keluar. Melihat itu mereka kembali menggumuli ku. Secara bergantian mereka memanen susuku dan menggenjot mulut, memek dan anusku.

Setelah puas akhirnya pak mamat dan pak rudi pulang terlebih dahulu. Tapi belum berakhir, pak anto dan pak ramlan menggendongku dan menjatuhkan ku dikubangan lumpur sawah, kami bertiga berlumuran lumpur dan mereka juga mngusapkan lumpur itu kesekujur tubuhku. Waktu sudah menunjukan jam 4 sore, tinggal aku, pak ramlan, dan pak rt. Aku dan pak ramlan mandi bersama di sebuah sungai, kami berdua saling menggosok hingga semua lumpur hilang. Setelah selesai kami pulang dan pak rt menumpanh mobil kami. Karena kecapean aku tertidur di mobil, pak ramlan membangunkan ku saat sudah sampai. Hari itu merupakan hari yang menyenangkan bisa eksib bersama tetangga2ku. TAMAT.
 
Jangan terlaku extreme hu
Yg binal tp slow
Cuckold juga boleh 😂
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd