Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
jaman semana yo larang perdana..ane pegang hp thn 2005 itu jg msh mhl" apalagi kebawah eist..
saiki wis tua yoo kang hhh ra kroso..
 
Wiizz setting Magelang. Ane dulu smp 212(yang sebelahan sama STM kan?). Memang terkenal suka tawur.
 
Jiah... Untung tiap balik ke rumah selalu hapus history :p
 
Pagi Gan, Hu, Bro, Sist... Semangat menjalani senin ini :semangat:

Btw gue masih bingung cara bikin index yg baik dan benar. Tiap gue coba via hape kok gk bisa langsung ke post nya ya, tapi kalo lewat pc langsung deh ke post sesuai index.
Gaptek banget ya gue... hahaha ;)
Nanti gue pelajarin lagi dah apa yg salah sekalian apdet :)
Maturnuwun udah mampir dan ngebaca cerita gue yg embuh ini sembari nungguin karya master-master di LKTCP 2016 :ampun:
 
hahaa sampean alumni sana mas? jangan2 dulu kita tawuran... :hammer: :ampun:

Seingat saya pernah sekali tawuran sama anak 002. Sekitar 2004. Smoga kita bukan musuh gan. Hahaha. Lanjutkan. Banyak setting penuh kenangan di Magelang.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
9. Bimbang

Setelah kepergian Kak Siska ke Lampung, aku merasakan ada sesuatu yg hilang dari. Entah kenapa rasanya berat banget. Sering aku curhat ke Novi masalah ini, dia pun mengerti bagaimana perasaanku waktu itu.

Hari pun berganti dengan cepat. Aku semakin dekat sama Bella, aku harus bangkit. Aku gk mau mikirin Kak Siska lagi, toh disini juga banyak cewek cantik, pikirku simple waktu itu.

Tiap hari aku sama Bella sms-an sekedar tanya kabar, tanya lagi ngapain, dan sms absurd lainnya. Pernah Bella minta tolong suruh jemput pulang les, tanpa ragu aku pun langsung menjemputnya.

Beberapa hari ini aku sangat sibuk sekali. Selain mempersiapkan diri untuk Ujian kenaikan kelas yg telah aku lalui, aku juga dipusingkan dengan acara pentas seni tahunan yg akan diadakan di sekolahku. Sebenernya aku gk mau jadi panitianya tapi Novi maksa buat ikutan, daripada gk ada kegiatan juga aku menerima ajakan Novi buat jadi panitianya, lumayan jadi gk mikirin Kak Siska terus.

Hampir tiap hari aku bersama beberapa panitia pensi berkunjung ke berbagai instansi untuk menggandeng mereka dalam acara tahunan ini. Syukurlah sebagian besar bersedia untuk menjadi sponsor acara tersebut.

Teman-temanku hanya terpana saat aku dan Novi mempresentasikan acara yg direncanakan itu kepada manajer-manajer perusahaan yg membuat mereka yakin bahwa bisa menjalin kerja sama dengan kita. Semua tak menyangka bahwa Adit yg terkenal 'bejujak' ini bisa meyakinkan para sponsor untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Sebenernya sih ini kerjaan Novi juga, gimana gk setuju lha yg kita datengin aja anak perusahaan Ayah si Novi, hahaha. Ide gaet sponsor pun dari Novi, emang pinter deh tu anak.

Ujian kenaikan kelas berhasil aku lewati dengan lancar. Begitu pula dengan Bella, Ujian kenaikan kelas ini menurutnya hanya pemanasan saja untuk menempuh tahun ajaran baru. :gila:

----

Kelas meeting di semua sekolah pasti akan selalu menyenangkan. Setelah pagi tadi diadakan lomba bola basket dan sepak bola antar kelas, saat ini sedang berlangsung kompetisi band yg diikuti oleh siswa-siswi sekolah. Banyak lho ternyata yg berbakat main band disini.

"Wah keren banget ya Dit class meeting tahun ini..." Kata Kak Fara yg tiba-tiba aja ada di sampingku melihat adik kelasnya tampil di panggung sederhana.

"Iyaaa dong! Siapa dulu panitianya?" Kataku pongah.

"Hehehe... Percaya deh!"

"Oiya Kak, udah ada rencana kan mau lanjutin SMA dimana?" Tanyaku.

"Eemmm... Paling juga ke SMA 123"

"Wah keren tuh..."

"Tapi liat besok lah, nilai aja belum keluar!"

"Iya sih...."

"Eh Dit... Siska bener jadi pindah ke sumatra? Ke Lampung ya?"

"Iya Kak..."

"Wah sedih dong kamu..."

"Hehehe..." Aku hanya tersenyum. Jujur sedih juga Kak Siska pergi, tapi mau gimana lagi. Itu sudah keputusannya.

Kami terdiam sejenak, kulihat kak fara sedang mengamati perform adik kelasnya itu. Sedangkan aku melamun, pikiranku jauh menerawang seorang yg mungkin spesial buatku. Benar aku masih ABG, tapi seorang ABG sepertiku bisa juga kok merasakan kehilangan. Njiiir galau aku. :((

---

Siang ini setelah beberapa lomba selesai dilaksanakan, aku nyempetin ke ke warung kelapa muda si emak buat ketemuan sama Bella. Tadi di sms aku ngajakin nonton pensi di sekolah, tapi dengan berbagai alasan ia menolak ajakanku itu. Coba deh aku ngomong langsung.

"Itu kan acara sekolah kalian! Malu lah kalo murid dari sekolah lain ikutan nonton..." Kata Bella.

"Iya sih Bell... Tp bebas kok, siapa aja boleh nonton..."

"Enggak ah..."

"Ayolah Bell..."

"Malu Dit, serius!"

"Iya deh... Emm... Gimana kalo minggu depan kita keluar?" Ajakku.

"Weiit... Kemana nih? Ucap Bella penasaran.

"Emm... Ada deeh.."

"Serius ah, kemana Dit?"

"Hahaha ya besok deh aku kasih tau..

"Bener ya! Awas bohong!"

"Iya..."

---

Malam Pentas Seni

Akhirnya malam yg ditunggu-tunggu oleh setiap siswa-siswi SMP 002 telah tiba. Malam Pentas Seni sebagai puncak dari seluruh rangkaian acara tahunan dan sekaligus untuk perpisahan anak-anak kelas tiga akan segera berlangsung.

Sore tadi aku dan kawan-kawan telah selesai mempersiapkan segala sesuatunya demi kesuksesan acara ini.

Mulai dari dekor panggung, lighting, konsumsi, dan berbagai persiapan lain semua telah beres. Tinggal menikmati hasil kerja keras kami saja malam ini.

Terlihat beberapa siswa yg telah hadir.

"Waahh... Rame ya acara tahun ini..." Ucap Novi melihat antusias murid-murid lain.

"Iya dong... Siapa dulu ketua panitia nya!" Sahut Andra sang ketua panitia.

"Yee... Ide siapa dulu dong!" Seru Vita yg mempunyai ide tema panggung malam ini.

Suasana benar-benar meriah. Terlihat ada beberapa murid yg kumpul menggerombol, ada yg asik foto-foto, ada juga yg diam-diam menenggak minuman keras di toilet sekolah. Kalo yg ini pasti genknya Kak Jefri.

"Nyoh Dit diombe sik... (Nih Dit diminum dulu...)" Ucap Kak Jefri memberikan satu sloki minuman setan.

"Wah sangar iki topine wis miring, hahaha... (wah sangar nih udah miring aja topinya)" Kataku lalu menenggak air kedamaian itu.

"Iso keren ngene acarane Dit... (bisa keren gini acaranya dit..)" Puji Kak Jefri.

"Wolajelas sopo dulu panitiane..."

"Hahahasu..."

"Aku balik ke panggung sik ya bro, ngontrol suasana!" Ucapku pamit, bisa gawat kalo disini. Yg ada malah tepar aku diracun demit-demit ini, haha.

Sementara itu di panggung juga tengah berlangsung pertunjukkan dari siswa-siswi sekolah ini.

Pada awal acara tadi telah dibuka dengan berbagai macam tarian daerah yg ditampilkan oleh anak-anak ekskul kesenian, ekskul lain pun juga tak mau kalah lho, juga dengan anak kelas satu, mereka juga menampilkan ketoprak yg lucu abis.

Setelah beberapa anak menunjukkan kebolehannya masing-masing. Tibalah saatnya ekskul musik unjuk gigi.

Aku duduk di kursi yg sengaja kuletakkan disamping pohon beringin agar bisa 'enjoy' menikmati hasil kerja kerasku untuk acara ini. Dari sini aku dapat melihat indahnya panggung yg dihiasi berbagai macam bunga dan gemerlap lampu itu. Wah bakat jadi EO juga aku ternyata.

Nampak Kak Fara yg naik ke panggung mewakili ekskul musik. Aku baru ingat kalo dia juga ada di list pengisi acara malam ini.

Ia menggunakan dress berwarna hitam, rambutnya diikat sedikit di bawah, jadi bagian tengahnya seperti mengembang. Terlihat anggun, sangat anggun.

Dia duduk di kursi yg ada di tengah panggung, di depannya ada sebuah piano yg baru saja disiapkan oleh seksi acara.

Lalu nampak ia mengatur letak stand mic di depan wajahnya agar pas. Suasana semakin meriah dengan tepukan riuh para penonton menyambut sang primadona ini diatas panggung.

"Cek..." Kak Fara mencoba mengetes sound.

Terlihat ia memejamkan matanya sejenak. Lalu perlahan bibir tipisnya mulai bergerak mengucapkan sesuatu.

"Sebuah lagu untuk seseorang yg spesial, dan dia ada di sini..."

Kemudian terdengar sebuah intro lagu yg sangat populer dimasa itu.

"Aku gak mau menjadi setan yg menakutimu..."


Lalu tepukan penonton gemuruh menyambut rival Kak Siska ini. Sayang dia udah pindah. Padahal suaranya oke banget tuh. Jadi kangen gini ya aku...

"Aku gak mau menjadi iblis yg menyesatkanmu..."

Suara indahnya terdengar nyaman ditelinga, lamunanku tentang kak siska pun hilang seperti tersihir oleh performa Kak Fara ini.

Terlihat matanya yg tajam fokus ke arah piano yg ia mainkan. Nada-nada yg keluar benar-benar mampu menghipnotis semua orang disini. Dia aransemen ulang lagu dari slank itu sehingga lebih enak dibawakan olehnya.

"Yang aku mau kau mencoba
tuk mengenal aku.."


Sorot matanya tiba-tiba memandangku tajam.

"Yang aku mau kau belajar
Tuk mencintai aku tulus dan apa adanya..."


Tatapan matanya masih memandang ke arahku. Entah apa maksudnya, tapi aku yakin Kak Fara memang sedang menatapku. Wah jangan-jangan lagu ini memang buatku. Ah gk lah, aku aja yg kepedean. Mana mungkin...

"Aku gak ingin seperti api membakar hatimu...
Aku gak ingin seperti duri yg melukaimu..."


Kulihat Novi yg ada di depanku pun menoleh kearahku. Seakan ia juga mau bilang "itu lagu buatmu bego!".

"Yang aku tahu ku mencoba terbuka...
Yang aku tahu ku sengaja tuk slalu bicara jujur dan apa adanya..."


Lagu itupun nampak akan selesai, ia pelankan tempo pianonya. Lalu disambut tepukan tangan seluruh penonton, dan tentu saja aku juga ikut memberi applaus untuknya.

Kemudian dia tertunduk setelah menyelesaikan not terakhir lagu itu. Namun jarinya terlihat kembali bergerak menekan piano tersebut. Nada indah pun kini terdengar lagi, namun kali ini terdengar menyayat hatinya.

"Aku bisa saja seperti virus yg melumpuhkanmu..."

"Prookkk... Prookkk... Prokkk...."


"Terima kasih...." Ucapnya singkat menyelesaikan performa yg menawan itu dengan senyuman manisnya.

Sempurna... Ucapku dalam hati melihat penampilannya yg memang istimewa. Novi noyor kepalaku gk tau apa maksudnya. Aneh ni anak.

Acara malam ini terus berlangsung, satu demi satu murid-murid di sekolah ini telah menampilkan semua kebolehannya. Hingga akhirnya acara pun usai pada jam 11 malam setelah performa band indie sebagai bintang tamu.

Setelah anak-anak lain pulang, aku dan teman-teman panitia tetap bertahan disini untuk membersihkan sisa-sisa hiruk pikuk kemeriahan pesta malam ini.

"Prapto dimana Dim kok gk kelihatan?" Tanyaku ke Dimas yg lagi beres-beres.

"Tepar, cah e turu neng kelas!"

"Owalah jamput!"

----

Hari terus berganti, dan akupun makin dekat dengan perempuan cantik pujaan hati berparas cantik bernama Bella.

Akhir-akhir ini aku sering janjian bertemu dengannya di Alun-alun hanya untuk sekedar minum es kelapa muda. Beberapa kali pula aku menjemput Bella dari tempat lesnya, padahal ujian juga udah lewat, ntahlah aneh tu bimbel. Berkali-kali juga aku mendapat sms ucapan terima kasih dari Bella.

Dering telepon masuk membangunkanku pagi ini. Terlihat masih samar-samar jarum pendek jam dinding di kamarku berhenti di angka 4.
"Gilak siapa sih iseng amat jam segini telpon!?!?" Gerutuku.

Kucari sumber suara yg berasal dari samping bantal. Perlahan kulihat layar hitam-putih di handphone milikku, aku mulai tersenyum kecil membaca nama kontak yg memanggilku sepagi ini.

"Iya... Bellaaaa..." Ucapku masih setengah sadar menjawab telepon darinya.

"ADIIIT BANGUUN! Udah Shubuh tau!" Seru Bella dalam telepon.

"Iya Bell iya..."

"Tuut... Tuutt... Tuuut..."

"...."

Telepon tiba-tiba terputus, dan aku masih tak percaya Bella meneleponku sepagi ini hanya untuk mengingatkan sholat shubuh. Ada perasaan gembira ketika seorang perempuan yg aku dambakan ternyata mengingatku di pagi hari.

Walau tadinya sedikit kesal karena membangunkan tidurku lalu secara sepihak memutuskan lagi teleponnya, namun hmmm... More than words perasaanku pagi ini.

Dengan langkah tegap aku berjalan menuju kamar mandi. Kali ini aku membangunkan Ibu untuk sholat shubuh. Ibu nampak keheranan melihat anaknya serajin ini.

"Ini kamu gk lagi kesurupan setan kan?" Kata Ibuku.

"Giliran anaknya rajin malah dikatain mulu," jawabku kesal.

Sesuai janjiku minggu lalu, hari ini aku berjanji mengajak Bella ke suatu tempat. Aku berencana mengajaknya ke air terjun Sekar Langit. Sekar Langit dalam bahasa jawa mempunyai makna yg cukup indah. Sekar berarti bunga dan Langit berarti langit. Maka jika diterjemahkan berarti bunga yang turun dari Langit. Seperti halnya Bella, dialah bunga persembahan dari langit yg dikirim oleh Tuhan untuk menghiasi hari-hariku. :)

Sekar Langit merupakan nama air terjun di daerahku. Air terjun yg berasal dari tetesan mata air puncak Gunung Telomoyo, gunung yg membatasi antara kota Salatiga dan Kabupaten Magelang di Jawa Tengah.

Dulu saat awal masuk SMP, aku pernah berkunjung di tempat ini bersama kawan-kawan kampungku. Selain memiliki pemandangan yg sangat indah, di tempat ini ada sesuatu yg ingin aku perlihatkan kepada Bella. Semoga saja ia suka...

Setelah mengendarai motor kurang lebih 60 menit dari rumah Bella, akhirnya kami sampai di kawasan air terjun Sekar Langit.

Selama perjalanan menuju lokasi tersebut, tak henti-hentinya sesosok cewek berkepribadian unik ini menanyakan hal-hal yg cukup membuatku pusing.

"Hah!" Kata pertama yang Bella ucapkan ketika sampai di depan pintu gerbang Air Terjun Sekar Langit.

"Kok murah sih Dit? Padahal indah banget gini tempatnya," ucap Bella sambil memandang pegunungan yg nampak gagah mengawasi kami berdua.

Untuk masuk ke Sekar Langit kami cukup membayar tiket masuk lima ribu. Dan Jreeeng, kukeluarkan uang pecahan sepuluh ribuan untuk membayar tiket masuk kami berdua.

Dari pintu masuk, kami masih harus berjalan kaki menapaki jalan setapak kira-kira 1km.

Sepanjang perjalanan dari pintu masuk, Bella nampak sibuk mengamati indahnya pemandangan sekitar yg masih nampak alami.

Kami di manjakan dengan hijaunya tumbuhan bambu dan berbagai pohon yg jarang ditemui sehari-hari. Suasana hening di jalan setapak ini menambah rasa penasaran Bella untuk melihat Air Terjun Sekar Langit itu.

"Wuiiih... Masih ada juga ya tempat sekeren ini," kicau Bella santai.

"Ya iyalah, makanya jangan les melulu!"

"...."

"Dit itu pohon apa sih?" Tanya Bella penasaran sambil menunjukkan jari telunjuknya yg lentik ke arah salah satu pohon besar di depan kami.

"Apa ya... Pohon zaman dulu pokoknya Bel!" Jawabku asal.

"Kok zaman dulu sih? Trs berapa dong umurnya?" Tanya Bella lagi.

"Seratus tahun kayaknya!"

"Kok Belum mati ya Dit?" Ucap Bella santai.

"Panjang umur Bell... Disini sehat gk ada yg ngeracun." Jawabku sembarangan.

"Bener-bener deh ni anak," gumamku dalam hati. Otak sih kayaknya encer, tapi kok koplak ya.. hehehe.

"Ooooh gitu ya..." Kicau Bella menanggapi jawaban asalku.

"Iya... Gitu!"

"Air terjunnya mana sih Dit? Masih jauh ya?"

Akhirnya pertanyaan normal manusia pada umumnya pun muncul.

"Bentar lagi Bell, udah deket kok," Jawabku halus.

"Kok air terjun adanya di gunung kayak gini ya..."

Haduuuh mulai lagi deh... Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, Bella nampak ingin mengatakan sesuatu lagi, terlihat dari gerak-gerik bibir dan matanya.

"Foto yuk Dit!" Ajak Bella.

"Kayak anak kecil aja sih foto-foto segala!" Kicauku.

"Ayolah... pliss..."

Akhirnya karena sudah cukup lelah meladeni pertanyaan-pertanyaan Bella, aku pun "iya-iya" aja dan berhenti sejenak untuk berfoto ria di jalan setapak ini menggunakan tustel yg dia bawa. Jaman segitu mana ada hape kamera gan.:hammer:

Setelah puas mengabadikan momen-momen yg indah, kami pun lantas melanjutkan perjalanan di jalan setapak ini.

Suara burung yg bersahut-sahutan sangat merdu terdengar bagai orkestra musik yg indah melantun melewati rongga-ronngga telinga.

Kami kembali berhenti sejenak ketika sampai di jembatan penyeberangan yang dekat dengan lokasi air terjun. Kami sempatkan berfoto di jembatan ini yang agak mirip dengan jembatan Ampera versi mini. Alas dari jembatan ini terbuat dari bambu kering, sedikit ngeri sih karena ketika dilewati agak bergoyang.

"Diiiittt... Jangan reseh deh!" Ucap Bella saat aku meloncat-loncat di atas jembatan yg otomatis membuat jembatan ini bergoyang.

"Hahaha takut ya?" Kicauku santai.

"Udah Dit udah, nanti jatuh!" Kata Bella ketakutan.

Setelah melewati jembatan dan puas menggoda Bella, kami harus menaiki beberapa anak tangga yg sengaja dibuat pengelola wisata untuk memudahkan wisatawan mencapai lokasi air terjun.

Dari anak tangga ini bisa terdengar suara gemuruh air yg jatuh dari atas tebing. Bella nampak semakin antusias ketika mendengar suara gemuruh air tersebut. Walau harus beberapa kali mengusap keringat yg ada di kepala, namun kebiasaan Bella berolahraga membuat semua ini jadi mudah.

Dan akhirnya sampailah kami di titik terakhir, yakni Air Terjun Sekar Langit. Terbayar sudah rasa capek dan lelah kami ketika melihat air yang jatuh dari ketinggian.

Gemuruh air yang jatuh membuat tempat yg indah dan sunyi ini menjadi panggung konser alami berbagai ciptaan Sang Maha Kuasa. Bebatuan-bebatuan besar nampak gagah berjejer mengelilingi sungai yg mengalir di sekitar air terjun itu. Bella nampak kagum melihat keindahan alam yg sedang ia tonton. Mungkin kalo jaman sekarang pasti deh Bella ngluarin kertas dan nulis "Indonesia itu indah jangan dirumah aja" lalu diposting deh, hehe.

"Sini Bell..." Ajakku.

"Ngapain kamu?"

"Basuh mukamu dulu dengan air ini Bell, seger!"

"Ok... Bentar-bentar," kata Bella seraya berjalan ke arahku.

"Wuuuuiihhh..." Dingin banget! Segerrrr!"

Dinginnya air membuat kami kembali segar setelah membasuh muka dengan air alami dari pegunungan ini.

Saking senangnya Bella di tempat ini, ia tak menghiraukan beberapa pengunjung lain.

Sesuka hati ia mengambil gambar jeprat-jepret kesana-kemari, rasa senang dan gembira terpancar jelas dari raut wajah cantik yg selalu ditunjukkannya itu.

"Diiit... Kamu kok gk bilang dari dulu sih ada tempat sebagus ini?"

"Hehehe... Kamu suka Bell?"

"Renang yuk Dit!" Ajak Bella.

"Yg bener aja, mati beku kita renang disini!" Kataku menolak ajakan Bella.

"Yaah... Terus mau ngapain kita?"

"Bentar... Kita duduk-duduk dulu istirahat, habis itu ada yg mau aku tunjukkin ke kamu."

"Apaan tuuuh?" Tanya Bella penasaran.

"Rahasia! Hehe"

Kami duduk diatas batu paling besar yg terdapat di sungai hasil aliran air terjun ini. Cipratan-cipratan halus dari air yg turun membuat wajah kami sedikit basah. Seperti gerimis, namun lebih segar.

Dengan modal bekel yg Bella bawa, kami asik mengobrol serta memakan bekel tersebut.

Suasana disini lumayan sepi, kurangnya publikasi dari pengelola membuat tak banyak orang mengetahui pesona alami yg terdapat di sudut kota ini.

Setelah puas menikmati bekel yg kami makan, aku pun mengajak Bella untuk melihat sesuatu.

"Bell, kita naik batu itu ya..."

"Hah? Yg bener aja Dit! Jatuh nanti!"

"Enggak kok, cuma sampai batu itu doang, hati-hati makannya!" Kataku seraya menunjuk batu besar di tengah air terjun itu.

"Mau ngapain sih, aneh-aneh aja!" Keluh Bella.

"Ayok ah, nanti kamu juga tau!"

"Aman kan Dit?"

"Iya... Aman kok, tenang aja!"

Dengan sedikit ragu akhirnya Bella menyanggupi ajakanku itu. Perlahan kami jalan ke arah air terjun dan menyusuri sungai yg sangat dingin.

Bella nampak was-was saat berjalan di tengah sungai yg hanya selutut ini. Tak lama, kamipun tiba tepat di samping air terjun.

Aku mulai menaiki batu pertama yg menjadi tumpuan untuk naik ke beberapa batu berikutnya.

"Yuk naik Bell!" Kataku seraya mengulurkan tangan ke arah Bella.

Sebenarnya tak sulit mendaki bebatuan-bebatuan besar ini, terlebih di sekitar kami ada akar-akar pohon yg bisa dijadikan pegangan.

Cipratan-cipratan air yg kami dapat membuat suasana seperti hujan deras yg semakin memacu semangat kami.

Nampak Bella sedikit kesusahan, namun bukan Bella namanya jika patah arang. Dengan gigih ia mendaki batu-batu besar yg kokoh berdiri mengawasi jutaan kubik air yg jatuh ke dasar sungai.

"Ya ampuun... Indah baget Dit..." Kata Bella ketika sampai di tempat yg aku maksud.

"Gimana Bell? Keren kan?"

Dari atas sini kita bisa melihat pesona alami yg sangat menajubkan. Terlihat jelas aliran sungai yg sangat jernih mengalir menembus rimbunnya pepohonan hijau yg berada di sekitar area ini.

Dengan mengenakan baju yg basah akibat terkena percikan-percikan air membuat kami agak kedinginan. Ditambah dengan hembusan angin pegunungan, hmmmmm ingin sekali rasanya memeluk Bella.

"Bell... Liat ini deh!"

"Iya bentar," ucap Bella seraya menoleh ke arahku.

"Diiiit... Itu..." Kata Bella histeris.

"Aku boleh nyentuh?" Imbuh Bella lagi.

Ada tetesan air di pipinya, ntah itu air matanya atau dari percikan air terjun yg berada tepat di samping kami ini, yg jelas senyuman manis terpancar indah mengalahkan keindahan apapun yg berada disini.

"Kayak gini ya rasanya bisa nyentuh pelangi..." Ucap Bella dengan tangan yg berusaha menggemgam erat sang pelangi.

"Gimana Bell... Sekarang bisa nyentuh pelangi kan?"

"Makasih banget ya Dit... Aku gk tau ini nyata atau cuma ilusi, tapi sumpah aku gk nyangka kamu ajak aku liat ini. Nyaman banget rasanya..." Kata Bella haru.

Dulu memang Bella pernah ngomong kalo suka banget sama pelangi. Makanya sengaja aku ajak kesini biar dia bisa nyentuh. Keren ya gue? Haha.

"Iya Bell sama-sama... Tuh liat sekarang pelanginya ada di tanganmu..."

"Iya... Makasih banget ya..." Kata Bella haru.

Cukup lama juga kami ditempat ini, ada sekitar 20 menit Bella terus memandang pelangi yg berada tepat di depannya dengan sesekali menembuskan tangannya melewati warna-warni indah itu.

Percikan air di sekitar air terjun itulah yg menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya matahari yang bersinar. Memang sangat indah proses alam yg Tuhan ciptakan ini.

Akhirnya karena waktu juga semakin sore, kami pun kembali turun dan harus segera pulang dari tempat yg spesial ini.

"Makasih ya Dit..." Ucap Bella ketika berjalan pulang melewati jalan setapak yg kami lalui tadi.

"Iya... Sama-sama" Jawabku seraya mengusap rambut indah miliknya.

Setelah selesai mengganti pakaian yg basah, kami pun langsung tancap gas untuk pulang.

Terasa sangat spesial hari ini, sangat bahagia rasanya melihat Bella yg riang seharian tadi. Selama perjalanan pulang, Bella terlihat kelelahan. Hanya sepatah-dua patah kata yg keluar dari mulutnya. Sekitar pukul 17.30 WIB sampailah kami di depan rumah Bella.

"Masuk dulu yuk Dit..." Ajak Bella ketika sampai di depan rumahnya.

"Udah mau maghrib Bell... kapan-kapan aja ya, yg penting udah tau rumahmu, hehe"

Aku pun langsung menggenjot motorku dan pulang ke rumah sebelum matahari terbenam. Senang sekali rasanya hati ini, moment-moment indah bersama Bella tadi membuatku mabuk kepayang.

"Weits... Ibu kemana nih?" Gumamku sendirian tatkala melihat rumahku yg sepi.

Tak lama kemudian ada seorang tetangga datang menghampiriku dengan menyerahkan kunci rumah yg dititipkan Ibu.

"Ibu ke rumah Bude Marni Dit, tadi dijemput Pak Likmu! Katanya nginep," kata tetanggaku itu lalu menyerahkan kunci.

"Oh... Maturnuwun Pak!"

Setelah ia pergi akupun masuk ke dalam rumah, kemudian menyalakan lampu-lampu yg menerangi setiap sudut rumah sederhana ini.

Rasa lapar yg melanda membuatku menuju ke arah dapur. Namun sialnya tak ada makanan apapun yg tersedia.

"Sial!" Keluhku sendirian seraya berjalan menuju kamar.

Kurebahkan badanku di atas ranjang yg empuk ini sambil membayangkan wajah cantik Bella. Sedang asyik berkhayal, tiba-tiba terasa getaran disaku celanaku. Kayaknya ada sms nih.

From: Gatot Asu
Cuk nandi? Rumahku skrg! Pesta ono linda!

To: Gatot Asu
Otw


Njiiiiir ternyata Gatot ngajakin pesta. Mana katanya ada linda lagi. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju rumahnya yg udah pasti sepi. Padahal sebenernya capek plus laper waktu itu, tapi mau gimana lagi ada linda juga, lumayan bisa 'mbati' nanti.

Linda ini adalah cewek RT sebelah yg memang doyan mabok. Umurnya setahun lebih tua dariku. Cakep anaknya. Ya kalo jaman sekarang sih bahasa kerennya kimcil.

Setelah kukunci pintu rumah, aku langsung menuju rumah Gatot. Karena memang keluarganya gk ada, aku langsung masuk ke rumahnya.

"Wuiiihh... asyik nih!" Ocehku saat masuk ke rumah Gatot.

"Eh Adit... Sini duduk sini..." Ucap Linda yg wajahnya udah merah.

Aku deketin deh Linda yg malam ini seksi abis. Dia cuma pake hotpant dan kaos tipis banget. Ketika aku duduk di sampingnya udah bau alkohol aja dia. Wah udah mabok nih anak. Aku juga mabok ini lihat pahanya yg putih mulus. Apa aku pegang langsung ya... Si Jono udah gerak-gerak aja di dalam sana.

"Gatot mana Lin?" Tanyaku basa-basi.

"Lagi dikamar tuh sama Erna..."

"Oh ada Erna juga?"

"Iya..."

Erna ini juga satu perguruan sama Linda. Duo iblis deh kataku. Erna gk kalah cakep, tapi urusan body Linda juaranya diperguruan kimcil santosa ini :p

"Nih diminum dulu Dit..." Ucap Linda memberikan satu sloki minuman setan kepadaku yg baru saja ia tuang.

"Iya..."

Kamipun ngobrol sambil minum di ruang tengah. Sedangkan Gatot masih dikamarnya bareng Erna.

"Gatot lama banget Lin di dalem?"

"Iya tuh bikin pengen aja!" Oceh linda asal, njiir aku juga pengen kali lin.

"Pengen apaan Lin?" Tanyaku mancing, kudekatkan wajahku ke telinganya, paha mulusnya kusentuh pelan. Tiba-tiba ia menolehkan wajahnya, kitapun berciuman. Tanganku mulai bergereliya mencari sesuatu yg empuk-empuk. Linda gk menolak ketika tanganku masuk meraba branya. Kemudian kuremas pelan sesuatu yg empuk itu. "Ahh..." Desah linda pelan.

Andai ada mbak laras disini pasti bisa threesome deh.. :hammer:

Wajahnya yg makin merah membuatku semakin bergairah. Kujilat lehernya, tanganku mulai meraba perutnya lalu turun melepaskan kancing celana hotpant nya.

"Aku copot ya Lin..."

"...." Linda hanya mengangguk pasrah.

Kini linda hanya memakai celana dalam warna pink dan kaos tipisnya. Kurogoh isi celana dalam linda pelan. Bulu-bulu tipisnya terasa di sekitar area berbahayanya. Kuremas pelan lalu kumainkan jariku di bibir vagina yg telah basah milik linda.

"Diit... Ahhh...."

Tangan linda kini bergeriliya masuk kedalam celanaku. Si jono yg udah gk sabar pengen kenalan akhirnya disapa juga sama tangan linda.

"Ah.. terus lin..." Ucapku saat linda mengocok si jono.

Linda beranjak dan mendekatkan wajahnya ke jono, si jono pun makin girang. Kepala si jono dijilat lalu tiba-tiba jono udah ilang aja, masuk ke dimensi lain dia.

Ada sekitar lima menit linda ngajak jono ke dimensi lain. Kemudian kupegang si jono lalu mengarahkannya ke selangkangan Linda yg udah ia buka lebar-lebar diatas sofa.

"Blesshh..."

"Ahhh....." Desah linda pelan saat si jono masuk ke pintu galaksi lain.

"Pelan Dit...." Ucap Linda manja.

Kugerakkan pinggulku agar jono masuk lebih dalam lagi. Dan erangan linda pun makin jadi. "Uhhhhh...."

Sejenak kubiarkan jono diam di dalam sana. Lalu kugerakkan lagi pinggulku maju mundur. "Ahhh.... Ohh..."

Beberapa saat kemudian, Linda mengisyaratkan untuk berhenti. Lalu ia memposisikan dirinya seperti sedang sujud. Berkat bokep yg selalu aku tonton, aku paham apa maksud linda.

Pantat linda terlihat semok dalam posisi nungging seperti itu. Kuarahkan jono menuju lubang itu lagi. Rasanya anget, sensasinya beda jika posisi seperti ini. Kali ini kupompa si jono lebih cepat. "Ahh... Uhh... Oh..." Erangan Linda makin keras.

Beberapa saat kemudian terasa getaran hebat ditubuhnya. Akupun merasakan akan mencapai klimaks. Daripada keblabasan kucabut si jono keluar dan pas banget muntahan si jono banyak yg keluar membasahi sekitar pinggang dan pantat linda.

Lindapun terkapar lemas berbaring di atas sofa. Sedangkan aku duduk disampingnya sambil menghelai rambutnya.

Beberapa menit kemudian kami sudah berpakaian lengkap. Linda tampak masih tepar ntah karena lelah habis uhuk-uhuk atau karena efek minuman setan itu.

"Wah menang banyak koe Su!" Ucapku melihat Gatot yg udah keluar dari kamarnya.

"Apaan sih Dit..." Timpal Erna yg malu-malu.

"Njiiir... diapain tuh Linda su?" Tanya Gatot.

"Enggak aku apa-apain... Orang dianya mabuk gitu..." Kataku bohong.

Setelah itu Erna mengajak Linda balik, Linda parah banget waktu itu. Si Erna sampai memapah Linda.

"Yowis aku juga balik yo cuk!" Ucapku pamit juga.

"Gk tidur sini wae su?" Tawar Gatot

"Ada Mbak Laras mau aku... haha..."

"Gundulmu su!"

"Yowis aku balik sik yo..."

"Yo ati-ati su!"

Akupun pergi meninggalkan rumah Gatot. Saat mau buka gerbang, terdengar Gatot teriak dari dalam.

"Asuu! Apaan ni lengket gini! Adiiitt asu koe!"

"Hahaha..." Akupun lari kabur pulang.

-----

Juli 2003

Setelah pengumuman kelulusan kelas tiga beberapa hari yg lalu, kini tibalah saatnya pembagian raport untuk kelas satu dan dua.

Hari ini aku berangkat ke sekolah dengan persaan yg sedikit was-was takut jika aku tinggal kelas. Tapi masa sih? Nilaiku aja bagus-bagus. Tapi kalo kelakuan mempengaruhi nilai bisa mampus aku! Bisa gagal deh aku tepatin janji ke Ayah kalo aku bisa masuk 5 besar.

Pengumuman juara dan rangking dilaksanakan dikelas masing-masing oleh wali kelas. Bu Lisa sebagai wali kelasku menyebutkan para juara di kelas ini. Semua murid nampak gelisah.

"Rangking sepuluh, Budi Irawan," ucap Bu Lisa dari depan kelas.

"Rangking senbilan, Lira Fitria...."

"Rangking delapan, Tomi Baskoro"

"Rangking tujuh, Dewi..."

"Rangking enam Rangga..."

"Ranking lima, Novita..."

"Wuiiiihhh Nov gilak hebat Nov!" Pujiku dari belakang tempat duduknya.

Nah, pas pembacaan rangking keempat ini Bu Lisa sedikit memberikan jeda.

"Rangking empat... Adit Setyo Abadi..." Ucap Bu Lisa tersenyum ke arahku.

"Haa??"

Anak-anakpun tepuk tangan menyambut kejeniusanku. Hahaha.

"Asu! Bisa-bisanya dapet rangking kampret! masih gk percaya aku!" Umpat Prapto iri.

"Makan-makan nih kita!" Ucap Dimas yg udah berdiri disampingku aja.

"Hahahaha... Adit gitu loh, aku ini jenius sebenernya..." Kataku sedikit pongah.

"Selamat ya Dit..." Ucap Novi dari bangkunya.

"Kamu juga selamat Nov.. Hebat kamu rangking lima!" Kataku membalas ucapan selamat dari Novi.

"Udah deh males aku denger kata rangking-rangkin mulu!" Potong Prapto tiba-tiba.

"Hahahaaha...." Aku dan Novi pun tertawa sadar kalo Prapto gk dapat rangking kelas.

"Sakne koe Prap, adoh-adoh mung ra oleh opo-opo... (Kasian kamu Prap, udah jauh-jauh tapi gk dapet apa-apa...)" Ejekku ke Prapto.

"Hhmmm...."

"Yaudah yuk kita makan-makan... Aku traktir deh, itung-itung merayakan kenaikan kelas kita!" Ajak Novi.

"Wuiiihh... Yuk-yuk!" Ucapku dan Prapto kompak.

Setelah mendapatkan pengarahan tentang liburan dan persiapan ke kelas tiga dari Bu Lisa, kamipun memutuskan pergi ke salah satu kedai makanan yg cukup terkenal di kota ini. Kebetulan hari ini si Novi membawa mobilnya ke sekolah, jadi lumayanlah bisa ngirit.

Orang tua wali pun datang ke sekolah, tapi kita malas nungguinnya, mending cabut orang udah jelas naik kelas tanpa syarat.

Sesampainya di kedai tersebut kami duduk di salah satu gubug yg memang disediakan oleh pihak kedai. Tempat ini cukup unik, bukan seperti rumah makan atau kedai pada umumnya.

Di kedai ini ada sekitar lima belas gubug kecil untuk pengunjung dan ada satu bangunan utama untuk tempat pemesanan maupun kasir. Pokoknya asik deh.

Terlihat Novi masih menulis berbagai macam pesanan. Entah apa yg ia pesan, aku dan Prapto ngikut aja.

Tak lama kemudian pelayan datang menghampiri kami untuk mengambil daftar makanan yg kami pesan.

"Dit... Liburan kemana nih?" Tanya Novi kepadaku.

"Emm... Dirumah aja kok, kamu sendiri jadi ke Surabaya?"

"Jadi dong... Lusa aku berangkat." Jawab Novi.

"Nah kalo kamu su?" Tanyaku kemudian ke Prapto.

"Aku sih balik Jogja aja..." Jawab Prapto sambil maenin hapenya.

"Wah bakal kesepian nih aku..." Keluhku.

"Lha kan ada Bella... Bisa sepuasnya tuh kalian maen..." Ucap Novi.

"Dia kayaknya mudik juga deh ke Semarang..." Jawabku lesu.

"Hahaha... Kasihan! Eh ngomong-ngomong belum kamu tembak juga Dit si Bella?" Tanya Novi lagi.

"DEG!" Entah kenapa jantungku seperti berhenti berdetak. Iya... Aku belum nembak Bella.

"Heeehh kok malah diem aja sih!" Seru Novi mengagetkanku.

"Emmm... Aku gk berani Nov.."

"Kenapa?"

"Gk tau... Takut dia nolak, takut aja nantinya dia bakal berubah setelah aku nembak..."

"Wuuu cemen kowe su!" Sahut Prapto tiba-tiba.

"Garan pacul purun? Asu koe Prap!"

"Bukannya kalian udah deket banget ya? Emm... Menurutku sih dia juga punya perasaan yg sama kok kayak kamu. Itu aku simpulin setelah denger cerita kamu..."

"Iya sih... tapi gimana ya..."

"Harusnya kamu tuh bisa baca perasaan Bella gimana ke kamu..."

"Emang kamu tau Nov?

"Orang normal juga tau kali gimana Bella ke kamu, masa sih kamu gk nangkep sinyal itu?"

"Terus menurutmu aku harus gimana?"

"Yaelah Dit... Plis deh, jangan bego-bego banget jadi cowok!"

"....."

"Mau kejadian kayak Kak Siska kamu rasain lagi??" Ucap Novi menasehatiku. Aku memang cerita ke Novi kalo aku sedih banget saat Kak Siska pergi. Novipun paham aku dan Kak Siska sebenernya saling suka, tapi emang akunya aja yg gk peka atau bego mungkin.

"Itu juga yg jadi pikiranku Nov..."

"Maksudnya?"

"Jujur aja, aku masih ngarepin Kak Siska..."

"...." Kini Novi diam.

"Dia katanya mau balik kok..." Tambahku kemudian.

"Terus persaan kamu ke Bella sebenernya tuh gimana Dit?"

"Aku juga bingung... Tapi aku nyaman aja sama dia..."

"Cinta?"

"Kayaknya sih iya Nov..."

"Kok kayaknya??"

"Ya gimana bingung juga ngejelasinnya..."

"Yaudah kalo gitu ikutin kata hatimu aja Dit... Kamu harus tegas, kalo mau nungguin Kak Siska ya tungguin. Tapi kalo kamu cinta sama Bella ya udah tembak aja..." Kata Novi menceramahiku.

"Kalo aku ditolak gimana?"

"Yo nasib... Hahahha!" Sahut Prapto lagi.

"Haha celeng kowe Prap!" Umpatku.

"Hey... Adit yg aku kenal gk sepecundang itu kok!" Imbuh Novi kemudian.

"Iya Nov... Makasih deh ya, aku pikirin dulu..."

"Gitu dong, kalo butuh bantuan aku selalu ada buat kamu kok..." Ucap Novi tersenyum.

"Makasih ya Nov... Ya udah yuk cuci tangan dulu, tuh udah dateng makanannya!" Kataku seraya menunjuk ke arah pelayan yg membawa makanan ke arah kami.

Apa iya aku sepecundang itu? Apa iya Bella juga ada rasa ke aku? Aku tak pernah tau gimana perasaan Bella kepadaku, aku juga tak pernah tau apa aku mampu ngungkapin perasaan ini ke Bella. Tarus kalo Kak Siska? Apa aku bisa ya nungguin dia? Apa dia juga nungguin aku disana? Duh Gusti.. Help me!

Haduuuh.. Entah kenapa pikiran-pikiran seperti itu muncul di otakku saat ini. Bahkan berbagai makanan yg Novi pesan saat ini pun terasa hambar.

Aku juga lupa kalo aku baru saja mendapatkan rangking di kelasku. Oke, biar bagaimanapun aku harus tegas. Apapun risikonya akan aku hadapi.

Bersambung.....
:beer:

"Kenapa Bu kok kayak lagi mikir..."
"Gk apa-apa Dit..."
"Gk papa kok kayaknya sedih Buk..."
"...." Ibu hanya diam lalu tersenyum seakan bilang. "Udah tenang aja..."
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd