Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Bimabet
Sekedarmasukan buat happy ending nya sis.
Aga dn ruby dipisagkan oleh ppa nya ruby. Dan papa nya aga g bisa menghalangi hal tsb.
Nah krna ketidakmampuan papa nya aga, lisna jadi marah.
Marah dan minta cerai.
Setelah cerai, lisna nya datangi ane buat dijadikan istri.
Heheheheje.....
:papi: :angel:
 
ohh ya kak.... si gerry cariin pasangan biar gak ganggu2 lagi dianya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...

Turut berduka sist kalo lagi gak mood ya jgn dipaksakan
Ya kalo saya kapan updatenya gk masalah asal jgn sampe mandek 1thunan
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...


Turut berduka Cita ya sis...
Gapapa santai aja,gak usah buru",
Semangat yaaa...
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...

turut berduka cita. Cek PM yah.
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...

turut berduka sist..semoga besok udah ada mood buat update
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...

Turut berduka cita yaa sist :( semangat jangan berlarut - larut dalam kesedihan .. Ikhlaskan saja ..
 
Maaf blm sempet update, saya usahakan besok ya :'), kmrn saya dpt kabar duka meninggalnya temen saya, jd saya agak down dan kehilangan mood nulis, tp gaboleh berlarut2 kan sedihnya :') #maaf jadi curhat. besok diusahain kok ^^ makasih yg udah mau nunggu...

update nya 2 kali lipat loh.. udah curhat loh.. hahaha.. pis jari 2
 
Bimabet
4211440.gif


Terhitung sudah dua hari, Aga tidur satu kamar dengan Ruby, tentu saja karena Ryuki. Bayi berusia hampir dua bulan itu benar-benar mempunyai feeling yang kuat, setiap kali Aga beranjak meninggalkan kamar Ruby, ia bangun dan menangis seolah tak mau Aga pergi dari dekatnya.


Untung saja hal itu hanya terjadi pada malam hari saja, sedangkan siang hari Ryuki seperti membiarkan Ayahnya pergi kuliah dan bermain dengan Arslan, good boy.


Pagi ini adalah hari minggu, Aga masih meringkuk memeluk gulingnya. Guling yang sekarang sudah satu setel dengan sarung guling Ruby yang berwarna merah bergambar mawar putih besar, karena kemarin Nana yang mengganti seprei beserta sarungnya.


Sementara Ruby sedang memandikan Ryuki dikamar mandinya, dibantu babysitter, karena untuk urusan yang satu ini Ruby belum bisa melakukanya dengan baik. Oleh karena itu, walau memutuskan untuk merawat Ryuki sendiri, Ruby masih dibantu babysitter yang hanya dikhususkan untuk memandikan Ryuki.


"Sudah selesai Nona," wanita muda yang mungkin berusia 21 tahun itu tersenyum dan menyerahkan Ryuki yang terbungkus handuk lembutnya.


"Terima kasih Sari, kau boleh pergi," Ia membalas senyum Sari dan kemudian gadis berseragam merah muda itu pergi meninggalkan Ruby.


Setelah Ryuki mandi, Ruby membawanya ketempat tidur, membaringkannya disamping Aga. Kemudian memakaikan Diapers, mini jumpsuit berwarna biru yang ia siapkan sebelumnya. Tak lupa sedikit mengoleskan minyak telon diperut Ryuki sebagai penghangat.


Ruby tersenyum senang melihat hasil karyanya yang membuat Ryuki tampak semakin tampan. "Nah...selesai! Ryuki sayang, kau sudah keren. Siap untuk pergi hari ini?" Rona keceriaan menghias wajah cantik Ruby pagi itu, ia mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Ryuki yang wangi.


"Oouu...ooouuh..." balas Ryuki meraih-raih wajah Ruby senang.


Aga yang samar-samar mendengar suara Ryuki dan Ruby disampingnya, membuka matanya yang masih terasa berat. Lalu yang pertama dilihatnya adalah Ryuki yang sudah rapi, tak lupa Ibu Ryuki yang selalu terlihat cantik meskipun belum mandi.


"Hei... kau sudah mandi pangeran kecil?" Suaranya masih terdengar berat menandakan ia masih mengantuk. Meski begitu Ryuki lebih penting daripada tidur lagi, ia mengulurkan tangan kanannya dan mengusap pelan pipi Ryuki.


"Tentu saja, memangnya kau pemalas!" sahut Ruby melirik Aga.


"Cerewet," jawab Aga berpura-pura sebal.


"Cepat mandi! Hari ini Ryuki harus imunisasi. Antarkan aku kerumah sakit!"


"Tentu saja, tapi bisakah kau meminta dengan lembut?" protes Aga karena Ruby pagi itu sudah tak semanis semalam, padahal Aga suka Ruby yang terlihat malu-malu seperti itu.


Ruby mendengus bosan, mengerucutkan bibirnya sebal. "Aga, kau mau kan mengantarkanku dan Ryuki imunisasi?" ulang Ruby lembut, bahkan ditambah sorot matanya yang mirip mata kucing yang sedang meminta diberi makan majikannya.


Aga bangun dan tersenyum iseng menatap wajah Ruby, bahkan walau baru bangun tidur dengan rambut yang semakin acak-acakan seperti itu, Aga mampu membuat dada Ruby deg-degan. "Tentu saja tuan putri," jawabnya sok keren.


"S-siapa yang tuan putri?!"


"Kau!" jawab Aga lagi. "Dan aku pangeranya," mendengar gombalan ringan dari Aga itu pipi Ruby langsung memerah.


"Kenapa pipimu jadi merah? Kau malu ya?" cengir Aga menggoda.


"T-tidak!" sedikit gelagapan.


"Gagapmu kambuh," wajah Aga yang tengil seperti itu membuat Ruby sebal! aah sebal?


"S-siapa yang gagap?!"


"Kau, dari dulu kau memang gagap kan?"


"Jangan sok tahu!"


"Dan kau jangan sok ketus. Waktu sekolah dulu aku sering memperhatikanmu, kau kan gadis pemalu, kau juga sering mencuri-curi memandangiku kan?" rentetan kalimat Aga itu semakin membuat Ruby salah tingkah. Ya memang benar, waktu kelas 10 Ruby yang pemalu sering mencuri pandang pada Aga yang waktu itu terlihat mencolok, karena terlihat bersemangat dan ramah diantara Arslan dan geng-nya yang termasuk anak-anak nakal. Ruby hanya sesekali melihatnya, tidak lebih.


"K-kata siapa!?"


"Mengaku saja," Aga mendekati Ruby berlahan, mendekatkan wajahnya ketelinga Ruby. "Kau dulu sangat pemalu dan manis, jadilah yang seperti dulu. Manis. Aku suka,"


'Cuph!'


Ciuman ringan Aga pada pipi Ruby itu membuat Ruby mematung, melebarkan iris uniknya.


"Aku mandi dulu ya, hehe..." Aga nyengir dan cepat-cepat melesat dari kamar Ruby. Takut Ruby akan segera tersadar dan melemparnya dengan bantal lagi.


Beberapa detik kemudian Ruby mengerjapkan matanya tersadar. Bukan marah tapi tubuhnya malah melemas, hatinya terasa meleleh karena perlakuan Aga barusan, menyisakan senyuman dan semburat kemerahan dipipi putihnya. "Aaaaaaa.... Agaaa..." lirihnya pelan, menutup wajah dengan kedua telapak lembutnya dan menjatuhkan diri disamping Ryuki. Ruby salah tingkah sendiri.


"Aaaooh... hehkk...aaoh..." entah kenapa Ryuki nyengir-nyengir sendiri disamping Ruby, seolah sedang bersorak dan menggoda Ibunya.


---***---​


"Ryuki bobok...ooh..Ryuki bobok, kalau tidak bobok... digigit nyamuk..." Ruby duduk dikursi riasnya, menghadap jendela kamar membiarkan angin sepoi-sepoi masuk kedalam, bersenandung lirih menidurkan Ryuki yang sedikit rewel karena baru saja diimunisasi.


Tanpa ia sadari, sepasang safir indah sedang memandangi punggungnya yang tertutup rambut panjang sepinggang itu. Mengagumi tubuhnya yang sedikit berisi dari sebelum ia menikah dan melahirkan.


"Kau sudah siap jika harus berpisah dengan Ryuki?" suara itu membuat pundak Ruby sedikit menegang.


Ruby menoleh sebentar karena suara suaminya itu sedikit mengejutkannya. "Kenapa menanyakan itu?" jawabnya santai kemudian.


"Sebentar lagi kita akan bercerai," jawaban itu sedikit membuat Ruby terhenyak, wajahnya berubah agak layu. "Kau tau kan?" lanjutnya, berjalan mendekati Ruby, lalu menatap keluar dari jendela membelakangi Ruby.


Ruby mengangguk pelan, wajahnya berubah melembut. Ia ingat betul perjanjian yang disebutkan Ayahnya waktu itu, ya mereka harus bercerai.


"Ryuki akan tinggal disini bersamaku, karena kau Ibunya kau boleh menengoknya kapan saja jika kau mau," ucapan Aga itu membuat Ruby semakin terkejut.


"Apa maksudmu! Ryuki akan ikut denganku!" tentu saja hal itu membuatnya tidak terima. Ryuki adalah puteranya, bagaimana mungkin ia membiarkan dia tinggal bersama Aga.


"Aku tau, dari awal Ibuku yang akan mengasuh Ryuki kan?" Aga masih melempar pandanganya diluar sana. Sedangkan Ruby menatap lekat-lekat punggung Aga.


"Aku Ibunya! Aku yang akan merawat Ryuki!" timpal Ruby lagi, ia tidak akan membiarkan Ryuki tanpanya.


"Bukannya dulu kau tidak mengininkanya! Bahkan kau hampir menggugurkanya kan?!"


"Itu dulu Aga! Sekarang aku sangat mencintai Ryuki, dan aku akan membawa Ryuki pulang bersamaku!"


"Tidak boleh!" Aga berbalik menatap Ruby didepanya. Tatapan tajam keduanya saling beradu.


"Kenapa! kau dulu juga tidak mengakuinya kan!"


"Sekarang berbeda! aku juga sangat mencintai Ryuki!"


"Tidak boleh!"


"Ruu, walau belum lama aku mulai terbiasa dengan Ryuki, aku tidak siap jika harus berpisah dengan Ryuki! aku terlalu menyayanginya,"


"Memangnya kau saja yang punya rasa seperti itu, aku Ibunya! aku yang mengandung dan melahirkannya! sekarang kau bilang akan mengambil Ryuki?! memangnya siapa dirimu?!"


"Sudah jelas kan aku Ayahnya,"


"Kau akan berhadapan dengan Ayahku dan Gary kalau kau memaksa!"


"Akan kulakukan!"


"Kau tidak takut pada Ayahku?"


"Bahkan jika Ayahmu menembaku, aku tetap akan merebut Ryuki!"


"Kau keras kepala! pokoknya Ryuki akan tinggal bersamaku, Ryuki itu putraku, darah dagingku!"


"Kau cerewet juga ya! Ryuki juga darah dagingku!"


"Tapi aku Ibunya! aku yang berhak!" Bentak Ruby kesal.


Aga menatap tajam Ruby, menyeringai memandangi penampilan Ruby yang cukup anggun dengan dress putih selutut. "Bagaimana kalau kau hamil lagi? dan kau boleh membawanya bersamamu, Ryuki bersamaku!" itu ide yang gila!


"Apa maksudmu!" seru Ruby tak mengerti.


Aga menyeringai, "maksudku?" menaikan garis bibirnya kesamping, menatap tajam Ruby yang menatapnya ngeri. Kemudian ia maju kedepan, "ini.." dengan cepat Aga merebut paksa Ryuki dari tangan Ruby.


"M-ma-mau apa!" Ruby gelagapan melihat Aga membawa Ryuki dan berjalan menuju Box Ryuki.


"Biarkan Ryuki tidur diBoxnya," lalu Aga meletakan Ryuki yang sudah tidur disana, Ruby menatapnya tak mengerti.


Kemudian Aga mendekati Ruby yang masih mematung keheranan. "Aku mau ini..." Aga menerkam tubuh Ruby, dan dengan sedikit kasar mendorongnya ke tempat tidur dan kemudian menindihnya.


"Ah!" Ruby memekik karena kedua tangannya yang masing-masing berada dikedua sisi kepalanya, terkunci oleh cengkraman Aga. "Agaa! Tidak!" kaget karena Aga tiba-tiba memagut paksa bibir Ruby.


"Mmmm...mmmm!" berusaha terlepas dari kungkungan Aga, tapi Ruby tak cukup kuat mendorong suaminya yang mulai menghisapi bibir bawah Ruby, kemudian memaksakan lidahnya menerobos mulut Ruby, mencari daging lunak dan kasar didalam mulutnya untuk dihisap dalam-dalam.


'Cruph...' suara lidah Ruby yang dihisap kuat oleh Aga, membuat Ruby melebarkan irisnya karena itu cukup mengejutkan, tak ketinggalan tangan Aga mulai meremasi payudara besar Ruby yang masih tertutup dressnya.


"Huuffahh..." Benang-benang saliva tampak terlepas saat Aga melepaskan hisapannya, sedangkan Ruby menghirup nafas dalam-dalam karena ia hampir mati karena menahan nafas.


"Ah! jangan! Ah! lepaskan aku!" seakan tidak mau membiarkan Ruby menyesuaikan nafasnya lagi, Ruby berontak karena Aga mulai menurunkan pakaian Ruby melewati pundaknya. Beruntung itu tidak mudah, hanya membuat pundaknya terbuka saja. Kakinya juga bergerak bebas menendangi perut Aga, tidak peduli roknya itu tersingkap dan membuat paha mulusnya terekspose, celana dalam merahnya juga. Tapi suaminya itu seolah tak merasakan sakit sedikitpun karena tendangan Ruby, malahan sekarang Aga berhasil mengunci kedua kaki Ruby, mengapitnya dengan kedua paha Aga.


"Sebentar saja Ruu..." Nafasnya mulai berat, tatapan matanya menggelap, entahlah ia sangat ingin melakukannya lagi dengan Ruby.Meski itu tidak membuat Ruby setakut dulu, tapi tetap saja Ruby tidak mau Aga memperkosanya lagi, maksudnya bukan tidak mau ia hanya malu, iya malu! ini memalukan.


Ciuman Aga beralih keleher mulus Ruby, menjilat-jilat dan mengecupnya berkali-kali menimbulkan rasa geli yang rasanya menyebar keseluruh tubuh Ruby. Bagian itu adalah titik rangsangnya, rasa geli saat Aga menghisapi lehernya dan meninggalkan tanda kepemilikan Aga disana diam-diam membuat bagian bawahnya basah.


"Tidak mau! Agaah!" Tapi Ruby masih berusaha menolak, memukul-mukul dada bidang Aga berharap pemuda itu melepaskannya.


"Ayolah hanya sebentar Ruu..." Aga yang sudah tidak sabar bangkit. Menarik paksa kancing dress Ruby dan membuat kancingnya bertebaran, dada yang lebih besar dari sebelumnya itu menyembul keluar dari bra merah yang dipakainya.


"Kau gila! Ah!" Ruby masih berontak. Tapi Aga berhasil meloloskan dress Ruby dan membuangnya, menyisakan stelan bra dan celana dalam Victoria secrets merahnya.


"Ayolah, berikan aku satu bayi lagi untukmu," bisik Aga sembari menjilati telinga Ruby, tangan kekarnya meremas salah satu dada Ruby dan menarik tali kecil dipundak mulus itu.


"Uuungh... Agaaah...lepaskan!" Ruby masih berusaha menolak, namun Aga terus merangsangnya. Menjilati telinga, leher dan turun kedada Ruby. Membuka bra merahnya dan melahap gumpalan daging menggairahkan milik Ruby, tak lupa putingnya yang kemerahan ia hisap kuat-kuat, tangan satunya ia pakai untuk memilin pelan puncak dadanya, Ruby mendesah pelan dibuatnya dan pada akhirnya ia mengalah. Menyerah dan memilih melayani Aga, toh perasaannya pada Aga sekarang sudah berbeda. Ruby juga mulai menikmati sentuhan Aga pada tubuhnya.


Menyadari Ruby sudah melembut, Aga melepaskan cengkramannya. Membiarkan Ruby mendesah-desah sambil meremas spreinya karena kedua payudaranya sedang dihisap Aga dan Ruby yakin suaminya itu sedang keenakan meminum air susu milik Ryuki.


"Manis..." Ucap Aga saat melepaskan kulumannya dari puting Ruby, tampak cairan putih disudut bibirnya yang Ruby yakin itu adalah air susunya. Tatapan Aga semakin liar, ia seolah sudah menyetubuhi Ruby dengan tatapannya itu. Kejantanannya juga sudah mengeras, siap menggauli Ruby seperti dalam mimpinya tempo hari.


"Ssshh... Agaaah..." desis Ruby merasakan kewanitaannya disusupi jari jemari Aga yang bertugas menggosok pelan klitorisnya membuatnya semakin basah. Ia juga mulai melepas celananya sendiri dan menurunkannya sebatas paha, kejantanannya langsung terbebas dan membenamkannya di diantara paha Ruby.


Ruby merinding merasakan benda tumpul itu menempel dan digesekkan Aga pada kewanitaannya yang masih terlapisi kain tipis, "Aahhhgaaa..." tatapannya juga sayu menatap Aga yang sedang menatapnya penuh nafsu dan mulai melepas celana dalam kecilnya itu dan melemparnya jauh-jauh.


"Mmmhh..." kemudian menutup matanya saat kejantanan Aga mulai memasukinya. Keringat semakin banyak keluar dari pori-pori kedua tubuh yang sedang dilanda gairah muda yang meluap-luap itu.


"Aaah... Ruu... akuh...mmh," desah Aga mulai menggerakkan pelan 'Junior'nya didalam tubuh Ruby.


"Ouh!" Gigitan Ruby pada bibirnya sendiri juga membuat Aga semakin gemas padanya, dan membuatnya tak tahan untuk melumatnya sambil terus melakukan gerakkan in out tanpa melepas kaus polosnya, tampak tidak adil memang. Melihat Ruby yang telanjang bulat dibawahnya.


Sementara itu tanpa diketahui keduanya, dibawah sana sudah ada Julian, Lisna, Henri beserta Gary yang mengobrol. Mereka berjalan naik menuju kamar Ruby untuk menengok Ryuki.


'Cklek! Kriiieeet...' Pintu kamar dibuka Lisna lebar-lebar.


"Ryuki sayaaa...oouuhh??!" Lisna membuka mulutnya tak percaya, kalimatnya juga tidak selesai karena melihat adegan panas yang Aga dan Ruby lakukan dihadapan para orang tua itu.


Keduanya menoleh kepintu yang terbuka.


"Kyaaaaahhh!" Ruby menjerit menutup matanya melihat Ayah dan Gary beserta mertuanya ada didepan pintu sana sedang memergoki kegiatan memalukan ini.


"Ayah?! Ibu?!" Aga juga kaget setengah mati. Apalagi ada Henri dan Gary yang langsung melebarkan iris emerald mereka melihat Ruby tergeletak pasrah dibawah Aga.


Kemudian Henri memejamkan matanya, rasanya hampir saja ia terkena serangan jantung saat itu juga.


"Apa yang kalian lakukan?!" pekik Julian tak percaya. Ya dia memang berharap Aga dan Ruby bersatu, tapi maksudnya kegiatan itu tidak pernah Julian bayangkan sebelumnya.


Sekilas tampak Gary menggeretakkan giginya, tangannya menggenggam dan bersiap menerjang Aga. Dia sangat tidak suka Adiknya diperlakukan seperti itu, tapi Henri menahan gerakkan Gary dengan tangan kekarnya.


"Maaf Aga, Ruby!" dengan wajahnya yang memerah sekaligus bersalah, Lisna langsung menutup kembali pintunya, dan berujar kepada Henri dan Gary yang memasang wajah tegang mereka. "Ehehehe... sepertinya perceraian mereka akan ditunda sampai cucu kedua kita lahir ya," cengir Lisna menggaruk pipinya yang tidak gatal, yah mungkin bercandaannya itu sangat tidak lucu. Tapi bagaimanapun ia berusaha mencairkan suasana tegang dan juga memalukan ini.


Sementara itu, Aga dan Ruby masih membeku dengan kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan saking kaget dan malunya mereka seperti mematung dan tidak dapat bergerak lagi. "A-Aga... b-bisakah kau turun dari atasku sekarang?" Ruby mengernyit, bibirnya basah karena liur Aga, wajahnya juga telah memerah seluruhnya.


"Eh?" Aga yang mulai tersadar menatap Ruby dibawahnya. Alih-alih menuruti permintaan Ruby, Aga malah semakin gemas karena Ruby memasang wajah seperti itu. Mata yang sayu, bibir basah semakin membuat dada Aga berpacu.


Ruby sangat-sangat menggodanya, bahkan kejadian yang seharusnya seketika menghancurkan konsentrasinya itu sama sekali tidak berpengaruh pada 'Junior'nya yang kembali mengeras sempurna.


Aga menyeringai tipis menatap wajah cemas Ruby. "Aku belum selesai, biarkan mereka menunggu sebentar," bisik Aga. Kembali memulai kegiatanya yang tertunda, menggerakkan pinggangnya maju-mundur kedalam lubang Ruby.


"Um! Aku tidak mau!" Ruby berusaha mendorong dada bidang Aga, meski kita semua tau hanya kegagalan yang akan ia dapat.


"Sedikith lagi Ruu..." desah Aga dengan wajah horny yang sudah tidak dapat ditahan.


"Ah! Agaaah! Ka-kauuh memperkosakuh- untuk yang kedua kalinya!" ucap Ruby terengah karena Aga sedang menyetubuhinya dengan gerakkan yang lumayan keras.


"Kali ini berbeda," Aga mengalungkan kedua tangan Ruby dilehernya. Ia menatap mata indah Ruby yang hampir terpejam menahan nikmat yang diberikan oleh Aga. "Aku akan melakukanya dengan penuh perasaan, karena akuuh... menyukaimu Ruu..."


Ruby melebarkan iris uniknya, entahlah dia bahagia mendengar pengakuan Aga padanya, walau hanya suka tidak apa kan? setidaknya Ruby lega Aga tidak membencinya. "Aah.. Agaaah...ak-ku,"


'Cup'


Dan ciuman Aga membungkam bibir tipis Ruby, menghipnotis wanita bermata indah itu semakin jatuh kepelukkanya.


Dan kali ini Ruby benar-benar menyesal menolak pemasangan kontrasepsi yang ditawarkan Dokter waktu itu.


TBC​


A/N : Update sedikit dulu ya...biar ga lama nunggu ^^
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd