Selasa, 5 May 2015. Di dalam sebuah kamar di lantai tiga.
Sepasang anak manusia sedang sibuk mengatur nafas masing-masing. Sang perempuan masih telentang memejamkan mata dan dadanya yang lumayan montok itu naik turun, sementara yang laki-laki berbaring menindihkan separuh bidang badannya di atas tubuh sang perempuan, perlahan sang laki-laki menggeser badan si perempuan dan badannya sendiri hingga kini posisinya ia memeluk menyamping dari belakang. Diciumi rambut perempuan didepannya itu dengan penuh perasaan sementara tangannya terus memeluk erat seperti tak ingin lepas.
Masih dalam kondisi setengah sadar akibat baru saja melayang dalam kenikmatan yang telah ia dapatkan, mungkin terlalu pelan ketika ia mengucapkan dengan sangat lirih pun terdengar oleh si perempuan. I love you, bisiknya. Refleks perempuan itu membalikkan badan dan menyembunyikan wajahnya yang merona malu di dada bidang sang laki-laki. Seraya membalas pelukan hangatnya, ia juga membisikkan kalimat yang sama.
***
Namanya Gunawan. Tania memanggilnya Mas Gun. Kisah ini tentang mereka. Tania adalah seorang perempuan normal berumur 23 tahun. Di usianya tersebut diyakini dia sedang dalam masa birahi yang sedang tinggi-tingginya. Tania bekerja di sebuah perusahaan baru yang hanya memiliki sedikit karyawan. Kantor perusahaan itu adalah sebuah ruko tiga lantai dan ada sebuah kamar di lantai tiga yang disediakan bagi teman atau kerabat bos yang memerlukan tempat menginap ketika bepergian dalam kota. Pada suatu hari, bos Tania memberi izin tinggal di kamar tersebut kepada seorang kerabatnya. Seorang laki-laki yang mungkin seusia dengan Tania atau lebih tua sedikit, Tania tidak terlalu yakin. Mereka tidak pernah berkenalan secara resmi, Tania hanya tau nama laki-laki itu adalah Gunawan. Tania hanya tau bahwa sosok Mas Gun terkadang terus membayangi pikirannya dalam beberapa hari. Selama week days, Tania beraktivitas di lantai satu, dan diketahui Mas Gun berada di lantai dua. Pernah Tania melihatnya sedang duduk di depan laptop, entah apa yang dia kerjakan, mungkin dia sedikit membantu pekerjaan bos Tania atau apa. Mereka jarang sekali bertegur sapa bahkan bertatap muka. Tapi bagi Tania dia memiliki sebuah fantasi liar tentang Mas Gun. Tania memang masih perawan, namun pengetahuannya tentang seks cukup lumayan, bahkan Tania sering melakukan masturbasi untuk melepas hasratnya. Tania hanya sedang menunggu waktu, tempat dan orang yang tepat agar bisa bercinta untuk yang pertama kalinya. Maka sewaktu-waktu dia suka membayangkan ketika ada kesempatan berdua saja dengan Mas Gun dan melakukan hal-hal yang diinginkan di kantor itu. Mungkin di ruang meeting atau pantry, bisa di kamar lantai tiga, atau bahkan di ruang direktur. Tanpa terasa sudah 5 bulan sejak pertama kali hadirnya Mas Gun di kantor tempat Tania bekerja. Selama itu pula Tania menahan perasaannya karena dia hanyalah seorang wanita yang menurutnya gak mungkin bergerak duluan. Apalagi kelihatannya Mas Gun biasa-biasa saja dan gak pernah melihat ke Tania. Jadi Tania hanya bisa terus berharap jika suatu hari fantasinya bisa menjadi kenyataan.
Dan akhirnya alam pun meng-amini harapan Tania.
(Maaf sedikit, mohon kritik/saran dan tanggapannya apakah cerita ini bagus dan layak untuk dilanjutkan atau tidak. Terimakasih )
Sepasang anak manusia sedang sibuk mengatur nafas masing-masing. Sang perempuan masih telentang memejamkan mata dan dadanya yang lumayan montok itu naik turun, sementara yang laki-laki berbaring menindihkan separuh bidang badannya di atas tubuh sang perempuan, perlahan sang laki-laki menggeser badan si perempuan dan badannya sendiri hingga kini posisinya ia memeluk menyamping dari belakang. Diciumi rambut perempuan didepannya itu dengan penuh perasaan sementara tangannya terus memeluk erat seperti tak ingin lepas.
Masih dalam kondisi setengah sadar akibat baru saja melayang dalam kenikmatan yang telah ia dapatkan, mungkin terlalu pelan ketika ia mengucapkan dengan sangat lirih pun terdengar oleh si perempuan. I love you, bisiknya. Refleks perempuan itu membalikkan badan dan menyembunyikan wajahnya yang merona malu di dada bidang sang laki-laki. Seraya membalas pelukan hangatnya, ia juga membisikkan kalimat yang sama.
***
Namanya Gunawan. Tania memanggilnya Mas Gun. Kisah ini tentang mereka. Tania adalah seorang perempuan normal berumur 23 tahun. Di usianya tersebut diyakini dia sedang dalam masa birahi yang sedang tinggi-tingginya. Tania bekerja di sebuah perusahaan baru yang hanya memiliki sedikit karyawan. Kantor perusahaan itu adalah sebuah ruko tiga lantai dan ada sebuah kamar di lantai tiga yang disediakan bagi teman atau kerabat bos yang memerlukan tempat menginap ketika bepergian dalam kota. Pada suatu hari, bos Tania memberi izin tinggal di kamar tersebut kepada seorang kerabatnya. Seorang laki-laki yang mungkin seusia dengan Tania atau lebih tua sedikit, Tania tidak terlalu yakin. Mereka tidak pernah berkenalan secara resmi, Tania hanya tau nama laki-laki itu adalah Gunawan. Tania hanya tau bahwa sosok Mas Gun terkadang terus membayangi pikirannya dalam beberapa hari. Selama week days, Tania beraktivitas di lantai satu, dan diketahui Mas Gun berada di lantai dua. Pernah Tania melihatnya sedang duduk di depan laptop, entah apa yang dia kerjakan, mungkin dia sedikit membantu pekerjaan bos Tania atau apa. Mereka jarang sekali bertegur sapa bahkan bertatap muka. Tapi bagi Tania dia memiliki sebuah fantasi liar tentang Mas Gun. Tania memang masih perawan, namun pengetahuannya tentang seks cukup lumayan, bahkan Tania sering melakukan masturbasi untuk melepas hasratnya. Tania hanya sedang menunggu waktu, tempat dan orang yang tepat agar bisa bercinta untuk yang pertama kalinya. Maka sewaktu-waktu dia suka membayangkan ketika ada kesempatan berdua saja dengan Mas Gun dan melakukan hal-hal yang diinginkan di kantor itu. Mungkin di ruang meeting atau pantry, bisa di kamar lantai tiga, atau bahkan di ruang direktur. Tanpa terasa sudah 5 bulan sejak pertama kali hadirnya Mas Gun di kantor tempat Tania bekerja. Selama itu pula Tania menahan perasaannya karena dia hanyalah seorang wanita yang menurutnya gak mungkin bergerak duluan. Apalagi kelihatannya Mas Gun biasa-biasa saja dan gak pernah melihat ke Tania. Jadi Tania hanya bisa terus berharap jika suatu hari fantasinya bisa menjadi kenyataan.
Dan akhirnya alam pun meng-amini harapan Tania.
(Maaf sedikit, mohon kritik/saran dan tanggapannya apakah cerita ini bagus dan layak untuk dilanjutkan atau tidak. Terimakasih )