Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

wulan gadis desa

alfast18

Suka Semprot
Daftar
21 Mar 2011
Post
2
Like diterima
4
Bimabet
Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan
merupakan satu dari beberapa cerita lepas
dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan
lainnya tidak harus dibaca berurutan. Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah
instansi pemerintahan di kota S, selain juga
memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita
berikut ini bukan pengalamanku sendiri,
melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut
saja dia Ta. Kami memang punya “hobi” yang sama, namun Ta punya trik tersendiri untuk
menyalurkan hobinya. Kini selain terdaftar di
kota asalnya, ia juga resmi penduduk sebuah
desa yang agak terpencil. Berikut adalah caranya
mendapatkan kembang desa, meski sudah
beristri tiga orang. Wulan terbangun dengan kepala yang pusing.
Namun entah mengapa kedua tangannya tidak
dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa
hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu
memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada
dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan
besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela
yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam
kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil
yang menyala remang-remang. Wulan hanya
ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan
tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis
hujan menuju rumah neneknya untuk menginap
malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari
lapangan volley. Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun
tidak terlalu tinggi, namun Wulan memiliki tubuh
yang montok dan padat. Buah dadanya yang
membusung kencang seolah tidak muat dalam
bra bekas kakaknya yang kekecilan. Ditunjang
dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering
membuat pemuda desa terpaku dan menelan
ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan
pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu
menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang
biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu. Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang
telah beristri pun berangan-angan menjadikan
gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut
katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret
dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan
sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan
volley, selalu banyak penontonnya, meski
kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang
bercelana pendek dan guncangan buah dadanya
saat gadis itu memukul bola. “Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan
lampu yang menyala terang mengagetkan gadis
itu.
Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan.
Wulan mengenalinya sebagai Ta, seorang
terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-
gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di
rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di
kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada
tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan
cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia
pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak
berhasil. Wulan berusaha bangun, namun tangan dan
kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak.
Malam ini kamu di sini dulu.” kata Ta.
Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar,
dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu
di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya
yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti
huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup
selimut, namun ujung selimut yang tersingkap
memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok
yang tadi dipakainya. “Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan
begini?” tanya gadis itu dengan panik.
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya
tadi seseorang menariknya dari belakang dan
menempelkan sesuatu yang berbau menyengat
ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di
situ.
“Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini
kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah
melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan
nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai.
“Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak!
Wulan nggak mau!” gadis itu berusaha
meronta, namun ikatan tangan dan kakinya
terlalu kuat baginya. Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik
selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat
Wulan terpekik karena penutup tubuhnya
perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik
selimut itu ia sudah telanjang bulat.
“Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!”
Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam
Wulan yang terserak di atas ranjang, lalu
menyumpal mulut gadis itu dengan celana
dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang
dengan bra gadis itu. “Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu,
tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ta sambil
menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik
kesakitan. Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang
montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis
itu terentang lebar mempertontonkan bibir
kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya.
“Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu!
Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena
besok anak perawannya sudah tidak perawan
lagi!”
Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya
sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Wulan
dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa
sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa
untuk sekedar merapatkan pahanya yang
terkangkang lebar. Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam
saat Ta meremas buah dada gadis itu dengan
kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu
sama sekali tidak digubris. Ta kemudian
menempatkan kejantanannya tepat di depan
bibir kemaluan Wulan. “Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok!
Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar
Kangmas ambil perawanmu…” sambil berkata
begitu Ta menghujamkan kejantanannya
memasuki hangatnya keperawanan Wulan.
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan
kejantanan Ta yang terus menerobos masuk. “Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu
terputus-putus dan matanya yang bulat indah
terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-
tiba menyengat selangkangannya.
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat
merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan
perkasa menggenjotkan kejantanannya
menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan
yang terasa begitu peret.
“Aahh… enak sekali tempikmu… aahh…
Wulaaanh… enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil
kegadisan si kembang desa. Wulan sambil merintih tidak jelas
menggelengkan kepala dan meronta berusaha
menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan
gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena
Ta kini dengan kuat meremasi kedua
payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Wulan memang
sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah
dadanya yang tegak menantang bergerak naik
turun seirama napasnya yang tersengal-sengal,
tubuhnya yang montok telanjang bersimbah
keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir
kemaluannya tampak megap-megap dijejali
kejantanan Ta yang begitu besar. Sementara
dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-
cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan. Wulan dengan airmata berlinang merintih
memohon ampun, namun tusukan demi tusukan
terus menghajar selangkangannya yang semakin
perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol
pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa
ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak
dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik.
Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi
tanpa mampu melawan sedikitpun. “Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin
kamu hamil, sayangghh..! Aah… ambil Nduk! Nih!
Nih! Niih..!”
Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan
spermanya dalam hangatnya kemaluan Wulan
sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Wulan tergeliat-geliat dan
terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam
di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar
menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan
gadis itu menjadi gelap. Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di
depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya,
sengatan perih di selangkangannya membuat
gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan
dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-
pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali menggenjotkan kejantanannya
menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan
lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu,
memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa
daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus
terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat
berbercak merah, tanda Wulan memang betul-
betul masih perawan, tadinya. Kedua payudara gadis itu berdiri tegak
menjulang, dengan puting susu yang kemerahan
menggemaskan. Sementara wajahnya yang
manis dan bau tubuhnya yang harum alami
sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri muda
seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh)..
hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Wulan
merintih-rintih tidak jelas dengan mulut
tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan
tertahan. Tanpa mampu merapatkan pahanya yang
terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya
semakin perih tiap kali Ta menggerakkan
kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa
begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali
pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu. Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian
bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang
begitu besar. Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya
dalam hangatnya kemaluan Wulan yang peret
dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya
ini memang pintar memuaskan suami di atas
ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-
ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis
sekaligus membuat Ta semakin bersemangat
menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat,
semakin dalam. Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar
kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam.
Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah
mempersembahkan kesuciannya pada Ta.
Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi
pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali
kejantanan Ta menyodok masuk dalam
kemaluannya yang begitu sempit. Dengan
menggeram seperti macan menerkam mangsa,
Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam
kehangatan tubuh Wulan yang terpekik tertahan- tahan. Semalam suntuk Ta dengan gagahnya
memperkosa Wulan, setidaknya lima kali gadis
itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali
Wulan pingsan ketika Ta mencapai puncak,
hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali
dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk
besi yang merah membara. Payudaranya serasa
lecet diremas habis-habisan, terkena semilir
angin pun perih. Punggung gadis itu perih
tergores kuku Ta. Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak
kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah
kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-
dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting
terus mencengkeram buah dada Wulan.
Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi
menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit
pun Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis
dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat
pekikannya hanya seperti erangan. Bagai
berabad-abad Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya. Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar
matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas
Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak.
Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam
suntuk gadis ini mampu melayani suaminya. Dari
jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali
memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit
dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat
kuat, mungkin saja pagi ini Ta tidak dapat
bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit dan
mengenakan pakaian. Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan.
Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan
tangan dan kaki terikat terentang lebar.
“Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja
pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah?
Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”
“Nggak mau… lepasin Wulan… Wulan mau
pulang..!” isak gadis itu menghiba.
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah
jadi istriku.” bujuk Ta.
“Enggak… enggak mau. Wulan mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu
sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja
dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ta
jengkel.
Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ta
tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam. “Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik,
kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan
aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ta sambil
membuka ikatan kaki Wulan.
Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu
dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan
menarik ujung tali yang mengikat tangan Wulan,
Ta menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu
keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas,
Wulan tidak kuasa menolak dirinya yang masih
bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang. “Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!”
seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian
berusaha menutupi ketelanjangannya.
“Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?” tanya
orang-orang desa yang segera saja
mengerumuni keduanya. “Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa
kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya
pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa!
Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu
orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru
Ta berapi-api. “Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Wulan
berusaha membantah, suaranya tertelan
ramainya suasana. “Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah
berzinah!” Ta menunjuk ke arah selangkangan
gadis itu yang berbercak darah.
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-
anggukkan kepala.
“Tidak! Saya tidak ber…” perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang.
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di
sana!” serunya.
Seseorang lain menarik tali yang mengikat
tangan Wulan dan menyeret gadis telanjang bulat
itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak
orang keluar rumah melihat Wulan yang bugil
diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti
sambil tertawa-tawa mengejek. Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali
pengikat tangan Wulan ditarik ke atas dan
diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis
telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan
terikat ke atas. Wulan tahu bahwa hukuman bagi
orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai
desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya
sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis
itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah
oleh pemerkosanya sendiri. Namun sia-sia gadis
itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan
kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi
belasan warga. Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar
tawa orang-orang yang mengelilinginya,
berkomentar mencemooh tentang kemulusan
tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-
merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat,
pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa.
Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk terheran-
heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang
kemudian menurunkan barang-barang dari truk.
Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan
orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya
telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang
pun. Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik
di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu
tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang
tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua
orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa
pakaian!” Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir
seandainya saja ia menerima menjadi istri Ta.
 
^
^
Jiahhh...jgn jd emosi bgtu ah...fiksi niy fiksi... :D
 
Wadeuuuhhh ..........
 
Udah dapet enaknya memek malah nuduh perempuan berzina.

Kampang lo laki laki pengecut !!
 
artis? nie.. ane artis...
 
Sumpah gw pingin bunuh tu si paul, konti loe moga2 aja busuk sebelum loe modar, udah punya istri masih aja rusak perawan orang, udah gitu bikin sengsara pula sama wanitanya...busuk konti loe tu
 
nyebelin ih! siapa ini yg nulis ? :galak:
 
Ceritanya macam sinetron-sinetron di tipi....
Yg salah makin berkuasa, yg teraniaya makin tertindas.....ckckckckck
 
Baru kali ini baca cerita gak bikin senang .. , ada nya tambah bikin emosi ..
 
anyyeengggg.....aral aink macana...haaha
kaluman lah itu laki-laki
 
Bimabet
nubiew izin baca ya datuk suhu :ampun::ampun::ampun:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd