Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo ( comedy sex, no sara )

preman_heuceut

Guru Semprot
Daftar
27 Dec 2017
Post
503
Like diterima
507
Bimabet
Sebuah karya sederhana dari nubi, semoga berkenan.

f1xqtk.jpg


Indeks :

1. Sebuah Prolog Kampung Kandang Kebo
2. Tiga Sahabat atau Tiga Serangkai
3. Pulang Ngaji
 
Terakhir diubah:
1. Sebuah Prolog Kampung Kandang Kebo





Kisah ini terjadi di sebuah Desa yang bernama Kampung Kandang Kebo yang lumayan jauh dari Kota, kalau ada yang bertanya jarak dari Kota ke Desa Kampung Kandang Kebo maka jawabannya cerita ini tidak ada hubungannya dengan pelajaran Geografi jadi kita tidak perlu tahu berapa jarak di antara ke duanya. Lalu apa yang membuat nama Desa itu Kampung Kandang Kebo?

Nah itu yang menjadi persoalan penulis, penulis juga tidak tahu kenapa namanya Kampung Kandang Kebo. Jadi kita tidak perlu berdebat masalah nama Desa Kampung Kandang Kebo, atau apa mata pencaharian penduduk desa karena pembaca pasti sudah tahu.

Ini adalah Kisah fiksi yang ringan tentang persahabatan Tiga gadis, persahabatan yang terjalin sejak mereka kecil hingga beranjak remaja. Tiga wanita yang sama cantik sehingga mereka dijuluki Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo.

Nama ke tiga gadis itu terbilang unik dan kampungan, bertolak belakang dengan penampilan fisik mereka sehingga mendapatkan julukan Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo. Nama kampung yang sama anehnya dengan nama ke tiga gadis tersebut, tapi walau namanya aneh, kampung itu terkenal bukan hanya karena keanehan namanya, tapi karena kehidupan masyarakatnya yang religius.

Kembali ke tiga gadis yang mendapatkan julukan Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo,ketika kisah ini terjadi mereka sudah kelas 12 SMA N yang jaraknya tidak terlalu jauh. Mari kita ulas satu persatu agar para pembaca lebih mengenal mereka, kita mulai dari nama mereka yang terbilang unik.

5w05sl.jpg


Gadis pertama bernama Icoh, ingat hanya Icoh tanpa kepanjangan lain atau di Kartu Keluarga, Akte lahir akan tertulis Icoh bint Ja'i. Tapi jangan lihat namanya atau hanya sekedar membaca di Kk, akte atau KTP yang baru setahun dia miliki, semua itu menipu.

Wajahnya, kalian bisa membandingkannya dengan artis yang biasa wara wiri di tv atau model yang ada di majalah. Ini bukan sedang promosi, tapi begitulah kenyataannya. Ada sebuah pepatah mengatakan, apalah arti sebuah nama dan paham itu dianut oleh orang tua Icoh yang tidak tahu menahu pepatah sastrawan barat itu. Dan itu tidak penting, karena pepatah itu hanya berlaku di kalangan orang pintar dengan titel di depan namanya dan mereka selalu memilih nama keren untuk anak anak mereka.

Dan, prinsip itu yang dianut oleh Icoh binti Ja'i walau kadang dia was was apa bila ada yang tau nama yang tertera di KTPnya, dengan mudah orang akan memeletnya. Kalau hal itu terjadi, apa lagi kalau yang memeletnya Kang Atin si tukang angon kebo, hiii amit amit jabang bayi. Icoh menggerakkan pundaknya mengusir bayangan Kang Atin si tukang angon kebo dengan senyum khasnya yang menawan.

"Kamu kenapa Coh, Emak liat muka kamu seperti orang ketakutan?" tanya Emak yang juga punya nama sama uniknya dengan Icoh, Inong dan kita akan selalu menyebutnya dengan Mak Inong. Mak Inong yang sudah berada di hadapannya tanpa disadari Icoh.

"Nggak apa apa, Mak." jawab Icoh cepat, dia segera masuk kamar sebelum Emak kembali bertanya seperti wartawan koran bekas yang nggak laku.

"Coh, kalau ditanya orang tua harus jawab !" seru Mak Inoh tidak rela Icoh meninggalkannya begitu saja, dia harus tahu ada apa dengan anak bungsu kebanggaannya, Icoh binti Ja'i.

"Icoh lagi PMS, Mak. " jawab Icoh dari dalam kamarnya lantang. Icoh berharap Mak Inong tidak terus bertanya, sudah cukup penderitaannya membayangkan wajah Kang Atin si Tukang Angon Kebo.

"Apa PMS itu, Icoh? Kamu salah, bukan PMS tapi PMR." kata Mak Inong heran, setahunya jadwal latihan Palang Merah Remaja setiap hari Sabtu, sekarang baru hari Senin.

"Bukan PMR Mak, tapi PMS !" seru Icoh.

Kita tinggalkan perdebatan Icoh dengan Emaknya, kita beralih ke gadis berikutnya.

avg4n8.jpg


Gadis ke dua bernama Inah binti Ji'ih, hampir sama dengan Ja'i karena memang Ja'i adalah kakak kandung dan kakak satu ayah dari Ji'ih. Jadi kalau dilihat dari silsilah, Icoh dan Inah adalah saudara sepupu dan rumah mereka pun tidak berjauhan, hanya terpisah oleh sebuah parit kecil selebar 1.5 meter.

Nama yang membuat pemiliknya protes ke orang tuanya, kenapa dia bernama Inah binti Ji'ih dan tertulis jelas di KK, KTP dan Akte yang dimilikinya, bahkan para gurunya jadi tahu karena itu tertulis di ijazah dan raport. Ada satu guru yang selalu memanggilnya dengan nama yang tertera di Ijazah Inah binti Ji'ih, semua murid sudah sangat hafal sehingga saat gurunya menyebut nama Inah maka semua temannya akan berteriak berbarengan binti Ji'ih

"Emak, kenapa ngasih nama asal asalan, kan nama itu adalah do'a!" protes Inah, bibirnya yang mungil sengaja dimonyongkan untuk menarik perhatian emaknya yang bernama Mak Ijem dan mulai sekarang kita panggil Mak Ijem yang sedang sibuk memilih daun kangkung untuk dimasak, menu sarapan hari ini. Menu sehat, dagingnya ikan beunteur hasil tangkapan kemarin. Dipepes, hmmm tidak kalah rasanya dengan ikan pepes gurame karena hanya itu yang bisa mereka makan hampir setiap hari. Sedangkan berasnya mereka dapatkan dari hasil kuli panen raya, 7 kilo untuk pemilik sawah dan 3 kilo untuk para kuli.

"Emak teh bukannya nggak mau ngasih kamu nama keren, misal Emak ngasih kamu nama Raisa terus ada yang nanya kamu orang mana? Kamu mau jawab, apa?" jawab mak Ijem, tangannya dengan terampil memotong batang kangkung dengan hati hati agar tidak banyak terbuang. Kangkung liar yang tumbuh di genangan air.

"Dari Kandang Kebo, kan ini kampung kita." jawab Inah heran, kenapa Mak Ijem menanyakan itu padahal Mak Ijem belum pikun sehingga lupa nama kampung sendiri .

"Orang itu pasti akan bilang gini, nama Raisa, kok rumahnya di Kandang Kebo, kasihan sekali." jawab Mak Ijem tertawa geli membuat Inah hanya bisa menggaruk garuk kepalanya. Apa yang dikatakan Mak Ijem selalu benar, dia pasti akan lebih malu kalau hal itu terjadi.

Sudah cukup cerita tentang Inah, kita beralih ke tiga.

5caeme.jpg


Gadis ke tiga yang bernama Atin binti Oding, nama yang sebenarnya terdengar macho dari pada feminin gara gara ada tetangga kampung yang bernama sama, Kang Atin si tukang angon kebo. Siapa yang tidak kenal dengan nama itu di Kampung Kandang Kebo, nama itu seperti maskotnya Desa Kampung Kandang Kebo.

"Mak, seharusnya Emak ngasih nama, Tini, Titin bukannya Atin. Ketahuan banget Emak nggak punya ide, ngejiplak nama Kang Atin tukang angon Kebo.!" seru Atin, mulutnya penuh oleh tempe goreng yang masih hangat.

"Euleuh, si Atin yang menjiplak ide Emak, sebelum Si Atin lahir, Emak sudah punya cita cita ngasih nama anak perempuan Atin. Kalau kamu nggak percaya, coba tanya ke Bapakmu." jawab Mak Iteung ibunya Atin tidak mau kalah, memang kalau bisa si Tukang Kebo itu harus ganti nama dengan nama lain.

Atin mengalah, tidak ada gunanya berdebat dengan Mak Iteung. Jangan sampai Mak Iteung salah ngomong seperti yang pernah dialaminya, saking jengkel Mak Iteung nyumpahin sandalnya hilang di Langgar. Alhasil, sepulangnya dari Langgar Atin memakai sandal Carvil yang masih baru karena sendal jepitnya hilang digondol maling. Kenangan pahit yang tidak akan pernah bisa dilupakannya. Sebuah tragedi yang tidak mau diulanginya, bayangkan kalau pemiliknya tahu? Apa kata Kampung Kandang Kebo?.

ooooo0ooooo

Oke, kita mulai cerita selanjutnya.

"Coh, bangun sebentar lagi shubuh..!" Emak berusaha membangunkan Icoh yang bersembunyi di balik selimut, tubuhnya menggeliat tanpa membuka mata.

"Ini perawan, dibangunin malah narik selimut. Ayo bangun, nanti tetek kamu makin gede karena kebanyakan tidur." Emak kembali membangunkan Icoh yang langsung bergerak duduk.

"Emak, kata siapa tetek Icoh akan semakin gede kalau kelamaan tidur?" tanya Icoh mengucek ngucek matanya yang masih mengantuk.

"Itu buktinya tetek kamu semakin gede, si Inah dan Atin teteknya nggak ada yang segede kamu." jawab Emak, memegang tetek Icoh yang memang besar sehingga semua BH pemberian Emak tidak ada yang bisa dipakainya.

"Emak, geli tahu..!" seru Icoh menepiskan tangan Emak yang jail meremas teteknya.

Icoh merasa ukuran teteknya membuatnya tidak nyaman, dia kesulitan mendapatkan BH yang pas buatnya. Emak harus mengeluarkan uang lebih hanya untuk membelikannya sebuah BH, padahal uang itu bisa digunakannya untuk kebutuhan lain. Mau tidak mau Icoh harus rela uang jajannya akan dikurangi untuk membeli sebuah BH yang harganya sama dengan 10 buah mangkok bakso kesukaannya.

"Mandi sana, sebelum kamar mandi dipakai Akang kamu." kata Emak meninggalkan Icoh.

Icoh dengan malas turun dari ranjang, diambilnya handuk yang tergantung di paku dan dipakainya seperti kerudung menutupi rambutnya yang panjang sepunggung. Dingin, tapi bukan alasan untuk bermalas malasan. Banyak yang harus dikerjakannya sebelum berangkat sekolah, tugas paling utama adalah memasak untuk sarapan.

Begitu keluar rumah, udara dingin menerpa tubuhnya yang hanya memakai daster tipis yang mulai pudar warnanya. Kamar mandi mereka memang berada di luar rumah, tepatnya di halaman belakang ada sebuah pancuran kecil dari bambu yang sekelilingnya di tutup oleh bilik setinggi 1,5 meter, tanpa pintu hanya ada sebuah kain yang mulai robek dijadikan penutup pintu.

Icoh segera membuka seluruh pakaian dan menaruhnya di dinding bilik, sehingga apa bila ada yang datang akan tahu ada orang di dalam bilik, entah sedang mandi, mencuci atau buang air besar dan kecil. Air pancuran yang dingin tidak menghalangi Icoh melakukan rutinitasnya, mandi. Dia sudah terbiasa dengan hawa dingin yang menusuk kulit, berlama lama di dalam bilik juga adalah hobinya sambil berharap akan ada pria iseng yang suka rela mengintipnya mandi.

Aneh, bukan? Ingatannya melayang pada kejadian beberapa minggu lalu saat dia memergoki seorang pemuda mengintipnya, bukannya marah dia merasa bangga dengan keindahan tubuhnya. Andai Icoh tahu siapa yang sudah mengintipnya hampir setiap hari, dia pasti akan pingsan karena si pengintip adalah Kang Uju kakak tertuanya yang sudah sebulan ditinggal istrinya yang menjadi TKW di Taiwan.

Tapi sepertinya rahsia itu akan tetap tersimpan, Icoh tidak pernah tahu siapa pengintipnya yang begitu lihat melarikan diri, bersembunyi di balik rimbunan semak yang berada tidak jauh dari bilik pancuran.

Apa yang sempat dilihat pengintip tersebut dan apa yang paling menarik di antara bagian tubuhnya sehingga menarik orang mengintipnya? Pasti karena ukuran payudaranya yang mempesona, Emak selalu mengatakan payudaranya terlalu besar. Icoh mulai menyabuni payudaranya berlama lama, bahkan sesekali dia memelintir putingnya yang semakin mengeras. Nikmat, apakah akan senikmat ini saat yang melakukannya tangan seorang pria atau bahkan mungkin lebih nikmat lagi rasanya?

"Coh, jangan lama lama mandinya. Nanti kamu diintip Akangmu, dia kan sudah sebulan nggak dapat jatah dari istrinya yang jadi TKW." teriak Emak mengangetkan Icoh, tanpa sadar dia berdiri memperhatikan sekelilingnya, apa benar Kang Uju berani mengintipnya mandi ?


oooooOooooi

"Inah, habiskan makananmu. Pamali, nyari beras itu susah." omel Emak melihat nasi di pring Inah tersisa, padahal dia selalu memberi bagian nasi Inah paling sedikit, hanya dua centong dibandingkan kakak dan adik adiknya yang selalu mendapat bagian lebih banyak.

"Emak ngasih nasinya kebanyakan, nanti Inah bisa jadi gemuk, apa kata tetangga nanti !" jawab Inah membela diri, pipinya terlihat chubby namun tidak mengurangi kecantikannya bahkan justru semakin menambah daya tariknya.

"Kalau ada yang bilang Mak Ijem nggak bisa ngasih makan anaknya sampai kurus kering, baru Emak malu. Kalau kamu gemuk, berarti Emak bisa ngasih makan kamu sampe kenyang." jawab Mak Ijem tenang, harga dirinya dipertaruhkan di sini, hidup mereka boleh susah tapi masalah makan anak anaknya tidak boleh ada yang kelaparan.

"Cewek kalau gemuk, jelek." jawab Inah, dia masih bertahan dengan prinsipnya. Gemuk itu jelek, gemuk itu jadi bahan bully teman temannya. Kurus itu langsing, kurus itu cantik dan kurus juga sama artinya kurang makan. Ternyata Emak benar, buktinya kambing Mang Juned yang kurang makan jadi kurus, sehingga tidak laku di jual.

"Sudah Mak, kalau Inah nggak mau makan biar Ardi yang ngabisin nasinya." kata Ardi Kakak pertama yang selalu membuat Inah cemburu, kenapa Emak bisa memilihkan nama keren ke kedua kakak dan adik lelakinya. Ardi kakak pertama, Dino kakak ke dua dan Hans adiknya. Tidak adil, hidup sangat tidak adil buatnya.

ooooiOooooo

Atin masih sibuk di kamar, memandangi wajahnya di kaca, kalau saja kaca bisa bicara, dia pasti sudah mengomel melihat Atin yang sudah setengah jam terus memperhatikannya. Sampai kapanpun gadis itu memandang kaca, dia hanya akan melihat bayangan wajahnya yang cantik.

"Sampai kapan kamu ngaca, lama lama kaca akan pecah..?" seru Emak melongokkan wajahnya dari balik pintu, seperti dia mengerti apa yang sedang dipikirkan cermin dan menjadi juru bicara yang baik.

"Emak...!" rajuk Atin manja, di berputar memamerkan pinggulnya yang besar warisan ibunya eh salah, maksudnya seperti pinggul ibunya yang besar.

"Nggak usah mamerin pantat ke Emak, Emak nggak akan nafsu lihat pantatmu." kata Emak menepuk pantat Atin sehingga menimbulkan bunyi keras mengagetkan bapaknya yang sedang ngopi, membuat bapaknya tersedak.

"Emak, ada apa itu?" terik bapak bapak setelah batuknya reda, bapak melihat ke arah kamar Atin yang tanpa pintu tanpa berani melongok ke dalamnya. Terakhir dia melongok ke dalam kamar, Atin sedang membuka BHnya dan sejak itu bapak bersumpah tidak akan masuk atau melihat kamar Atin lagi kecuali pada saat yang tepat.

Bersambung.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Prolog yg menjanjikan, semoga saja tidak macet di jalan... :)
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd