Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN sore, Sore!

Hanchox

Semprot Kecil
Daftar
9 Feb 2014
Post
85
Like diterima
18
Bimabet
Orang bilang aku gila. Tak tau kenapa hampir setiap teman yang baru berjumpa akan berkata sama. Aku tak gila, aku hanya tak suka mereka. Apa lebih menyukai tempat sempit disebut gila? Apa kurang bisa berkata-kata disebut gila? Apa suka sendirian juga bisa disebut gila? Bila mereka bisa menghakimi semua itu dengan gila, mungkin setengah populasi dunia berisi orang kurang waras.

Aku hanya orang yang suka sendiri. A lone lonely loner. Lebih suka menghabiskan malamku dengan bercerita dengan hewan yang tak sengaja kutemui di halaman, atau memperhatikan bulan, atau duduk bersandar pohon jati tua yang akarnya lebih besar dari pahaku. Entahlah, yang jelas aku lebih nyaman bercerita kepada mereka.

Aku punya beberapa pengalaman dengan kesendirianku ini. Tak semuanya baik, bukan, semuanya tak baik. Terakhir aku diputus pacarku karena terlalu "gila" karena aku nggak pernah mau diajak ke "gengnya" yang penuh berisi wanita, pacar? Bukan mereka hanya orang yang dibayar dengan "cinta" untuk menemani wanitanya ngobrol. Aku tak pernah sejalan dengan pikiran mereka. Cinta itu koneksi, dan hubungannya 2 arah. Tak perlu ada dia ataupun mereka diantara kita. Mungkin itu yang membuatnya memutuskanku dan memilih orang lain. Orang yang menghangatkannya saat aku tak ada. Orang yang 2 minggu lalu kulihat masih menggandeng tangan teman gengnya. Dunia begitu sempit, bahkan untuk urusan jual beli cinta.

Aku Sore. Sebenarnya ingin kunamai diriku malam, tapi memberi nama bukanlah hakku. Itu hak perogratif orang tuaku, dan aku tak punya kuasa menolaknya. Kau tau apa yang menyebalkan dengan nama itu? Aku selalu mendapatkan pesan singkat di sore hari yang hanya berisi "sore, Sore!" Awalnya aku tidak mengerti, akhirnya aku tidak peduli.

Kau pasti tak menyangka apa yang kulakukan saat ini. Aku duduk di sofa yang sengaja kutaruh di halaman, sedang bercerita masalah hidupku dengan seekor katak yang tak berhenti menatapku dari 10 menit yang lalu. Aku diam, dia diam. Aku duduk lebih dekat kepadanya, dia diam. Kunyalakan rokokku dan kuhembuskan asap tembakau ke wajahnya, dia diam. Aku tak berminat lagi dengannya. Mungkin sejak kejadian ini kami berteman. Besok akan kuulangi hal ini, sengaja mengujinya apakah ia teman yang setia atau tidak. Mungkin saat ini kau juga akan berfikir aku gila. Berarti kalian sama dengan mereka. Ah apa hakku? Itu hak perogratifmu.

Suara angin yang menabrak sela-sela rimbun pohon jati mengusik telingaku. Anginnya kencang, cukup membuat orang biasa meninggalkan posisiku saat ini dan berlari ke dalam rumah. Lemah. Suara burung gagak juga menambah suasana mistis. Tenang, menghanyutkan, mengajarkan irama kematian. Tak terusik, aku masih memandangi katak yang seakan memberiku pertanyaan. Jangankan jawaban, pertanyannya saja masih tak kumengerti. Teman macam apa aku ini.

Kuakhiri drama konyol dengannya, menatapnya melahap waktuku setengah jam. Kuambil sepedaku dan mencoba mengayuhnya. Saat ini jam tiga dini hari dan aku berharap segera pagi. Entah berapa jarak yang harus kutempuh. Aku mengayuh sepedaku ke timur, jauh meninggalkan katak, pohon jati dan sofa kumal depan terasku. Aku menjemput matahari.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd