PROLOG "Ketika siang itu"
Siang itu sekitar satu tahun yang lalu, sama seperti biasanya untuk Drea. Laki-laki berumur 23 tahun yang masih belum bisa menyelesaikan studi S-1nya.
Masih di siang itu, kota bandung masih sama seperti biasanya. Hiruk pikuk nya, kemacetannya dan juga suhu udara yang entah mengapa semakin hari yang semakin panas.
Tapi ada satu yang tidak biasa siang itu untuk Drea. Mukanya begitu berseri-seri menampakan keriangan yang ada dalam hatinya.
Siang itu Drea baru saja menyelesaikan bimbingan skripsinya. Skripsi yang sudah dimulainya kurang lebih 16 bulan yang lalu. Dimana akhirnya Drea diizinkan untuk mengikuti sidang akhir yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh nya sekian lama.
Akhirnya, dunia dan takdir seperti kembali memihak kepada dirinya. Setelah sekian lama menunggu dan hampir putus asa akan apa yang terjadi pada masa depannya nanti.
Masih siang itu juga, sebenarnya masih ada satu lagi kabar gembira untuk Drea, kabar gembira yang masih belum disadari oleh nya hingga 2 minggu berikutnya.
Seperti biasanya, Drea memainkan handphonenya, mencari-cari seseorang yang bisa diajak ngobrol dalam salah satu akun sosmednya.
Nama Syifa terlihat sedang online ketika itu. Sudah lama juga Drea tidak menyapanya. Setahun sudah mereka berteman di sosmed, tapi masih bisa dihitung dengan hitungan tangan mereka saling menyapa, dan itupun ketika mereka pertama saling berkenalan.
Hai, apa kabar ? sapa Drea.
Lama tak ada jawaban. Drea pun berpikir mungkin dia sudah lupa kalo kita dulu pernah berkenalan.
Hai juga, alhamdulillah baik kamu gimana? tiba-tiba sebuah pesan yang tidak diduga datang dari Syifa.
Seketika itu pula tanpa diduga suasana tiba-tiba mencair diantara keduanya. Suasana yang beda dari biasanya, karena adanya suatu getaran yang tidak biasa yang entah disadari atau tidak muncul dihati mereka.
Tapi ada satu yang Drea sadari. Siang ini tidak seperti siang-siang seperti biasanya baginya.
Siang itu sekitar satu tahun yang lalu, sama seperti biasanya untuk Drea. Laki-laki berumur 23 tahun yang masih belum bisa menyelesaikan studi S-1nya.
Masih di siang itu, kota bandung masih sama seperti biasanya. Hiruk pikuk nya, kemacetannya dan juga suhu udara yang entah mengapa semakin hari yang semakin panas.
Tapi ada satu yang tidak biasa siang itu untuk Drea. Mukanya begitu berseri-seri menampakan keriangan yang ada dalam hatinya.
Siang itu Drea baru saja menyelesaikan bimbingan skripsinya. Skripsi yang sudah dimulainya kurang lebih 16 bulan yang lalu. Dimana akhirnya Drea diizinkan untuk mengikuti sidang akhir yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh nya sekian lama.
Akhirnya, dunia dan takdir seperti kembali memihak kepada dirinya. Setelah sekian lama menunggu dan hampir putus asa akan apa yang terjadi pada masa depannya nanti.
Masih siang itu juga, sebenarnya masih ada satu lagi kabar gembira untuk Drea, kabar gembira yang masih belum disadari oleh nya hingga 2 minggu berikutnya.
Seperti biasanya, Drea memainkan handphonenya, mencari-cari seseorang yang bisa diajak ngobrol dalam salah satu akun sosmednya.
Nama Syifa terlihat sedang online ketika itu. Sudah lama juga Drea tidak menyapanya. Setahun sudah mereka berteman di sosmed, tapi masih bisa dihitung dengan hitungan tangan mereka saling menyapa, dan itupun ketika mereka pertama saling berkenalan.
Hai, apa kabar ? sapa Drea.
Lama tak ada jawaban. Drea pun berpikir mungkin dia sudah lupa kalo kita dulu pernah berkenalan.
Hai juga, alhamdulillah baik kamu gimana? tiba-tiba sebuah pesan yang tidak diduga datang dari Syifa.
Seketika itu pula tanpa diduga suasana tiba-tiba mencair diantara keduanya. Suasana yang beda dari biasanya, karena adanya suatu getaran yang tidak biasa yang entah disadari atau tidak muncul dihati mereka.
Tapi ada satu yang Drea sadari. Siang ini tidak seperti siang-siang seperti biasanya baginya.