Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

peveral

Semprot Kecil
Daftar
18 May 2016
Post
51
Like diterima
686
Bimabet
Saya bikin ini menjadi seolah berganti season karena masalah tema umum ceritanya. Season 1 mengenai perkenalan saya dengan dunia yang sudah lama saya tinggalkan sementara Season 2 mengenai usaha saya untuk mencari pasangan baru. Silahkan dinikmati.

Cerita 1 dan Update tersedia di Page 1
Cerita di Kantor terdapat di
page 3
Pre-Update tersedia di page 4 (sedikit perkenalan Tania)
Update di hotel tersedia di
page 5
Update sama Tania di Page 11
Press Release di Page 14, Update 8 Januari di Page 15
Update terbaru ada di
page 22
Update Tania si Ratu Kegelapan di page 25
Update terbaru di page 34
Permohonan Maaf dan Teaser di page 44
Update 2019 di page 54
Update 2019 di Page 55
UBUD 1 page 56
UBUD 2 page 59
Ubud 3
Page 61
Penutupan Season 1 di Page 62

Season kedua mengenai perjalanan baru. Mencari pasangan dan ibu untuk Dena.
Update pertama di Season 2: di page 63
Update ke dua. Awal Cerita di Page 66
Update di page 68
Update di Page 69
Update di page 71
Update di page 73

Hola para suhu penghuni semport. Perkenalkan saya Rinaldi seorang lelaki berkepala empat yang memiliki seorang anak yang baru masuk SMA dan seorang istri. Saya akan cerita banyak tetapi perkenankan saya memohon kesidaan serta maklumat dari para suhu karena saya seorang newbie yang tak hilang dari kesalahan dan kekilafan.

Ini adalah cerita saya. Suhu boleh berpendapat ini fiktif tapi juga bisa berpendepat sebaliknya. Saya tak akan memebenarkan atau menyalahkan karena saya mempersilahkan suhu untuk memiliki pendapat masing-masing. Satu hal yang saya minta adalah untuk tidak meminta mulustrasi dan lain-lain. Ciptakan karakter suhu-suhu sendiri dan pelihara itu sampai saya tak lagi menulis cerita..

Perkenalan

Seperti yang sudah saya katakan di awal, nama saya Rinaldi. Saya memiliki anak perempuan berusia 15 tahun dan baru saja memasuki masa SMA. Sedang bandel-bandelnya. Mengenai status pernikahan, saya baru saja menikah kembali setelah 15 tahun menduda.

Istri pertama saya meninggal tepat saat melahirkan anak tercinta saya, Dena. Sejauh ini saya tak akan menceritakan mengenai alm istri saya karena bagi saya itu tidak menarik. Saya akan banyak bercerita yang mungkin tidak sesuai lini masa tetapi cukup mampu dinikmati. Yah kayak nonton star wars lah, kebalik balik tetapi tetap yahud.

Saya adalah seorang anggota direksi di salah satu perusahaan media yang tergabung dalam grup perusahaan besar di Indonesia. Jabatan saya yang berada di bawah CEO membuat saya bertemu langsung dengan banyak jenis manusia.

Saya memulai karir di media sejak lulus kuliah. Menghabiskan dua tahun di lapangan membuat saya memutuskan untuk mengambil S2 Digital Marketing di Australia. Di sanalah saya bertemu dengan istri saya.

Sepualang dari Australia dengan gelar S2, saya dan istri memutuskan untuk menikah tak membutuhkan waktu lama bagi kami untuk mendapatkan Dena. Namun sayang istri saya meninggalkan kami dan jadilah saya seorang single parent.

Beruntung ketika saya kembali dari Australia saya tak lagi kerja di lapangan, jabatan saya sudah terbilang mapan dengan bertindak sebagai Redaksi Pelaksana. Namun karena CEO melihat latar belakang saya, maka pindahlah saya meninggalkan ruang redaksi dan naik ke bagian yang lebih tinggi.

Memang jabatan yang berat untuk mendongkrak perusahaan namun setidaknya saya memiliki banyak waktu untuk membesarkan Dena. Kerja di media juga membuat saya fleksibel berinteraksi dengan anak saya sampai dia besar.

Semua berjalan indah bagi kami berdua. Saya benar-benar tak tertarik untuk mencari pasangan atau sekedar teman kencan. Sampai akhirnya Dena menjadi anak mandiri dan memasuki dunia SMP. Ia sudah bisa ditinggal ayahnya dan mau dijemput oleh supir ketika pulang.

Sejak itu saya mulai memiliki waktu luang untuk memperhatikan diri sendiri, memperhatikan pegawai wanita, bahkan memperhatikan wali kelas Dena. Sebagai catatan, saya pria 170cm dengan warna kulit coklat muda. Orang-orang bilang saya manis namun terlihat tegas.

Petualangan 1 di Page 1.
 
Terakhir diubah:
Kisah 1: Marin dan Amel Ibunda Temannya Dena

Dena memang anak yang supel seperti ayahnya, namun anak saya yang super manis itu memiliki dua sahabat wanita yang sudah saling kenal sejak TK yakni Nissa dan Putri. Ketiganya selalu bersama dan mengenyam sekolah yang sama sampai sekarang. Bahkan ketika sekolah mereka tak memiliki SMA, ketiganya memutuskan utnuk masuk ke SMA yang sama. SMA yang hanya diisi wanita dan sangat populer tersebut.

Persahabatan ketiga anak tersebut membuat saya sang ayah mau tak mau juga bersahabat dengan orang tua mereka. Marin merupakan ibu dari Nissa dan Amel ibu dari Putri. Meski saya pria sendiri, namun suami dari Marin dan Amel sama sekali tak menaruh curiga. Kedua suami mereka menganggap kami sebagai sahabat saja. Terlebih lagi mereka paham situasi saya yang menduda cukup lama.

Jujur kedua mahmud abas (mamah muda ana baru satu) tersebut memang sangat cantik dan menarik perhatian saya. Namun baru Dena meraih SMP lah saya mulai menyadari itu.

Saya sebenarnya lebih tertarik dengan Amel. Badannya prposional dan langsing serta memiliki dada yang sesuai genggaman saya. Tingginya sekitar 168 cm namun saya tak paham bobotnya, kulitnya yang sawo muda membuatnya sangat ingin saya belai. Namun sayang ia sangat setia dengan sang suami dan sama sekali menganggap saya sebagai sahabat tak lebih.

Berbeda dengan Marin, dengan darah China Jawa Belanda membuatnya menjadi sangat cantik bak model. Tingginya lebih dari saya, ia sekitar 175 sementara saya hanya 170. Tubuhnya cukup proposional dengan dada yang seukuran 36b. Sedikit kontras dengan tinggi dan badannya yang tak terbilang berisi.

Namun bak cinta bertepuk sebelah tangan, Marin lah yang rupanya senang dengan saya. Ia beberapa kali memang menggoda saya terutama masalah seksual. Sebagai catatan, kami bertiga memang sangat terbuka soal seks. Mungkin mereka menganggap saya sebagai gay. Padahal tidak sama sekali. Marin selalu menggoda saya karena saya sudah lama tak mengeluarkan cairan pria.

“Di, lo nggak pernah gitu pengen? Udah berapa tahun lu gak main kan?” goda Marin di grup BBM. ketika itu Dena baru masuk SMP kelas 7.

“Wah miring luh, ngapain sih bahas-bahas ginian? Gua pengen kan jadi repot,” jawab saya berharap Marin menghentikan obrolan. Namun sayang, harapan tersebut pupus karena Amel justru menimpali.

“Lu ajarin lah Rin, lo kan katanya gak pernah puas sama Rei (suami Marin). Siapa tau Aldi(sapaan saya dari Amel) udah lupa,” tambah Amel sambil cekikikan. Saya mengakhiri obrolan malam itu dengan tanpa pamit haha

{Skip Skip}

Suatu saat Dena, Nissa dan Putri ada acara perkemahan. SMP Dena ketika itu masih mengadakan Pramuka. Saya seperti layaknya seorang ayah mengantarkan Dena ke sekolah, di sana saya melihat Marin dan suaminya. Kami bertiga mengobrol sangat akrab dan cekikikan.

Sesekali saya melirik ke arah dada Marin, dengan kaos hitam berbelahan rendah, Marin seolah sengaja menyilangkan tangannya di dada yang membuat payudaranya seolah menengok keluar dan ingin menyapa saya. Karena sudah lama tak merasakan belaian wanita, sepertinya gelagat saya terbaca oleh Marin. Ia hanya senyum-senyum saja.

Tak lama kemudian Rei mendapat telepon bahwa dirinya harus segera ke luar kota karena sang ibu sedang sakit. Ini membuat keduanya sempat mengacuhkan saya. Tetapi akhirnya mereka selesai berunding dan membuat Marin stay di Jakarta karena harus menjemput Nissa hari Minggu. Rei akhirnya pergi dahulu membawa mobil untuk bersiap-siap ke bandara.

“Anterin gua balik ya ganteng,” ujar Marin ke saya bahkan ketika suaminya belum jauh melangkah. Saya tak sadar bahwa ini adalah rencana Marin untuk stay di Jakarta. Meski begitu, sebenarnya saya sudah biasa mengantar Marin pulang.

Di jalan kami mengobrol biasa namun saya tak bisa melepaskan kesempatan mencuri pandah ke belahan dada Marin. Namun seperti yang saya katakan tadi, saya terlalu lugu untuk kembali mengendalikan wanita sehingga perilaku saya dengan mudah terbaca Marin.

“Di..Di...Gua kenal lu udah sembilan tahun baru kali ini gua liat lu kaya gini. Perlu gua buka?” ujar Marin menggoda dan saya hanya terbata-bata menjawab pertanyaan tersebut. Dengan nekat Marin membuka kausnya yang membuatnya topless di dalam mobil saya, di tol. Sungguh ini membuat saya merinding.

“Wah gila lu Rin, pake lah! Entar kalo diliat orang gimana? Dikira macem-macem kan berabe!” ujar saya sedikit panik karena saya memang panik.

“Make? Lo mau make gua? Ayo aja sih!hahaha santai aja kali Di,” tambah Marin santai. Saya memang maklum karena menurut pengakuannya, Marin dan Rei memang maniak seks. Tetapi Rei tak mampu memuaskan Marin.

Marin akhirnya baru mengenakan baju ketika memasuki kompleks. Kompleks di kawasan Bintaro memang mewajibkan buka kaca. Sesampainya di rumah Marin meminta saya untuk tinggal sejenak dan akhirnya saya menyetujui.

Kami akhirnya ngobrol di teras belakang yang terdapat kolam renang. Setelah sang pembantu menghantarkan minuman, Marin memastikan bahwa sang suami sudah ke bandara kepada si pembantu. Ia lalu memerintahkan pembantu untuk stay di kamar.

“Di lo lagi banyak kerjaan ya? Keliatannya kaku gitu belakangan? Rileks aja lagi, malem minggu Dena juga lagi have fun di sekolah. Lepasin aja ah,” ujar Marin menggoda sambil menyenderkan kepalanya di dada saya. Suatu hal yang sering terjadi di antara kami bertiga namun sebagai sahabat.

Saya kemudian langsung menceritakan keluh kesah saya di kantor seperti biasanya kepada Marin. Entah mengapa saya sangat emosional dan seakan semua kemarahan di kantor akhirnya terlepas. Mendadak Marin bangkit dari bahu saya masih dengan keadaan duduk di sofa, ia menghadap saya dan masih terus mendengarkan cerita.

Tetapi mendadak ia mengecup bibir saya dengan manis. Ia lalu melepaskan kecupan singkatnya bahkan saya tak sempat membalasnya. Dengan gerakan manis ia mengarahkan bibirnya ke telinga saya dan membisikan. “udah ah marahnya, lupain aja ya?”

Kontan saya langsung mengangguk pelan tanda setuju. Ia kembali menaruh wajahnya di depan saya, tak lama berselang kami saling berpagutan. Bibirnya yang tipis seolah mengajari saya berciuman kembali. Sayapun seolah teringat kembali caranya berciuman. Dengan nabsu menggebu saya melahap bibirnya, lidah kami berpagutan, lenguhan tecipta dan menimbulkan nada birahi di halaman belakang.

Saya kemudian melucuti kausnya yang secara langsung memperlihatkan saya kepada dadanya yang besar menurut saya. Ia pun tak kalah dan langsung melepas polo saya. Kami terus melanjutkan ciuman namun saya masih canggung untuk menyambi menggarap dadanya. Dengan tak melepas pagutan, Marin berusaha meraih tangan saya ke dadanya. Di sana saya sudah mulai berani meremas dada kiri dan kanannya.

Dada yang sudah lama saya idam-idamkan, kekenyalannya sangat pas untuk diremas serta puting kecoklatannya membuat saya teralih. Saya melepaskan pagutan dan mengarahkan bibir saya ke puting kiri.

Marin melenguh hebat dan membuat saya sadar bahwa puting adalah salah satu daerah mematikan baginya. Dada kiri saya habisi giliran dada kanan. Lenguhan marin semakin keras dan tak terkendali. Saya tak peduli karena untuk pertama kalinya selama 15 tahun saya merasakan nikmatnya payudara wanita.

Sambil terus berpagutan saya meraba-raba celana pendek yang ia kenakan. Saya beberapa kali menyelinapkan jari saya namun karena hebohnya ciuman membuat saya tak berbuat banyak. Akhirnya Marin naik ke pangkuan saya dan membuat tangan saya kini memiliki kesempatan untuk membuka resletingnya.

Namun mendadak Marin berdiri dan melangkah mundur. Itu membuat saya sedikit kesal dan tak bisa apa-apa. Perlahan Marin berjalan mundur dengan tetap menatap saya. Dengan tawa manisnya melihat saya kesal, Marin membuka celana yang rupannya menjadi benteng terakhirnya. Ia kemudian juga membuka ikatan rambutnya dan membiarkannya tergerai sampai ke bahu.

Setelah benar-benar telanjang, Marin melebarkan tangannya dan menjatuhkan diri ke kolam renang. Rupanya ia memancing saya untuk bercinta di dalam air,pikir saya saat itu. Tanpa pikir panjang saya langsung menyusul ke kolam. Tentu setelah melepaskan segalanya.

Di dalam kolam kami kembali berpagutan dengan ganas. Saya langsung meraba payudaranya kembali. Entah mengapa saya penasaran dengan vaginanya tetapi payudaranya selalu mampu memanggil saya untuk meremas.

Asik-asiknya berpagutan, Marin kembali mengambil inisiatif, ia meraba batang saya yang sudah sedari tadi menguat dan mengeras.

“Ini nih yang kamu bilang 20 cm? Ternyata bener ya?” ujar Marin yang memang pernah menanyakan ukuran saya di grup BBM.

Dengan sigap Marin langsung menarik saya kedaerah dangkal yang terdapat tangga untuk rebahan di dalam kolam. Di sana kami terus berpagutan sambil Marin rebahan di bawah sementara saya di atas, hanya sbagian badan Marin yang terendam air.

Genggaman Marin sangat kuat bahkan cenderung meremas. Saya kemudian baru ingat bahwa vaginyanya kini sedang dalam lowongan untuk dijamah. Saya kemudian memutuskan untuk mengutus jari telunjuk danjari tengah saya untuk meraba vagina Marin yang bersih tanpa bulu. Saya usap-usap gundukan menawan tersebut dan membuat Marin sedikit terhenti dalam mencium saya.

Tugasnya untuk memagut bibir saya berakhir sudah ketika saya memutuskan untuk memerintahkan jari telunjuk lebih dalam mempelajari medan pertempuran. Hebatnya, agen saya tersebut langsung menemukan klitoris yang menjadi kunci kemenangan perang saya malam itu.

Tak habis-habis saya gesekan jari saya ke klitoris tersebut dan membuat Marin sedikit berteriak merasakan kenikmatan dari sahabatnya. Sekita 10 menit saya melakukan fingering dan akhirnya ia memeluk saya dengan erat tanda orgasme pertama.

Setelah dua menit istirahat, Marin mengarahkan penis saya ke vaginanya. Rupanya ia penasaran dengan milik saya.

“Okeh, buktiin ke aku kalau penis kamu lebih jago dari jali telunjuk kamu yang kecil itu,” tantang Marin,

Spontan saya yang terpancing langsung memasukan penis saya ke dalam vagina saya. Marin terhentak tanda dirinya cukup terkejut. Anehnya saya saat itu juga terkejut. Dengan pengalaman dan fantasy liar yang ia ceritakan, entah mengapa vagina Marin terasa seperti perawan. Sangat rapet.

“Tahan-tahan Di, suami gua ga segede ini. Bentar. Pas gua tahan napas, baru lu masukin. Tapi pelan!” perintah Marin yang sekaligus menjawab pertanyaan ku.

Sesuai arahan saya masukan secara perlahan sesuai kode dari Marin. Namun baru setengah jalan Marin mengeluh. “Gila ini belum semua?!”

Saya langsung memagut Marin dan menghenti penetrasi sementara. Ketika Marin sudah mulai melupakan penis saya di vaginanya karena nabsu berpagut, saya pun kembali menyodok. Namun kali ini dengan keras dan membuat penis saya masuk semua.

“Fuucckkkk!!!” teriak Marin keras sekali sambil mencakar punggung saya.

Saya kembali menciumi bibir manis Marin. Saya yakin cara ini akan kembali mehilangkan rasa sakitnya. Awalnya Marin terengah-engah dan tak meladeni ciuman saya. Namun perlahan ia mulai merespon dan tak sadar saya mulai melakukan goyangan.

“Gila gua ngerasa penuh banget di, gua takut gerak. Parah. Lo goyang dikit aja gua udah ngilu. Sakit tapi nagih,”

Sekitar 20 menit saya di atas dan menggenjot Marin dengan tempo sedang. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya klimaks. Lagi-lagi kukunya berkenalan dengan punggung saya.

“Di gua udah gak kuat...hari ini gua capek banget dan kayaknya gua gak bisa ngeladenin perjaka kaya lu. Gua masih bisa seronde lagi tapi lo bebas deh gua pasrah,” ujar Marin terengah-engah.

Saya langsung memintanya untuk menungging. Kali ini saya minta ia kembali sedikit memasuki kolam. Saya lalu melakukan doggy style. Parahnya posisi ini membuat penis saya seolah semakin masuk dan merasakan pijatan indah dari vagina Marin.

Mendapat lampu hijau saya mulai melupakan Marin dan kalap. Saya memacu dengan cepat dan tak menghiraukan teriakan Marin. Namun tak lama Doggy style, Marin kembali orgasme untuk ketiga kalinya.

Mengetahui Marin Orgasme saya pasrah. Saya yakin ronde saya sudah berakhir tanpa klimaks. Namun mendadak Marin bangun kembali dan menatap saya.

“Gila luh! Tiduran!” bentak Marin, ia lalu menatap saya dengan mata membunuh. Ia berjongkok di depan muka saya, saya langsung mengoral Marin. Saya heran, kemana Marin yang tadi terengah-engah menyerah?

Namun tak lama saya mengoral, ia lalu mengarahkan vaginanya ke arah penis saya. Dengan ragu-ragu dan memprediksi kesuksesan, Marin berusaha untuk memasukan penis saya ke dalam lubang kenikmatannya.

Perlahan Marin memasukan penis saya dengan sempurna. Ia juga mulai bergoyang maju mundur dan naik turun. Saya hanya bisa diam melihat payudaranya yang memantul-mantul. Namun karena saya sudah tahu Marin agak kelelahan, saya membantu menaik-turunkan pinggul saya.

Kami pun terus meningkatkan tempo dan akhirnya saya sudah bisa merasakan ingin menghabisi semuanya dan mengeluarkan sperma.

“Rin, gua mau keluar”

“Di dalem aja. Aman tapi bareng ya, gua mau lagi nih.”

Kami kemudian kembali terdiam karena berkonsentrasi untuk meningkatkan tempo. Sampai akhirnya:

“Ah kerasin di, bentar lagi!!! Ahhhhhhhhhhhhhhhhh Fuck anjing enak banget!” lenguh Marin.

“Ahhhh ” lenguh saya pelan karena saya tak bisa menghentikan keluarnya sperma yang sudah lama terpendam. Bahkan saya seolah kaget sendiri dengan tak hentinya sperma yang keluar.

Kami kemudian kembali berciuman namun kini dengan mesra. Saya kemudian memeluknya masih di tangga kolam renang yang datar.

Namun mendadak kami panik karena ruang tengah tiba-tiba menyala. Memang posisi kami terhalang perabotan di teras, namun kami dapat melihat apa yang terjadi di ruang tengah dengan jelas.

Marno sang supir yang baru saja mengantarkan suaminya terlihat menatap pintu kaca teras dan melangkah ke teras belakang. Kami berencana untuk bersembunyi di dalam kolam. Namun mendadak sosok pembantu wanitanya menghalanig Marno.

“Eh eh eh! Mau ngapain! Sana balik udah malem!” tegur pembantu wanita Marin.

“Enggak, itu kok pintu belakang masih kebuka. Iki ya aku mung mulihke kunci kok. Kowe ki yen arep turu dicek lawange!” ujar Marno yang kemudian pulang.

pembatu Marin yang melihat Marno pulang langsung mematikan kembali lampu tengah dan kembali ke kamarnya.

Saya dan Marin hanya bisa tertawa. Kami terus menghabiskan waktu sampai tengah malam sambil terus berpelukan dengan telanjang. Kami saling mengelus namun tanpa tindakan lebih. Malam itu saya pulang dengan bahagia.


NB: Buat agan yang ingin bayangin Marin kaya apa, doi mirip Marlene nya Niki Lauda di Film Rush. Sepintas ya gan. mengingat Marin ada Bulenya. Nah entah kebetulan atau apa, di Film Rush itu Marlene sama Niki Lauda emang sempat berenang topless gan.

Tapi saran saya, pertahankan imajinasi suhu-suhu. Imajinasi kita adalah satu-satunya perisai untuk bertahan di sini hehe.

Ditunggu kritik dan saran Hu, kalau saya melanggara aturan mohon diinformasikan... Saya Newbie betul.
 
Terakhir diubah:
Gilaaaa ... Lannjutt suhu ngga Pake lamaaa
 
lumayan suhu ceritanya, tapi tempo nya berasa terburu buru, bahasa terlalu kaku, ada sedikit typo.
 
Terusin ceritanya gan, mama Amel belum diprospek....terus yang lainnya juga.
 
Terakhir diubah:
:mantap:pooooooooooool
jangan putusin ceritanya ya hu????? please.......
demen banget ma cerita ginian Mahmud2an. :D
 

Lanjutkan suhu
Sipppp huuu lancrotkan hu

Gilaaaa ... Lannjutt suhu ngga Pake lamaaa

Wah, ada yg lumayan nih buat ditungguin

:mantap:pooooooooooool
jangan putusin ceritanya ya hu????? please.......
demen banget ma cerita ginian Mahmud2an. :D

Hmmm lyak dtnggu ne

Mohon dukungannya para Suhu...mudah-mudahan sehabis makan siang saya update...
 
Bimabet
Terima kasih Hu atas saran dan kritiknya... saya akui memang masih banyak yang harus diperbahurui. Nah ini kelanjutannya dari kejadian malam minggu habis nganter Dena Persami ya Hu...

Oh ya soal tante Amel—Dena manggilnya tante Amel, hmmmm ane gak janji banyak hu...tetapi memang akan ada sesuatu soal tante Amel...sementara itu, habis update soal Marin, ane mau cerita soal kejadian Agustus kemarin hu... hehehe... jadi agak lompat tiga tahun langsung ke Dena waktu SMA kelas satu (masa sekarang).

Update Marin

Hari ini hari Minggu hu, jadwalnya saya menjemput Dena dari Persami. Kalau sesuai edaran untuk orang tua murid, saya harus jemput Dena sekitar jam 1 siang. Tepati setelah acara makan siang bersama.

Jujur saya tidur sangat pulas malemnya, nggak lain adalah karena pengalaman malam minggu yang berkesan banget sama Marin. Mahmud yang menurut ane badanya masih sekel banget. Oh ya hu, si Marin emang seorang pengacara (pengangguran banyak acara). Statusnya sebagai istri pengusaha memang bikin dia harus menjaga betul anaknya karena suaminya sering mendadak pergi.

Selain antar jemput Nissa, tante Marin ini memang punya agenda rutin untuk ngejaga bodynya. Kalau pagi dia berenang dan sepedaan sementara seminggu dua kali dia ikut kelas Yoga. Makanya ga heran itu bokong sama dadanya masih sekel dan padet banget hu.

Satu hal yang ane mendadak terpikirkan adalah pantat Marin. Entah mengapa tiba-tiba kepikiran dan teringat lagi kejadian lagi doggy sama dia. Jujur pas kejadian saya gak terlalu memperhatikan. Tetapi setelah bangun tidur ini tiba-tiba saya teringat bongkahan bokong Marin yang benar benar padet tanpa celah. Tanpa lemak. Tentu suhu gak nyangka kalau pemilik bokong tersebut udah punya anak yang beranjak remaja.

Sambil males-malesan saya buka cellphone saya Hu. Ada notifikasi cukup banyak. Ada email kerjaan dan grup bbm kerjaan. Ya Hu, kerja di Media memang gak kenal tanggal merah dan jam kantor. Meski saya gak lagi di Redaksi, namun namanya email dan chat kerjaan selalu ada. Bisa dibilang kerja di media ya harus 24/7.

Setelah menghabiskan 30 menit membalas email-email kantor saya kembali ke grup BBM. Di sana saya lihat ada dua chat dari grup anak-anak. Pesan tersebut dari Amel dan Marin. Belum banyak memang namun membuat saya sangat terkejut.

“Cie ada yang habis main nih!” tulis Amel sambil menyisipkan smile menutup mata dan menutup mulut.

“Haha iya dongg!!!” timpal Marin yang tak lama berselang. Rupanya chat tersebut terjadi pukkul 05.00 tepat tiga jam sebelum saya bangun.

“Cerita dong cerita kayaknya seru!” tambah Amel penasaran.

“Silahkan bapak Rinaldi. Waktu dan tempat saya persilahkan,” tutup Marin.

Bener-bener nggak nyangka gan, ternyata Marin cerita-cerita ke Amel. Sosok yang sebenarnya saya puja baru-baru ini. ada rasa canggung, marah sama Marin, tetapi juga heran Amel yang paling alim di antara kita kok gak risih. Saya langsung telpon Marin, sayangnya dia nggak angkat telepon dan saya memutuskan untuk bungkam di grup. Sumpah gan saya gugup.

Siang Hari di sekolah.

Saya datang ke sekolah dan melihat orang tua lain sudah menunggu anak-anak untuk pulang. Terus terang saya mau ketemu sama Marin. Tetapi bukannya ketemu sama Marin eh malah Amel yang nyapa duluan.

“Cie papah barunya Nissa nih,” colek Amel dari belakang.

“Ah apaan sih mba (Oh ya gan Amel ini lebih tua setahun dari saya ya hehe). Emang si Marin cerita apa aja?” tanya saya sedikit gugup.

Nggak lama kemudian Marin datang. Mereka berdua terbahak-bahak membahas kejadian semalem. Bahkan Amel dengan sangat antusias mendengarkan cerita kami berdua. Bahkan dia melontarkan banyak pertanyaan kepada saya dan Marin.

“Gimana Di? Enak nggak si Marin?”

“Lu gimana Rin? Puas sekarang? Udah tersalurkan hasrat lu?”

“Terus-terus mantapan mana sama Rei?”

“Serius kalian keluar di dalem?”

Itulah kira-kira pertanyaan yang keluar dari mulut Amel. Saking antusiasnya saya melihat puting Amel tembus. Saya herang karena sebenarnya terlihat jelas Amel ketika itu mengenakan bra.

Mohon maaf harus mengakhiri cerita soal persami ini hu, tetapi memang tak ada cerita lagi dibalik persami. Saya akan cerita hubunga selanjutnya saya sama Marin.

Semenjak kejadian malam minggu itu, saya sama Marin memang agak terlihat lebih romantis kalau lagi ngumpul sama ibu-ibu. Membuat persaan saya ke Amel sedikit canggung. Sementara saya rasa Amel malah antusias dengan hubungan kami berdua.

Saya sendiri dan Marin sudah sepakat bahwa hubungan kami tak lebih dari kehidupan ranjang. Sejauh ini kami masih menjaga rahasia dengan Rei. Bahkan kadang-kadang saya mulai mengirim gambar penis saya ketika Marin masih ada di ranjang bersama dengan Rei. Namun Rei tak menyadari itu dan mengira kami hanya berbincang-bincang soal sekolah seperti biasanya.

Harus menjadi perhatian bagi suhu bahwa seperti saya ceritakan sebelumnya, Marin ini orangnya sedikit haus seks dan memiliki fantasy gila. Berikut salah satu ceritanya.

Ketika itu saya lagi di kantor hu, kirang-kira jam 11 siang. Kantor saya baru aja mendapat kontrak kerja sama dengan salah satu talen di Korea. Tentu itu harus dirayakan besar-besaran karena kami optimis kerjasama itu bisa naikin rating, trafic, dan lain-lain yang tentunya menjamin kedatangan sponsor.

Saya sudah minta sama Tania, sekretaris saya bahwa saya akan mentraktir mereka di sebuah restaurant agak mahal memang untuk makan siang. Terang saja, kantor kosong kecuali bagian redaksi yang benar-benar nggak bisa ditinggal.

Namun ruangan saya dengan redakksi memang agak jauh dan bisa dibilang terpisah dengan ruangan bagian marketing, legal, hrd, dan lain-lain. Jadi wilayah sekitar ruangan saya bener-bener sepi. Saya memutuskan untuk telat dateng ke restaurant itu karena memang masih harus melakukan beberapa urusan dengan bagian redaksi.

Kira-kira 10 menit lagi ngobrol sama orang redaksi tiba-tiba saya mendapat telpon. Saya langsung mengangkat karena tahu ini adalah Marin. Rupanya ia mengatakan ingin bertemu di kantor saya. Otomatis saya tak bisa menolak dengan tawaran tersebut.

Namun betapa terkejutnya saya ketika Marin datang dengan Rei tepat pukul 11:30. Saya mendadak kecewa dan canggung. Namun di situ Rei dan Marin menjelaskan bahwa Rei ada rapat dengan sallah satu anak perusahaan yang ada di grup perusahaan saya. Dan menitipkan Marin di kantor saya yang rencananya untuk makan siang.

Tak berlangsung lama basa-basi, Rei akhirnya meninggalkan ruangan. Tepat setelah saya menutup pintu, Marin langsung memeluk saya dari belakang.

“Papi! Kangen nih...” bisik Marin di telinga saya.

“Ah kamu nggak bisa nahan dulu? Suami kamu aja masih belum jauh lho....” jawab saya sambil saya giring Marin ke sofa. Tak lupa saya merapatkan tirai jendela untuk membuat kami berdua sedikit merasa nyaman.

Harus diakui kalau Marin itu adalah perempuan yang pandai berbusana hu. Marin nggap pernah terlalu terbuka tetapi selalu bikin saya penasaran. Dipertegas. Selalu bikin penis saya penasaran. Termasuk hari ini.

Ia mengenakan kemeja sedikit longgar dengan lengan panjang. Tak lupa dipadukan dengan rok span yang membuatnya mudah berbaur jika berada di tengah para anak buah saya. Namun satu yang menarik perhatian saya adalah fakta bahwa dirinya lagi-lagi tak menenakan bra. Saya melihat betul betapa bentuk dadanya sangat terbentuk di balik kemejanya.Terlebih lagi, paha mulusnya membuat say abenar-benar pusing .

Marin duduk menyilang di sofa di ruangan saya. Posisi tersebut membuat rok yang awalnya tak terlalu pendek menjadi seolah-olah sangat pendek dan membuat penis saya kembali semakin penasaran untuk segera menghabisi apa yang ada di dalamnnya.

“Kamu mau minum apa?” ucap saya sambil mengecup bibir nya yang kali itu diwarnai dengan lipstik merah muda yang sesuai dengan ranumnya bibir Marin.

“Minum ini boleh?” jawab Marin sambil meremas buah zakar saya yang masih terbungkus pakain kerja.

“Nanti ya...aku ambilin bir mau kan?” ucap saya sambil keluar dari ruangan karena tak ada lemari es di ruangan saya. Saya kembali dengan dua kaleng guiness yang memang selalu menjadi puja-puja saya karena rasanya yang nikmat.

Namun betapa terkejutnya saya melihat pemandangan di dalam ruangan kerja. Ketika baru membuka pintu, saya sudah bisa melihat terdapat sebuah rok yang terlepas dari pinggul bidadari. Tak jauh dari rok tersebut, sebuah g-string hitama tergeletak melilit seolah sang pemilik terburu-buru menanggalkannya. Pandangan terus saya arahkan menuju sofa, LUAR BIASA!

Seorang bidadar bernama Marin tengah menyilangkan kaki jenjang mulusnya di sofa. Pinggulnya tertutup panjangnya kemeja yang ia kenakan. Namun kemeja tersebut telah meninggalkan pekerjaan utamanya. Kancing terlepas dan hanya meninggalkan dua kancing bawah. Ya. Dua kancing bawah.

"Kok bengong sih? buruan tutup pintunya. aku haus nih,"



segini dulu gan...besok pagi baru diupdate lagi.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd