Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sejarah Asal-usul Nama Indonesia

thombol

Calon Suhu Semprot
Daftar
10 Oct 2012
Post
2.776
Like diterima
159
Lokasi
Di dalam hati
Bimabet
Sebenernya bingung mau berbagi dimana akhir ane coba share disini aja.... ;)
berikut infonya....

Kata orang apalah arti nama. Ya, apa artinya nama? Apakh pada akhirnya nama memang sesuatu yang benar-benar ‘unik’, yang dapat membedakan ‘kita’ dengan ‘yang lain’? Nah, kalau sama terus kenapa? Dan kalau beda, memang mau apa?

Pertanyaan itu mungkin bisa kita renungkan bersama. Walaupun perkara ‘nama’ ini kelihatannya sederhana tetapi sebenarnya ada “politik identitas” yang termuat di dalamnnya loh… Aduh, hari gini masih ngomong politik? Enggak banget ya?! Eits, tenang… Politik identitas ini punya definisi yang beda dari politik kekuasan. Nah, sebelum kita masuk ke “politik identitas” itu kita pelajari dulu yuk asal-usul nama Indonesia…

Sebelum kedatangan bangsa Eropa
PADA zaman purba kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai atau Kepulauan Laut Selatan. Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara, Kepulauan Tanah Seberang, nama yang diturunkan dari kata Sansekerta, dwipa, yang berarti pulau dan antara yang berarti luar atau seberang.

Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Ramayang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa, Pulau Emas, yaitu Sumatra (sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi, Kepulauan Jawa. Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra.

Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab, bahkan bagi orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Para pedagang di Pasar Seng, Mekkah menyebut, “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi” atau “Sumatra, Sulawesi , Sunda, semuanya Jawa”.

Masa kedatangan Bangsa Eropa
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia . Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan jika Asia hanya terdiri dari Arab, Persia , India , dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah Hindia. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”, sedangkan tanah air kita memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies , Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (*Maleische Archipel, Malay Archipelago , l’Archipel Malais).

Ketika tanah ini dijajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie atau Hindia Belanda, sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah Hindia Timur atau To-Indo.

Berbagai Usulan Nama
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan namayang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung , Insulinde mungkin hanya dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “ India ”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 Lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kata-kata ini sendiri termuat dalam Sumpah Palapa yang dikumandangkan Gajah Mada, ”Lamun huwus kalah Nuswantara, isun amukti palapa”, “jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat”. Oleh Dr. Setiabudi katanusantara zaman Majapahit tersebut diberi pengertian yang nasionalistis.

Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi Nusantara yang modern. Istilah Nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini istilah Nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Lalu dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul?

Nama Indonesia
Tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel “On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.” Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, a distinctive name, sebab nama Hindia Tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama, Indunesia atau Malayunesia, nesos, dalam bahasa Yunani berarti Pulau. Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis, “… the inhabitants of the Indian Archipelago or malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.”

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia, Kepulauan Melayu, daripada Indunesia atau Kepulauan Hindia, sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago, Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan ini, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan, “Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia , which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago.” Ketika mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918.

Putra pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Masa Kebangkitan Nasional: Makna politis
Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda, yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging, berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Dalam satu tulisannya Bung Hatta menegaskan, “Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.“

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij).

Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda. Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad, Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardji Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch- Indie”. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah namun masukkanya Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 membuat Hindia Belanda ‘lenyap’ dan pada akhirnya tergantikan dengan Republik Indonesia.

Sekian Infonya... jangan :bata: kalo salah tempat....
 
Yang top itu tan malaka tahun 1925 dia menyebarkan selembaran berjudul naar de republik indonesia (menuju republik indonesia), jika yg lain nya sibuk mempersiapkan kemerdekaan yg digerakan pula oleh buku tan malaka berjudul "aksi masa", maka tan sudah menyiapkan bentuk pemerintahan/negara dr tahun 1925 sebelum sumpah pemuda 1928. Keren ya pemikiran tan malaka mencapai 20 tahun kedepan
 
Oia sekalian saya ralat ya thread suhu :)

Suhu bilang masuknya jepang 8 maret 1942 membuat hindia belanda lenyap dan tergantikan dengan Republik Indonesia itu informasi menyesatkan suhu.

Republik itu bentuk pemerintahan/negara dan terbentuknya pada tanggal 18 augustus 1945 dgn disahkan nya PREAMBULE dan UUD 45 (KONSTITUSI). Tanpa konstitusi tidak akan pernah ada negara.

Kok bukan tanggal 17 augustus 1945 sih???
17 augustus 1945 itu hari KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA (yg berangkat dr terbentuknya BANGSA INDONESIA 28 oktober 1928) bukan REPUBLIK.

Ah bener gak tuh datanya???
Datanya bisa kita baca dari TEKS PROKLAMASI yg menyebutkan dibagian akhir "ATAS NAMA BANGSA INDONESIA SOEKARNO HATTA" bukan ATAS NAMA REPUBLIK INDONESIA (lah wong konstitusi nya belum ada maka negara berbentuk republiknya pun belum ada )

SEKEDAR INFORMASI SEJARAH :)

1. 28 oktober 1928 (hari lahirnya Bangsa Indonesia)
sumpah pemuda yang mendeklarasikan diri sebagai BANGSA INDONESIA

2. 17 augustus 1945 (hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia)
teks proklamasi dibacakan = Bangsa Indonesia merdeka

3. 18 augustus 1945 (hari NKRI)
preambule dan uud 45 (konstitusi) disahkan = terbentuklah Negara Indonesia berbentuk Republik
 
Oia sekalian saya ralat ya thread suhu :)

Suhu bilang masuknya jepang 8 maret 1942 membuat hindia belanda lenyap dan tergantikan dengan Republik Indonesia itu informasi menyesatkan suhu.

Republik itu bentuk pemerintahan/negara dan terbentuknya pada tanggal 18 augustus 1945 dgn disahkan nya PREAMBULE dan UUD 45 (KONSTITUSI). Tanpa konstitusi tidak akan pernah ada negara.

Kok bukan tanggal 17 augustus 1945 sih???
17 augustus 1945 itu hari KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA (yg berangkat dr terbentuknya BANGSA INDONESIA 28 oktober 1928) bukan REPUBLIK.

Ah bener gak tuh datanya???
Datanya bisa kita baca dari TEKS PROKLAMASI yg menyebutkan dibagian akhir "ATAS NAMA BANGSA INDONESIA SOEKARNO HATTA" bukan ATAS NAMA REPUBLIK INDONESIA (lah wong konstitusi nya belum ada maka negara berbentuk republiknya pun belum ada )

SEKEDAR INFORMASI SEJARAH :)

1. 28 oktober 1928 (hari lahirnya Bangsa Indonesia)
sumpah pemuda yang mendeklarasikan diri sebagai BANGSA INDONESIA

2. 17 augustus 1945 (hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia)
teks proklamasi dibacakan = Bangsa Indonesia merdeka

3. 18 augustus 1945 (hari NKRI)
preambule dan uud 45 (konstitusi) disahkan = terbentuklah Negara Indonesia berbentuk Republik

Thanks atas bantuan ralatnya suhu... ngomongin soal proklamasi nubie juga mau share juga soal naskahnya ada dua yaitu Naskah Klad dan Naskah Otentik. Cuma nanti nubie bikin tread baru aja kalo di pc lagi.
 
Terakhir diubah:
Mas thombol klo udah ndongeng, sukak saya...
Ditunggu next threadnya suhu... :beer::beer:
 
Mas thombol klo udah ndongeng, sukak saya...
Ditunggu next threadnya suhu... :beer::beer:

Terima kasih suhu domped...
Next threadnya kepending dulu yach suhu lagi cari berlian dulu soalnya.... :banzai:
 
Menurut orang yang bisa melihat masa depan, Indonesia bisa makmur kembali namun dengan mengganti nama menjadi "NUSANTARA". :mancing:
 
Nah kl asal usul bahasa indonesia darimane?

Maaf mungkin ini dapat menjawab pertanyaan suhu rhys46

Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tanggal
bersejarah bagi bahasa Indonesia yang saat itu
diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi
bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa
daerah.

Namun seperti apakah yang dinamakan bahasa
Indonesia itu? Orang mengenalnya sebagai
bahasa Melayu yang dimodifikasi, lalu dicampur
dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai
daerah dan dari bahasa asing, kemudian
dibakukan.

Dari manakah asal-usul bahasa Melayu itu?
Apakah bahasa itu hanya dituturkan oleh etnis
Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal etnis
Melayu sendiri hanya sebagian kecil saja dari
ratusan etnis di nusantara?

Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan,
bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah
lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari
bahasa Austronesia yang mulai muncul sekitar
6.000-10.000 tahun lalu.

Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) itu,
merupakan fenomena besar dalam sejarah umat
manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa,
Austronesia merupakan yang terbesar di dunia,
meliputi 1.200 bahasa dan dituturkan oleh hampir 300 juta populasi.

Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah
sepanjang 15 ribu km meliputi lebih dari separuh
bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga
Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan Mikronesia di utara hingga Selandia Baru di
selatan.

"Out of Taiwan"

Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry
mengatakan, ada beberapa hipotesa. Yang paling
umum adalah hipotesa bahwa asal leluhur
penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan)
atau model "Out of Taiwan".

Arkeolog lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan,
Robert Blust adalah pakar linguistik yang paling
lantang menyuarakan pendapat bahwa asal-ususl
penutur Austronesia adalah Taiwan.
Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya
kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud.

"Ia juga menawarkan rekonstruksi pohon
kekerabatan rumpun bahasa Austronesia dan
perkiraan waktu pencabangannya mulai dari
Proto-Austronesia hingga Proto-Oseania," katanya.
Para leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya
berasal dari Cina Selatan yang bermigrasi ke
Taiwan pada 5.000-4.000 SM, namun akar
bahasa Austronesia baru muncul beberapa abad
kemudian di Taiwan.

Kosakata yang dapat direkonstruksi dari bahasa
awal Austronesia yang dapat dilacak antara lain :
rumah tinggal, busur, memanah, tali, jarum,
tenun, mabuk, berburu, kano, babi, anjing, beras,
batu giling, kebun, tebu, gabah, nasi, menampi,
jerami, hingga mengasap.

Para petani purba di Taiwan ini berkembang
cepat dan lalu terpecah-pecah menjadi kelompok-
kelompok yang hidup terpisah dan bahasanya
menjadi berbeda-beda dengan setidaknya kini
ada sembilan bahasa yang teridentifikasi sebagai
bahasa formosa.

Bermigrasi

Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi
pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah
satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka
bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina
bagian utara yang kemudian memunculkan
cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia
(PMP).

Tahap berikutnya, ujar Daud, terjadi pada
3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur
bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara
mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina
Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke
arah tenggara menuju Maluku Utara.

Proses migrasi ini membuat bahasa PMP
bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia
Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian
barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur
(PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.

"Rupanya ketika bermigrasi ke arah tenggara
penanaman padi mulai ditinggalkan karena tidak
sesuai dengan lingkungannya. Mereka mulai
memanfaatkan tanaman keladi dan umbi-umbian
lain serta buah-buahan," katanya.

Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di
Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur.
Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku
Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM
yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP).

Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai
pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-
bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).
Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada
2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di
mana penutur PEMP di wilayah pantai barat
Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju
Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan
pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).

Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP
bermigrasi ke Oseania dan mencapai kepulauan
Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan
memunculkan bahasa Proto Oseania.

"Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian
barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan
Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur
PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa
dan Sumatera," katanya.

Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan
Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara
lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung
Malaka, ujarnya.

Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa
WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan sampai ke
Madagaskar, tambah Daud.

Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih
menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena
semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oseania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata, katanya.

Dengan demikian, kata Harry Truman, hampir seluruh kawasan nusantara bahkan sampai ke kawasan negeri-negeri tetangga dan masyarakat kepulauan Pasifik dan Madagaskar menuturkan bahasa yang asal-muasalnya merupakan bahasa Austronesia.

"Kecuali masyarakat yang ada di pedalaman Papua dan pedalaman pulau Timor yang bahasanya lebih mirip dengan bahasa pedalaman Australia," katanya.

Bahasa Indonesia sekarang ini, kata Harry lagi, sudah sangat kompleks karena penuturnya tidak hanya hidup dengan sukunya masing-masing dan
beradaptasi dengan rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari India, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris.

Pusing engk tuch... Ane aja sampe pusing cara sumbernya... Semoga membantu :beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd