Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

Jaya Suporno

Guru Besar Semprot
Daftar
18 Jul 2012
Post
2.016
Like diterima
3.112
Lokasi
Ruang Nostalgia
Bimabet
TRJBK NSTLG
Jaya S



Dirilis lagi di marih, mudah-mudahan masih ada yang belum baca. Kalau ada yang sudah pernah baca, selamat menikmati lagi cerita ane. Versi yang dirilis ini versi wattpad tentu saja, lebih condong ke drama dari pada adegan sex-nya. Tapi ini by request lah, kalau banyak yang minta adegan sex ane masukin lagi, tapi ingat, TRJBK NSTLG ini adegan sex-nya nggak advance-advance amat lah, jangan dibandingin sama Naked Adventure atau Paradiso, takutnya malah ngerusak momen kalau maksa kasih adegan sex...

Seperti biasa, cerita ini hanyalah fiktif belaka, segala kesamaan nama tempat dan kejadian hanyalah kebetulan semata....

Frequently Asked Question. "Oom kenapa ceritanya mirip sama ceritanya Paidikage?"
kenapa... kenapa hayo... hehehe...


 
Terakhir diubah:
Sudah dari pagi mendung menggantung di langit kota Yogyakarta, membuat siang itu berwarna kelabu seperti petang. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar gemuruh pertanda hujan akan luruh. Aku berjalan dengan tergesa, melewati pohon akasia yang ditanam di sepanjang halaman kampus, daunnya gugur diterpa angin dingin dari lereng Merapi.

Tanganku penuh dengan berbendel-bendel skripsi yang sudah dijilid hard cover, beratnya yang gila-gilaan membuatku sedikit kesulitan menaiki tangga di depan pintu masuk.

Aku melihat sekeliling. Ruangan itu kini dipenuhi oleh mahasiswa angkatan baru yang wajahnya tidak kuhapal. Ah, makin lama, makin sedikit wajah yang aku kenal. Maklum angkatan tua, tidak lulus-lulus.

"Jay!"

Tedengar suara wanita memanggilku dari belakang, dan aku mengenali suara itu.

"Eh, Liz? Apa kabar? Kok masih aja ke kampus?"

"Ini, mau ngurus legalisir ijazah."

"Wah, mantap! Mentang-mentang udah wisuda nih, ye..."

"Hehehe, kamu juga udah pendadaran, kan? Cepet nyusul, ya!" Liz mengamati tumpukan skripsi di tanganku.

"Amin," tukasku.

Liz tersenyum kecil, seperti dipaksa. "Oh iya, Senja apa kabar? Katanya kalian mau tunangan, ya...? yah... aku nggak bisa datang, deh...," ujarnya sambil memainkan ujung bajunya.

Aku mendadak tediam. Jujur saja, tidak enak hati aku menjawab pertanyaannya. "Um.. eh... ah... gosip itu... haha.. tapi, yah...g-gitu... Senja.. sehat... hehe.. he.. he.."

Liz kembali mencoba ceria. "Waaaaah... yang langgeng yah, kalian..."

"I-iya... eh... Liz sekarang gimana?"

Liz tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Hehehe... biasa, masih belum laku... haha... ha..."

"Sabar-sabar, hehehe..." jawabku seadanya. Aku jadi lebih tak enak hati mendengarnya.

"Hehe..."

"Hehehe...." Kami pura-pura tertawa. Suasana jadi semakin tak enak.

"Iya... mudah-mudahan di Papua aku dapat jodoh."

"Papua?"

"Oh iya, Jay... aku diterima di PT. FreePort, lho."

"Waduh?"

"Udah, ya... dah Ajay!" Kudengar suaranya yang bergetar, sebelum akhirnya ia berbalik menjauh. Berlalu, menghilang di balik kerumunan mahasiswa baru. Aku menghela nafas, dadaku terasa sesak. Kali ini aku merasa dia akan pergi jauh sekali.

Di luar hujan turun deras, sangat deras.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Fragmen 1
Liz



Liz, aku mengenalnya saat mengikuti Ospek di kampusku.

"Namaku Eliza, panggil aja, Liz," ia berbisik pelan, saat disuruh berjongkok di pojok bersamaku. Hanya kami berdua mahasiswa baru yang dihukum karena terlambat hari itu, di hari pertama ospek.

"Oh, kalau aku Jaya," bisikku tak kalah pelan. Karena di ujung sana, senior yang galaknya naudzubille itu sedang mencak-mencak, menceramahi teman-teman agar tak meniru kami.

"Jaya? Panjangnya apa?

"J=Jay panggilanya, A=Asyik orangnya, Y=Yahud suaranya, A=Asoy geboy goyangannya."

Bangsat, setan apa yang membisiku untuk bercanda di tengah situasi gawat ini,

"Jiahkakakaka tolooool!!!! Hahahahaha!" Liz tertawa keras sambil menonjokku, yang segera disambut murka para senior yang bertampang seram.

Yup, itulah Liz, onderdil meki, tapi tampng laki. Kenapa aku bilang demikian? Lihat saja penampakannya: rambut acak-acakan nggak pernah disisir, baju Flanel kotak-kotak ala Kurt Cobain, plus celana jins belel yang nggak pernah dicuci.

Singkat kata: polusi mata.

Liz ini anaknya tomboi, ramai, dan asyik buat diajak seru-seruan. Kalau cewek yang lain hobinya jalan-jalan, terus ke salon. Nah, Liz ini demennya tarik tambang, panjat tebing, panjat pinang, panjat genteng.. hah?

Aku juga bingung, entah gimana ceritanya cewek ajaib seperti Liz jadi sering main bareng aku, Slamet, dan teman-teman cowok lain... tahu-tahu saja, saban pulang kuliah, anak itu pasti rajin mampir ke kost-ku, ngopi mp3 lagu-lagu punk langka, atau minjem komik yang kusewa (agar bisa baca gratisan, katanya), namun kali ini...

"Jay, kadang-kadang aku berpikir, sebenarnya di dalam diriku ada jiwa laki-laki, tapi laki-laki tersebut adalah homo." Liz tiba-tiba berkata, lempeng. Cewek itu duduk santai di depan komputerku, sambil manggut-manggut mendengarkan lagu 'Sheena is Punk Rocker' yang diputar kencang di winamp, seolah-olah ini kamar kost-nya sendiri.

"Dasar bocah sableng."

"Muridnya Eyang Sinto Gendeng." Buset, ia malah menambahkan.

"Anaknya Raden Ranoweleng..."

Akhirnya kami berdua ngerap soundtrack sinetron laga Wiro Sableng. (Kalau ada yang tahu, berarti masa kecil kalian bahagia^^)

"Dasar gilaaaaa, jiahkakakakakaka...." Kami tertawa sampai berguling-guling di lantai.

Aku geleng-geleng nggak habis pikir, kok ada ya orang kayak kami. Liz benar-benar cewek yang konyol! 11-12 lah sama aku.

"Liz, kadang aku berpikir. Kita ini sebenarnya satu orang, tapi waktu lahir roh kita terpisah."

Lempeng, Liz menjawab, "oh, sekarang aku jadi mengerti kenapa di dalam diriku ada jiwa laki-laki, tapi laki-laki tersebut adalah homo."

"KAMPREEEEEEET!!!!!"

= = = = = = = = = = = = = = =
Kira-kira awal semester 3, tepatnya setelah liburan semester, terjadi perubahan yang signifikan pada anak itu. Semenjak punya pacar, Liz mulai berdandan. Ia yang biasa mengenakan celana jeans dan kemeja flanel kotak-kotak ala Kurt Cobain, kini mulai belajar memakai dress. Bahkan kadang-kadang Liz ke kampus menggunakan rok sepan dan kemeja ketat.

Rambutnya yang biasa diikat sekenanya saja, sekarang mulai di-blow dan digerai, dan... harus kuakui kini Liz semakin mirip penyanyi Raisa.... uhuk... uhuk...

Kuakui... mungkin sudah terlambat...

Tapi....

Waktu itu barulah aku menyadari bahwa..

.... yang bisa berevolusi bukan cuma Pokemon....


= = = = = = = = = = = = = = = = =
"Liz, kamu ganti kelamin, yah?" godaku, ketika kami makan siang berdua di kantin kampus.

Liz sontak tergelak, sampai hampir tersedak.

"Hahaha, gini, dong... kalau gini kan cakep," imbuhku lagi.

"Huuu... awas naksir."

"Wakakakaka!!! kalau ane dampe naksir ente jangan panggil ane 'Jay', panggil saja 'Gay'!"

"Jiahkakakaka, kan udah dari sana-nya gay!" tawanya berderai keras. Aku tersenyum dalam hati melihat kelakuannya. Meski berdandan secantik apapun, sifatnya yang tomboy memang tidak bisa berubah.

Lotek pesanan kami akhirnya datang, ketika Liz berkata lagi, "Jay, nanya dong... kamu pernah ML sama cewek belum?"

Huh, pertanyaan setan... "Belum," jawabku cuek.

"Kalau sama cowok?"

Bangsat, sengak banget anak ini mentang-mentang punya pacar.

"Heh, anak setan. Memangnya ente mau ngapain nanya-nanya?! Ente mau ML sama cowok? Memang ente punya meki?!" balasku tak kalah sengit.

Liz tak langsung menjawab, malah tersenyum penuh arti. "Kamu jangan bilang siapa-siapa yah, Jay."

Tubuhku mendadak kaku. Aku hanya mengangguk dan memberi tanda 'suer'.

Liz menurunkan leher sweater turtle neck-nya. Ada bekas kemerahan di lehernya yang putih. "Kemarin malam aku ML sama Bang Igo..." Liz berkata, setengah berbisik.

Gluduuuuuuuk Jueeegeeeer.... Bumi gonjang-ganjing!!!! Bang Igo ini cowoknya Liz, anak Mapala, orangya ganteng, macho, (cucok, bok!) Dia adalah satu-satunya manusia yang bisa membuat cewek ajaib seperti Liz berdandan. Meski... aku juga tidak menyangka, kalau hubungan mereka bakal sejauh ini...

"Ciyus?!"

Liz mengangguk sambil tersenyum.

"Anal?" aku bertanya ngaco, dan segera dijitaknya. "Uhuk... tapi... gimana... rasanya....? sakit.... nggak?" sumpah cyin, eike shock setengah mampus, tapi penasaran juga, hihihi...

"Sakit, sih... tapi... enak..." tersipu-sipu, Liz menjelaskan dan menceritakan pengalaman pertamanya dengan Bang Igo (yang membuatku panas-dingin, dan kepalaku cenat-cenut mendengarnya), sampai akhirnya ponselnya berdering. "Jay, aku duluan, yaa... Bang Igo udah kelar kuliahnya."

"I-iya... Eh, Liz... kapan-kapan ajarin aku, ya..."

Kepalaku segera ditoyornya. "Makanya, buruan cari pacar. Nanti lama-lama kamu ganti nama dari Jay, jadi Gay," tambahnya, lalu tertawa keras.

Aku hanya bisa tercengir kecut dikatai seperti itu. Entah kenapa, hari itu aku merasa ada sesuatu yang aneh pada diriku, aku merasa ada sesuatu yang hilang.... aku merasa ada yang kurang... entah apapun itu...

.... dan saat melihat Liz menghilang dibonceng Bang Igo dengan motor Kawasaki Ninja, barulah aku mengetahui apa itu...

.... Liz belum membayar makanannya.

Bangsat.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Rasanya ane emang pernah baca sebelumnya cuma luva kavan. Hehehe..

Lanjut om Jay!
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd