BAB 3
Rajawali Dua maupun Tiga bergerak lambat ke depan rumah besar Juki. Alasannya jelas ; mereka diminta menunggu Sang Komandan. Prinsip di Kesatuan mereka tentang kepatuhan pada Komando sebagai sebuah regu telah teruji dengan berjalannya waktu. Sesuai Komando dari Sang Komandan pembagian tugas sudah terbagi begitu rapih. Total Anggota mereka ada delapan orang plus satu orang Komandan. Enam orang mendapat tugas khusus mencari, mengamankan Sheila serta bila perlu melenyapkan Juki. Sedangkan tiga orang lain melaksanakan misi tak kalah penting ; mengamankan para Pajabat Pusat di RSUD.
Pembagian tugas di dalam komponen Tim sangatlah penting. Bukan hanya itu sebagai Anggota Pasukan Anti Teror mereka jelas memiliki spesifikasi tempur jauh di atas prajurit biasa. Ada pepatah terkenal di kalangan Tentara maupun Polisi mengatakan kekuatan satu orang anggota Anti Teror sama dengan kekuatan 100 orang prajurit. Bagaimana bisa kekuatan seorang prajurit Anti Teror bisa menjadi begitu berharga?. Kualifikasi tempur serta kualitas masing-masing personal merupakan jawabannya. Tak salah bila Pasukan Anti terror sering disebut sebagai Orang-orang pilihan.
Rajawali Dua sebagai contoh merupakan prajurit berkualifikasi tinggi. Ia spesialis dalam hal ketepatan menembak jarak jauh. Istilah sniper selalu melekat dalam dirinya karena ketepatannya dalam membidik sasaran diukur dengan satu peluru untuk satu orang. Rajawali Tiga sebaliknya merupakan seorang ahli bahan peledak. Berbagai bahan peledak low dan high explosive telah dikuasainya berikut cara menjinakkan bila suatu saat ancaman bom menghampiri mereka.
Kemampuan mereka dirancang khusus sebagai mesin pembunuh professional untuk mempertahankan kedaulatan Negara. Misi untuk Negara pulalah yang diperintahkan kepada mereka dari sang Komandan ; seorang perwira muda penuh idealisme. Kini mereka berdua mulai resah akibat Sang Komandan belum juga tiba. Padahal baru saja Rajawali Satu memberikan laporan perihal kedatangan tamu tak diundang di lokasi.
" MERAPAT! KITA KEDATANGAN TAMU!"
Isi sms singkat Rajwali Satu telah jelas menunjukkan gentingnya situasi. Bagi Pasukan biasa kedatangan Tamu tak diundang hanya berarti biasa saja, namun bagi mereka?? tamu tak diundang merupakan berita buruk. Pasukan Anti Teror dirancang agar bergerak secepat mungkin – menyelesaikan misi- lalu menghilangkan jejak. Kehadiran tamu akan membuat semuanya berantakan.
" Masih gak diangkat Bang??," Rajawali Dua tampak resah.
Rajawali Tiga menggeleng " Rajawali Satu pasti bergerak duluan!"
" Situasi pasti genting kalo Rajawali Satu sudah bergerak tanpa perintah," Rajawali Dua berusaha menimbang situasi.
" Kemungkinan besar Polisi tamu kita!," Rajawali Tiga berujar pasti " Pasti Polisi"
" Masak sih Bang??"
" Mereka punya semua yang diperlukan!," Rajawali Tiga menetap juniornya " cepat telpon Komandan!"
" Siap Bang!,"
Rajawali Dua membuka telpon genggamnya melakukan perintah Sang Senior.
" Halo Selamat Sore Ijin Komandan! Melaporkan perkembangan lapangan ; Rajawali Satu telah menemukan target tapi ada tamu tak diundang datang beberapa menit lalu.... kami mohon petunjuk...."
Hening sejenak
" Halo...Halo...Siap Mohon Ijin putus- putus Komandan," Rajawali Dua mengaktifkan Speaker agar seniornya bisa mendengar jalannya percakapan.
" Kreseeek...kreeeseekkk.....siapa??? ......kreseek kreseeek tamunya??? .....tak diundang???"
Rajawali Tiga menepuk bahu juniornya agar menyebutkan hasil kesimpulan yang telah diambil.
" Siap besar kemungkinan Polisi Komandan"
" APA???," nada Gusar keluar dari bibir Komandan mereka. " .......BBBLAAAAARRRRR BOOOOOMMM NGGINNNGGGGG"
Hening cukup lama. Panggilan putus.
Rajawali Dua dan Tiga saling berpandangan. Mereka mulai berpikir sejuta kemungkinan terburuk.
" Bang?? apa yang terjadi Bang?? apa yang terjadi?? Ledakan apa Bang???"
" Bang??"
Rajawali Tiga menggeeleng cemas. Sebagai ahli ledakan ia tau benar bunyi apa tadi. Bunyi yang didengarnya meski terganggu oleh sinyal kurang baik merupakan bunyi bom berdaya ledak low expolosive.
" LINDUNGI KOMANDAN!," katanya tegas.
" Kemana Bang?? Ada dimana Beliau??? Bang??"
Situasi panik terus terjadi bahkan berkembang semakin panik.
" IKUTI SAJA RUTE DARI DRIVER! ****** BANGET KAMU! JALAN SANA"
Rajawali Dua berlari cepat menuju motor penuh kebingungan. Perintah penuh emosi tak pernah membuat jelas permasalahan. Perintah seperti itu hanya akan membuat bingung yang mendengar. Masih berselimut kebingungan, Rajawali Dua menstarter motor lalu bergerak cepat meninggalkan lokasi.
Rajawali tiga mengawasi sambil memejamkan mata. Begitu panik ia sekarang juga emosional. Segala sesuatu berjalan buruk secara tak terduga.
BAB 4
Febi tak menyangka Sang Komandan masih memiliki sebuah romantisme alami. Kekerasan hati terbentuk dari latihan militer penuh kekerasan rupanya tidak bisa menghilangkan hati nurani manusia. Febi mensyukuri perpisahan panjang diantara mereka bisa melembutkan hati Sang Komandan. Ciuman hangat di mobil tadi membawa sebuah pesan bahwa sisi lembut laki laki ini masih ada.
" Hutan belantara selalu membuatku khawatir Feb," laki-laki yang sedang dipikirkan tiba-tiba bicara.
" Tumben kamu bisa khawatir Mas," Febi menjawab tanpa memandang lawan bicara.
" Tentara lebih banyak khawatirnya daripada Polisi Feb! KALIAN cuma.....," ucapan Sang Komandan mengandung nada meremehkan.
" Enak aja!," Febi kencang menanggapi " kami lebih khawatir daripada KALIAN Mas"
" KALIAN?? siapa kalian yang kamu maksud dengan KALIAN???," nada tinggi kembali hadir
Diskusi diantara mereka selalu berujung debat kusir alot bila sudah menyentuh ego institusi. Status sebagai Perwira membuat mereka memegang terlalu berlebihan ego masing-masing.
" KAMI TENTARA LEBIH HEBAT!," teriak sang Komandan.
" Kamu salah Mas! POLISI LEBIH SUPERIOR," balas Febi tak kalah keras.
Tidak ada diantara mereka berdua yang menyadari kepala mereka sudah begitu berdekatan dan mereka terus saling berteriak. Perdebatan panas dari jarak dekat bukannya membuat suara mereka berdua menjadi makin lemah. Alih-alih melemah, Sang Komandan dan Febi malahan semakin meninggikan suara.
" CKKIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTTTTTT"
Tiba-tiba rem mobil diinjak mendadak.
Febi maupun Sang Komandan terjerembab ke punggung kursi depan. Asyik berdebat membuat mereka kehilangan kewaspadaan.
" TOLOL! KENAPA KAMU NGEREM MENDADAK???," Sang Komandan memaki supir.
" Ijin Mohon maaf Komandan tapi...," Supir berusaha menunjuk depan jendela.
" TOLOL KAMU!"
".........ada anak kecil tiba-tiba muncul bantu neneknya nyebrang Komandan"
Si supir mengarahkan tangan ke kaca membawa Sang Komandan melihat langsung alasannya menginjak rem mendadak. Terlihat seorang anak gadis berpakaian kumal, tampak seperti anak jalanan sedang menggandeng neneknya menyebrang jalan. Pandangan supir yang mulai tidak terlalu awas karena matahari sebentar lagi tenggelam membuat kemunculan mereka semakin mengejutkan.
" BREEEETT BREEEEET BREEEEETTT," Panggilan telpon masuk ke ponsel sang komandan.
RAJAWALI DUA
Sang Komandan membaca cepat nama pemanggil kemudian mengangkat telpon.
" HALO..ya..bagaimana???...kresek...kreseeekk....," Sang Komandan melihat kondisi sinyal di ponsel begitu lemah " siapa tamu yang tak diundang??? siapa tamu yang tak diundang???," sinyal begitu buruk. Seluruh fokus Sang Komandan tertuju pada panggilan telpon.
Febi memandangi serius Sang Komandan. Si Polwan cantik menyadari kaeadaan sekarang amatlah mencurigakan. Deretan pohon rindang menandakan mereka masih jauh dari pemukiman warga. Sekarang matahari hampir menghilang dan lampu jalan tidak ada. Mereka tidak boleh terjebak dalam kegelapan.
" KAMU BANTU MEREKA BIAR CEPAT LEWAT!," frustasi telponnya sulit tersambung, Sang Komandan meminta supir bertindak.
" Cklleeeekkkkkk," supir menjalankan perintah keluar dari mobil. Pintu terbuka.
Persis pada saat supir turun menghampiri nenek tua, sebuah sepeda motor melintas dari arah belakang. Pengemudi motor memacu motor begitu lincah langsung menempatkan diri disisi mobil tepat di pintu pengemudi. Kemudian dengan gerak cepat pengendara motor melepaskan sebuah bingkisan kecil ke pintu supir. Febi melihat seluruh rangkaian kejadian.
" Keluar Febi!," Sang Komandan rupanya juga sama-sama awas memandang kejadian. Kesigapannya sebagai Anggota Anti terror membuatnya bereaksi cepat.
" BRAAAAKKKK," keras ditendang pintu mobil agar membuka. Bersamaan dengan itu, Sang Komandan mendorong Febi keluar.
Febi terguling keluar akibat didorong keras.
" LARI! LARI!," Komandan menyuruh Febi menjauh. Pandangannya menyiratkan sebuah perintah penting dan Febi harus melaksanakannya segera. Perwira muda militer itu mencabut pistol lalu membuka jendela.
" BLAAAAARRRRR BOOOOOOOMMMM"
Bunyi ledakam keras. Sebelum Sang Komandan menembak, bom telah meledak. Seluruh badan mobil terbakar seketika dengan dentuman keras.
" DUUUUUUUUUUUUUAAAAAARRR"
Febi yang sempat berlari terlempar jauh.
" GBRAAAKKKKK NGGGGGGGGGGGGIIIIIIIIIIIIIIINGGGGGGGGGGGGG"
Bunyi dengung kencang di telinga dirasakan oleh si Polwan Cantik setelah terhempas ke tanah. Naluri sebagai Polisi yang tajam membuat Febi segera mengambil pistol.
" Agghh," Febi merasakan nyeri di tangan. Seluruh bagian tangan mengalami mati rasa.
" SREEEEGG SREEEEG SREEEEGGG," bunyi sepatu tiba-tiba hadir terdengar oleh telinga Febi.
Kini bisa dilihatnya jelas dari balik asap tebal lima orang laki-laki keluar dari balik pepohonan. Mereka semua menyandang senjata laras panjang. Febi yakin mereka belum bisa melihatnya.
Berusaha memanfaatkan momentum Febi mencabut pistol lalu membalik tubuh dalam posisi tengkurap. Tangan Febi masih mati rasa tapi ai tak punya pilihan. Terlambat memanfaatkan momentum akan memastikan dirinya menjadi mayat hidup di tengah hutan.
" DOOOR," Febi membuka tembakan.
Tangannya belum stabil tembakan ke arah pria bermotor meleset.
" DOOOR DOOOORR," kedua tembakan Febi kembali meleset tak ada yang kena.
Kelima orang bersenjata kini telah melihat posisinya.
" DOORR...DOORR...DOORRRR," Febi berusaha menembak menghabiskan peluru. Tangannya masih belum pulih.
" Ckleeek ckleeeek ckleeeekk," Febi memejamkan mata. Peluru sudah habis. Tak ada yang kena.
" Habis peluru tuh cewe!," salah seorang dari mereka berkata keras " ayo kita habisin dia! tapi sebelum itu kita perkosa dulu dia rame-rame!"
BAB 5
" NOMER YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DI LUAR JANGKAUAN"
Rajawali Tiga menutup ponsel. Belum ada jawaban dari Rajawali Satu.
" Seharusnya kamu laporan. Brengsek!," Pikiran Rajawali Tiga makin kacau.
Ia tak mampu mengambil langkah. Meski berstatus senior dalam tim, keberaniannya dalam pengambilan keputusan tidaklah sebagus Rajawali Satu.
Rajawali Tiga masih terjebak dalam dilema; memutuskan sendiri atau menunggu perintah Sang Komandan. Ia hanya berpikir tapi tak sanggup memutuskan apa-apa.
" SLLLLEEEEP SLEEEEPP," tanpa diduga dua anak panah melesat menancap punggung Rajawali Tiga.
" HEEGGH"
Rajawali Tiga mengeram sasa sakit di punggung begitu terasa. Racun panah masuk ke tubuh Rajawali Tiga terduduk di tanah.
" TUHAN.....tolong....tolongg.....SLEEEEPP SLEEEEEP"
Rajawali Tiga melotot. Dua lesatan panah menghantam punggung lagi. Ia roboh ke tanah sebelum sempat bisa membalas serangan. Rajawali Tiga hendak menyerang balik tapi panah di punggungnya begitu beracun.
" HEEEGHH CEEEEEPPPP," Jeritan terakhir datang bersamaan dengan panah kelima yang mendarat di kepala.
BAB 6
" KAMI TIDAK MAU RUMAH INI DIGLEDAH! KALIAN TIDAK PUNYA HAK !," Keponakan Juki bertahan mati-matian menghadapi petugas Anti Korupsi.
" INI SURAT GLEDAHNYA! KAMU BACA!," Petugas Anti Korupsi tak kalah ngotot saat berbicara " KAMU TAU HUKUMANNYA KALO KAMU MENGHAMBAT PENYIDIKAN???"
" HUKUMAN APA????EMANG APA HUKUMANNYA??? KALIAN MAU TANGKAP SAYA??? AYO TANGKAP! SINI TANGKAP SAYA! KAMI GAK TAKUT SAMA KALIAN"
Keponakan Juki berteriak keras ke arah kamera wartawan. Dia tau mereka sudah berada di jalan buntu. Masalahnya jalan buntu yang dipaksakan kepada seseorang selalu membuat mereka menjadi nekad.
" TANGKAP AYO TANGKAP!," Keponakan kesayangan Juki terus merapat.
" BABI KAMU!," seorang Petugas Kepolisian yang ikut mendampingi terpancing emosi akibat gerakan provokasi keponakan Juki.
Bogem mentah melayang dari petugas.
" BLETAAAAKKKK". Pukulan telak melayang mengenai rahang Keponakan Juki.
" MAJU! HABISI MEREKA!"
Anak buah Juki panas melihat Keponakan sang Bos dihajar seperti binatang. Mereka kalap. Tak ada lagi arti seragam Polisi maupun Anti Korupsi saat orang marah. Anak Buah Juki yang menang jumlah bersamaan maju mengeroyok para petugas termasuk wartawan.
Petugas Kepolisian pemukul keponakan Juki hendak mencabut pistol.
" DOOOORRRR," tembakannya mengenai satu orang.
" TEEEP BUUUGG BUUUG BUUUGGGG," malang buatnya anak buah Juki yang lain telah begitu dekat. Puluhan pukulan dan tendangan melayang.
Polisi yang malang ini menjadi sasaran amuk pertama. Lima orang kini telah meringkusnya. Masa hendak menjadikannya sangsak hidup.
" BLEEEETAAAK BLEEETAAAK BLEEETAAAK CRRROT CROOOT CRROOOTTT"
Wajah Polisi malang sobek mengeluarkan darah bercucuran.
" AAAMPUUN AAMMMMMPUUN"
" MATIIIII LOE MATIIIIIIIII BLETAAKK BLETAKKK BLETAKKKK"
Petugas Polisi kedua begitu ngeri melihat nasib temannya. Ia juga berusaha mencabut pistol namun terlambat. Orang-orang Juki terlalu banyak. Sebelum si Polisi mampu mencabut pistol, kerumunan masa telah memeganginya lalu menghamburkan puluhan pukulan dan tendangan brutal.
Empat orang dari anti Korupsi dan dua orang wartawan mulai berteriak-teriak memohon belas kasihan melihat perkembangan situasi.
" BERHENTI! JANGAN PUKUL! KAMI PETUGAS! JANGAN PUKUL! KASIHANI KAMI! JANGAN PUKUL"
" HAAAAGGGGHH! BLETAK BLETAK BLETAK"
Apalah arti teriakan lantang minta dikasihani saat berhadapan dengan amukan masa??. Teriakan mereka malahan disambut amukan makin besar dari kerumunan orang berwajah sangar peliharaan Juki. Anak Buah Juki tak pandang bulu lagi, senjata tajam mulai keluar, diantara mereka ada yang mengambil linggis dan memukulkan ke tubuh anggota anti korupsi. Ada juga yang mengambil pisau belati berusaha menusuk aparat.
Seorang anggota Anti Korupsi mencoba kabur. Ia berlari kencang menghindari keroyokan. Sejenak ia berhasil terhindar dari masa mengamuk.
" TOLONGG.....TOLONGGGGG KAMI...."
Ia melihat ke arah tiga orang berdiri tak jauh dari gerbang. Nalurinya sebagai manusia berusaha meminta pertolongan.
Ketiga orang itu hanya tersenyum. Salah seorang diantara mereka mengacungkan tangan memperlihatkan sebuah remote.
" TOLOOOOONGLAH TOLONNGGGG............"
Pria misterius tertawa lebar.
" teeep," remote ditekan " BOOOOM DUAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRR"
BAB 7
Juki terkejut saat mendengar bunyi ledakan. Meski kamarnya kedap suara, bunyi ledakan terdengar hingga dalam. Tembok kamar Juki ikut bergetar hebat.
Sesaat Juki menatap dulu Sheila yang masih juga belum sadarkan diri. Tanpa melepaskan ikatan tangan Sheila di ranjang Juki beranjak dari ranjang. Ledakan orgasme dahsyat yang terjadi di dalam tubuh Sheila barusan telah membuatnya pingsan dalam waktu cukup lama.
Kini Juki membungkus kembali ketelanjangannya. Segala syahwat yang tengah membuncah diredam dengan melangkah ke luar kamar. Sebatang golok panjang di balik lemari diambil agar menemani menghadapi siapa pun yang telah berani mengusik kedamaian.
Pemandangan halaman rumah teramat kacau saat Juki turun. Puluhan orang tengah bergulingan di tanah dalam kondisi mengenaskan. Sebagian besar yang masih sadar sekarang berteriak-teriak penuh kesakitan. Sebagiannya lagi telah meregang nyawa.
Juki bergerak perlahan memperhatikan tiap korban di tanah. Tatapannya datar tanpa rasa kasian. Alih-alih mengasihani korban, Juki sedang menimbang maksud dari serangan di rumahnya serta maksud tersembunyi yang menyelimuti. Sebagai seorang Politisi, Juki sangat paham bahwa maksud tersembunyi selalu memiliki kekuatan penghancur lebih besar.
Asap tebal abu-abu dari depan gerbang terus mengepul. Aroma kematian diantarkan angin semilir yang turun di senja hari. Setiap manusia selalu takut dengan suasana senja. Pergantian sinar matahari dengan kegelapan menyimpan misteri terselubung. Juki melangkah santai menghadapi pergantian alam. Ia seolah melupakan jeritan minta tolong bahkan dari sang keponakan yang terdengar penuh derita.
Sekarang pria paruh baya, penguasa wilayah selama berpuluh-puluh tahun, berdiri tegak di depan pintu gerbang. Tak dipedulikan sama sekali kekuatan jahat yang berusaha melumat kekuasaan yang telah dibangun bertahun-tahun. Golok putih panjang ditangan diangkat tinggi sebagai isyarat perang.
" SUUUUUUUUT," sebuah panah melesat cepat ke tubuh Juki menjawab tantangan yang diberikan.
" Settttt," Juki mendengar arah suara. Tanpa melihat ia mengetahui persis lesatan panah. " SAAAAATTT," panah dari arah kiri terbelah.
" SUUUUTTT....SUUUTTT....SUUUTTTT"
Juki memejamkan mata. Tiga anak panah bertubi-tubi datang. Menghadapi serangan dari tiga arah, Juki memutar golok putih. Kedua tangannya begitu lincah memutar benda yang begitu tajam.
" WUSSSS WUUSSSS WUUSSSSS," Juki memutar golok hingga berputar-putar kencang di tangan. Putaran golok dibentuk agar membentuk tameng hidup di depan tubuh.
" SLLAAAATT SLAAAT SLAAAATT"
Naluri Juki tepat. Perputaran golok dengan arah segitiga mempu menyapu semua lesatan panah.
" HUUUPP SAAAATTTT," Juki membalas sekarang. Begitu kuat ia melempar golok menembus kegelapan. Sebuah target menjadi sasaran serangan balasan.
" BRRRRUUUUGGGG," bunyi orang terjatuh menandakan lemparan Juki mengena.
" SUUUUTTT SUUUUTT SUUUTT SUUUT SUUUTT"
Serangan Juki dibalas lagi kali ini lebih keras. Lima lesatan panah menyerbu. Juki kembali mejamkan mata mendengarkan baik-baik asal panah. Begitu lincah dan lentur Juki menghindar. Pertama kali ia menyampingkan tubuh, lantas berputar-putar berusaha menangkap anak panah.
" TEEP..TEEP..TEEPP," tiga anak panah berhasil ditangkap. Satu anak panah dihindari dengan gerakan menyamping.
" SEEEETTTT HEEEEGGHH," Juki mengerang satu anak panah lolos menancap di perut.
Secepat apa pun Juki ia tak bisa mengimbangi kecepatan panah yang datang bertubi-tubi.
" HAAAAAGGGGGHHHHHHHHHHHH," meraung bagai singa Juki mencabut panah di perutnya. " TIDAKKK SAKIIT...," Juki menggeleng ke halaman kosong " TIDAK SAKIT," ia terus menggeleng.
" SEKARANG KALIAN MAKAN INI! SEEET SEEET SEEEETTT,"
Bagai pelempar pisau professional, Juki melempar tiga panah ditangannya ke tiga titik.
" BREEEEG BREEEEG BREEEEGGG," bunyi tiga orang roboh.
Serangan berhenti.
Juki berdiri tegar.
" Hmmmm," Juki menghirup nafas memanfaatkan indera penciuman berusaha mengukur racun di dalam panah.
" Panah ini beracun..sangat beracun," ia menggeleng
Juki melangkah berusahacmenutup pagar rumah seorang diri. Pagar rumah Juki begitu berat dan biasa digeser oleh beberapa orang. Tapi Juki mampu menutup pagar seorang diri dengan kekuatan tubuh.
Panah beracun tak berpengaruh.
" CKLEEEEK," Juki mengunci pintu gerbang.
" Paman.......tolong paman........,"
Sang keponakan bersimbah darah berusaha mengaitkan tangannya di kaki Juki yang hendak masuk ke dalam rumah.
" Kamu laki-laki harus kuat!," Juki menyapu tangan sang keponakan tanpa mempedulikan penderitaan yang dialami.
Juki terus melangkah.
Si Pria perkasa sempat melihat dua orang berseragam Polisi sudah tidak berbentuk lagi. Tubuh Mereka hangus terbakar.
" Mbok Yem Sini!," Juki memanggil pembantu kepercayaan yang tengah bersembunyi di balik tembok.
" Ya tuan??," Mbok Yem datang dengan wajah ketakutan.
" Gak usah takut Mbok!," Juki tersenyum menenangkan " tolong dirawat semua ya! saya mau ke kamar lagi"
Mbok Yem bisa melihat perut Juki masih mengeluarkan darah. " Tuan terluka?? saya obati dulu ya Tuan"
Juki menggeleng. " Tidak mereka lebih memerlukan bantuan Mbok daripada saya"
Begitu gagah Juki beruja.
Panah beracun memang tak pernah bisa melukainya.
Meninggalkan Mbok Yem Juki memasuki rumah langsung menaiki tangga. Ia banyak berpikir sepanjang jalan tapi belum menemukan benang merah dari semua kejadian ini.
" Ckleeekk," ditutup rapat lagi pintu kamar. Dilihatnya Sheila masih belum sadar. Juki membuka pakaiannya. Bekas luka di perut hanya diludahinya sedikit. Sekarang Juki melepaskan celanya. Penisnya telah kembali ereksi. Bagaimana bisa laki-laki ini kembali ereksi hanya dengan melihat tubuh telanjang Sheila??.
Juki kembali tersenyum sebelum mendatangi lagi tubuh sheila. Minyak angin telah dipegangnya. Ia siap membangunkan Sheila.
BAB 8
" PLAAAAK PLAAKK PLAAAAKKK" tiga tamparan keras menghantam wajah si Polwan cantik.
" Heeeegggghh," Febi tak berdaya.
Sempat tadi dia memberikan perlawanan keras tapi apa dayanya menghadapi kelima laki-laki bersenjata ditambah satu pengendara motor yang kini semuanya tengah mengerubung siap menikmati tubuhnya.
" Polwan cantik!," si penampar kini menaiki tubuhnya. " BREEEETTTT," disebek kemeja Febi dengan sekali tarik. Kemeja ketat yang sedari tadi membungkus tubuh si cantik langsung sobek menyisakan tubuh yang kini terekspose bebas. Hanya sebuah Bh berwarna putih yang sekarang menyembunyikan area sensitive bagian tubuh atas Febi.
" Sekarang kamu akan kami nikmati beramai-ramai. He he. SETUJU TEMAN-TEMAN???"
" SETUJU! AYO KITA ENTOTTT DIA!"
Kelima orang berteriak penuh gairah menyambut ajakan temannya.
" Tolong....jangan.....jangan...tolong......"
" Apa???," si penampar mendekatkan wajahnya ke wajah Febi.
" Tolong....jangan......,"
" Mmmmmm," si penampar malahan mencium Febi begitu buas. Sikap Febi yang memelas tak berdaya membuatnya bergairah. Sangat bergairah.
" Pegangi tangan dan kakinya kuat-kuat!," perintah si penampar kepada tiga orang temannya yang memegangi Febi.
" YEEESS JADI JUGA KITA NGENTOTIN NIH CEWE YEESSSSS," si pengendara motor mengambil senjata temannya lalu mengacungkannya sambil satu tangannya masuk ke moncong senjata " KITA ENTOTTT DIA SAMPE PAGI TEMAN-TEMAN YEEEES," diperagakannya gerakan coli menggunakan gagang senjata.
" HAAAAAGGGHHHH," Febi makin tak berdaya. Ia merasakan tangan-tangan berusaha menarik lepas celana panjangnya. tangan-tangan itu berhasil. Febi hampir telanjang bulat sekarang. Si penampar membuka celananya memamerkan kejantanan yang telah tegang tepat ke wajah Febi.
" Hisap barangku sayang! ayo hisap!,"
Febi menggelengkan kepalanya. Ia berusaha melawan. " Jangan...jangann eeeghhh eghhhh jangann...."
" HAAAAGGHH," terkejut Febi saat sedang berusaha melawan seuntai tali menjerat lehernya hingga menengadah sempurna ke arah penis.
" Bagus teman-teman! biar kebuka tuh mulut"
Penis tegak milik si penampar telah berada tepat di mulut Febi yang terpaksa membuka. kini tinggal satu jengkal lagi maka penis itu akan menerobos mulut si Polwan Cantik.
" HEI BANCI! BERANINYA CUMA SAMA CEWE! DASAR LAKI-LAKI TANPA KONTOL!"
Saat pemerkosaan akan segera terjadi Sebuah suara datang dari belakang. Suara seorang wanita.
" BANGKE!Loe Beresin tuh cewe! itung-itung biar ada dua cewe yang kita perkosa malam ini!...., " si penampar memberi intruksi kepada temannya yang mengendarai motor.
" TTEEEPP SSSSSS SSSSS SSSSSS....HAAAGGHH APA INI.....PTOOOKK.....AAAAGGGGHHHH"
Belum selesai si penampar bicara seekor ular besar berwarna hitam dengan desisan mengerikan jatuh dari atas pohon seketika mematuk penisnya. Dipatuk tepat di penis oleh ular begitu besar sontak membuat si penampar terjatuh dari atas perut Febi.
Teman-temannya yang lain begitu kaget sekaligus ketakutan melihat kedatangan ular hitam begitu besar. Mereka berlarian berusaha meraih senjata.
" SSSS SSSS SSSSS," ular hitam begitu cepat meliuk-liuk mengejar orang terdekat dalam jangkauan. " PTTTOOOKKK," kembali si ular mematuk kaki teman si penampar. " HAAAAAGGGGHHH TIDAAAAAAAKKK"
Mereka sekarang kocar-kacir. niat mereka memperkosa Febi berantakan dengan kehadiran si cewe misterius dan seekor ular.
" MINGGIR BIAR KUTEMBAK ULAR SIALAN INI"
Salah seorang dari mereka telah berhasil meraih senjata. Penuh kepanikan ia berusaha menembak ular hitam yang masih meliuk-liuk di tanah.
" DOOORRR"
" RRRRRRRRRRRRROOOOOOOAAAAAAARRRRRR"
" ................."
Belum sempat ia menembak secara tepat ke arah ular, seekor harimau besar keluar dari balik semak-semak. Pria yang sedang membidik ular secara brutal dimakan kepalanya oleh sosok harimau tutul yang muncul. Harimau itu begitu kuat hingga bisa memisahkan kepala dengan tubuh pria itu dalam sekali gigit. Pria satunya yang berada tak jauh dari lokasi kaget bukan kepalang melihat hewan menakutkan lain muncul. Pistol yang juga sudah dipegangnya terjatuh. Ia tak kuat menghadapi kejutan di depan mata.
" RROOOOOAAAAARRRRR CLEEEEP TRASSSSSSSS,"
Si harimau segera meloncat ke arahnya seketika memakan kepala lantas memisahkannya dari tubuh.
Ia berusaha lari kabur dari harimau besar berwarna coklat tutul yang berada di depannya. Sayang kepanikannya membuatnya terjerembab beberapa meter dari tempatnya semula. harimau besar begitu dingin melangkah perlahan dengan keempat kaki kekarnya lalu meloncat. Noluri hewani harimau menggerakkannya secara otomatis mencabik-cabik tubuh orang terakhir dan memakannya.
Si penolong, wanita berpostur tidak terlalu tinggi berjalan begitu santai menghampiri harimau besar. Dielusnya kepala hewan buas dengan begitu lembut penuh kasih sayang. Bagai bisa merasakan kasih sayang dari wanita di depannya harimau menurut menghentikan serangan mematikannya. Begitu kompak mereka melangkah bersama sang ular berbisa menghampiri Febi.
" Selamat sore Komandan! mohon maaf aku datang terlambat, tadi Tante saya tidak bisa jemput"
Febi tidak percaya wanita yang berjalan bersama harimau bisa bicara begitu tenang .
" GRRROOOOOOOOOAAAAAAAAAAR RROOAAAAARR SLEEEEPP," dipandu oleh wanita penolong harimau melemparkan kain panjang agar bisa menutupi tubuh Febi.
Si Polwan cantik tak percaya dengan sikap harimau besar yang begitu baik terhadapnya. Segera dia tarik kain yang diberikan agar bisa menutup seluruh tubuh. Perasaan Febi bercampur. Tentu si Polwan cantik sangat senang lolos dari upaya pemerkosaan tapi pemandangan ular dan harimau terlalu berlebihan baginya.
" Kebenaran Komandan tak akan kalah!," si cewe penolong membantu Febi menyelimuti tubuh.
" Terima kasih....terima kasih.....," hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari bibir Febi.
Si cewe penolong memeluk tubuh Febi erat memintanya agar tidak bicara banyak.
" walau kebenaran hendak dibenamkan dengan pembunuhan, perampokan bahkan pemerkosaan," dipeluknya tubuh Febi semakin erat" untuk para pembela kebenaran berhati tulus seperti Komandan....kebenaran akan selalu menunjukkan jati dirinya... kebenaran akan selalu muncul sebagai kekuatan Yang Tak Terkalahkan."
" RROOOAAAAAARRR,"
Harimau besar mengaum kencang mengamini ucapan wanita penalang sekaligus membuat Febi pingsan.