Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Suster Baru

Status
Please reply by conversation.

QueenDark

Suka Semprot
Daftar
11 May 2018
Post
15
Like diterima
80
Bimabet
Prolog

Tok! Tok!

Aku menghentikan aksiku ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamar. Dengan cepat aku mengeluarkan situs bokep yang baru saja aku buka, padahal tadi ada video yang menarik. Seorang wanita hamil yang begitu seksi tengah bermain bersama suaminya.

"Ada apa, Mi?" tanyaku pada pada Mamiku yang berdiri didepan pintu. Mami tak menjawab panggilanku malah menarik tanganku agar keluar kamar. Gagal sudah keinginanku untuk menonton video itu.

"Ada yang mau Mami kenalkan sama kamu," ujar Mami membuatku bingung. Dan terus menarikku hingga berada di ruang tamu rumah kami.

"Ini Mami mau memperkenalkan Suster baru kamu," ujar Mami sambil menunjuk seorang wanita dengan pakian yang lumayan lusuh.

Aku metatap wanita itu yang kini tengah menundukan kepalanya. Terlihat seperti wanita diawal umur tiga puluh tahun. Rambutnya hitam lebat hingga ke pinggang. Badannya cukup besar, layaknya orang desa lainnya. Kulitnya berwarna putih kekuning-kuningan. Tapi, ada yang membuatku mengerutkan dahi. Perutnya bencit seperti orang hamil.

"Dia hamil, mi?" tanyaku.

Mami menganggukan kepalanya dan wanita itu dengan cepat mendengongkan kepalanya. Aku bisa melihat wajahnya yang lugu seperti wanita desa dan juga lumayan cantik untuk seorang suster atau pembantu pribadiku.

"Masa suster Sean hamil, sih, Mi?" protesku. "Nanti Sean suruh ambil ini-itu lelet," ujarku tidak terima sambil menatap Mami cemberut. Yang tidak hamil saja kadang lelet, apalagi yang tengah hamil begini.

"Sayang, Suster Tita ini sedang butuh pekerjaan. Dan, anak sedang butuh biaya untuk masuk sekolah."

"Suaminya mana, Mi?" tanyaku bingung. Biasanya seorang ibu hamil tidak akan disuruh oleh suaminya untuk bekerja.

"Suami saya kabur entah kemana, Den," ujarnya sambil menatapku sendu. Sebenarnya, di umurku yang ke 18 tahun ini Mami tidak perlu lagi menyewa seorang suster untukku karena aku sudah cukup mandiri. Tapi, karena aku anak tunggal dan cucu satu-satunya laki-laki di keluarga Papi, maka Mami dan Papi tidak main-main untuk melayaniku.

Bukan malayani dalam konteks "itu" tapi melayani sebuah kebutuhanku.

"Sean mau ya? Mami sama Papi malam ini juga mau ke Bogor selama seminggu. Bibik Ina juga sedang pulang kampung."

"Jadi Sean sendirian di rumah?" tanyku sedikit merajuk. Mami mengelus kepalaku, aku hanya bisa menurut. Karena kalo aku ikut Mami dan Papi ke acara bisnis pasti aku akan merasa bosan.

"Tita saya akan memberikan gaji yang sesuai yang kamu inginkan jika kamu bisa menjaga Sean dengan baik, bahkan saya akan memberi kamu bonus. Dan, Kamu harus menuruti semua kemauan anak saya tanpa terkecuali dan bantahan."

"Baik, bu."

-----

Aku merasa sangat bosan sekali, setelah puas menonton video bokep hingga sore. Aku keluar kamar untuk meminta susterku membuatkan susu coklat, karena memang aku lebih suka susu coklat daripada vanila.

Ah, mengingat susu. Aku jadi teringat video wanita hamil yang tengah memeras susunya sendiri sambil mendesah-desah seperti orang kepanasan. Aku jadi penasaran merasakan susunya.

"Suster!" panggilku.

"Suter!!" teriakku lebih keras.

Setelah beberapa kali memanggil tapi susterku itu pun tidak muncul-muncul juga. Dengan kesal aku turun dan mencari dimana keberadaan susterku itu.

Karena aku tidak menemukan suster dimanapun, akhirnya aku melangkahkan kakiku menuju kamar Suster Tita yang berada di dekat dapur.

Clekk...

"Suster Tita!" panggilku setengah berteriak.

Aku membulatkan mataku terkejut saat melihat Suster Tita yang sedang memasang Branya sambil memegang kedua payudaranya yang sangat besar. Payudaranya begitu indah dan terlihat padat. Dengan puting berwarna hitam kecoklatan membuatku ingin menghisap susu itu kuat-kuat.

"Aku pengen susu coklat."

"Suster pakai pake bra dulu ya," ujarnya tanpa malu memasang branya kembali dan melupakan aku yang terbengong melihatnya. Apalagi penisku kini sudah sangat mengeras sekarang. Untuk saja Suster Tita sudah lebih dulu memasang celananya.

Setelah itu Suster Tita mengajakku untuk duduk meja makan sambil menunggunya membuatkan susu untukku.

"Ini susunya, Den."

"Suster kenapa nggak malu ngelihatin nenennya sama aku?" tanyaku penasaran. Biasanya seorang wanita akan marah saat dua bukit kembarnya terlihat oleh laki-laki lain.

"Den Sean udah Suster anggap kayak anak Suster sendiri. Kalo di rumah anak Suster yang seumur Den Sean tiap hari kok lihat nenen Suster, bahkan kadang masih suka nyusu."

"Emang umur berapa?" Tanyaku dengan kening berkerut.

"Sama kayak Den Sean 18 tahun."

Sial! enak banget jadi anaknya suster Tita yang tiap hari lihat payudara Suster Tita yang begitu indah. Apalagi bisa menyusu di dua nenennya yang besar seperti buah pepaya itu.

"Aku juga pengen."

"Dean Sean mau nyusu sama Suster? Boleh kok."



----------

Note : masih niwbie jadi belum terlalu handal. Maapkan ya gan :)


 
Terakhir diubah:
Suster Baru - 1

"Aku juga boleh nyusu?" tanyaku gugup yang langsung diangguki Suster Tita. Ia terlihat tidak marah ataupun jengkel sama sekali, wajahnya juga tidak datar ataupun kelihatan tersinggung. Hanya ada senyum kecil di bibirnya yang merah itu.

"Susterkan sedang hamil sekarang, nggak tau kenapa udah keluar aja air susunya. Mungkin karena anak suster sering ngisepin."

Suster Tita yang kini tengah menyapu ruang tamu membuatku menelan ludah susah payah. Ternyata selain punya payudara yang sangat indah, kedua bokong Suster Tita nampak begitu menggoda. Mataku juga tak bisa lepas saat Suster Tita menghadap ke depan sehingga aku bisa melihat bokong indah itu bergoyang. Mungkin jika di remas-remas, akan lebih indah.

"Emang suster udah berapa bulan?" tanyaku penasaran. Lalu Suster Tita pun tersenyum sambil mengelus perut yang lumayan besar. "Udah tujuh bulan, Den."

Aku pun hanya diam saja sambil menunggu Suster Tita menyelesaikan kegiatan menyapunya. Padahal tadi aku sudah melarang Suster Tita untuk menyapu, karena tugasnya memang cuman satu. Yaitu melayani semua kebutuhanku. Tapi, karena Suster Tita tidak ada kerjaaan, katanya. Akhirnya aku membiarkan saja keinginan Suster Tita.

"Suster Tita aku pengen nyusunya sekarang!" ujarku tak sabaran ketika Suster Tita menyelesaikan sapuannya. Bisa aku rasakan penisku kini telah menegang sempurna. Membayangkan bisa menyusu di kedua payudara Suster Tita membuatku blingsatan.

"Di kamar Suster Den?"

Aku menggeleng keras lalu menarik Suster Tita yang nampak kewalahan dengan tarikanku. "Pelan-pelan, Den. Perut Suster udah berat," ujarnya sambil ngos-ngosan. Aku memperlambat jalanku tapi tetap menarik Suster Tita memasuki kamarku.

Saat memasuki kamarku Suster Tita nampak terkejut karena kemewahan kamar ini. Luasnya tiga kali lipat dibandingkan dengan kamar Suster Tita. Tapi karena banyaknya mainan dan perabotan lainnya, kamarku tidak menjadi kosong melompong.

"Besar banget kamarnya, Den," ujar Suster Tita nampak takjub lalu aku menyuruhnya untuk duduk diatas kasurku. "Empuk banget kasurnya, lebih empuk punya suster Tita. Padahal suster Tita kira kasurnya Suster paling empuk, soalnya kalo di desa Suster cuman tidur di karpet."

Aku juga ikut duduk, tapi bukan dikasur. Melainkan kursi yang ada di meja belajarku. Sehingga kini aku sedang berhadapan dengan Suster Tita. Entah mengapa aku tertarik mendengar cerita Suster Tita. Melupakan tujuan awalku untuk menyusu dengan Suster Tita.

"Emm, kalo boleh tau Suami Suster Tita kemana?" tanyaku penasaran sambil sedikit memutar-mutar kursi belajarku.

Suster Tita menarik nafasnya. "Waktu Suster hamil dua bulan, suami Suster pergi dan mengatakan tidak akan kembali lagi. Suster sudah pasrah sebenarnya, Den, tapi melihat Sakha anak suster yang tidak pernah mengeluh walau dia dan Suster cuman makan nasi. Suster jadi semangat untuk membahagiakan anak suster, dan sekarang akhirnya Suster bisa membuat Sakha melanjutkan sekolahnya berkat bantuan Mami Dean."

"Makan cuman nasi doang?" tanyaku sambil menelan ludah. Makan dengan lauk pauk yang enak saja aku kadang tidak mau. Sampai-sampai Mami pernah menawarkan tiket untuk jalan-jalan ke Disneyland kalo mau makan.

Suster Tita mengangguk, mebuatku entah mengapa jadi prihatin dan sedih. "Anak suster tinggal sama siapa?" tanyaku mengenai Sakha-Sakha itu.

"Tinggal sendirian, Den. Tapi, suster janji nanti pulang kalo mau melahirkan."

"Pulang?" tanyaku. "Aku yang jaga nanti siapa kalo Suster Tita pulang?" tanyaku pelan. Suster Tita hanya tertawa sambil melambaikan tangannya untuk menyuruhku duduk disampingnya.

"Kenapa kalo misalnya Suster pulang?" tanyanya sambil merapatkan duduknya denganku, tangannya mengelus rambutku pelan. Aku jarang merasakan seperti ini, aku merasakan seperti orang yang disayang.

"Enggak ada yang jaga aku lagi, Sus." Aku cemberut membuat Suster Tita tertawa semakin lebar, lalu entah mengapa Suster Tita mengecup puncak kepalaku membuatku terkejut dan agak menjauh dari Suster Tita.

"Eh, eh, Maaf, Den. Suster Tita ingat Sakha."

Aku yang melihat Suster nampak terlihat sedih dengan responku yang menjauh darinya, menjadi tak enak. Ia masih terus meminta maaf membuat hati kecilku tergerak untuk memeluknya. Respon pertama dari Suster Tita ketika aku peluk dari samping, tubuhnya menegang tapi lambat laun membalas pelukanku.

Dari pelukan itu, Aku bisa mencium bau tubuh Suster Tita yang bercampur dengan keringat membuatku menahan nafas karena Sesuatu. Apalagi saat Suster Tita mempererat pelukannya, aku bisa merasakan betapa kenyalnya payudara Suster Tita.

"Sus... Aku pengen nyusu sama Suster."

Suster Tita melepaskan pelukannya. Wajahnya terlihat bahagia dari sebelumnya. "Sambil tiduran aja ya, Den. Suster capek kalo duduk," ujarnya sambil membaringkan tubuhnya di kasurku.

"Ayok, Den! Buka aja baju Suster."

"A--aku? Aku yang buka baju Suster?"

Suster Tita mengangguk. Sebenarnya mudah membuka baju Suster Tita karena hanya memakan daster berkancing di bagian atasnya. Aku meneguk ludahku kasar, lalu perlahan-lahan membuka kacing Suster Tita.

Hingga terpampanglah payudara Suster Tita yang masih berbalut bra. Nampak begitu menggoda dan sempurna. Aku mendekatkan wajahku ke arah payudara Suster Tita lalu menghirup harum payudara itu dalam-dalam. Wanginya yang begitu menggoda membuatku tak sabar menikmati apa yang didalam.

Aku menghembuskan nafas hangatku di kedua payudara Suster Tita yang masih berbalut Bra. "Nnghhh... Den. Geli kena nafas Den Sean."

Aku tak menghiraukan ucapan Suster Tita, dengan perlahan aku meletakan sebelah tanganku diatas payudara Suster. Sambil mengelus-elusnya aku bisa merasakan betapa kenyalnya payudara Suster Tita.

"Ngehh... Den. Kenapa belum dilepas?" tanya Suster Tita seperti menahan sesuatu. Wajahnya memerah entah kenapa. Tapi, yang ku tahu selanjutnya Suster Tita melepas Bra-nya dengan cepat.

Aku terkejut bukan main saat melihat payudara Suster Tita yang kini berada didepanku. Memang ini kedua kalinya aku melihat payudara Suster Tita, tapi dengan jarak sedekat ini aku bisa merasakan penisku mengeras dan memanjang.

"Ayok Den! Isep aja nenen Suster!"

Aku tak mengindahkan ucapan Suster Tita lagi. Aku langsung membenamkan wajahku di kedua payudara Suster Tita. Wanginya sangat harum dan membuatku di mabuk kepayang.

Aku mendongakan wajahku melihat wajah Suster Tita yang seperti menahan sesuatu. Matanya memejam seperti menunggu sesuatu.

Puting payudara Suster Tita yang berwarna kecoklatan membuatku meletakan jariku di puting payudara Suster Tita. Sambil memilin-milin putingnya aku dapat merasakan Suster Tita bergerak tidak nyaman.

"Ahh... Ahh... Den. J-jangan dimainin, ahh... Den.."

Puas memainkan kedua puting payudara Suster Tita. Aku mulai mendekatakn wajahku di puting payudaranya lalu menjulurkan lidahku untuk menyentuh puting menggoda itu. "Ahhh... Den," desah Suster Tita membuatku semakin bersemangat.

Aku terus menjilati puting Suster Tita dengan ujung lidahku. Lalu pindah ke bagian areola Suster Tita yang berwarna sedikit kehitaman. "Denn... Isepin sekarang aja ahh... Ahh... Geli, Den."

Akhirnya aku menuruti perintah Suster Tita untuk mulai menghisap puting payudara Suster Tita. Aku mulai memasukan mulutku ke puting kecoklatan itu. Rasa hambar dari air susu Suster Tita membuatku semakin beringas untuk menghisap puting payudara Suster Tita. Dimalui dari isapan kecil dan semakin lama semakin kuat.

"Ahhh.. Den. Pelan ah... Pelan aja ngisepnya ahhh... Ahhh."

Aku terus menghisap payudara Suster Tita dengan kuat. Sebelah tanganku bergerak untuk meremas payudara Suster Tita lalu memainkan puting payudaranya yang sudah lama mengeras.

"Ahhhh... Ahh.. Pelan ahhh pelan, Den."

Aku tak menghiraukan Suster Tita malah semakin kuat mengisap puting payudara Suster Tita yang mengeluarkan air susu. Bahkan decakan bunyi aku menyusu dengan Suster Tita menggema di kamarku.

"Ahhh.. Ahhh, Den."

Suster Tita bergerak tak tentu arah, seperti menahan sesuata yang akan keluar. Bibirnya ia gigit sambil matanya mengedip-edip kenenakan. Keenakan? Entah aku tidak tahu. Yang ku tahu sekarang rambutku sudah dari tadi di tarik Suster Tita. Walau tidak sakit.

Aku mengganti isapan pada puting payudara Suster Tita dengan gigit-gigitan kecil membuatnya semakin erat menarik rambutku. Desahan dari mulutnya bertambah keras membuat menjadi tambah bergairah.

"Ahhh... Den... Ahhh jang.. Ahhh jangan di ahh.. Gigit, Den ahhh.."

Aku mengalihkan pandangan melihat payudara Suster Tita yang bergoyang-goyang karena Suster Tita tidak mau berhenti begerak, itu semua membuat suasana menjadi lebih panas. Gerakannya yang semakin lama semakin tak tentu arah, membuatku jadi sedikit kesulitan. Dengan gemas aku meremas payudara Suster Tita dengan kuat bersamaan saat aku menggigit puting payudara Suster Tita.

"Ahhhh... Ahhh.. Denn! Suster mau pipis.... Ahhhhhhhh!"

Aku melepaskan hisapanku pada puting payudara Suster Tita. Tubuh wanita itu menggelinjing tak tentu arah, lalu melengkungkan tubuhnya saat matanya terbuka lebar. "Ahhhhh..." desah Suster Tita seperti baru saja melepaskan sesuatu.

Setelah beberapa menit aku melihat Suster Tita menarik nafasnya banyak-banyak, seperti orang yang baru saja mengikuti lomba meraton.

"Makasih ya, Den. Suster belum pernah ngerasin 'itu' dan Den Sean memberikannya untuk Suster."

Aku mengerutkan keningngku. 'Itu' yang dimaksud Suster Tita apa? Aku hanya menggelengkan kepalaku tidak tahu.

Lalu Suster Tita menggerakan tangannya untuk menarikku membuatku merapat pada tubuhnya. "Sus, aku masih pengen nyusu."

"Nyusu aja ya, Den? Suster udah capek."

Aku mengangguk, lalu Suster berbaring menghadapku. Lalu menyodorkan payudaranya untuk ku hisap. Benar-benar menghisap, karena aku mulai suka rasa susu Suster Tita daripada Susu coklat.

Hingga akhirnya kami tertidur dengan mulutku yang masih terus menghisap puting payudara Suster Tita.




------

Note : masih ada draftnya nih gan. Tapi ini yang terakhir, semoga suka ya gan:)
Maap kalo ga memuaskan (":
 
hmm, Sean( tokoh utama) umurnya masih 13 tahun yakk ?:bingung:

jatuhnya jadi underage dong ?:ngeteh:
 
Selamat menuangkan karya anda, suhu :beer:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd