Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
21. Magelangku Sayang

"Ditt... ke kamar yuk bentar..."

"Wew ngapain Mbak?"

"Ah pura-pura gk tau sih kamu..." Ucap Mbak Laras menggoda. Dan Si Jono bangun dari pertapaannya.

"Hehe..."

"Yukkk..." Ajaknya menarik tanganku.

Dasar Mbak Laras, dia memang paling mengerti.

"Hehe... Tau aja Mbak..."

"Muuuchh..."


Sesampainya dikamar, kulihat wajah Mbak Laras bersemu merah. Mata kami saling menatap, sorot matanya tajam menatap wajahku. Beberapa saat kemudian wajah kami semakin mendekat sehingga aku dapat merasakan desir nafasnya menentuh wajahku.

Tangan kananku meraih dagunya yg lembut. Kemudian aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya pun bisa aku rasakan.

Mata Mbak Laras terpejam saat bibirku mencium bibirnya, cantik sekali Mbak Laras. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya, ia pun membalas permainan lidahku.

Mbak Laras makin tak terkendali. Dengan buas dia melahap habis bibirku hingga basah.

"Mmmmuuu….achh mmmmuuu…"
Lidah kami masih beradu siapa pemenangnya.

Tangan kananku membelai sekitar lehernya agar Mbak Laras semakin terangsang. Kemudian kuturunkan belaianku lalu masuk di sela-sela baju tipisnya. Kuremas pelan buah dada mikik Mbak Laras yg masih tertutup beha.

"Ahhh… Mhhmhh… Mmhhhhh..." Mbak Laras pun mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku.

Puas meremas remas dadanya, tangan kiriku mencoba mengangkat kaos tipisnya ke atas agar terlepas. Mbak Laras pun paham, lalu ia lepaskan sejenak ciuman panas itu kemudian membantuku melepas bajunya.

Kini Mbak Laras hanya mengenakan beha dan celana pendek yg masih membalut di tubuhnya.

Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam behanya. Gundukan itu sangat lembut ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yg halus. Jemariku menyusup diantara beha dan payudaranya, kuremas lembut dan sesekali memilin putingnya yg kecil dan nampak sudah mengeras.

"Mhhh… Mmmmmahhh Ahh….. mmmm….mmmmh…."
Desah Mbak Laras mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi kenikmatan itu.

Kubaringkan tubuh Mbak Laras diatas kasur. Kulihat jelas wajahnya yg sayu menanti apa lagi yg akan aku lakukan dikamar ini. Dingin udara lereng gunung pun seakan lupa kami rasakan.

Kudatangi tubuh yg masih terbalut beha hitam yg masih menempel di atas buah dadanya. Kucium lembut belahan indah itu.

Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait behanya. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah beha yg selama ini menutupi kedua payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik behanya agak ke atas ke leher Mbak Laras sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan.

Aku mulai mencium payudara kanan Mbak Laras. Tanan kananku pun meremas payudara kirinya. Erangan Mbak Laras makin menjadi. "Aahhh.... Ahhh...."

Tangan kiriku menyusuri paha putih Mbak Laras lalu berusaha melepaskan kancing celananya. Tangan kananku pun membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah berpindah di payudara kirinya.

Jono pun berontak semakin tegang. Lalu aku tarik wajahku dari dada indahnya, aku duduk di samping tubuhnya yg masih terbaring.

Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yg putih, nafasnya tersengal, bibirnya terbuka sedikit.

Kulepas celana pendek Mbak Laras. Ia pun mengangkat kedua pantatnya agar aku dapat melepas celana itu dengan mudah.

Setelah lepas dan menyisakan celana dalamnya, jemariku masuk kedalam celana dalam itu. Dapat kurasakan bulunya yg sedikit lebat. Lalu kuarahkan jari telunjukku ke bibir vagina Mbak Laras. Ternyata lembah itu sudah basah.

Kemudian kucium di bagian bawah perut, "Ohhh… Ahhh…" Aku tau Mbak Laras merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantat dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu.

Vagina muda berwarna pink yg sangat indah, ditumbuhi bulu yg sedikit lebat namun rapi terlihat jelas. Kali ini aku tidak ingin buru-buru walaupun aku tau Mbak Laras sudah gk tahan lagi.

Kemudian kucium pahanya bagian belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. Lalu perlahan aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.

"Aaakkhhh… ahh…"
Aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu semakin lembab dan basah.

Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak kedua bibir vaginanya, ku temukan lubang ke wanitaan yg terbuka namun berwarna merah itu.

Lalu aku jilati dan lidahku pun mencoba masuk ke dalam lubang kewanitaan itu. Setelahnya kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, kucium dan kusedot, tak ketinggalan dua jemariku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya.

"Ahhhhh… Uuhh... Ohh… Aahh... aduuhh… Aaah…"
Kepala Mbak Laras bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa ini. Ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaannya pun deras keluar dari lubang itu.

Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya. Lalu secara tiba-tiba Mbak Laras menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. "Aaahh...."

Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami pun berbenturan.

Kemudian tangan Mbak Laras menarik kaosku ke atas. Tangannya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang dan menurunkan celanaku sekaligus celana dalamku.

Jono yg sudah berdiri tegak pun langsung dilahapnya.

"Sluurrrp... Uuhhmm…" Bibirnya berkali-kali mengulum ujung kepala si Jono dan sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk.

"Ahhh.... Terus Mbak..."

"Slluurrppp.... Slurrrrpp...."


"Ahhh... Ahh..." Desahku keenakan.

Gk tahan aku, masukin Dit…" Pinta Mbak Laras.

Kemudian Mbak Laras menarik tubuhku dan kini kita sama-sama duduk berhadapan. Aku paham ia dalam kondisi puncak, Mbak Laras tidak dapat lagi menahan libidonya yg tinggi. Lalu aku pun merebahkan dan menindihnya, kuregangkan kedua kakinya.

Mbak Laras tampak pasrah, ia memandangku sayu. Sorot matanya lalu berpindah memperhatikan Si Jono yg sudah kekar.

Kini kuarahkan ujung kepala si jono mendekati lubang kewanitaannya. Tangan kananku menggenggam batang Si Jono lalu kugesek-gesekkan pada klitoris dan bibir kemaluan Mbak Laras, Mbak Laras pun merintih-rintih kenikmatan hingga badannya tersentak-sentak.

"Masukin Ditt... Akhh...."

Aku terus berusaha menekan si jono ke dalam lubang yg memang sudah sangat basah itu. Perlahan-lahan kepala si jono menerobos masuk membelah bibir kemaluan Mbak Laras.

"Aakkhh.... Ahhh..." Rintih Mbak Laras sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku pun menghentikan kegiatanku sementara. Matanya terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal.

Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali si jono. Kali ini pelan tapi pasti, tanpa halangan si jono mulai masuk ke dalam. Kutekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Mbak Laras.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku maju mundur, mula-mula perlahan kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha cewek bernama Laras tersebut.

Tanganku tak kubiarkan menganggur, kurengkuh kedua bongkahan yg padat itu lalu meremasnya keras-keras.

Mbak Laras berusaha menggerakkan pinggulnya dan berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya. "Akhhh... Ahhh..." Desahku.

Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yg mungil, "Uuhhh... Aaah...."

Mbak Laras lalu mendekap kepalaku erat agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan.

Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan akhirnya larut dalam orgasme total yg maha dahsyat melandanya.

"Aaahhhh......"

Beberapa saat kemudian akupun merasakan ledakan hebat di tubuhku. Kucabut Si Jono dari persembunyiannya lalu kukocok cepat hingga akhirnya kumuntahkan cairan putih kental diatas perutnya.

Mbak Laras terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana Si Jono masih menempel di perutnya.

"Cukup ya Dit... Mbak capek banget..." Ucap Mbak Laras lemas.

"Iya Mbak..."

"Muuuch..." Lalu kucium kening Mbak Laras dan ia pun tersenyum manis.

----

Sekitar jam 7 malam sampailah aku di rumah Gatot buat ngembaliin motor. Kulihat dia sedang maen gitar di teras rumahnya.

"Woe su, sampe malem?" Sapa Gatot.

"Iyo cuk, tadi mampir ke rumah temenku bentar..." Kataku bohong seraya nyetandarin motor.

"Oh..." Ucapnya singkat lalu melanjutkan memetik senar gitarnya.

"Cuk apaan nih?" Tanyaku melihat bungkusan plastik di dekatnya.

"Kaset... Tadi nyewa film aku sama Kipli..."

"Di rental VCD Horizon itu ya? Emang ada bokep disana?"

"Bokep ndasmu! Film apik ini, perang-perang!"

"Wah sangar cuk, tonton yok!" Ajakku.

"Besok wae lah, kasihan Kipli kalo kita nonton duluan..."

"Iya deh..."

"Bagi rokok yo cuk!"

"Hmm..."

Lalu kusulut rokok yg ada disamping Gatot. Njiir keren dia, masih SMP sudah dibolehin ngerokok dirumah.

"Su, pie besok rencana SMA mana?" Tanya Gatot.

"Embuh cuk belum tau, Ibuku sih nyaranin STM aja..." Jawabku.

"Ah jangan STM cuk! Gk ada ceweknya!"

"Iyo sih... Ya liat besok aja deh..."

"Yo..." Ucap Gatot singkat lalu ia melanjutkan kembali permainan gitarnya.

"Dimalam yg dingin dan gelap sepi......." Imbuhnya bernyanyi.

"Cuk, besok ajari lagu itu yo..."

"Iyo santai..."

Kemudian kami berdua pun ngobrol gk jelas ngalor-ngidul sembari genjrang-genjreng gitar tua milik Gatot. Dia juga nanyain keadaan Mbak Laras di tempat KKN-nya, lalu aku jawab baik-baik aja, haha.

"Yowis cuk aku pulang sik yo..."

"Yo su... maturnuwun yo..."

"Yoi santai wae..."

Kemudian aku pun cabut dari rumah Gatot, kasihan Ibu juga jika ditinggal lama-lama. Di jalan kulihat ada Mas Gareng, Mas Amin, Mas Tukul, dkk sedang kumpul di pos kamling. Mereka ini seumuran Mas Satria. Kulihat mereka sedang diskusi di bangunan 'gedek' itu. Njiir kayaknya mau tawuran nih...

"Wah mas arep tawur yo? (Wah mas mau tawuran ya?)" Tanyaku ketika sampai di pos kamling itu melihat Mas Amin mengasah pedangnya.

"Iyo Dit, konco-konco siap to? (Iya Dit, temen-temen siap kan?)" Jawab Mas Tukul mengisyaratkan anak-anak seumuranku juga disuruh ikut.

"Siap mas! Kapan?"

"Besok yo... Sekarang kita nglurug mereka dulu, kemungkinan besok mereka balas dendam!" Jelasnya kemudian.

"Ikut mas sekarang!" Pintaku semangat.

"Jangan!! Bahaya kalo sekarang!" Cegah Mas Amin.

"Gk papa mas... tes mental!" Paksaku.

"Jangan! Gk usah!" Cegah Mas Gareng tidak memperbolehkan aku ikut terlalu berisiko karena yg jadi sasaran mereka ini adalah desa pojok yg memang terkenal rusuh.

"Iya deh... Tapi besok boleh ya mas..."

"Iya, besok kalo mereka balas dendam baru kita kerahkan semua pasukan!" Jelasnya kemudian.

"Oke!"

Selang beberapa saat kemudian mereka pergi menuju desa pojok. Keren banget mereka ini, ngelurug desa orang cuma berenam doang. Wah jadi pengen cepet gede.

Setelah mereka pergi, aku pun melanjutkan jalanku untuk pulang. Sesampainya dirumah kulihat Ibu masih jaga warung sambil nonton tv.

"Assalamualaikum..."

"Walaikumsalam... Sampe jam segini le?" Tanya Ibu.

"Iya Buk mampir rumah Gatot tadi..."

"Oh..."

"Nonton apaan Buk? Serius banget kayaknya..."

"Biasa, misteri gunung merapi..."

Njirr tontonan Ibu serem amat...

"Owaalah, Yaudah Buk Adit ke kamar dulu..."

"Iya..."

Sesampainya dikamar langsung aku cas hape yg daritadi mati. Bisa gawat kalo Bella sms nih, daritadi gk kasih kabar. Setelah hape nyala ternyata benar, ada delapan sms masuk. Satu dari Mbak Laras, satu lagi dari Vita dan sisanya dari Bella semua.

Lalu kubalas sms Bella dulu, pasti ngomel-ngomel nih.

To: Bella
Maaf Bell daritadi hape mati... lupa bawa cas aku. Ni baru sampe rumah.


Beberapa saat kemudian hape bergetar, Bella bales nih kayaknya...

From: Bella
Darimana emang? Kok baru sampe rumah?


"Maaf Sayang, kan tadi udah pamit aku ke kakaknya gatot itu lho, sama dia juga kok..." Balasku sedikit bohong.

"Oh yaudah kalo gitu, buat istirahat aja skrgp..."

"Bentar Bell, mau belajar dulu..."

"Tumben?"

"Lagi semangat nih... Maaf ya sayang sekali lagi..."

"Iya gpp kok, udah biasa juga!" Balas Bella nyindir.

"Duuhh gk lagi2 deh..."

"Iya2, yaudah gih katanya mau belajar?"

"Iya sayang aku belajar dulu ya..."

"Iya.. semangat ya :*"

"Ok2" Balasku singkat Ke Bella.

Hingga beberapa saat tak ada balasan lagi dari Bella, lalu ku tekan tombol bawah di hapeku dan membuka sms yg belum aku baca.

From: Vita
Adit, lagi apa nih?


Njirr tu bocah ngapain sms gk penting gitu, aku balas asal aja deh mumpung masih udah dapet bonus 10 sms.

To: Vita
Lagi mikirin kamu Vit kenapa kamu makin cantik aja, hahahahaha
:p

Beberapa saat kemudian terasa getaran di hapeku, Vita bales nih...

From: Vita
Hahahaha!


Njiir balasan macam apa itu cuma hahahaha doang. Males aku ladenin Vita, eh bentar ding tak bales sekali lagi.

To: Vita
Mmuuaacchhh


Mampus koe Vit hahaha... :D

"Gila koe Dit!" Balas Vita kemuian.

"Hahahahaha!" Balasku ke Vita.

Lalu setelah smsan gk penting sama Vita, kubuka sms Mbak Laras yg tenggelam.

From: Mbak Laras
Makasih ya Dit udah ngrepotin... oiya mbak lagi ada rezeki lebih, mbak taruh di saku jaketmu.


Waduh apaan nih yg ditaruh di saku jaket? Jangan-jangan uang. Wah gk enak aku. Buru-buru kuambil jaket untuk memeriksanya. Ternyata benar, ada dua lembar uang warna merah di saku jaketku.

To: Mbak Laras
Apaan sih mbak!! Aku gk bisa nerima! Besok aku kembaliin.


Beberapa saat kemudian Mbak Laras membalas smsku.

"Kalo dikembaliin mbak marah! Dipake aja dulu, mbak tau pasar lagi sepi kan?" Balas Mbak Laras.

"Duh Mbak kok jadi ngerepotin sih?"

"Gk lah, dipake aja buat apa kek, beli baju deh kamu Dit, itu2 aja mbak perhatiin."

"Iya Mbak makasih ya Mbak..."

"Iya... santai aja, Mbak juga lagi ada rezeki lebih kok..."

"Iya Mbak, makasih banget..."

Dasar Mbak Laras, dia emang baik banget. Terlalu baik malah. Aku cuma sungkan aja nerima uang dari Mbak Laras. Walaupun emang lagi bokek karena kerjaan di pasar sepi, tapi aku gk mau jadi ngerepotin orang lain. Prinsip hidup Alm Bapak yg masih aku pegang sampai sekarang. Selama masih bisa diatasi sendiri jangan sampai mengharapkan atau meminta belas kasih orang lain, mintalah pada Tuhan.

Tapi kalo dipikir-pikir benar juga, bajuku cuma itu-itu aja sih. Besok deh aku beli, lumayan dapet rezeki dari Mbak Laras. Makasih ya Mbak...

Beberapa saat kemudian kuambil buku latihan soal di meja belajar. Kubaca satu demi satu soal-soal tersebut. Baru beberapa halaman, mataku sudah sangat berat. Njiir ngantuk banget bawaanya jika baca soal gini. Udah ah besok lagi belajarnya, percuma juga belajar disaat ngantuk gini. Lalu kututup buku itu dan beranjak untuk tidur.

"Zzzzzzz...."


-----

Hari pun terus berganti, tak ada kejadian yg istimewa beberapa hari ini. Aku masih disibukkan dengan rutinitas sehari-hari yg gitu-gitu aja. Sekolah, kerja, tidur. Rencana tawuran besar-besaran pun tak jadi dilakukan karena desa pojok itu ternyata belum melakukan aksi balasan.

Jumat setelah pulang sekolah, aku nyamperin Novi dirumahnya dengan motor milik Gatot sering aku pinjam itu. Aku baru sadar mempunyai temen kayak Novi juga bisa dijadikan tempat konsultasi masalah fashion.

Aku baru memperhatikan kalo selama ini semua baju yg Novi pake bermerk dan keren-keren, bisa lah dijadikan konsultan pribadiku untuk masalah ini.

"Ting... Tong..." Kutekan sebuah bel di rumah yg menurutku istana, rumah yg sangat besar berwarna putih dengan dua pohon cemara yg berdiri gagah di halaman rumah yg juga luas.

Beberapa saat kemudian terlihat seorang perempuan paruh baya berjalan ke arah gerbang mengenakan daster.

"Eh nak Adit, Silahkan Masuk! Mbak Novi ada di atas..."

Ucap perempuan paruh baya itu dengan sopan.

"Eh iya Bu... Permisi ya..."

"Nak Adit mau minum apa?"

"Gk usah repot-repot Bu... kayak biasanya aja deh..."

"Baik... Silahkan masuk, nanti Ibu antar minumnya..."

"Iya Buk makasih ya..." Ucapku tersenyum.

"Hehehe... Iya Nak," jawabnya seraya menutup kembali gerbang rumah itu.

Setelah kuparkir motor di garasi, aku berjalan memasuki bangunan besar ini. Sedikit bingung setiap kali akan melewati pintu rumah Novi, aku gk tau harus mencopot alas kaki atau tetap memakainya.

Kalo dirumahku sih setiap akan memasuki rumah pasti dicopot, tapi gk tau deh kalo disini gimana aturannya. Setiap kali melihat Novi ataupun pembantunya, mereka selalu mengenakan alas kaki tanpa menyopotnya terlebih dahulu. Njiir ndeso banget aku.

Akhirnya karena memang takut kotor, kulepas alas kaki yg aku pakai ini. Aku berjalan menyusuri rumah Novi menuju lantai atas tempat biasa Novi menghabiskan waktunya.

"Woe Dit... Udah lama?" Tanya Novi melihatku berjalan di tangga.

"Lha ini baru aja nyampe!"

"Sepatumu dilepas lagi?"

"Dipake aja kali!" Ucap Novi seraya menepuk jidatnya sendiri.

"Hehehe... Udah gk papa! Oiya, jadi kan Nov?"

"Ya terserah kamu, aku sih ayo-ayo aja," kata Novi.

"Oke jadi kalo gitu..." Ucapku seraya duduk di deket Novi.

"Ya udah bentar ya tungguin aku ganti baju dulu..." Kata Novi lalu berjalan menuju kamarnya. "Oiya, mau minum apa Dit?" Imbuh Novi membalikkan badannya.

"Udah kok, Tadi udah bilang sama Bu Sri..."

"Oh yaudah... Bentar ya..."

Selang beberapa saat kemudian, tibalah es soda gembira yg diantar Bu Sri ke ruang santai lantai atas ini.

Kusulut rokok yg kubawa lalu kehempaskan asapnya melayang-layang di udara. Entah berapa lama Novi yg berada di kamarnya tak kunjung keluar juga.

Sambil menunggu Novi, kulihat ada gitar di samping tv. Daripada bengong aku ambil aja deh. Berkat diajarin Gatot, sekarang aku sudah bisa main gitar. Walaupun cuma lagu mimpi yg sempurna milik Peter Pan aja sih yg baru aku kuasai. Susah banget ternyata belajar gitar.

"Nov... Buruan!" Teriakku dari tempat dimana aku duduk. Hanya kata "Iya! Bentar" yg kudengar, namun tak kunjung keluar juga tu anak.

Setelah hampir setengah jam lamanya aku menunggu, terlihat pintu kamarnya telah dibuka. Dengan celana jins yg sedikit robek dibagian lutut dan paha, lalu dipadu kaos ketat berwarna hitam, Novi terlihat 'garang' namun tetap cool. Njiir keren banget.

"Yuk Dit... Pake Mobil atau Motormu nih?" Tanya Novi seraya memakai sepatu converse asli warna merah yg ada di samping kamarnya.

"Motorku aja deh Nov... Bisa abis duitku kalo beliin bensin mobilmu! Hehe," jawabku cengar-cengir."Ya udah Yuk ah..." Tambahku kemudian.

"Oke yuk! Apa sih yg enggak buat sohibku ini..." Kata Novi mencubit gemas pinggangku.

Kami pergi ke beberapa toko pakaian yg ada di kota kecil ini. Novi nampak serius memilih baju mana yg cocok buatku, namun entah kenapa katanya modelnya jelek-jelek semua.

Kami keluar dari toko A ke toko B, berjalan dari jalan C ke jalan D dan semuanya tak ada yg cocok menurut Novi. Lama-lama kesel juga sih sama ni anak! Walau katanya gk ada yg cocok, namun setiap keluar dari toko, Novi malah selalu membeli bajunya sendiri. Ini sih judulnya nemenin dia shoping! Capedeeeh!!

"Nov... Yg bener aja! Kemana lagi kita? Ini barang belanjaanmu udah seabrek gini malahan!" Keluhku ke Novi.

"Lha gimana Dit, gk ada yg cocok buatmu sih. Kita ke Distro AA aja abis ini, siapa tau ada yg keren disana!" Ajak Novi.

Setelah hampir 4 jam lamanya kami muter-muter, sampailah kami di sebuah distro yg Novi maksud.

"Naaaahhh!! Ini Dit T.O.P banget!" Ucap Novi sambil memegang kemeja yg emang bener-bener keren.

"Wuiiss... Iya Nov!" Itu aja ya... Satu lagi Nov! Yg kaos ya sekarang..."

Akhirnya setelah sekian lama pemburuan, aku mendapatkan sebuah kemeja warna biru dan sebuah kaos warna merah dengan model yg sangat bagus namun harga tetap terjangkau. Gk salah deh ngajak Novi! Selera fashionnya emang sangat kelas. Kayaknya ini akan jadi baju terbaik yg aku miliki deh.

"Yaudah yuk balik..." Ajakku.

"Bentar, ni sekalian..." Ucap Novi sambil memberikan sebuah celana jins pendek kepadaku.

"Apaan ni?" Tanyaku heran.

"Celana..."

"Iya tau, maksudnya buat siapa?" Tanyaku lagi masih heran. Yg Novi berikan ini celana model cowok.

"Buat kamu lah..."

"Ah gk deh!" Seruku ke Novi sambil ngembaliin celana itu.

"Bawel aja sih!" Protes Novi.

"Duitku mana cukup Nov!"

"Hmmm..." Ucap Novi singkat lalu berjalan ke kasir mebawa celana itu.

"Eh Nov gk usah..." Cegahku.

Namun sia-sia usahaku mencegah Novi buat ngembaliin celana itu. Dia malah cuek jalan ke kasir. Njjir sial, bisa abis duitku kalo celana itu kebeli juga. Beberapa saat berjalan, akhirnya kita pun sampai kasir.

"Sini mana yg tadi!" Ucap Novi meminta kemeja dan kaos yg aku bawa di depan kasir.

"Nih..." Kataku seraya memberikannya lalu mengambil dompet buat membayar.

"Semuanya Rp 220.000,- Mbak..." Ucap sang kasir ramah. Njjiiirr ludes deh duitku.

"Ini Mbak..." Kata Novi memberikan tiga lembar uang warna merah ke kasir.

"Eh ini aja Mbak!" Potongku cepat seraya memberikan beberapa lembar uang ke kasir.

"Udah itu aja Mbak!" Seru Novi menahan tanganku.

"Jangan Mbak ini aja!"

"Jangan Mbak!"

"...."

Kulihat sang kasir pun cuma bengong melihat tingkah kita.

"Dit!!"

"Nov!"

"Udah deh pake itu aja..." Ujar Novi tersenyum namun sorot matanya mematikan.

"Duh Nov..." Keluhku singkat, pasrah.

Akhirnya aku pun menyerah. Percuma debat sama Novi. Seneng sih dibayarin Novi, jadi duit yg dari Mbak Laras kemarin bisa aku tabung buat bayar hutang ke rentenir sialan dulu itu. Tapi aku benar-benar gk enak. Orang aku yg minta temenin malah dia yg bayarin. Masalahnya gk sedikit juga total belanjanya. Untuk ukuran anak SMP, duit segitu bisa buat jajan sebulan. Kenapa Novi baik banget sih. Makasih ya Nov...

"Nih Nov aku ganti..." Ucapku ketika berjalan ke tempat parkir.

"Udah bawa aja..." Kata Novi santai.

"Aku gk enak Nov..."

"Slonjoran aja kalo gk enak..." Canda Novi masih santai.

"Serius Novvv..."

"Udah ah... Makan yuk!" Ajak Novi.

"Hmm... Yaudah aku yg traktir ya kalo gitu..."

"Iyalah! Kebangetan kalo aku lagi yg nraktir, hahaha..." Ucap Novi di samping motor lalu memakai helm.

"...."

Kemudian kami pun meninggalkan distro tersebut. Kupacu santai kuda besi ini sembari mikir mau ngajak Novi makan dimana. Gk enak jika langsung pulang. Ya itung-itung ucapan terima kasih ke Novi karena dia yg bayarin belanjaanku tadi. Tapi makan apa ya?

"Mau makan apa nih?" Tanyaku ke Novi di boncengan belakang.

"Ngikut aja deh..."

"Ayam bakar gimana?" Tawarku.

"Gk ah..Bosen!"

"Emm... Nasi goreng yuk!"

"Gk-gk... nanti kamu malah pesen yg pedes-pedes lagi..."

"Gk deh, yuk!"

"Jangan nasi goreng deh, gk selera..." Tolak Novi.

"Hmmm... Bakso aja yuk?"

"Ah lagi gk pengen bakso aku!" Tolak Novi lagi.

"Ya terus apaan??? Katanya tadi ngikut??" Protesku.

"Yaudah sih, makan dirumah aja kalo gitu!" Seru Novi, kayaknya marah nih.

Njiiir... Kenapa malah marah? Cewek dimana-dimana memang susah dimengerti. Gk Novi Gk Bella sama aja. :hammer:

"Marah Nov?"

"Gk kok..."

Mampus deh, kalo udah begini bingung aku. Kenapa malah kayak orang pacaran gini sih?

"Nov..."

"Heem..."

"Maaf ya..."

"Heem..."

Akhirnya dengan inisiatifku sendiri, kuarahkan motor ini ke sebuh rumah makan soto kudus. Aku inget kalo di kantin Novi suka banget makan soto.

"Mau makan diatas motor?" Tanyaku ketika berhenti di depan rumah makan soto kudus itu.

"Pletak!!" "Bawel aja kamu!" Ucap Novi mukul helmku lalu turun dan jalan masuk ke dalam.

"...."

Kemudian Novi pun masuk memesan dua porsi soto kudus. Lalu ia duduk di bangku yg masih kosong, aku pun mengikuti di belakangnya.

"Wah dulu aku sering kesini lho Dit..." Ucap Novi senyum. Asik moodnya udah balik enak lagi nih.

"Oh ya? Aku juga dulu..."

"Eh tadi kamu di rumahku maen gitar ya?"

"Iya... Berantakan ya?"

"Keren kok, alus banget genjrengannya... diajarin siapa hayo?"

"Itu si Gatot, biasa aja Nov cuma Em C G D doang..."

"Tetanggamu itu ya? Tapi keren kok..."

"Hehe..."

Tak lama kemudian pesanan kami pun datang. Tanpa pikir panjang kami langsung melahap habis soto kudus yg lezat itu. Novi pun nampak menikmatinya. Njiir emang juara nih soto!

"Ssssttt... Fiiuuuhh...." Kepulan asap kuhempaskan melayang-layang di udara.

"Enak ya sotonya, beda sama yg dikantin..." Oceh Novi.

"Iyalah..."

"Oiya Dit, kamu beneran mau ke STM?" Tanya Novi, dulu sempat bahas masalah ini bertiga sama Prapto. Si kunyuk Prapto mau ngelanjutin sekolahnya di Magelang, katanya dia udah menyatu sama kota ini. Kalo Novi sih suka-suka dia aja, mau sekolah di Amerika pun bisa tuh anak.

"Belum tau juga sih Nov..."

"Ya dipikir-pikir aja dulu..."

"Iya Nov, besok deh yg penting lulus aja dulu..."

"Yoi, yg penting lulus aja sik!"

Setelah menghabiskan satu batang rokok, aku pun membayar soto itu lalu pergi nganter Novi pulang.

"Makasih ya Dit..." Ucap Novi didepan gerbang rumahnya.

"Walah aku kali Nov yg makasih..."

"Haha... Gk masuk dulu?"

"Gk deh besok lagi aja..."

"Oke..."

"Yaudah aku balik dulu ya..." Pamitku ke Novi lalu kutarik pelan setang kanan motor ini.

"Hati-hati..."

Kemudian aku pun pulang dengan perasaan gembira karena duitku masih utuh. Hahaha...

------

Di meja yg bundar ini terhidang dua gelas coklat hangat yg masih mengepul dan sepiring brownies yg nampak lezat. Didepanku terlihat Bella sangat cantik mengenakan kaos lengan panjang berwarna ungu dan celana pendek selutut dengan rambutnya yg masih basah dibiarkan mengurai.

Minggu sore, aku berkunjung ke rumah Bella. Ia sengaja menyuruhku kerumahnya hanya untuk memamerkan kue buatannya. Iya, brownies yg nampak lezat itu adalah kue kedua yg Bella buat sendiri setelah kue ulang tahun yg ia beri kemarin. "Emmm... Enak Bell brownies nya..." Kataku usai mencicipi nya.

"Siapa dulu dong, Bellaaaa..." Ujar Bella.

"..."

"Jadi gimana Dit udah siap?"

"Apanya?"

"Ujiannya!"

"Hmm... Siap gk siap Bell..." Ucapku lalu menenggak cokelat panas.

"....."

"Sebenernya aku gk siap setelah ujiannya..." Kataku.

"Maaf Dit..." Balas Bella paham apa maksudku.

"Iya Bell gk papa kok... Ini konsekuensi hubungan yg kita kan?"

"Maaf banget ya..." Ucap Bella dengan mata yg berkaca-kaca.

"Iya sayang... Aku janji tiap ada libur paati aku ke surabaya deh..."

"Hiks... Hiks..." Hanya anggukan kepala dan sedikit tangisan yg ia tahan menanggapi ucapanku barusan.

"Kamu baik-baik ya Bell disana..."

"Iya... Hiks..."

"Udah jangan nangis sih... Semangat dong, aku yakin kita bisa ngejalanin ini kok..."

"Iya Dit..."

Sumpah berat banget sebenernya yg aku rasain. Berpisah dengan Bella adalah mimpi buruk yg harus dihadapi beberapa hari lagi. Tapi aku harus menunjukkan kalo aku kuat, aku gk mau Bella jadi sedih dan malah gk fokus sama Ujian yg akan dihadapi minggu depan.

Banyak kenangan yg kita ciptakan di kota ini, aku juga gk bisa membayangkan bagaimana jadinya aku tanpa Bella besok. Aku cuma bisa berharap hubungan ini akan tetap baik-baik saja walau jarak memisahkan.

Sore itu kuhabiskan waktu bersama Bella buat ngobrolin momen-momen indah yg kita ciptakan berdua. Mulai dari kenalan hingga kepalaku digundulin hipster cantik. Dasar Bella, tawa renyah yg sangat aku suka itu besok sudah jarang aku lihat lagi.

Saat kuberjalan mendekati keramaian suasana di kotaku ini..
Dihias sinar lampu malam yang menerangi segala apa yang terjadi..
Dibawah pohon besar pusat kotaku ini, Tempat kulepaskan akhir pekan..
Disinilah kukenang kisah sedih dan indahku, bercanda tertawa bersama

Di Magelang...
Senyummu ku kenang...
Tempat kusandarkan jiwa ini...
Aku disini bersedih tertawa lepas...
Di Magelang...
Jangan kau lewatkan
Di setiap malam minggu yang menjelang
Aku disini mencari merasakan damai...


"Dit, makasih ya..."

"Buat?"

"Semuanya... Khusus buat pelangi di sekar langit itu, akan kubalas dengan hidupku..." Ucap Bella romantis.

"Love you Bell..."

"Me too..."

----

Waktu terus berjalan, Ujian Akhir Nasional pun sudah di depan mata. Entah siapa yg menggagas sistem UAN ini, yg jelas sistem ini adalah momok yg menakutkan bagi seluruh siswa-siswi di Indonesia. Bagaimana bisa proses belajar mengajar selama tiga tahun hanya ditentukan dalam tiga hari. Adil kah? Tidak! Semua murid pasti menjawab tidak. Aku membayangkan jika seluruh siswa-siswi di negeri ini kompak memboikot ujian, pasti kelabakan tuh Depdiknas, hahaha.

Tapi itu tak mungkin dilakukan, karena hari ini aku telah berada di sebuah ruangan yg mengerikan dimana ada dua puluh siswa duduk tegang diawasi oleh dua orang guru dari sekolah lain.

Bahasa Indonesia, Ujian Hari pertama sukses aku lewati. Tak ada kesulitan yg berarti di dalam soal tersebut. Aku yakin mendapatkan nilai bagus dimata pelajaran ini.

"Pie Nov? Bisa?" Tanyaku ke Novi saat keluar ruang ujian. Kebetulan kami satu ruangan. Prapto ada di ruang ujung.

"Bisa sih, cuma gk yakin aja dapet nilai bagus..."

"Yakin aja! Urusan nilai kita cuma bisa berdoa!"

"Iya..."

Usai Ujian, aku pun bergegas pulang. Walau sedang Ujian aku tetap bekerja di pasar. Namun hanya sampai jam 3 saja rencanaku. Secara aku balik lebih awal jam 10-an. Jadi sorenya bisa aku gunakan buat tidur lalu malamnya bisa belajar.


Bersambuuuung.....


"Nomer urut 003 keluar ruangan!!"
"Oke gk masalah! Inget Pak, disekolah ini saya gk pernah dididik untuk nyontek!!"
 
Terakhir diubah:
Njiiiiiiirrrrrrr adit dikeluarkan dari ruangan ujian
Hmmmmm asik nich mulai ada konflik lagi
 
kwkkw njirrrr serius dikeluarin?
kalo UN pengawas nya beda sekolah kan?
bisa perang antar sekolah nih hehe...

thanks for update hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd