Mikael Silvestre
Semprot Baru
- Daftar
- 22 Mar 2012
- Post
- 31
- Like diterima
- 30
Di kelas aku jadi sering melamun, membayangkan waktu aku menyelusuri seluruh permukaan dada Tante dengan mulut dan lidahku. Membayangkan bagaimana kelaminku secara perlahan memasukinya
Bel tanda pulang berbunyi. Aku bersorak. Ingat ke rumah, ingat malam ini Tante menjadi milikku. Akan kureguk semua kenikmatan dari tubuh Tante. Pokoknya nanti akan kunikmati seluruhnya, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, sampai puas.
Memang aku bisa puas, tapi bagaimana dengan Tante ? Dua kali aku berhubungan kelamin dengan Tante, dua-duanya aku bisa mengeluarkan spermaku ke dalam lubang kelamin Tante, sampai puncak, sampai puas. Tapi Tante tidak. Aku jadi cemas, jangan-jangan nanti aku juga begitu. Tapi aku ingat, yang kedua kemarin tante bilang aku ada kemajuan. Hal ini sedikit menghiburku. Mudah-mudahan yang ketiga nanti dengan bertambahnya pengalamanku, ada kemajuan lagi. Aku agak tenang sekarang.
Di rumah sepi-sepi saja. Tak ada siapapun, juga Tante. Aku makan siang sendirian. Tante mungkin ada di kamar, pintu kamarnya tertutup. Kuselesaikan makan siangku dengan cepat, lalu duduk saja di meja makan, berharap Tante akan keluar dari kamarnya. Setengah jam berlalu, masih sendiri. Aku ke ruang keluarga nonton TV. Duduk di sofa lalu ingat, kemarin di sini aku menikmati buah dada Tante dengan tuntas. Diam-diam punyaku mulai tegak, padahal hanya membayangkan yang kemarin. Ditambah lagi acara TV menyajikan fashion show di Sydney, Australia. Peragawati cantik-cantik yang berlenggok di catwalk itu umumnya tak memakai kutang. Kalau model bajunya berdada rendah, belahan dadanya jelas. Kalau bahannya tipis, putingnya menonjol. Apalagi peragawati yang punya dada besar, buahnya berguncang waktu ia melenggang. Aku tambah tegang, makin pusing karena terangsang. Oh. Tante sayang, kemanakah engkau. Aku membutuhkanmu sekarang!
Tiba-tiba pintu kamar Tante terbuka. Aku menoleh. Kepala Tante nongol memberi isyarat padaku dengan mengangguk-angguk. Nasibku memang beruntung. Jelas ini isyarat ajakan masuk. Tapi masak di kamar itu, kamar pribadi Oom dan Tante. Aku ragu, bengong saja belum bereaksi atas isyaratnya. Sekali lagi Tante mengangguk, kali ini sambil mengedipkan kedua matanya. Dengan pasti aku melangkah menuju kamarnya. Kepala Tante lenyap. Aku masuk langsung menutup pintu kamarnya dan mengunci.
Di ranjang besar itu Tante terlentang. Mengenakan baju tidur tipis, sehingga samar-samar celana dalam dan kutangnya terlihat. Matanya sayu memandangku, berkaca-kaca. Kutang itu bergerak naik-turun menandakan nafas Tante sudah memburu.
Aku tak tahan melihat pemandangan yang menggairahkan ini, segera saja aku menghampirinya. Tapi
Tunggu dulu. Buka dulu dong, pakaianmu perintahnya. Okey, tanpa dimintapun aku akan membuka. Sementara aku membuka pakaian sampai telanjang bulat, Tante memelorotkan celana dalamnya dengan posisi masih terlentang. Kini di balik baju tidur tipis itu nampak rambut-rambut halus yang menggemaskan itu.
Belum sempat aku bergerak, ada lagi ulah Tante.
Ditariknya gaun tidur tipis itu perlahan, memperlihatkan paha bulat itu. Ditarik lagi keatas sampai pusarnya nongol. Kelamin berambut halus dan perutnya terbuka terhidang di depanku. Luar biasa. Tante menyajikan strip tease show di depanku! Ada-ada saja Tante ini.
Dengan senjata yang tegak keras aku menghampiri tubuh indah ini.
Kucium rambut-rambut halus itu sebentar. Gemasnya aku.
Aaaaaaaahhhh teriak Tante.
Aku berpindah ke atas, kulumat bibirnya sambil meremas sebelah dadanya. Kutang itu perlu disingkirkan dulu seharusnya, tapi aku tak sempat. Tanganku sebelah lagi bergerak ke bawah. Eh, Tante sudah basah! Benjolan dan pintu itu licin.
Hhhhhhhhmmmmmmmm.. Tante tak mampu melenguh karena bibirnya aku kunci dengan bibirku.
Disingkirkannya tanganku yang sedang asyik di bawah, dipegangnya kelaminku, lalu diarahkannya ke pintu. Rupanya Tante ingin memulai sekarang. Mungkin sama dengan aku, sudah sama-sama terangsang lebih dulu sebelum bergumul. Aku terrangsang oleh bayanganku dan peragawati tadi, Tante terangsang entah oleh apa.
Aku mulai masuk
Aduhh! Pelan-pelan, To! Tante mengaduh, memang masukku tadi agak kasar.
Maaf Tante, habis engga tahan sih..kataku tersengal.
Kamipun saling menggenjot. Lucu kelihatannya kali ini. Tante masih mengenakan gaun tidur dan kutangnya, kelamin kami sudah saling pagut
Hasilnya, seperti kemarin.
Aku keluar lebih dulu, sementara Tante belum terpuaskan benar. Kentara dari pinggulnya yang masih mencoba menggoyang sambil kakinya menjepit pinggangku.
Kembali aku kecewa.
Kalau kelaminku sudah bergesekan dengan kelamin Tante, disamping rasa nikmat, juga rasa geli luar biasa. Jika sudah geli begitu, aku tak sanggup lagi menahan untuk jangan sampai ke puncak dulu.
Kembali aku gagal memuaskan Tante.
Kembali aku berusaha menetralkan suasana yang tak enak ini.
Kuelus buah dada yang putingnya masih tegang itu dengan penuh perasaan, lalu kucium perlahan. Tante mengusap kepalaku. Kucium pipinya dengan mesra.
Tante..
Hmmm
Saya..engga..
Udahlah..Tante tahu. Kamu engga usah merasa apa-apa. Tante maklum kok. Kamu tadi lumayan, sudah ada kemajuan
Tapi Tante kan belum
Engga usah kamu pikirin. Tante mengerti katanya menentramkan sambil mengelus-elus dadaku.
Saya engga bisa bertahan lama, Tante
Sudah lumayan, kok. Tante tadi juga merasa nikmat. Kamu udah mulai pintar mengocok tadi
Saya bisa merasakan Tante tadi belum puas
Iya, memang wanita membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding laki-laki. Tapi kamu tadi ada kemajuan dibanding kemarin
Tak adil rasanya. Saya merasakan kenikmatan luar biasa, sedangkan Tante belum
Sudahlah, To. Tak perlu kamu pikirkan. Tante mengerti
Terima kasih Tante Kupeluk tubuhnya erat. Erat sekali.
Diciumnya pipiku, lalu merebahkan kepalanya di dadaku. Aku mengelus rambutnya.
Tubuhmu atletis sekali. Dadamu bidang katanya sambil tangannya menelusuri dadaku.
Iya, Tante. Dulu saya kerja di kebun. Saya juga sering olahraga
Tiba-tiba tangan Tante ke bawah menggenggam punyaku.
Kelaminmu besar sekali
Ah, masa Tante. Saya kira biasa-biasa saja
Apalagi kalau lagi tegang. Kulirik punyaku, sudah agak surut.
Tubuh Tante luar biasa balasku.
Kalau lagi tegang keras dan panas komentarnya lagi masih tentang penisku, mengabaikan pujianku.
Buah dada Tante indah sekali
Ah, masa. Dibanding punya siapa pancingnya.
Siapa saja Aku pura-pura terpancing.
Berarti kamu sering lihat buah dada, ya Kubalikkan badannya.
Besar, bulat, kenyal, putih, licin, halus lagi kataku sambil melihat dekat-dekat buah itu.
Buah dada siapa yang kamu lihat tanyanya sambil menggoyang-goyang kelaminku yang masih berada digenggamannya.
Cuma baru ini jawabku sambil mulai merabai permukaan dadanya.
Jujur aja, To. Dada siapa yang pernah kamu lihat katanya lagi. Tante penasaran rupanya.
Sungguh mati Tante. Cuma punya Tante yang pernah saya lihat
Yang bener, To tangannya tidak menggenggam lagi, tapi mengelus kelaminku.
Benar Tante
Kok tahu bagus ?
Saya hanya lihat punya teman-teman sekolah. Itupun dari luar
Pernah kamu pegang ? Tangannya masih mengelus, aku mulai terangsang.
Ih, engga lah, Tante. Bisa gempar, dong
Jadi, tahunya punya Tante bagus, dari mana ?
Pokoknya, dari luar, punya Tante paling besar Ujung jariku mempermainkan putingnya. Putting itu mulai mengeras.
Tante
Hmm ?
Apa setiap buah dada ujungnya begini ?
Begini gimana
Panjang, mungil, tapi keras
Mungkin. Punyamu mulai keras
Aku seperti disadarkan. Memang aku sudah terangsang akibat percakapan tentang dada dan elusan Tante pada kelaminku. Aku mau lagi. Kenapa tidak ? Mumpung masih ada kesempatan. Oom Ton paling cepat besok siang pulangnya. Segera saja kukulum putting yang sejak tadi kupermainkan.
Eeeeehhhhhmmmmmmm.. Tante melenguh panjang.
Tanganku ke bawah mencari-cari di antara rambut-rambut. Basah di sana. Kugosok yang basah itu.
Uuhmmmm .Aaahhhhhhh..Uuhhmmmmm desahnya agak keras, mengikuti irama gosokanku. Kelaminku diremas-remas. Enak.
To Hhheeeehhhggh..sedap, To..Hhheeeeeghh
Tante makin ribut, aku khawatir kalau sampai terdengar dari luar kamar. Ah, tak ada orang ini. Aku makin giat menggosoki tonjolan kecil di bawah sana.
Tante makin ribut, menceracau tak karuan
Gosok lagi.
Teriak dia lagi. Akhirnya
Udah, To.ampun..Ayo To, sekarang To, sekarang !
Aku bangkit. Kelaminku yang sudah keras kupegang pangkalnya, kuarahkan. Tante membuka kakinya lebar-lebar. Demikian lebarnya sampai kedua lututnya ke atas, menyuguhkan kelaminnya yang membasah, tepat di depan kelaminku.
Aku masuk.
Kudorong perlahan.
Oooohhh, To..sedapnya .
Sudah tenggelam separoh. Kudorong lagi.
Aduuuuhhhh, mamaaaa, nikmatnya teriaknya lagi.
Kudorong lagi.
Sudah masuk seluruhnya.
Kurebahkan tubuhku menindih tubuhnya. Tanganku ke belakang punggungnya. Kudekap erat tubuhnya, lalu aku mulai menggenjot. Sedaaaaaaaapp.
Bertumpu pada kedua lututku, aku menarik dan mendorong pinggulku.
Nikmaaaaaaaaaattt.
Entah kata apa saja yang keluar dari mulut Tante aku tak peduli. Terus saja menggenjot, naik-turun, keluar-masuk.
Aku nikmati benar gesekan kelaminku pada dinding vagina Tante.
Kadang selagi punyaku didalam, Tante mengikat pahaku dengan kakinya sambil memutar pantatnya. Kurasakan sentuhan seluruh relung kelaminnya pada kelaminku.
Luar biasa sedapnya.
To hhehh.kamu hhehh..kok..hhehh..Tante mencoba bicara disela-sela nafasnya yang memburu.
Keenaapaa . hheehh.. Taanntee hhehh
Kamu .kok lama
Baru aku menyadari, sudah puluhan kali kelaminku kugenjot keluar- masuk-putar, tapi aku tak merasakan geli seperti biasanya. Yang kurasakan hanya nikmat. Rasa geli yang tak bisa kutahan yang kemudian membuat aku ke puncak, kali ini tak kurasakan! Heran!
Engga tahu.. Tante..
To, Oh my God..heeeehhhhhh
Enak Tante ?
Wooow .luar biasa
Genjot dan genjot lagi
Kamu..masih lama..To..?
Masih Tante.
Memang aku belum merasakan geli menuju puncak
Diam. dulu,.. To
Aku menghentikan genjotanku. Posisiku masih di dalam.
Tangan Tante memeluk erat punggungku, sementara kakinya mengikat pahaku. Lalu tubuhnya bergerak miring hendak merobohkan tubuhku. Aku bertahan, tak tahu maksudnya.
Gantian, To Tante di atas.
Baru aku tahu maksud gerakan Tante ini. Kuikuti gerakannya, tapi..
Jangan.sampai lepasss
Rupanya gerakan robohku terlalu cepat, sehingga kelaminku sedikit tercabut. Untung Tante cepat mengimbangi gerakanku, hingga punyaku masuk lagi.
Sekarang kami sudah sempurna berbalik posisi. Tante yang menindihku. Hanya sebentar. Tante lalu perlahan bangkit mendudukiku. Kelamin kami tak terlepas. Tante mulai bergerak. Aneh, gerakannya maju-mundur! Rasanya lain pula, tapi sama sedapnya! Dengan posisi begini gesekannya terasa lain. Kadang diputar, seperti diperas. Kadang Tante jongkok, pantatnya naik-turun, sedap juga.
Aaaahhhh..kamu..nakal teriaknya ketika dia berjongkok membenamkan kelaminku, aku mengangkat pantatku.
Kedua tanganku diraih, dituntun ke dadanya. Kuremas dada yang tambah licin kena keringat.
Entah sudah berapa lama akhirnya Tante capek juga. Dia rebahkan tubuhnya. Kupeluk. Kumiringkan, aku ingin di atas lagi. Tante menurut. Dengan hati-hati kami mengubah posisi, agar jangan terlepas. Aku berhasil.
Kamu udah..pintar..pujinya.
Dengan posisi di atas aku jadi bebas menggenjot. Lagi-lagi Tante teriak.
Terus..To.., Tante hampir
Terus. Tusukanku makin menggila. Teriakannya makin keras.
Rasa geli datang, dimulai dari ujung penis, terus menjalar ke seluruh tubuh. Makin geli. Makin cepat aku menarik-tusuk. Kesemutan mengambang..melayang..dan .
Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh .
Seeeerrr, denyut-denyut, seeerrr, bergetar, serrrrr, berguncang..seer. Entah sudah berapa kali seerr, yang jelas setiap kali keluar aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Begitu nikmat. Aku sampai lupa memperhatikan tingkah Tante. Badannya telah bergeser ke atas karena kudorong dengan tusukanku. Bantalnya bukan lagi di kepala, tapi di punggung. Sedangkan kepala terkulai, mata melihat ke atas, bibir terkatub rapat seluruh tubuh gemetaran. Teriakannya ? Tak perlu kuceritakan. Agak lama juga aku dan Tante bergetaran begini, merasakan puncaknya kenikmatan hubungan kelamin .
Lalu, hanya nafas kami berdua yang terdengar, seolah berebut mengisap oksigen untuk mengembalikan enerji yang keluar.
Lalu barangsur pelan, makin beraturan.
Tante masih terkapar
Aku lunglai di atas tubuhnya.
Ini keempat kalinya aku bersetubuh dengan Tante. Yang terakhir inilah kurasakan sangat berbeda dibanding tiga kali yang terdahulu. Lebih nikmat, lebih memuncak, lebih lama, lebih banyak aku mengeluarkan airku, lebih bergetar, pokoknya ..susah diceritakan. Pengalaman baru tentang rasa nikmat.
Dan lagi, mudah-mudahan pengamatanku tak salah, Tante begitu menggelepar, mengerang, teriak, berbeda dengan sebelumnya, Tante kali ini kelihatan selesai. Semoga begitu.
Ooh..To., kamu hebat Diciumnya pipiku dengan gemasnya.
Apanya yang hebat, Tante
Kamu betul-betul lelaki tambahnya
Memang dari dulu saya laki-laki. Ini buktinya Kusodorkan kelaminku, menusuk perutnya.
Laki-laki yang jantan diremasnya penisku dengan gemas.
Auu teriakku
To luar biasa.. Tak putus-putusnya ia memujiku.
Enak engga tadi, Tante ?
Wow. bukan main. Sangat!
Kupeluk tubuhnya. Aku merasa bahagia sekali.
Tante sayang.. Aku berbisik semesra mungkin.
Agak kaget Tante memandangku, lalu tersenyum. Manis sekali!
Ada apa yang ? Wuih, mesra banget. Tante memanggilku yang.
Saya sayang Tante Kucium bibirnya.
Hhmmmmmmm lenguhnya.
Kalau lama, enak sekali ya Tante
Kok kamu tadi bisa lama
Engga tahu, Tante. Mungkin karena tadi ronde kedua
Atau mungkin karena kamu udah mulai pandai
Yang pandai gurunya
Huuuu cibirnya sambil mencubit kontolku. Aku senang.
Guruku yang cantik
Dicubitnya hidungku.
Dan berpengalaman godaku lagi.
Aaah, udahlah, To
Kami diam lagi.
To. panggilnya tiba-tiba.
Ya.sayang
Jangan tinggalin Tante, Ya
Oo, engga dong. Masa Tante yang jelita begini mau ditinggalin
Tante serius, To
Saya juga serius, Tante. Saya membutuhkan Tante. Saya ingin begini setiap hari, Tante
Saya butuh kamu Nah ini baru pernyataan. Ini pernyataan baru. Tante membutuhkanku ? Bukankan ia punya suami ?
Oom Ton gimana Tante
Tiba-tiba wajah Tante berubah, agak sedih kulihat.
Tante .ah engga. Pokoknya kita harus hati-hati, To. Ingat pesanku kan ? Tante juga senang kita bisa begini terus. Tapi hati-hati, ya ?
Pasti, Tante. Saya akan hati-hati. Tapi Tante mau kan, tiap hari
Nanti kamu bosan
Saya sudah bilang, Tarto sayang Tante. Tarto butuh Tante. Tarto ingin menikmati setiap hari. Tadi Tante bilang membutuhkan Tarto. Maksudnya gimana Tante ?
Iya.sama seperti kamu, Tante juga ingin setiap hari
Klop kan ? Keinginan yang sama, saling membutuhkan, saling memuaskan, dan .saling menyayangi. Apakah ini yang dinamakan cinta ? Ya, apakah kami saling mencintai ? Aku memang tak ingin kehilangan Tante, tapi Tante sendiri bagaimana ? Apakah ia membutuhkanku karena mencintai keponakannya ini ? Atau karena aku baru saja memuaskannya ? Bagaimana dengan suaminya ? Jangan-jangan ia tak mendapatkan kepuasan dari Oom Ton ? Aku ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaan terakhir ini, tapi mana berani aku menanyakan langsung kepada Tante. Ah, itu tak penting. Yang penting, aku sekarang punya kekasih yang luar biasa, yang bisa membuatku melayang-layang di puncak kenikmatan.
Lelah benar aku malam ini. Bayangkan, malam ini dua kali aku bertempur. Terutama yang terakhir tadi, permainan lama yang betul-betul menguras tenagaku. Aku sekarang ingin istirahat.
Masih agak sempoyongan aku bangkit mengumpulkan pakaianku.
Mau ke mana To ?
Saya ingin tidur, Tante
Sudah tidur sini aja, temanin Tante
Saya senang sekali Tante, tapi besok Oom kan pulang ?
Paling cepat besok siang Aku memperhatikan Tante yang dengan malas bangkit. Tubuh wanita ini memang luar biasa. Aku benar-benar beruntung mendapatkannya. Masih telanjang bulat Tante berjalan menuju kamar mandi. Tak lepas mataku menatapnya.
Kenapa, To Tante merasa aku tatap begitu.
Tante memang indah kataku sambil bergantian menatap dada dan rambut bawahnya.
Kamu memang nakal. Sudahlah, bersih-bersih dulu baru kita tidur
Di dalam kamar tidur Tante yang luas ini ada kamar mandi yang luas pula. Ada dua wastafel cermin lebar, bath-tube, dan tempat untuk mengguyur (douce) yang berpintu kaca agak buram.
Di bath-tube kami saling membersihkan, Tante menyabun tubuhku sementara aku mengguyur tubuhnya, lalu gantian. Ah, mesra sekali.
Lalu berdua kami tidur berpelukan dibawah selimut yang hangat, tanpa pakaian. Tante yang punya ide begini. Enak juga. Jam dinding menunjuk waktu 11.32. Dua ronde permainan makan waktu hampir 3 jam. Pantas saja aku lelah.
Dengan tergagap aku terbangun. Dimana aku in ? Tante masih ada di pelukanku. Kulihat sekeliling, ah aku tidur di kamar pribadi Oom Ton dan Tante Yani!
Ada rasa enak di bawah sana. Ooh, Tante sedang asyik mengelus-elus penisku yang tegang. Setiap bangun pagi, tanpa dieluspun penisku memang tegang. Elusan ini yang membuat aku terbangun. Kulihat jam dinding, pukul 05.17. Ah , sudah pagi, aku harus siap-siap. Tapi Tante ini..
Tante memandangku, tersenyum, seperti biasa : manis.
Punyamu udah keras, To Buah dada itu menyembul karena terpepet dadaku. Aku terangsang.
Langsung saja aku raih buah indah itu. Putingnya sudah keras. Kami berpagutan. Aku ingin tahu kesiapan Tante pagi ini, tanganku ke bawah sana. Sudah basah rupanya. Mengingat waktu, aku ingin segera mulai. Tantepun paham.
Kembali aku melakukan pertempuran panjang melawan Tante.
Rasanya jalan ke puncak masih lama.
Aku mempercepat pompaanku
Belum juga.
Aku terus melumat bibir Tante, mencegah kicauannya yang makin keras, khawatir terdengar Mar yang sangat mungkin sudah bangun.
Ganti posisi
Percepat lagi.
Hampir
Ubah posisi
Akhirnya, aku makin yakin seperti yang Tante katakan, bahwa aku lelaki tulen, jantan, hebat .
Pagi yang melelahkan sekaligus menyegarkan !
Tante memberikan bukti, bukan hanya janji. Kami bersetubuh hampir tiap hari, kecuali kalau Tante senam. Waktu yang dipilihnya adalah siang hari, waktu saya baru pulang sekolah, di kamarku. Ini demi keamanan. Siang hari adalah saat yang paling aman. Saat Si Mar sedang sibuk bekerja di belakang, Si Luki bermain dengan pengasuhnya di rumah sebelah, dan saat Oom Ton belum pulang kantor. Siang hari memberikan Tante cukup waktu untuk membersihkan diri, menghilangkan bekas.
Aku jauh dari bosan, seperti yang dikhawatirkan Tante. Karena aku memang sangat menikmati hubungan ini. Faktor lain yang membuat aku tak bosan adalah kreativitas Tante. Seperti yang kukemukakan di awal tulisan ini, ada saja ide Tante untuk membuat kejutan untukku setiap berhubungan kelamin. Entah itu posisi berhubungan, atau acara pembukaan, tambahan ronde, dan lain-lain yang membuat aku merasa lain.
Pernah sekali waktu ketika aku pulang sekolah, ia sudah siap di dipanku memakai selimutku sebatas dada dan tak memakai apa-apa lagi di balik selimut itu. Kejutan yang membuatku terbakar.
Lain kali lagi ia memintaku masuk dari belakang. Bertumpu pada lututnya ia nungging, aku bermain sambil memegangi pantatnya yang bahenol itu.
Saat yang lain lagi, kami bertempur di atas meja belajarku. Ia duduk di pinggiran meja membuka kaki, aku masuk sambil tetap berdiri.
Pernah juga di kursi belajarku. Aku duduk di kursi yang dirapatkan ke dinding, ia duduk di atas pahaku berhadapan. Dengan posisi begini ia bebas memilih posisi tusukan kelaminku di vaginanya. Posisi atau gaya apapun, yang jelas membuat kami berdua menuju puncak bersamaan atau hampir berbarengan.
Kejutan yang susah kulupakan serta merupakan pengalaman baru bagiku adalah seperti yang akan kuceritakan di bawah ini.
Seperti yang sudah-sudah, pulang sekolah setelah ganti baju, aku langsung menemui Tante meminta jatah bersetubuh. Aku sebut jatah karena kalau malam hari Tante bukan milikku lagi, tapi jatah suaminya.
Siang itu ruang tengah sepi, Tante mungkin ada di kamarnya, kulihat pintunya sedikit terbuka. Aku ingin masuk ke kamarnya, kali ini aku ingin main di kamarnya, karena sejak semalam 3 ronde itu aku tak pernah lagi making love di kamar itu, selalu di kamarku. Kuperiksa keadaan sekeliling dulu. Aman.
Aku masuk kamarnya. Tante mengenakan kimono sedang mengikat rambutnya. Kukunci pintu, kupeluk Tante dari belakang, menggerayangi. Tak ada apa-apa lagi di balik kimono itu.
Hhmmmmm..sebentar ya yang, Tante mau mandi dulu
Engga usah mandi juga Tante tetap wangi kataku terus menjelajahi tubuhnya.
Entar biar segar. Sabar dulu ya.. Aku menghentikan aksiku.
Saya ikut mandi Tante kataku bercanda.
Ayolah, kita mandi bareng Tak kusangka Tante menganggapnya serius. Ayo, kalau begitu.
Aku langsung bertelanjang, menuntun Tante memasuku kamar mandi. Tante membuka kimononya, bertelanjang bulat juga, masuk ke ruang douce. Tak bosan-bosannya aku memandangi tubuh indah ini, padahal hampir tiap siang aku menggumulinya.
Ayo, To ajaknya.
Kita main di sini Tante ? nakalku timbul.
Hush, sekarang kita mandi dulu, kapan-kapan bolehlah
Tanganku yang bersabun menggosoki dadanya. Di bagian putting sengaja kutekan-tekan. Tante juga menggosok dadaku dengan sabun. Lalu perutnya, dan ke bawah lagi. Tangan Tante juga ke bawah. Diusapnya dengan sabun rambut bawahku, kemudian dipegangnya batang kelaminku, digosok juga. Karuan saja batang itu membesar.
Hiiiiii, bangunnya cepet bener Aku menikmati gosokannya. Tante benar-benar teliti, semua bagian dari alat vitalku itu dibersihkan dengan sabun lalu diguyur. Enak.
Aku ikut-ikutan. Seluruh bagian kelaminnya aku bersihkan. Kalau aku lagi menggosok pintu kelaminnya, kulihat mata Tante merem-melek keenakan.
Selesai mengeringkan badan aku langsung menubruk Tante.
Heee, jangan disini To, ingat dong Oh ya. Siang begini terkadang si Luki suka masuk ke kamar, tentu diikuti si Tinah. Berbahaya.
Aku berpakaian, hanya pakaian luar saja, pakaian dalam aku bawa, menyingkat waktu.
Hiiiii, lucu. kata Tante mengomentari tonjolan di celanaku. Tantepun hanya memakai daster, tanpa pakaian dalam.
Aku masuk kamarku duluan, langsung berbugil. Sejurus kemudian Tante menyusul, juga langsung bertelanjang bulat. Kami langsung bersatu, saling raba dan saling pagut. Kali ini mungkin tak ada kejutan yang dibuat Tante. Atau ya itu tadi, mandi dulu sebelum main. Betul juga kata Tante, lebih segar.
Aku meringkik kegelian ketika Tante menciumi pusarku. Ini mungkin kejutannya, tak biasanya Tante begitu.
Tapi, Tante terus ke bawah menciumi rambutku. Lebih kaget lagi, tangannya menggenggam kelaminku dan mulai menciumi barang yang sudah mengeras itu! Bukan main! Geli-geli nikmat. Bahkan..
Aaaaaaaahhhh aku mengerang ketika kepala penisku dimasukkan ke mulutnya!
Luar biasa nikmatnya. Ini rupanya mengapa Tante begitu teliti membersihkan kelaminku waktu mandi tadi.
Tante
Tante seolah tak mendengar panggilanku, terus saja asyik melahap barangku. Tante sanggup memasukkan barang itu hingga separohnya. Sewaktu di dalam, jelas kurasakan lidah Tante ikut bermain menggelitiki penisku. Woooow sedapnya tak terkira .!
Sungguh ini pengalaman baru bagiku. Nikmatnya terasa lain. Entah apa yang dirasakan oleh Tante. Kok mau-maunya ia melakukan ini. Aku sih keenakan. Aku perhatikan bagaimana ia sibuk mengeluarkan-memasukkan penisku, kepalanya naik-turun berirama.
Aaaahhhhhhh hhmmmmmmmm ssssshhhhhhhh..sed ap, .. Tante., Tante..pintar .sekali celotehku menahan nikmat. Bagaimana nanti kalau aku tak mampu menahan diri ? Masa aku menyemprotkan spermaku ke mulut Tante ? Ah, bagaimana nanti saja, yang penting sekarang .sedaaaaaaaaaap.
Tiba-tiba Tante melepas makanannya, disapunya barangku dengan kain dasternya yang tergeletak di dipan. Aku merasa kehilangan sesuatu. Dikeringkan. Lalu dikulum lagi ! Nikmaaaaat..
Dilepaskannya lagi, barangkali mau dilap lagi. Ternyata tidak, badannya digeser sehingga kaki Tante berpindah ke arah kepalaku.
To, .. ayo cium, To..katanya terengah. Sejenak aku bengong tak mengerti permintaannya.
Kamu cium ini katanya kemudian sambil menunjuk ke selangkangannya. Okey, Tante, toh aku sudah sering mencium rambut-rambut halusmu itu. Aku mulai mencium.
Ke bawah lagi, dong To.. Ke bawah ? berarti disitunya ? Hal baru, kenapa tidak ?
Kucium tonjolan kecil yang sudah keras itu. Asin rasanya.
Aaaaaaaahhhhhhhh, sedap To, terus
Kini lidahku yang menyapu-nyapu pintu dan tonjolan tadi
Yaaaahhh. yaaaaaa begitu enak katanya sambil mulutnya menyergap lagi batang kelaminku.
Ada cairan yang asin rasanya.
Di kemudian hari aku baru tahu bahwa yang sedang aku dan Tante lakukan sekarang ini namanya posisi 69″
Dalam mengulum ini Tante pintar sekali, banyak variasinya. Keluar-masuk, kadang menyedot-nyedot, bermain lidah, sesekali menggigit (aku langsung teriak).
Akupun diajarinya bermain. Menggelitik lubang dengan lidahku, menggigit kelentitnya (pelan, tentu saja), menyapu bibirku ke bibirnya.
Asyik juga bermain seperti ini. Masing-masing sibuk, masing-masing merasakan nikmatnya.
Entah sudah berapa lama kami bermain begini. Untung saja aku berhasil menahan diri untuk tidak keluar. Aku sekarang memiliki ketrampilan baru untuk mengontrol diri, mengatur diri kapan saatnya keluar. Kalau tidak, masa aku menyiram mulut Tante dengan maniku.
Sampai akhirnya .
Ayo, To .sekarang.To .
Aku memutar tubuhku, sementara Tante rebah terlentang membuka kakinya, siap menerima tusukanku.
Aku masuk dengan gemas.
Tante menerima dengan antusias.
Untuk kesekian kalinya kami saling menggenjot.
Bersama menuju puncak.
Berbarengan menggelepar.
Sudah itu
Sama-sama lemas
Sama-sama puas.
Oh, betapa bahagianya aku.
Kebutuhan lahir dan batin terpenuhi.
Kurang apa lagi ?
***
Tak ada yang kurang pada diri Tante. Cantik, putih, tubuh bagus, permainan di tempat tidur luar biasa, dan kreatif. Kreativitas Tante tercermin dari cara bersetubuh. Ada saja yang dilakukannya yang membuatku merasa bersetubuh dengan orang baru. Selalu ada hal baru dalam setiap permainannya. Sejak Tante memperkenalkan posisi 69″, aku selalu minta dikulum penisku sebagai acara pembukaan. Tante juga amat menikmati permainan lidahku di vaginannya.
Seperti biasa sepulang sekolah aku mendekati Tante untuk melaksanakan tugas rutin, bersetubuh.
Aku sudah membuka resleting celanaku, mengeluarkan penisku yang tegang di dekat Tante yang sedang duduk di tepi ranjang, masih berpakaian lengkap, di kamar Tante yang sudah kukunci. Yah, semacam pemberitahuan bahwa aku sudah siap. Tapi tante menyambut dengan dingin, tak seperti biasanya. Ia hanya mengelus-elus. Ketika dengan kurang ajar aku mendekatkan kelaminku ke mulutnya, ia hanya mengecup lembut kepalanya, tidak dikulum seperti biasanya, paling-paling hanya menggenggam.
Tante engga bisa sekarang, To
Kenapa Tante ?
Tante lagi itu..
Lagi apa, Tante ?
Lagi mens.
Mens ? Apa itu Tante ?
Kamu engga tahu ?
Bener, Tante. Saya sungguh engga tahu Memang aku tidak tahu.
Begini, setiap bulan wanita yang sudah dewasa mengalami masa menstruasi. Wanita yang normal pasti mengalami
Lalu Tante memberiku kuliah tentang menstruasi itu. Bahkan ditunjukkannya kepadaku celana dalamnya yang berbalut itu.
Kalau begitu, besok saja ya, Tante pertanyaan bodoh memang.
Engga bisa To. Masa mens biasanya sekitar seminggu. Tapi kalau Tante sekitar 4 - 5 hari.
Wah, menunggu 4 - 5 hari, mana tahan ?
Tapi Tante, saya ingin
Engga, To. Sabar aja ya, yang
Aduh, pusing juga aku, keinginan sudah sampai ke kepala.
Bagaimana kalau begini saja Tante.. Kataku sambil menempelkan penisku ke bibir Tante, minta dikulum.
Engga bisa juga, To. Itu namanya kamu egois. Kamu bisa puas, tapi kalau Tante terangsang, gimana ? Benar juga kata Tante.
Maafkan saya, Tante. Saya sungguh-sungguh belum tahu kataku sambil memeluknya dengan mesra.
Engga apa-apa, To. Tante maklum
Dimasukkannya penisku, celana dalamku dibetulkan letaknya, lalu ditutupnya resleting celanaku. Mesra sekali.
Awas, ya. Jangan cari sasaran lain katanya.
Kucium kedua belah pipi Tante, dengan mesra juga.
Engga dong, Tante. Emangnya apaan.
Ternyata ada yang belum aku ketahui tentang wanita
Sekarang masalahku, mana bisa aku menunggu 4 - 5 hari tanpa bersetubuh, setelah hampir tiap hari menikmati.
Pulang sekolah agak kaget aku mendapati Tante duduk di sofa, membaca. Kucium pipinya.
Engga senam, yang ?
Engga, lagi banyak-banyaknya
Apanya yang banyak ?
Ah, kamu. Ya mens-nya Aku mengerti. Tapi berarti hilang juga kesempatanku siang ini menyatroni mBak Mar. Paling tidak aku harus menunggu 2 hari lagi, jadwal senam Tante berikutnya, atau menunggu sampai Tante bersih.
Malamnya, terkantuk-kantuk aku menunggu Oom Ton dan Tante masuk kamar. Pukul 10.15 mereka masih asyik menonton TV. Aku masuk kamar duluan, gelisah. Setengah jam berikutnya kudengar TV dimatikan, lampu tengah juga, lalu kudengar suara pintu ditutup dan dikunci.
***
Sengaja aku datang ke sekolah lebih pagi. Hari in ada ulangan Fisika dan aku merasa belum siap. Di rumah aku tak bisa konsentrasi belajar, ingatanku ke Tante melulu. Apalagi sekarang udah beberapa hari aku tak bersetubuh, pusing aku, mana bisa belajar di rumah. Pagi ini kesempatan terakhirku untuk belajar Fisika menghadapi ulangan nanti. Belum banyak kawan yang datang, cuma ada Tono, Edi dan Rika yang lagi ngrumpi. Dito belum nongol. Aku ambil bangku paling belakang, mojok, lalu mencoba berkonsentrasi. Lumayanlah dalam setengah jam aku bisa memecahkan soal-soal yang kuperkirakan akan keluar nanti. Juga beberapa rumus sempat masuk ke otakku, sampai seseorang datang menghampiriku dengan senyuman yang amat manis. Yuli memang manis, apalagi kalau senyum. Masih ingat dengan Yuli, pembaca ? Yuli teman sekelasku yang kugambarkan badannya biasa-biasa saja, dadanya menonjol wajar dan wajahnya manis. Akhir-akhir ini kami makin akrab, sebatas dalam pelajaran lho! Sering saling meminjam buku catatan, diskusi soal-soal PR, atau cuma ngomongin guru-guru. Makin dekat kurasakan Yuli makin menarik, dadanya makin menonjol aja. Aku sudah berada di pelukan Tante sih, jadi aku kurang memperhatikan Yuli. Entah ini hanya ge-er saja, kulihat Yuli begitu ceria kalau berdekatan denganku.
Rajin bener. belajar Fisika ya..? tegurnya sambil duduk di sebelah kananku.
Ah engga. Justru karena aku males, baru sempet belajar sekarang sahutku
Pinjam catatan Matematiknya dong Tar
Matematik ? Kan entar ulangan Fisika
Iyyaa. Tapi kemarin gua engga sempet nyatet jawaban soal kemarin
Aku ulurkan buku Matematik, sambil memgang tangannya. Yuli membiarkan tanganku meremas tangannya, meskipun kemudian dia tarik tangannya, without any words. Tanda penerimaan. Tangannya halus bener .. Lalu dia dengan serius memelototi catatanku itu. Anak ini memang serius banget kalau belajar. Mataku tak lepas memperhatikannya. Dia mungkin tahu aku melihatnya, tapi pura-pura tidak tahu. Ah .. Ini dia. Di sela-sela kancing bajunya, aku sempat mencuri keindahan sebelah buah yang tumbuh di dadanya. Hanya sedikit sih, tapi cukup membuatku berdiri. Apalagi daging itu terlihat sedikit naik-turun seirama tarikan nafasnya. Ah seandainya ..khayalanku melayang tinggi. Kuperiksa keadaan sekeliling. Masih sepi, memang masih pagi sih. Hanya ada 2 kawan yang tadi, lagi asyik menulis. Sekaranglah waktunya! Toh 2 teman tadi menghadap ke depan kelas, tak akan melihat bila aku menggarap Yuli.
Segera saja tangan kananku merangkul bahu Yuli. Tak ada reaksi. Aksi kuteruskan dengan memegang dagu dan menariknya. Mata Yuli sedikit membelalak, agak kaget mungkin, tapi tak ada tanda-tanda penolakan. Ah. bibir merah membasah yang menggairahkan. Kucium bibirnya. Dan Yuli membalas ganas ciumanku..!
Tanganku mulai membuka kancing baju putih itu, lalu empat jariku menyusup ke balik BH-nya. Halus, padat, dan lumayan besar. Aku meremas. Yuli melenguh. Jariku mencari-cari putingnya. Mengeras. Tangannya kepangkuanku. Meremas juga. Sambil masih berciuman, aku melirik dua temanku tadi, mereka masih tak acuh sibuk sendiri. Aman!
Bibirku menelusuri lehernya yang licin, terus kebawah. Kancing bajunya sudah terbuka semuanya. Kulepas baju seragamnya, lalu kudorong Yuli hingga rebah di bangku sekolah!
Aku menindihnya hingga tubuh kami lenyap dari pandangan teman-teman tadi kalau mereka menengok ke belakang. Kuciumi habis-habisan kedua bukit perawan itu. Aku yakin bukit kembar ini belum tersentuh oleh pendaki manapun. Keras, dan padat. Aku tak sanggup menahan lagi. Walaupun pakaianku masih lengkap nempel di badan, tapi meriamku sudah nongol tegak dari rits celana, siap. Kusingkap rok abu-abu itu jauh-jauh ke atas. Kupelorotkan celana dalam krem-nya
Amboi bulu-bulu halus, merata di seluruh permukaan kewanitaanya.. Luar biasa.. Masa aku kerjain di sini, di kelas ? Biar saja. Kalau nanti ketangkap basah gimana ? Peduli amat. Kalau sudah begini, mana bisa delay, apalagi cancel. Lagi pula Yuli sudah merintih-rintih sambil membuka pahanya agak lebar. We got the point no return!
Mulai sekarang ? Ya, tunggu apa lagi. BH-nya masih nempel. Biar saja, tak ada waktu lagi. Kutempatkan penisku ke tempat yang layak. Menyapu-nyapu sebentar di seputar pintu-basahnya, lalu mulai menusuk.
Uuuuhhhhhh .. Yuli melenguh.
Mentok. Padahal baru kepalaku yang tenggelam. Tusuk lagi dengan menambah tekanan.
Aaaahhhhh .pelan ..pelan ..sakiiit Desahnya pelan dan terbata-bata.
Buset! Susah bener. Vagina yang satu ini sempit benar. Apa betul, Yuli masih perawan .? Mungkin juga. Sebab biasanya kalau sama Tante Yani tusukan begini sudah mampu mencapai dasar.
Aku tusuk lagi lebih kuat, bahkan sekuat tenagaku. Dan ..
Heh! ngelamun aja!kudengar suara agak membentak. Suara Yuli!
Aku tersadar.
Aku kembali ke alam nyata.
Kembali dari lamunan nakal.
Lamunan bersetubuh dengan gadis yang duduk di sebelahku ini.
Gadis yang baru saja mengagetanku!
Ah.sialan. Kenapa aku begini ?
Gara-gara mengintip sedikit buah Yuli, aku jadi melayang..
***
Hari berikutnya aku kurang beruntung. Tante ada di rumah mengajakku ngobrol. Hanya ngobrol. Sayang sekali tubuh molek ini belum bisa dipakai. Sembulan dada bagian atas Tante dan sedikit belahannya cukup membuatku kepingin.
Tante panggilku dengan suara serak
Hmm ?
Saya pengin, Tante
Kamu itu, engga sabaran, engga pernah puas
Bukan begitu, Tante. Saya puas, puas sekali. Cuma ketagihan, habis enak sih. Udah biasa setiap hari
Sabar, dong katanya sambil menggenggam selangkanganku.
Eh, udah keras.. katanya lagi.
Iya, Tante. Saya siap setiap saat kataku meniru iklan
Dasar .! Dua hari lagi
Lama bener..
Besok siangnya lagi, ada kejutan baru untukku. Tidak bersetubuh sih, tapi menyenangkan.
Tante sedang duduk di sofa menyulam. Begitu datang aku langsung menyingkirkan kain sulamannya, lalu kucium pipi dan kemudian bibirnya. Aku langsung tahu bahwa dibalik gaun merah jambu, warna kesukaannya, Tante tak memakai BH.
Mandi dulu sana, To
Udah bisa, Tante ? tanyaku cerah.
Ih, kesitu aja pikiranmu. Belum, belum bersih jawabnya sambil menuntun tanganku ke bawah perutnya. Masih ada pembalut di sana.
Jadi, gimana dong Tante kuremas dadanya yang tak berkutang.
Pokoknya kamu mandi dulu
Aku mandi dan mengganti baju dengan penuh harap, barangkali ada kreativitas baru dari Tante.
Aku keluar kamar. Ini dia kejutannya. Tante masih duduk di situ, hanya kancing gaunnya telah dibuka sampai perut, mempertontonkan sepasang buah dada yang mengagumkan. Luar biasa. Berani benar Tante ini, bertelanjang dada di ruang tengah. Jelas belum bisa bersetubuh, tapi kelakuan Tante ini menandakan ada permainan apa lagi nih.
Langsung saja kuserbu buah dada itu.
Eeeeehhhhmmmmmm Dengan gemasnya aku mengacak-acak buah indah itu dengan mulut dan tanganku.
Belum puas aku bermain dengan dada, Tante mendorongku sampai aku berdiri di depannya. Lalu.Tante membuka kancing jeans-ku!
Tante Si Mar nanti ..
Engga ada, lagi pergi
Dibukanya resleting celanaku, diturunkannya celana dalamku, lalu dikeluarkannya penisku yang langsung tegang, digenggam pangkalnya, terus diciumi kepala-nya, lalu masuk mulutnya!
Ooooohhh, nikmat sekali permainan baru ini. Suasana baru. Bayangkan. Di ruang tengah, berdua masih berpakaian, aku hanya mengeluarkan kelaminku, Tante mengulumnya dengan bertelanjang dada! Oh, indahnya dunia ini.
Ooohhhhhhhhh, Tante, sedaaaaappp.
Kepala Tante bergerak maju-mundur, sangat perlahan. Terasa sekali bibirnya menjepit dan bergerak menelusuri permukaan penisku.
Tante..Tante enaaaaaaaak, Tante..
Tante terus saja. Tanganku dituntun ke buah dadanya. Aku sampai lupa diri tak berbuat apa-apa pada Tante. Habis sedap sekali sih!
Kedua tanganku meremasi sepasang buah kenyal itu. Tante terus bekerja. Geli, Tante !
Ya, geli. Aku hampir ke puncak. Entah mengapa kali ini aku cepat mendaki. Mungkin karena pintarnya bibir dan lidah Tante merayapi permukaan kulit kelaminku, atau karena suasana yang aneh ini.
Aku tak mampu menahan lebih lama lagi.
Tante rupanya tahu kalau aku hampir sampai, ia mempercepat gerakannya. Bagaimana kalau keluar, aku tak tega kalau sampai menumpahi mulut Tante dengan spermaku.
Segera..ya..segera sampai .
Dilepasnya kulumannya, tangannya yang memegang sapu tangan secepat kilat menutupi kelaminku dan digenggam.
Aaaaaaaaaahhhhhh sambil berteriak aku muncrat. Sedaaaaaaap.
Tante meremas.
Muncrat lagi, enak, meremas lagi, muncrat, nikmat, remas, sedap, muncrat, remas .
Beberapa detik aku terbang, kakiku goyah, lalu mendarat ditubuh Tante. Kucium mulutnya. Masih ada muncratan lagi, tertampung di saputangan. Ada lagi, makin sedikit ..
Beberapa saat aku masih menubruk Tante, ia masih menggenggam dengan saputangan.
Terima kasih, Tante
Enak, To ?
Sedaaaaaaap, Tante. Tapi lebih nikmat ke sini jawabku sambil memegang benda yang masih berpembalut itu.
Masih pusing ?
Hilang, Tante. Lepas sudah Keteganganku memang lepas.
Tante sendiri, gimana dong, Tante ?
Engga apa-apa. Ini kan cuma membantu kamu
Kupeluk lagi Tante lebih erat. Aku makin sayang saja sama Tanteku ini.
Terima kasih, Tante. Tarto makin sayang sama Tante kataku jujur.
Sudah, cuci dulu sana. Ih, banyaknya .
Iya, habis sudah tiga hari engga keluar..
***
Bel tanda pulang berbunyi. Aku bersorak. Ingat ke rumah, ingat malam ini Tante menjadi milikku. Akan kureguk semua kenikmatan dari tubuh Tante. Pokoknya nanti akan kunikmati seluruhnya, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, sampai puas.
Memang aku bisa puas, tapi bagaimana dengan Tante ? Dua kali aku berhubungan kelamin dengan Tante, dua-duanya aku bisa mengeluarkan spermaku ke dalam lubang kelamin Tante, sampai puncak, sampai puas. Tapi Tante tidak. Aku jadi cemas, jangan-jangan nanti aku juga begitu. Tapi aku ingat, yang kedua kemarin tante bilang aku ada kemajuan. Hal ini sedikit menghiburku. Mudah-mudahan yang ketiga nanti dengan bertambahnya pengalamanku, ada kemajuan lagi. Aku agak tenang sekarang.
Di rumah sepi-sepi saja. Tak ada siapapun, juga Tante. Aku makan siang sendirian. Tante mungkin ada di kamar, pintu kamarnya tertutup. Kuselesaikan makan siangku dengan cepat, lalu duduk saja di meja makan, berharap Tante akan keluar dari kamarnya. Setengah jam berlalu, masih sendiri. Aku ke ruang keluarga nonton TV. Duduk di sofa lalu ingat, kemarin di sini aku menikmati buah dada Tante dengan tuntas. Diam-diam punyaku mulai tegak, padahal hanya membayangkan yang kemarin. Ditambah lagi acara TV menyajikan fashion show di Sydney, Australia. Peragawati cantik-cantik yang berlenggok di catwalk itu umumnya tak memakai kutang. Kalau model bajunya berdada rendah, belahan dadanya jelas. Kalau bahannya tipis, putingnya menonjol. Apalagi peragawati yang punya dada besar, buahnya berguncang waktu ia melenggang. Aku tambah tegang, makin pusing karena terangsang. Oh. Tante sayang, kemanakah engkau. Aku membutuhkanmu sekarang!
Tiba-tiba pintu kamar Tante terbuka. Aku menoleh. Kepala Tante nongol memberi isyarat padaku dengan mengangguk-angguk. Nasibku memang beruntung. Jelas ini isyarat ajakan masuk. Tapi masak di kamar itu, kamar pribadi Oom dan Tante. Aku ragu, bengong saja belum bereaksi atas isyaratnya. Sekali lagi Tante mengangguk, kali ini sambil mengedipkan kedua matanya. Dengan pasti aku melangkah menuju kamarnya. Kepala Tante lenyap. Aku masuk langsung menutup pintu kamarnya dan mengunci.
Di ranjang besar itu Tante terlentang. Mengenakan baju tidur tipis, sehingga samar-samar celana dalam dan kutangnya terlihat. Matanya sayu memandangku, berkaca-kaca. Kutang itu bergerak naik-turun menandakan nafas Tante sudah memburu.
Aku tak tahan melihat pemandangan yang menggairahkan ini, segera saja aku menghampirinya. Tapi
Tunggu dulu. Buka dulu dong, pakaianmu perintahnya. Okey, tanpa dimintapun aku akan membuka. Sementara aku membuka pakaian sampai telanjang bulat, Tante memelorotkan celana dalamnya dengan posisi masih terlentang. Kini di balik baju tidur tipis itu nampak rambut-rambut halus yang menggemaskan itu.
Belum sempat aku bergerak, ada lagi ulah Tante.
Ditariknya gaun tidur tipis itu perlahan, memperlihatkan paha bulat itu. Ditarik lagi keatas sampai pusarnya nongol. Kelamin berambut halus dan perutnya terbuka terhidang di depanku. Luar biasa. Tante menyajikan strip tease show di depanku! Ada-ada saja Tante ini.
Dengan senjata yang tegak keras aku menghampiri tubuh indah ini.
Kucium rambut-rambut halus itu sebentar. Gemasnya aku.
Aaaaaaaahhhh teriak Tante.
Aku berpindah ke atas, kulumat bibirnya sambil meremas sebelah dadanya. Kutang itu perlu disingkirkan dulu seharusnya, tapi aku tak sempat. Tanganku sebelah lagi bergerak ke bawah. Eh, Tante sudah basah! Benjolan dan pintu itu licin.
Hhhhhhhhmmmmmmmm.. Tante tak mampu melenguh karena bibirnya aku kunci dengan bibirku.
Disingkirkannya tanganku yang sedang asyik di bawah, dipegangnya kelaminku, lalu diarahkannya ke pintu. Rupanya Tante ingin memulai sekarang. Mungkin sama dengan aku, sudah sama-sama terangsang lebih dulu sebelum bergumul. Aku terrangsang oleh bayanganku dan peragawati tadi, Tante terangsang entah oleh apa.
Aku mulai masuk
Aduhh! Pelan-pelan, To! Tante mengaduh, memang masukku tadi agak kasar.
Maaf Tante, habis engga tahan sih..kataku tersengal.
Kamipun saling menggenjot. Lucu kelihatannya kali ini. Tante masih mengenakan gaun tidur dan kutangnya, kelamin kami sudah saling pagut
Hasilnya, seperti kemarin.
Aku keluar lebih dulu, sementara Tante belum terpuaskan benar. Kentara dari pinggulnya yang masih mencoba menggoyang sambil kakinya menjepit pinggangku.
Kembali aku kecewa.
Kalau kelaminku sudah bergesekan dengan kelamin Tante, disamping rasa nikmat, juga rasa geli luar biasa. Jika sudah geli begitu, aku tak sanggup lagi menahan untuk jangan sampai ke puncak dulu.
Kembali aku gagal memuaskan Tante.
Kembali aku berusaha menetralkan suasana yang tak enak ini.
Kuelus buah dada yang putingnya masih tegang itu dengan penuh perasaan, lalu kucium perlahan. Tante mengusap kepalaku. Kucium pipinya dengan mesra.
Tante..
Hmmm
Saya..engga..
Udahlah..Tante tahu. Kamu engga usah merasa apa-apa. Tante maklum kok. Kamu tadi lumayan, sudah ada kemajuan
Tapi Tante kan belum
Engga usah kamu pikirin. Tante mengerti katanya menentramkan sambil mengelus-elus dadaku.
Saya engga bisa bertahan lama, Tante
Sudah lumayan, kok. Tante tadi juga merasa nikmat. Kamu udah mulai pintar mengocok tadi
Saya bisa merasakan Tante tadi belum puas
Iya, memang wanita membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding laki-laki. Tapi kamu tadi ada kemajuan dibanding kemarin
Tak adil rasanya. Saya merasakan kenikmatan luar biasa, sedangkan Tante belum
Sudahlah, To. Tak perlu kamu pikirkan. Tante mengerti
Terima kasih Tante Kupeluk tubuhnya erat. Erat sekali.
Diciumnya pipiku, lalu merebahkan kepalanya di dadaku. Aku mengelus rambutnya.
Tubuhmu atletis sekali. Dadamu bidang katanya sambil tangannya menelusuri dadaku.
Iya, Tante. Dulu saya kerja di kebun. Saya juga sering olahraga
Tiba-tiba tangan Tante ke bawah menggenggam punyaku.
Kelaminmu besar sekali
Ah, masa Tante. Saya kira biasa-biasa saja
Apalagi kalau lagi tegang. Kulirik punyaku, sudah agak surut.
Tubuh Tante luar biasa balasku.
Kalau lagi tegang keras dan panas komentarnya lagi masih tentang penisku, mengabaikan pujianku.
Buah dada Tante indah sekali
Ah, masa. Dibanding punya siapa pancingnya.
Siapa saja Aku pura-pura terpancing.
Berarti kamu sering lihat buah dada, ya Kubalikkan badannya.
Besar, bulat, kenyal, putih, licin, halus lagi kataku sambil melihat dekat-dekat buah itu.
Buah dada siapa yang kamu lihat tanyanya sambil menggoyang-goyang kelaminku yang masih berada digenggamannya.
Cuma baru ini jawabku sambil mulai merabai permukaan dadanya.
Jujur aja, To. Dada siapa yang pernah kamu lihat katanya lagi. Tante penasaran rupanya.
Sungguh mati Tante. Cuma punya Tante yang pernah saya lihat
Yang bener, To tangannya tidak menggenggam lagi, tapi mengelus kelaminku.
Benar Tante
Kok tahu bagus ?
Saya hanya lihat punya teman-teman sekolah. Itupun dari luar
Pernah kamu pegang ? Tangannya masih mengelus, aku mulai terangsang.
Ih, engga lah, Tante. Bisa gempar, dong
Jadi, tahunya punya Tante bagus, dari mana ?
Pokoknya, dari luar, punya Tante paling besar Ujung jariku mempermainkan putingnya. Putting itu mulai mengeras.
Tante
Hmm ?
Apa setiap buah dada ujungnya begini ?
Begini gimana
Panjang, mungil, tapi keras
Mungkin. Punyamu mulai keras
Aku seperti disadarkan. Memang aku sudah terangsang akibat percakapan tentang dada dan elusan Tante pada kelaminku. Aku mau lagi. Kenapa tidak ? Mumpung masih ada kesempatan. Oom Ton paling cepat besok siang pulangnya. Segera saja kukulum putting yang sejak tadi kupermainkan.
Eeeeehhhhhmmmmmmm.. Tante melenguh panjang.
Tanganku ke bawah mencari-cari di antara rambut-rambut. Basah di sana. Kugosok yang basah itu.
Uuhmmmm .Aaahhhhhhh..Uuhhmmmmm desahnya agak keras, mengikuti irama gosokanku. Kelaminku diremas-remas. Enak.
To Hhheeeehhhggh..sedap, To..Hhheeeeeghh
Tante makin ribut, aku khawatir kalau sampai terdengar dari luar kamar. Ah, tak ada orang ini. Aku makin giat menggosoki tonjolan kecil di bawah sana.
Tante makin ribut, menceracau tak karuan
Gosok lagi.
Teriak dia lagi. Akhirnya
Udah, To.ampun..Ayo To, sekarang To, sekarang !
Aku bangkit. Kelaminku yang sudah keras kupegang pangkalnya, kuarahkan. Tante membuka kakinya lebar-lebar. Demikian lebarnya sampai kedua lututnya ke atas, menyuguhkan kelaminnya yang membasah, tepat di depan kelaminku.
Aku masuk.
Kudorong perlahan.
Oooohhh, To..sedapnya .
Sudah tenggelam separoh. Kudorong lagi.
Aduuuuhhhh, mamaaaa, nikmatnya teriaknya lagi.
Kudorong lagi.
Sudah masuk seluruhnya.
Kurebahkan tubuhku menindih tubuhnya. Tanganku ke belakang punggungnya. Kudekap erat tubuhnya, lalu aku mulai menggenjot. Sedaaaaaaaapp.
Bertumpu pada kedua lututku, aku menarik dan mendorong pinggulku.
Nikmaaaaaaaaaattt.
Entah kata apa saja yang keluar dari mulut Tante aku tak peduli. Terus saja menggenjot, naik-turun, keluar-masuk.
Aku nikmati benar gesekan kelaminku pada dinding vagina Tante.
Kadang selagi punyaku didalam, Tante mengikat pahaku dengan kakinya sambil memutar pantatnya. Kurasakan sentuhan seluruh relung kelaminnya pada kelaminku.
Luar biasa sedapnya.
To hhehh.kamu hhehh..kok..hhehh..Tante mencoba bicara disela-sela nafasnya yang memburu.
Keenaapaa . hheehh.. Taanntee hhehh
Kamu .kok lama
Baru aku menyadari, sudah puluhan kali kelaminku kugenjot keluar- masuk-putar, tapi aku tak merasakan geli seperti biasanya. Yang kurasakan hanya nikmat. Rasa geli yang tak bisa kutahan yang kemudian membuat aku ke puncak, kali ini tak kurasakan! Heran!
Engga tahu.. Tante..
To, Oh my God..heeeehhhhhh
Enak Tante ?
Wooow .luar biasa
Genjot dan genjot lagi
Kamu..masih lama..To..?
Masih Tante.
Memang aku belum merasakan geli menuju puncak
Diam. dulu,.. To
Aku menghentikan genjotanku. Posisiku masih di dalam.
Tangan Tante memeluk erat punggungku, sementara kakinya mengikat pahaku. Lalu tubuhnya bergerak miring hendak merobohkan tubuhku. Aku bertahan, tak tahu maksudnya.
Gantian, To Tante di atas.
Baru aku tahu maksud gerakan Tante ini. Kuikuti gerakannya, tapi..
Jangan.sampai lepasss
Rupanya gerakan robohku terlalu cepat, sehingga kelaminku sedikit tercabut. Untung Tante cepat mengimbangi gerakanku, hingga punyaku masuk lagi.
Sekarang kami sudah sempurna berbalik posisi. Tante yang menindihku. Hanya sebentar. Tante lalu perlahan bangkit mendudukiku. Kelamin kami tak terlepas. Tante mulai bergerak. Aneh, gerakannya maju-mundur! Rasanya lain pula, tapi sama sedapnya! Dengan posisi begini gesekannya terasa lain. Kadang diputar, seperti diperas. Kadang Tante jongkok, pantatnya naik-turun, sedap juga.
Aaaahhhh..kamu..nakal teriaknya ketika dia berjongkok membenamkan kelaminku, aku mengangkat pantatku.
Kedua tanganku diraih, dituntun ke dadanya. Kuremas dada yang tambah licin kena keringat.
Entah sudah berapa lama akhirnya Tante capek juga. Dia rebahkan tubuhnya. Kupeluk. Kumiringkan, aku ingin di atas lagi. Tante menurut. Dengan hati-hati kami mengubah posisi, agar jangan terlepas. Aku berhasil.
Kamu udah..pintar..pujinya.
Dengan posisi di atas aku jadi bebas menggenjot. Lagi-lagi Tante teriak.
Terus..To.., Tante hampir
Terus. Tusukanku makin menggila. Teriakannya makin keras.
Rasa geli datang, dimulai dari ujung penis, terus menjalar ke seluruh tubuh. Makin geli. Makin cepat aku menarik-tusuk. Kesemutan mengambang..melayang..dan .
Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh .
Seeeerrr, denyut-denyut, seeerrr, bergetar, serrrrr, berguncang..seer. Entah sudah berapa kali seerr, yang jelas setiap kali keluar aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Begitu nikmat. Aku sampai lupa memperhatikan tingkah Tante. Badannya telah bergeser ke atas karena kudorong dengan tusukanku. Bantalnya bukan lagi di kepala, tapi di punggung. Sedangkan kepala terkulai, mata melihat ke atas, bibir terkatub rapat seluruh tubuh gemetaran. Teriakannya ? Tak perlu kuceritakan. Agak lama juga aku dan Tante bergetaran begini, merasakan puncaknya kenikmatan hubungan kelamin .
Lalu, hanya nafas kami berdua yang terdengar, seolah berebut mengisap oksigen untuk mengembalikan enerji yang keluar.
Lalu barangsur pelan, makin beraturan.
Tante masih terkapar
Aku lunglai di atas tubuhnya.
Ini keempat kalinya aku bersetubuh dengan Tante. Yang terakhir inilah kurasakan sangat berbeda dibanding tiga kali yang terdahulu. Lebih nikmat, lebih memuncak, lebih lama, lebih banyak aku mengeluarkan airku, lebih bergetar, pokoknya ..susah diceritakan. Pengalaman baru tentang rasa nikmat.
Dan lagi, mudah-mudahan pengamatanku tak salah, Tante begitu menggelepar, mengerang, teriak, berbeda dengan sebelumnya, Tante kali ini kelihatan selesai. Semoga begitu.
Ooh..To., kamu hebat Diciumnya pipiku dengan gemasnya.
Apanya yang hebat, Tante
Kamu betul-betul lelaki tambahnya
Memang dari dulu saya laki-laki. Ini buktinya Kusodorkan kelaminku, menusuk perutnya.
Laki-laki yang jantan diremasnya penisku dengan gemas.
Auu teriakku
To luar biasa.. Tak putus-putusnya ia memujiku.
Enak engga tadi, Tante ?
Wow. bukan main. Sangat!
Kupeluk tubuhnya. Aku merasa bahagia sekali.
Tante sayang.. Aku berbisik semesra mungkin.
Agak kaget Tante memandangku, lalu tersenyum. Manis sekali!
Ada apa yang ? Wuih, mesra banget. Tante memanggilku yang.
Saya sayang Tante Kucium bibirnya.
Hhmmmmmmm lenguhnya.
Kalau lama, enak sekali ya Tante
Kok kamu tadi bisa lama
Engga tahu, Tante. Mungkin karena tadi ronde kedua
Atau mungkin karena kamu udah mulai pandai
Yang pandai gurunya
Huuuu cibirnya sambil mencubit kontolku. Aku senang.
Guruku yang cantik
Dicubitnya hidungku.
Dan berpengalaman godaku lagi.
Aaah, udahlah, To
Kami diam lagi.
To. panggilnya tiba-tiba.
Ya.sayang
Jangan tinggalin Tante, Ya
Oo, engga dong. Masa Tante yang jelita begini mau ditinggalin
Tante serius, To
Saya juga serius, Tante. Saya membutuhkan Tante. Saya ingin begini setiap hari, Tante
Saya butuh kamu Nah ini baru pernyataan. Ini pernyataan baru. Tante membutuhkanku ? Bukankan ia punya suami ?
Oom Ton gimana Tante
Tiba-tiba wajah Tante berubah, agak sedih kulihat.
Tante .ah engga. Pokoknya kita harus hati-hati, To. Ingat pesanku kan ? Tante juga senang kita bisa begini terus. Tapi hati-hati, ya ?
Pasti, Tante. Saya akan hati-hati. Tapi Tante mau kan, tiap hari
Nanti kamu bosan
Saya sudah bilang, Tarto sayang Tante. Tarto butuh Tante. Tarto ingin menikmati setiap hari. Tadi Tante bilang membutuhkan Tarto. Maksudnya gimana Tante ?
Iya.sama seperti kamu, Tante juga ingin setiap hari
Klop kan ? Keinginan yang sama, saling membutuhkan, saling memuaskan, dan .saling menyayangi. Apakah ini yang dinamakan cinta ? Ya, apakah kami saling mencintai ? Aku memang tak ingin kehilangan Tante, tapi Tante sendiri bagaimana ? Apakah ia membutuhkanku karena mencintai keponakannya ini ? Atau karena aku baru saja memuaskannya ? Bagaimana dengan suaminya ? Jangan-jangan ia tak mendapatkan kepuasan dari Oom Ton ? Aku ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaan terakhir ini, tapi mana berani aku menanyakan langsung kepada Tante. Ah, itu tak penting. Yang penting, aku sekarang punya kekasih yang luar biasa, yang bisa membuatku melayang-layang di puncak kenikmatan.
Lelah benar aku malam ini. Bayangkan, malam ini dua kali aku bertempur. Terutama yang terakhir tadi, permainan lama yang betul-betul menguras tenagaku. Aku sekarang ingin istirahat.
Masih agak sempoyongan aku bangkit mengumpulkan pakaianku.
Mau ke mana To ?
Saya ingin tidur, Tante
Sudah tidur sini aja, temanin Tante
Saya senang sekali Tante, tapi besok Oom kan pulang ?
Paling cepat besok siang Aku memperhatikan Tante yang dengan malas bangkit. Tubuh wanita ini memang luar biasa. Aku benar-benar beruntung mendapatkannya. Masih telanjang bulat Tante berjalan menuju kamar mandi. Tak lepas mataku menatapnya.
Kenapa, To Tante merasa aku tatap begitu.
Tante memang indah kataku sambil bergantian menatap dada dan rambut bawahnya.
Kamu memang nakal. Sudahlah, bersih-bersih dulu baru kita tidur
Di dalam kamar tidur Tante yang luas ini ada kamar mandi yang luas pula. Ada dua wastafel cermin lebar, bath-tube, dan tempat untuk mengguyur (douce) yang berpintu kaca agak buram.
Di bath-tube kami saling membersihkan, Tante menyabun tubuhku sementara aku mengguyur tubuhnya, lalu gantian. Ah, mesra sekali.
Lalu berdua kami tidur berpelukan dibawah selimut yang hangat, tanpa pakaian. Tante yang punya ide begini. Enak juga. Jam dinding menunjuk waktu 11.32. Dua ronde permainan makan waktu hampir 3 jam. Pantas saja aku lelah.
Dengan tergagap aku terbangun. Dimana aku in ? Tante masih ada di pelukanku. Kulihat sekeliling, ah aku tidur di kamar pribadi Oom Ton dan Tante Yani!
Ada rasa enak di bawah sana. Ooh, Tante sedang asyik mengelus-elus penisku yang tegang. Setiap bangun pagi, tanpa dieluspun penisku memang tegang. Elusan ini yang membuat aku terbangun. Kulihat jam dinding, pukul 05.17. Ah , sudah pagi, aku harus siap-siap. Tapi Tante ini..
Tante memandangku, tersenyum, seperti biasa : manis.
Punyamu udah keras, To Buah dada itu menyembul karena terpepet dadaku. Aku terangsang.
Langsung saja aku raih buah indah itu. Putingnya sudah keras. Kami berpagutan. Aku ingin tahu kesiapan Tante pagi ini, tanganku ke bawah sana. Sudah basah rupanya. Mengingat waktu, aku ingin segera mulai. Tantepun paham.
Kembali aku melakukan pertempuran panjang melawan Tante.
Rasanya jalan ke puncak masih lama.
Aku mempercepat pompaanku
Belum juga.
Aku terus melumat bibir Tante, mencegah kicauannya yang makin keras, khawatir terdengar Mar yang sangat mungkin sudah bangun.
Ganti posisi
Percepat lagi.
Hampir
Ubah posisi
Akhirnya, aku makin yakin seperti yang Tante katakan, bahwa aku lelaki tulen, jantan, hebat .
Pagi yang melelahkan sekaligus menyegarkan !
Tante memberikan bukti, bukan hanya janji. Kami bersetubuh hampir tiap hari, kecuali kalau Tante senam. Waktu yang dipilihnya adalah siang hari, waktu saya baru pulang sekolah, di kamarku. Ini demi keamanan. Siang hari adalah saat yang paling aman. Saat Si Mar sedang sibuk bekerja di belakang, Si Luki bermain dengan pengasuhnya di rumah sebelah, dan saat Oom Ton belum pulang kantor. Siang hari memberikan Tante cukup waktu untuk membersihkan diri, menghilangkan bekas.
Aku jauh dari bosan, seperti yang dikhawatirkan Tante. Karena aku memang sangat menikmati hubungan ini. Faktor lain yang membuat aku tak bosan adalah kreativitas Tante. Seperti yang kukemukakan di awal tulisan ini, ada saja ide Tante untuk membuat kejutan untukku setiap berhubungan kelamin. Entah itu posisi berhubungan, atau acara pembukaan, tambahan ronde, dan lain-lain yang membuat aku merasa lain.
Pernah sekali waktu ketika aku pulang sekolah, ia sudah siap di dipanku memakai selimutku sebatas dada dan tak memakai apa-apa lagi di balik selimut itu. Kejutan yang membuatku terbakar.
Lain kali lagi ia memintaku masuk dari belakang. Bertumpu pada lututnya ia nungging, aku bermain sambil memegangi pantatnya yang bahenol itu.
Saat yang lain lagi, kami bertempur di atas meja belajarku. Ia duduk di pinggiran meja membuka kaki, aku masuk sambil tetap berdiri.
Pernah juga di kursi belajarku. Aku duduk di kursi yang dirapatkan ke dinding, ia duduk di atas pahaku berhadapan. Dengan posisi begini ia bebas memilih posisi tusukan kelaminku di vaginanya. Posisi atau gaya apapun, yang jelas membuat kami berdua menuju puncak bersamaan atau hampir berbarengan.
Kejutan yang susah kulupakan serta merupakan pengalaman baru bagiku adalah seperti yang akan kuceritakan di bawah ini.
Seperti yang sudah-sudah, pulang sekolah setelah ganti baju, aku langsung menemui Tante meminta jatah bersetubuh. Aku sebut jatah karena kalau malam hari Tante bukan milikku lagi, tapi jatah suaminya.
Siang itu ruang tengah sepi, Tante mungkin ada di kamarnya, kulihat pintunya sedikit terbuka. Aku ingin masuk ke kamarnya, kali ini aku ingin main di kamarnya, karena sejak semalam 3 ronde itu aku tak pernah lagi making love di kamar itu, selalu di kamarku. Kuperiksa keadaan sekeliling dulu. Aman.
Aku masuk kamarnya. Tante mengenakan kimono sedang mengikat rambutnya. Kukunci pintu, kupeluk Tante dari belakang, menggerayangi. Tak ada apa-apa lagi di balik kimono itu.
Hhmmmmm..sebentar ya yang, Tante mau mandi dulu
Engga usah mandi juga Tante tetap wangi kataku terus menjelajahi tubuhnya.
Entar biar segar. Sabar dulu ya.. Aku menghentikan aksiku.
Saya ikut mandi Tante kataku bercanda.
Ayolah, kita mandi bareng Tak kusangka Tante menganggapnya serius. Ayo, kalau begitu.
Aku langsung bertelanjang, menuntun Tante memasuku kamar mandi. Tante membuka kimononya, bertelanjang bulat juga, masuk ke ruang douce. Tak bosan-bosannya aku memandangi tubuh indah ini, padahal hampir tiap siang aku menggumulinya.
Ayo, To ajaknya.
Kita main di sini Tante ? nakalku timbul.
Hush, sekarang kita mandi dulu, kapan-kapan bolehlah
Tanganku yang bersabun menggosoki dadanya. Di bagian putting sengaja kutekan-tekan. Tante juga menggosok dadaku dengan sabun. Lalu perutnya, dan ke bawah lagi. Tangan Tante juga ke bawah. Diusapnya dengan sabun rambut bawahku, kemudian dipegangnya batang kelaminku, digosok juga. Karuan saja batang itu membesar.
Hiiiiii, bangunnya cepet bener Aku menikmati gosokannya. Tante benar-benar teliti, semua bagian dari alat vitalku itu dibersihkan dengan sabun lalu diguyur. Enak.
Aku ikut-ikutan. Seluruh bagian kelaminnya aku bersihkan. Kalau aku lagi menggosok pintu kelaminnya, kulihat mata Tante merem-melek keenakan.
Selesai mengeringkan badan aku langsung menubruk Tante.
Heee, jangan disini To, ingat dong Oh ya. Siang begini terkadang si Luki suka masuk ke kamar, tentu diikuti si Tinah. Berbahaya.
Aku berpakaian, hanya pakaian luar saja, pakaian dalam aku bawa, menyingkat waktu.
Hiiiii, lucu. kata Tante mengomentari tonjolan di celanaku. Tantepun hanya memakai daster, tanpa pakaian dalam.
Aku masuk kamarku duluan, langsung berbugil. Sejurus kemudian Tante menyusul, juga langsung bertelanjang bulat. Kami langsung bersatu, saling raba dan saling pagut. Kali ini mungkin tak ada kejutan yang dibuat Tante. Atau ya itu tadi, mandi dulu sebelum main. Betul juga kata Tante, lebih segar.
Aku meringkik kegelian ketika Tante menciumi pusarku. Ini mungkin kejutannya, tak biasanya Tante begitu.
Tapi, Tante terus ke bawah menciumi rambutku. Lebih kaget lagi, tangannya menggenggam kelaminku dan mulai menciumi barang yang sudah mengeras itu! Bukan main! Geli-geli nikmat. Bahkan..
Aaaaaaaahhhh aku mengerang ketika kepala penisku dimasukkan ke mulutnya!
Luar biasa nikmatnya. Ini rupanya mengapa Tante begitu teliti membersihkan kelaminku waktu mandi tadi.
Tante
Tante seolah tak mendengar panggilanku, terus saja asyik melahap barangku. Tante sanggup memasukkan barang itu hingga separohnya. Sewaktu di dalam, jelas kurasakan lidah Tante ikut bermain menggelitiki penisku. Woooow sedapnya tak terkira .!
Sungguh ini pengalaman baru bagiku. Nikmatnya terasa lain. Entah apa yang dirasakan oleh Tante. Kok mau-maunya ia melakukan ini. Aku sih keenakan. Aku perhatikan bagaimana ia sibuk mengeluarkan-memasukkan penisku, kepalanya naik-turun berirama.
Aaaahhhhhhh hhmmmmmmmm ssssshhhhhhhh..sed ap, .. Tante., Tante..pintar .sekali celotehku menahan nikmat. Bagaimana nanti kalau aku tak mampu menahan diri ? Masa aku menyemprotkan spermaku ke mulut Tante ? Ah, bagaimana nanti saja, yang penting sekarang .sedaaaaaaaaaap.
Tiba-tiba Tante melepas makanannya, disapunya barangku dengan kain dasternya yang tergeletak di dipan. Aku merasa kehilangan sesuatu. Dikeringkan. Lalu dikulum lagi ! Nikmaaaaat..
Dilepaskannya lagi, barangkali mau dilap lagi. Ternyata tidak, badannya digeser sehingga kaki Tante berpindah ke arah kepalaku.
To, .. ayo cium, To..katanya terengah. Sejenak aku bengong tak mengerti permintaannya.
Kamu cium ini katanya kemudian sambil menunjuk ke selangkangannya. Okey, Tante, toh aku sudah sering mencium rambut-rambut halusmu itu. Aku mulai mencium.
Ke bawah lagi, dong To.. Ke bawah ? berarti disitunya ? Hal baru, kenapa tidak ?
Kucium tonjolan kecil yang sudah keras itu. Asin rasanya.
Aaaaaaaahhhhhhhh, sedap To, terus
Kini lidahku yang menyapu-nyapu pintu dan tonjolan tadi
Yaaaahhh. yaaaaaa begitu enak katanya sambil mulutnya menyergap lagi batang kelaminku.
Ada cairan yang asin rasanya.
Di kemudian hari aku baru tahu bahwa yang sedang aku dan Tante lakukan sekarang ini namanya posisi 69″
Dalam mengulum ini Tante pintar sekali, banyak variasinya. Keluar-masuk, kadang menyedot-nyedot, bermain lidah, sesekali menggigit (aku langsung teriak).
Akupun diajarinya bermain. Menggelitik lubang dengan lidahku, menggigit kelentitnya (pelan, tentu saja), menyapu bibirku ke bibirnya.
Asyik juga bermain seperti ini. Masing-masing sibuk, masing-masing merasakan nikmatnya.
Entah sudah berapa lama kami bermain begini. Untung saja aku berhasil menahan diri untuk tidak keluar. Aku sekarang memiliki ketrampilan baru untuk mengontrol diri, mengatur diri kapan saatnya keluar. Kalau tidak, masa aku menyiram mulut Tante dengan maniku.
Sampai akhirnya .
Ayo, To .sekarang.To .
Aku memutar tubuhku, sementara Tante rebah terlentang membuka kakinya, siap menerima tusukanku.
Aku masuk dengan gemas.
Tante menerima dengan antusias.
Untuk kesekian kalinya kami saling menggenjot.
Bersama menuju puncak.
Berbarengan menggelepar.
Sudah itu
Sama-sama lemas
Sama-sama puas.
Oh, betapa bahagianya aku.
Kebutuhan lahir dan batin terpenuhi.
Kurang apa lagi ?
***
Tak ada yang kurang pada diri Tante. Cantik, putih, tubuh bagus, permainan di tempat tidur luar biasa, dan kreatif. Kreativitas Tante tercermin dari cara bersetubuh. Ada saja yang dilakukannya yang membuatku merasa bersetubuh dengan orang baru. Selalu ada hal baru dalam setiap permainannya. Sejak Tante memperkenalkan posisi 69″, aku selalu minta dikulum penisku sebagai acara pembukaan. Tante juga amat menikmati permainan lidahku di vaginannya.
Seperti biasa sepulang sekolah aku mendekati Tante untuk melaksanakan tugas rutin, bersetubuh.
Aku sudah membuka resleting celanaku, mengeluarkan penisku yang tegang di dekat Tante yang sedang duduk di tepi ranjang, masih berpakaian lengkap, di kamar Tante yang sudah kukunci. Yah, semacam pemberitahuan bahwa aku sudah siap. Tapi tante menyambut dengan dingin, tak seperti biasanya. Ia hanya mengelus-elus. Ketika dengan kurang ajar aku mendekatkan kelaminku ke mulutnya, ia hanya mengecup lembut kepalanya, tidak dikulum seperti biasanya, paling-paling hanya menggenggam.
Tante engga bisa sekarang, To
Kenapa Tante ?
Tante lagi itu..
Lagi apa, Tante ?
Lagi mens.
Mens ? Apa itu Tante ?
Kamu engga tahu ?
Bener, Tante. Saya sungguh engga tahu Memang aku tidak tahu.
Begini, setiap bulan wanita yang sudah dewasa mengalami masa menstruasi. Wanita yang normal pasti mengalami
Lalu Tante memberiku kuliah tentang menstruasi itu. Bahkan ditunjukkannya kepadaku celana dalamnya yang berbalut itu.
Kalau begitu, besok saja ya, Tante pertanyaan bodoh memang.
Engga bisa To. Masa mens biasanya sekitar seminggu. Tapi kalau Tante sekitar 4 - 5 hari.
Wah, menunggu 4 - 5 hari, mana tahan ?
Tapi Tante, saya ingin
Engga, To. Sabar aja ya, yang
Aduh, pusing juga aku, keinginan sudah sampai ke kepala.
Bagaimana kalau begini saja Tante.. Kataku sambil menempelkan penisku ke bibir Tante, minta dikulum.
Engga bisa juga, To. Itu namanya kamu egois. Kamu bisa puas, tapi kalau Tante terangsang, gimana ? Benar juga kata Tante.
Maafkan saya, Tante. Saya sungguh-sungguh belum tahu kataku sambil memeluknya dengan mesra.
Engga apa-apa, To. Tante maklum
Dimasukkannya penisku, celana dalamku dibetulkan letaknya, lalu ditutupnya resleting celanaku. Mesra sekali.
Awas, ya. Jangan cari sasaran lain katanya.
Kucium kedua belah pipi Tante, dengan mesra juga.
Engga dong, Tante. Emangnya apaan.
Ternyata ada yang belum aku ketahui tentang wanita
Sekarang masalahku, mana bisa aku menunggu 4 - 5 hari tanpa bersetubuh, setelah hampir tiap hari menikmati.
Pulang sekolah agak kaget aku mendapati Tante duduk di sofa, membaca. Kucium pipinya.
Engga senam, yang ?
Engga, lagi banyak-banyaknya
Apanya yang banyak ?
Ah, kamu. Ya mens-nya Aku mengerti. Tapi berarti hilang juga kesempatanku siang ini menyatroni mBak Mar. Paling tidak aku harus menunggu 2 hari lagi, jadwal senam Tante berikutnya, atau menunggu sampai Tante bersih.
Malamnya, terkantuk-kantuk aku menunggu Oom Ton dan Tante masuk kamar. Pukul 10.15 mereka masih asyik menonton TV. Aku masuk kamar duluan, gelisah. Setengah jam berikutnya kudengar TV dimatikan, lampu tengah juga, lalu kudengar suara pintu ditutup dan dikunci.
***
Sengaja aku datang ke sekolah lebih pagi. Hari in ada ulangan Fisika dan aku merasa belum siap. Di rumah aku tak bisa konsentrasi belajar, ingatanku ke Tante melulu. Apalagi sekarang udah beberapa hari aku tak bersetubuh, pusing aku, mana bisa belajar di rumah. Pagi ini kesempatan terakhirku untuk belajar Fisika menghadapi ulangan nanti. Belum banyak kawan yang datang, cuma ada Tono, Edi dan Rika yang lagi ngrumpi. Dito belum nongol. Aku ambil bangku paling belakang, mojok, lalu mencoba berkonsentrasi. Lumayanlah dalam setengah jam aku bisa memecahkan soal-soal yang kuperkirakan akan keluar nanti. Juga beberapa rumus sempat masuk ke otakku, sampai seseorang datang menghampiriku dengan senyuman yang amat manis. Yuli memang manis, apalagi kalau senyum. Masih ingat dengan Yuli, pembaca ? Yuli teman sekelasku yang kugambarkan badannya biasa-biasa saja, dadanya menonjol wajar dan wajahnya manis. Akhir-akhir ini kami makin akrab, sebatas dalam pelajaran lho! Sering saling meminjam buku catatan, diskusi soal-soal PR, atau cuma ngomongin guru-guru. Makin dekat kurasakan Yuli makin menarik, dadanya makin menonjol aja. Aku sudah berada di pelukan Tante sih, jadi aku kurang memperhatikan Yuli. Entah ini hanya ge-er saja, kulihat Yuli begitu ceria kalau berdekatan denganku.
Rajin bener. belajar Fisika ya..? tegurnya sambil duduk di sebelah kananku.
Ah engga. Justru karena aku males, baru sempet belajar sekarang sahutku
Pinjam catatan Matematiknya dong Tar
Matematik ? Kan entar ulangan Fisika
Iyyaa. Tapi kemarin gua engga sempet nyatet jawaban soal kemarin
Aku ulurkan buku Matematik, sambil memgang tangannya. Yuli membiarkan tanganku meremas tangannya, meskipun kemudian dia tarik tangannya, without any words. Tanda penerimaan. Tangannya halus bener .. Lalu dia dengan serius memelototi catatanku itu. Anak ini memang serius banget kalau belajar. Mataku tak lepas memperhatikannya. Dia mungkin tahu aku melihatnya, tapi pura-pura tidak tahu. Ah .. Ini dia. Di sela-sela kancing bajunya, aku sempat mencuri keindahan sebelah buah yang tumbuh di dadanya. Hanya sedikit sih, tapi cukup membuatku berdiri. Apalagi daging itu terlihat sedikit naik-turun seirama tarikan nafasnya. Ah seandainya ..khayalanku melayang tinggi. Kuperiksa keadaan sekeliling. Masih sepi, memang masih pagi sih. Hanya ada 2 kawan yang tadi, lagi asyik menulis. Sekaranglah waktunya! Toh 2 teman tadi menghadap ke depan kelas, tak akan melihat bila aku menggarap Yuli.
Segera saja tangan kananku merangkul bahu Yuli. Tak ada reaksi. Aksi kuteruskan dengan memegang dagu dan menariknya. Mata Yuli sedikit membelalak, agak kaget mungkin, tapi tak ada tanda-tanda penolakan. Ah. bibir merah membasah yang menggairahkan. Kucium bibirnya. Dan Yuli membalas ganas ciumanku..!
Tanganku mulai membuka kancing baju putih itu, lalu empat jariku menyusup ke balik BH-nya. Halus, padat, dan lumayan besar. Aku meremas. Yuli melenguh. Jariku mencari-cari putingnya. Mengeras. Tangannya kepangkuanku. Meremas juga. Sambil masih berciuman, aku melirik dua temanku tadi, mereka masih tak acuh sibuk sendiri. Aman!
Bibirku menelusuri lehernya yang licin, terus kebawah. Kancing bajunya sudah terbuka semuanya. Kulepas baju seragamnya, lalu kudorong Yuli hingga rebah di bangku sekolah!
Aku menindihnya hingga tubuh kami lenyap dari pandangan teman-teman tadi kalau mereka menengok ke belakang. Kuciumi habis-habisan kedua bukit perawan itu. Aku yakin bukit kembar ini belum tersentuh oleh pendaki manapun. Keras, dan padat. Aku tak sanggup menahan lagi. Walaupun pakaianku masih lengkap nempel di badan, tapi meriamku sudah nongol tegak dari rits celana, siap. Kusingkap rok abu-abu itu jauh-jauh ke atas. Kupelorotkan celana dalam krem-nya
Amboi bulu-bulu halus, merata di seluruh permukaan kewanitaanya.. Luar biasa.. Masa aku kerjain di sini, di kelas ? Biar saja. Kalau nanti ketangkap basah gimana ? Peduli amat. Kalau sudah begini, mana bisa delay, apalagi cancel. Lagi pula Yuli sudah merintih-rintih sambil membuka pahanya agak lebar. We got the point no return!
Mulai sekarang ? Ya, tunggu apa lagi. BH-nya masih nempel. Biar saja, tak ada waktu lagi. Kutempatkan penisku ke tempat yang layak. Menyapu-nyapu sebentar di seputar pintu-basahnya, lalu mulai menusuk.
Uuuuhhhhhh .. Yuli melenguh.
Mentok. Padahal baru kepalaku yang tenggelam. Tusuk lagi dengan menambah tekanan.
Aaaahhhhh .pelan ..pelan ..sakiiit Desahnya pelan dan terbata-bata.
Buset! Susah bener. Vagina yang satu ini sempit benar. Apa betul, Yuli masih perawan .? Mungkin juga. Sebab biasanya kalau sama Tante Yani tusukan begini sudah mampu mencapai dasar.
Aku tusuk lagi lebih kuat, bahkan sekuat tenagaku. Dan ..
Heh! ngelamun aja!kudengar suara agak membentak. Suara Yuli!
Aku tersadar.
Aku kembali ke alam nyata.
Kembali dari lamunan nakal.
Lamunan bersetubuh dengan gadis yang duduk di sebelahku ini.
Gadis yang baru saja mengagetanku!
Ah.sialan. Kenapa aku begini ?
Gara-gara mengintip sedikit buah Yuli, aku jadi melayang..
***
Hari berikutnya aku kurang beruntung. Tante ada di rumah mengajakku ngobrol. Hanya ngobrol. Sayang sekali tubuh molek ini belum bisa dipakai. Sembulan dada bagian atas Tante dan sedikit belahannya cukup membuatku kepingin.
Tante panggilku dengan suara serak
Hmm ?
Saya pengin, Tante
Kamu itu, engga sabaran, engga pernah puas
Bukan begitu, Tante. Saya puas, puas sekali. Cuma ketagihan, habis enak sih. Udah biasa setiap hari
Sabar, dong katanya sambil menggenggam selangkanganku.
Eh, udah keras.. katanya lagi.
Iya, Tante. Saya siap setiap saat kataku meniru iklan
Dasar .! Dua hari lagi
Lama bener..
Besok siangnya lagi, ada kejutan baru untukku. Tidak bersetubuh sih, tapi menyenangkan.
Tante sedang duduk di sofa menyulam. Begitu datang aku langsung menyingkirkan kain sulamannya, lalu kucium pipi dan kemudian bibirnya. Aku langsung tahu bahwa dibalik gaun merah jambu, warna kesukaannya, Tante tak memakai BH.
Mandi dulu sana, To
Udah bisa, Tante ? tanyaku cerah.
Ih, kesitu aja pikiranmu. Belum, belum bersih jawabnya sambil menuntun tanganku ke bawah perutnya. Masih ada pembalut di sana.
Jadi, gimana dong Tante kuremas dadanya yang tak berkutang.
Pokoknya kamu mandi dulu
Aku mandi dan mengganti baju dengan penuh harap, barangkali ada kreativitas baru dari Tante.
Aku keluar kamar. Ini dia kejutannya. Tante masih duduk di situ, hanya kancing gaunnya telah dibuka sampai perut, mempertontonkan sepasang buah dada yang mengagumkan. Luar biasa. Berani benar Tante ini, bertelanjang dada di ruang tengah. Jelas belum bisa bersetubuh, tapi kelakuan Tante ini menandakan ada permainan apa lagi nih.
Langsung saja kuserbu buah dada itu.
Eeeeehhhhmmmmmm Dengan gemasnya aku mengacak-acak buah indah itu dengan mulut dan tanganku.
Belum puas aku bermain dengan dada, Tante mendorongku sampai aku berdiri di depannya. Lalu.Tante membuka kancing jeans-ku!
Tante Si Mar nanti ..
Engga ada, lagi pergi
Dibukanya resleting celanaku, diturunkannya celana dalamku, lalu dikeluarkannya penisku yang langsung tegang, digenggam pangkalnya, terus diciumi kepala-nya, lalu masuk mulutnya!
Ooooohhh, nikmat sekali permainan baru ini. Suasana baru. Bayangkan. Di ruang tengah, berdua masih berpakaian, aku hanya mengeluarkan kelaminku, Tante mengulumnya dengan bertelanjang dada! Oh, indahnya dunia ini.
Ooohhhhhhhhh, Tante, sedaaaaappp.
Kepala Tante bergerak maju-mundur, sangat perlahan. Terasa sekali bibirnya menjepit dan bergerak menelusuri permukaan penisku.
Tante..Tante enaaaaaaaak, Tante..
Tante terus saja. Tanganku dituntun ke buah dadanya. Aku sampai lupa diri tak berbuat apa-apa pada Tante. Habis sedap sekali sih!
Kedua tanganku meremasi sepasang buah kenyal itu. Tante terus bekerja. Geli, Tante !
Ya, geli. Aku hampir ke puncak. Entah mengapa kali ini aku cepat mendaki. Mungkin karena pintarnya bibir dan lidah Tante merayapi permukaan kulit kelaminku, atau karena suasana yang aneh ini.
Aku tak mampu menahan lebih lama lagi.
Tante rupanya tahu kalau aku hampir sampai, ia mempercepat gerakannya. Bagaimana kalau keluar, aku tak tega kalau sampai menumpahi mulut Tante dengan spermaku.
Segera..ya..segera sampai .
Dilepasnya kulumannya, tangannya yang memegang sapu tangan secepat kilat menutupi kelaminku dan digenggam.
Aaaaaaaaaahhhhhh sambil berteriak aku muncrat. Sedaaaaaaap.
Tante meremas.
Muncrat lagi, enak, meremas lagi, muncrat, nikmat, remas, sedap, muncrat, remas .
Beberapa detik aku terbang, kakiku goyah, lalu mendarat ditubuh Tante. Kucium mulutnya. Masih ada muncratan lagi, tertampung di saputangan. Ada lagi, makin sedikit ..
Beberapa saat aku masih menubruk Tante, ia masih menggenggam dengan saputangan.
Terima kasih, Tante
Enak, To ?
Sedaaaaaaap, Tante. Tapi lebih nikmat ke sini jawabku sambil memegang benda yang masih berpembalut itu.
Masih pusing ?
Hilang, Tante. Lepas sudah Keteganganku memang lepas.
Tante sendiri, gimana dong, Tante ?
Engga apa-apa. Ini kan cuma membantu kamu
Kupeluk lagi Tante lebih erat. Aku makin sayang saja sama Tanteku ini.
Terima kasih, Tante. Tarto makin sayang sama Tante kataku jujur.
Sudah, cuci dulu sana. Ih, banyaknya .
Iya, habis sudah tiga hari engga keluar..
***