Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MUDA & BERBAHAYA

Siapakah tokoh yang dimaksud dalam judul?

  • Abimanyu Pramoedya Putra (Bimbim)

    Votes: 56 56,0%
  • Joko Unggul Pranoto (Joe)

    Votes: 3 3,0%
  • Keduanya (Bimbim & Joe)

    Votes: 20 20,0%
  • TS-nya (@Pedjuank)

    Votes: 21 21,0%

  • Total voters
    100
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
ane tandain dulu.. :coli::mindik:
sebelah sini lah!
supaya malam nanti, Ella nggak kesulitan mencarinya..
:malu:
 
BAGIAN 10

LONE WOLF

Sepulang dari mengantarkan Ella, Bimbim berjalan-jalan menyusuri suasana malam di dalam kota hingga akhirnya mampir ke warung milik Pak Ali.

“Malam Pak, gimana kabarnya?”

“Baik, Bim. Kamu nggak ada kegiatan malam ini?”

“Cuma muter-muter aja Pak, liat situasi. Bapak nggak pingin buka warung yang lebih besar?”

“Nggak Bim. Buat bapak yang penting ada kegiatan saja, hasil dari warung ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”

“Nggak pingin nyari istri lagi, Pak?” Goda Bimbim.

“Hahahahaha... Nggak kepikiran Bim. Dulu punya istri saja sering bapak tinggalin. Kamu sendiri gimana? Seinget bapak kamu belum pernah punya pacar semenjak di kota ini. Kamu bukan homo kan, Bim?”

“Ya nggak lah Pak. Ada sih yang Bimbim senengin, tapi udah pada punya pasangan.”

“Lah, terus kamu nggak cari yang lain? Kamu masih muda Bim, beda sama bapak...”

Bimbim hanya tersenyum mendengar ucapan Pak Ali. Saat mereka masih asik berbicara, datang seorang pemuda ke warung tersebut. Bimbim memperhatikan pemuda tersebut, dia tercengang mengetahui sosok pemuda tersebut.

“Kopi tubruknya satu Pak, nggak pake gula.”

Pemuda itu memandang Bimbim, dia tersenyum dingin penuh arti.

“Apa kabar Bram? Sejak kapan elu disini?” Sapa Bimbim dengan suara pelan, ia tak mau Pak Ali mendengar pembicaraan mereka.

“Jangan ngomong disini, temuin gue di belakang gudang deket stasiun tua lewat tengah malam nanti.” Sahut Bram dengan suara yang sama pelannya dengan suara Bimbim.

Bimbim mengerenyitkan keningnya. Dia coba menebak maksud kemunculan Bram di kota ini. Sebagian hatinya senang bertemu kawan lama sekaligus musuhnya, namun sebagian lagi khawatir akan maksud kedatangan pemuda itu. Bimbim teringat kisah masa lalu pemuda yang duduk disampingnya tersebut.

Menurut cerita yang pernah ia dengar, Bram adalah anak tunggal dari pasangan pengusaha yang cukup sukses di kota ini. Saat Bram masih berusia 12 tahun, pemuda itu menyaksikan dengan matanya sendiri ayahnya dibunuh oleh saingan bisnisnya. Bram beserta ibunya ditinggalkan terikat di kamar tidur dalam keadaan rumah yang terbakar, beruntung mereka mampu diselamatkan oleh seorang tetangga sekaligus karib ayahnya. Namun ternyata pria tersebut mempunyai maksud lain, diam-diam sudah sejak lama dirinya menyukai ibunya Bram.

Dengan dalih telah berjasa menyelamatkan nyawa mereka serta berjanji akan membantu biaya kehidupan sehari-hari ibu dan anak tersebut, pada suatu hari pria tersebut membujuk ibunya Bram untuk dijadikan istri keduanya. Hal itu ditolak oleh ibunya Bram karena selain tidak mau merusak hubungan rumah tangga orang lain, mereka juga berbeda keyakinan. Penolakan tersebut membuat pria tersebut kesal lalu memperkosa ibunya Bram. Untuk menutupi kejahatannya pria tersebut membunuh ibunya Bram lalu mengarang cerita bahwa Bramlah yang telah membunuh ibunya karena malu mengetahui ibunya menjual diri untuk bertahan hidup.

Akhirnya Bram dimasukan dalam penampungan anak-anak nakal. Di tempat tersebut Bram sering dikerjai oleh penjaga maupun penghuni lain tempat penampungan tersebut. Hal itu membuatnya menjadi seorang penyendiri. Untuk dapat mempertahankan hidup di dalam penampungan tersebut, diam-diam Bram berlatih keras seorang diri. Bram mendapat cara berlatih dari buku yang dibacanya serta ketika ia mengintip latihan para seniornya. Lambat laun ia menjadi remaja yang hanya mengenal bahasa kekerasan, hingga suatu ketika ia berhasil melarikan diri dari penampungan tersebut lalu kabur ke luar kota.

Dalam pelarian itulah ia bertemu dengan Bimbim. Awalnya Bram menolak ajakan Bimbim untuk tinggal di panti asuhan, namun karena terus dibujuk Bimbim serta desakan hidup dengan terpaksa ia menerima ajakan teman barunya tersebut. Di tempat barunya ini Bram tidak banyak berubah, ia tetap penyendiri. Hanya Bimbimlah teman satu-satunya hingga akhirnya mereka harus berpisah karena Bimbim diadopsi oleh sebuah keluarga.

Bram dan Bimbim dipertemukan kembali ketika terjadi tawuran antar sekolah, keduanya saling berhadapan namun tidak ada pemenangnya. Sejak saat itu mereka kembali berteman, namun saat kedua sekolah mereka terjadi keributan keduanya tetap saling berhadapan. Rekor dari perkelahian satu lawan satu mereka selalu berakhir imbang, tidak pernah sampai benar-benar ada yang menjadi pemenangnya. Sampai akhirnya pertemanan mereka retak akibat suatu kesalah pahaman.

Saat inipun Bimbim menduga kedatangan Bram di kota ini untuk menyelesaikan masalahnya hingga tuntas. Suasana hati Bimbim langsung berubah, ia merasakan ketegangan dalam warung tersebut. Mereka tak saling bicara hingga akhirnya Bram menghabiskan kopinya lalu meninggalkan warung tersebut.

“Kamu kenal dia, Bim?”

“Cuma tahu latar belakangnya, dulu kami satu kampung dan pernah terlibat tawuran waktu masih remaja.” Ujar Bimbim menyembunyikan hubungan mereka yang sebenarnya.

“Hati-hati sama dia, Bim. Bapak ngerasain ada aura pembunuh dari pemuda tadi walaupun sepertinya bukan ditujukan kepada kamu.”

Bimbim tidak menanggapi ucapan Pak Ali, dalam hatinya ia membenarkan yang dikatakan oleh orang tua itu. Yang menjadi pertanyaan dalam benak Bimbim adalah siapa yang akan di bunuh oleh Bram dan mengapa ia muncul di tempat ini.

“Bimbim pamit sekarang, mau ngelanjutin kontrol lapangan. Terima kasih untuk nasihatnya, Pak.”

Setelah meninggalkan warung tersebut Bimbim kembali menyusuri jalanan untuk melihat situasi daerah yang menjadi wilayah tanggung jawabnya. Saat melakukan hal tersebut Bimbim kembali teringat akan masa lalunya. Karena tidak ingin mendapat celaka, pemuda itu menepikan motornya lalu merenung sambil merokok di pinggir jalan tersebut.

Disebuah gudang tua 2 orang pemuda saling berhadap-hadapan. Yang seorang pemuda bertubuh kurus dan berambut gondrong berjambul di bagian depannya. Sedangkan yang satunya bertubuh tinggi besar dengan wajah dingin, rambutnya gondrong lurus tapi acak-acakan karena jarang disisir.

“Bram tolong lepasin Grace, dia nggak ada sangkut pautnya dengan urusan kita.”

“Dia cewek lu, makanya ikut terseret sama urusan ini. Kalau mau cewek lu bebas, elu harus ngalahin gue. Tapi kalo elu yang kalah, terpaksa cewek lu yang harus bayar kesalahan lu.”

“Maksud elu apa? Gue udah janji sama Grace nggak akan berantem lagi.”

“Makanya cewek lu gue jadiin taruhan buat motivasi elu. Kalau nggak begitu, elu nggak akan ngelawan gue. Kalau nggak mau cewek lu gue perkosa, elu harus bisa ngalahin gue.”

“Please Bram, elu cuma salah paham. Kematian cewek lu bukan salah gue, udah berapa kali gue jelasin ke elu.”

“Nggak usah banyak omong, terima serangan gue.”

Walaupun bertubuh tinggi besar, namun gerakan Bram sangat gesit. Gerakannya begitu cepat sehingga pukulan yang dilancarkannya hampir tak terlihat oleh kasat mata. Bimbim mengelak dari serangan itu, namun dengan cepat Bram kembali menyerang. Walaupun belum ada pukulan Bram yang mengenai tubuhnya namun Bimbim tidak bisa santai, gerakan Bram begitu cepat sehingga Bimbim hanya dapat menghindar disaat-saat terakhir. Jarak pukulan Bram yang bisa di hindari Bimbim tak pernah lebih dari 3 jari dari tubuh dan wajahnya sehingga desiran angin pukulan Bram bisa dirasakan oleh Bimbim.

Bimbim menyadari jika terus seperti ini kondisinya, dirinya tidak mempunyai kesempatan untuk memenangkan pertarungan. Maka ia mulai mencoba untuk melakukan serangan balasan. Dalam satu kesempatan sambil melompat Bimbim mengarahkan tinjunya ke arah wajah Bram, pemuda bertubuh tinggi besar itu tidak berusaha menahan serangan Bimbim, justru dia sengaja mengadu pukulan dengannya.

DUGH!!!

Kedua tinju saling beradu dengan keras, Bimbim meringis kesakitan sedangkan Bram hanya mengerutkan wajahnya. Bimbim sadar kekuatan pukulan Bram ada diatasnya, dia harus bisa meminimalisir adu pukulan dengan pemuda itu. Namun itu juga bukan perkara mudah, kecepatan mereka berimbang. Walau bertubuh seperti raksasa, Bram memiliki kecepatan yang luar biasa. Jika saja Bimbim tidak terbiasa bertarung, maka akan sulit baginya untuk membaca arah pukulan Bram yang secara kasat mata hampir tidak terlihat.

Mereka melanjutkan perkelahiannya, hampir sepuluh menit berjalan namun belum ada satu pun pukulan bersih keduanya yang mengenai lawan. Selama ini walaupun mereka memang beda sekolah dan sering terlibat bentrokan, namun belum pernah seserius seperti saat ini karena diuar sekolah mereka adalah teman baik. Namun situasinya kali ini sangat berbeda, Bram terlihat sangat serius ingin menghajar Bimbim. Dia menduga kematian kekasihnya adalah karena kesalahan Bimbim. Berulang kali Bimbim coba menjelaskan kejadian yang sesungguhnya namun sepertinya Bram sudah gelap mata.

Perkelahian yang telah memakan waktu cukup lama ini tentu saja menguras stamina keduanya, walaupun secara kekuatan pukulan serta daya tahan Bram lebih unggul dari Bimbim namun dari segi strategi dan gaya bertarung Bimbim yang lebih unggul. Bimbim menyadari jika pertarungan ini terus berlanjut maka dirinya yang akan kalah, maka dari itu ia berpikir keras untuk dapat memaksa Bram melakukan kesalahan. Namun dirinya juga harus tetap waspada, dalam kondisi sama-sama letih seperti saat ini satu kesalahan bisa berakibat fatal.

Dengan memperhitungkan pukulan Bram sudah tidak sekeras seperti sebelumnya, Bimbim bermaksud untuk jual beli pukulan guna memancing Bram berbuat kesalahan. Ia sengaja mengendurkan pertahanan agar lawannya terpancing untuk menyerang dirinya. Bram yang melihat pertahanan Bimbim sedikit terbuka langsung menyerang dengan ganas, kali ini Bimbim hanya akan mereduksi pukulan Bram. Pukulan bram sempat terhalang oleh cover yang dibuat Bimbim namun mampu terus masuk sehingga mengenai tubuhnya. Namun Bimbim segera membalas, sisi tubuh Bram yang tak terlindungi segera ia serang. Hasilnya sebuah pukulan bersih bersarang telak di wajah Bram. Menyadari dirinya telah termakan jebakan Bimbim, Bram meningkatkan kewaspadaannya.

Bram kembali menyerang lebih dulu namun kali ini dia tidak mau kecolongan lagi, pemuda itu tidak mau memaksakan pukulannya seperti tadi. Perkelahianpun kembali terjadi dengan sengit hingga batas kemampuan mereka. Kali ini cover Bimbim sudah tidak mampu lagi membendung pukulan Bram sehingga tubuhnya terkena hantaman pemuda itu dengan telak. Bimbim terhuyung namun ia masih mampu bertahan. Bram kembali menyerang, Bimbim juga melakukan hal yang sama. Bimbim merasa sudah tidak ada peluang lagi untuk bertarung secara tertutup sehingga dia mengambil resiko untuk bertarung secara terbuka.

Jual beli pukulan pun terjadi, secara bergantian mereka saling memukul dan menendang lawannya. Dengan cara bertarung seperti ini tentu saja Bram lebih unggul dari Bimbim, berkali-kali Bimbim terhuyung oleh pukulan Bram bahkan sempat terjatuh. Begitu juga sebaliknya namun kondisi tubuh Bram masih lebih baik dari Bimbim. Walaupun sama-sama berdarah namun kondisi tubuh Bimbim lebih parah. Pelipis kanannya sudah sobek sehingga mengganggu pengelihatannya. Cara berdirinya pun sudah sempoyongan, sedangkan Bram walau dari sudut bibirnya juga terlihat ada darah yang mengalir namun ia masih dapat berdiri tegak walau tidak setegap seperti biasanya hanya saja lututnya yang terlihat mulai goyah.

Kali ini Bimbim yang berinisiatif menyerang terlebih dahulu, Bram segera menutup serangan Bimbim. Sesaat sebelum pukulannya membentur cover dari Bram, Bimbim segera merubah arah serangannya. Kali ini ia menekuk sikunya, bagian sikunya ia angkat dengan cepat menyerang wajah Bram.

DUGH!

BUKKH!

Siku Bimbim mengenai wajah Bram, namun Bram yang sadar akan hal itu segera membalas. Tinjunya diarahkan ke bagian wajah Bimbim. Bram tersurut kebelakang, begitu juga Bimbim. Disaat-saat seperti itu tiba-tiba Grace berteriak.

“Hentikan! Bim cukup, jangan diteruskan.”

“Grace!” Bimbim gembira kekasihnya mampu membebasan diri.

“Elu nggak akan kabur kan Bim. Percuma lu kabur gue akan ngejar lu terus sampai urusan kita kelar.”

“Gue nggak akan kabur, asal elu janji nggak akan ngusik Grace.”

“OK. Asal elu ngelawan gue kaya tadi.”

Bimbim memandang ke arah Grace, matanya menatap tajam kearah Grace seolah meminta ijin untuk menyelesaikan perkelahian kali ini. Mengetahui maksud dari tatapan Bimbim, Grace terdiam. Gadis itu tidak tahu harus menjawab apa, disatu sisi dia sangat tidak menyukai perkelahian namun disisi lainnya dirinya menyadari Bram akan terus mengusik Bimbim hingga masalahnya dianggap selesai.

Disaat Grace masih menimbang-nimbang keputusan yang akan diambilnya, Bram kembali menyerang Bimbim. Tidak mau menjadi bulan-bulanan Bram, Bimbim coba membuat perlawanan. Mereka kembali terlibat saling pukul memukul. Grace terkejut melihat hal itu terjadi, tidak penting lagi keputusannya karena perkelahian sudah kembali terjadi. Dari tempatnya berdiri gadis itu melihat bahwa Bram bernafsu untuk menghajar Bimbim habis-habisan. Gadis itu bisa menilai kali ini Bimbim sudah sangat terdesak.

“Huh! Gue tetep akan perkosa cewek lu kalo cara bertarung lu kaya gini. Ayo lawan gue!”

Bimbim hanya diam saja, pemuda itu kembali melihat ke arah Grace. Melihat Bimbim sepertinya tidak serius menghadapinya membuat Bram gusar.

“Kayanya gue harus ngebuktiin omongan gue dulu.” Ujar Bram sambil bergerak ke arah Grace.

“Grace, cepat kabur dari sini!” Teriak Bimbim memberi peringatan pada kekasihnya, pemuda itupun segera berlari bermaksud menghalangi Bram.

Alih-alih mengikuti apa yang dikatakan Bimbim, Grace justru tidak beranjak dari tempatnya, bahkan saat ia melihat Bimbim berusaha menghalangi niat Bram justru ikut membantu kekasihnya menghadapi pemuda tersebut. Perkelahianpun kembali terjadi.

“Jangan ikut-ikut Grace, bahaya!”

Peringatan Bimbim datang terlambat. Bram yang merasa terdesak bermaksud mendorong Grace agar menjauh, walau bagaimanapun ia merasa tidak enak harus memukul seorang wanita meskipun wanita itu berusaha menyerangnya. Namun akibatnya fatal, dorongan Bram yang terlalu kuat bagi Grace membuat gadis itu terjatuh. Pada saat terjatuh bagian belakang sebelah kanan kepala Grace membentur lantai di tempat tersebut dengan keras sehingga gadis itu langsung pingsan. Melihat apa yang terjadi pada Grace kedua pemuda itu menghentikan perkelahiannya.

Bimbim langsung mendekati tubuh Grace lalu memeriksa kondisi kekasihnya tersebut. Mengira telah terjadi sesuatu yang buruk pada kekasihnya Bimbim jadi gelap mata. Tanpa memperdulikan kondisinya ia kembali menyerang Bram dengan emosi. Saling pukul antara kedua pemuda itu kembali terjadi. Bimbim seperti mendapat kekuatan tambahan, kekuatan pukulannya jadi berlipat ganda. Begitu pula dengan tubuhnya, dirinya seperti tidak merasakan pukulan Bram yang sebenarnya mampu mematahkan batang pengungkit pompa air tersebut. Hingga satu ketika kedua pemuda itu sama-sama melancarkan pukulan ke titik yang mematikan lawan.

BUUGGHH!

DUAGHH!

Kedua pukulan tersebut mengenai sasaran dengan telak. Bimbim dan Bram sama-sama limbung lalu rubuh pingsan. Mereka saling tidak menyadari kondisi selanjutnya di tempat tersebut.

Bimbim tersadar saat dirinya sudah berada di sebuah kamar rumah sakit, tidak ada yang menemani apalagi memberitahukan kondisi Grace. Selang beberapa saat kemudian, Bimbim didatangi oleh seorang pria yang ia kenal. Pria tersebut memandang Bimbim dengan marah.

“Saya rasa kamu memang tidak ada niat untuk berubah. Akibat ulah kamu anak saya harus kehilangan sebagian memorinya. Tolong jangan kamu dekati anak saya lagi. Secepatnya kami akan pindah ke kota lain, saya mohon kumu tidak mencari keberadaan Grace setelah keluar dari rumah sakit.” Ucap ayah Grace sambil menahan emosi.

Mendengar perkataan ayah Grace hati Bimbim menjadi gundah. Ia merasa bersalah telah menyebabkan kondisi Grace saat ini.

“Boleh saya melihat kondisi anak bapak. Tolong Pak, untuk yang terakhir kalinya.”

“Baiklah, tapi hanya dari kejauhan. Jangan membuatnya bingung dengan kehadiranmu.”

“Saya akan menjenguknya saat anak bapak istirahat. Biarkan saya menyentuh dirinya untuk yang terakhir kali.”

“Kalau begitu nanti saya kabari melalui perawat yang menjaganya.”

“Terima kasih, Pak.”

Beberapa saat kemudian seorang perawat mendatangi kamar Bimbim untuk memberitahu bahwa saat itu Grace sudah tertidur. Bimbim segera mendatangi kamar tempat Grace dirawat, dia menatap wajah lembut gadis yang sedang tertidur di tempat pembaringannya. Tanpa disadari air mata penyesalan keluar dari kelopak mata Bimbim. Seingat Bimbim hal ini adalah untuk yang pertama kali dalam hidupnya mengeluarkan air mata untuk seseorang. Dikecupnya kening gadis itu dengan lembut.

“Sudah Bim, nanti Grace terbangun. Bapak harap kamu menepati janjimu.”

Bimbim terdiam, ia menyeka air mata yang keluar membasahi pipinya. Dengan berat hati ia meninggalkan kamar tersebut, waktu berjalan sangat lambat bagi Bimbim saat itu. Sesaat sebelum ia menutup pintu kamar tersebut, Bimbim mendengar suara lirih seorang gadis.

“Om, siapa yang baru datang kemari. Sepertinya saya mengenali orang itu.”

Air mata kembali menetes dari pelupuk mata Bimbim. Hatinya hancur, ingin rasanya kembali masuk ke dalam kamar tersebut namun ia mengurungkan niatnya. Bimbim memilih untuk segera kembali ke kamarnya, membawa perasaan perih harus berpisah dengan gadis yang sangat dicintainya. Dirinya menganggap hal ini sebagai hukuman untuk apa yang telah dia lakukan hingga menyebabkan Grace kehilangan sebagian ingatannya.

“Sampai bertemu lagi belahan jiwaku...” Gumam Bimbim lirih.

Setelah menghabiskan batanng rokok yang terakhir, Bimbim segera meninggalkan tempat itu. Ia memutuskan untuk kembali ke kontrakannya.

“Je, elu nggak ada kegiatan untuk malem ini kan? Tolong gantiin gue jaga malem ini yah. Gue lagi ada keperluan.”

“Mau ngapain lu, Bim? Jangan bilang elu mau nyamperin Siska lagi.”

“Pssstttt... Jangan kenceng-kenceng, inget cuma elu yang tahu rahasia gue sama Siska.”

“Gila lu Bim. Kalau ketahuan Bang Riko gimana?”

“Jangankan Bang Riko, kalau Bos Fredy akhirnya tahu pun akan gue hadapin. Tapi gue akan nyariin elu dulu, karena pasti elu yang ngebocorin ke mereka.”

“Nggak mungkinlah gue ngianatin temen seperjuangan.”

“Iya gue kenal elu kaya gimana, tadi cuma bercanda. Nih uang rokok buat upah gantiin tugas gue.” Ucap Bimbim sambil mengulurkan sejumlah uang pada Jati.

“Nah gitu dong, biar gue semangat. Eh, tolong bilangin ke Siska kalau gue kangen sama dia. Nggak bakalan nolak kalau diajakin ngentot lagi.”

“Kayanya nggak perlu gue sampein, gue udah tahu jawabannya.”

“Hahahahahaha..........”

Lewat tengah malam Bimbim kembali meninggalkan rumah kontrakan, namun ia tidak pergi ke rumah Siska seperti yang dikira Jati melainkan menuju daerah stasiun tua untuk menemui Bram. Sesampainya dikawasan itu ia segera mencari sosok orang yang akan ditemuinya.

“Sorry kelamaan nunggunya, gue harus patroli dulu tadi. Gimana kabar lu, Bram?”

“Seperti yang elu lihat gue baik-baik aja. Elu sendiri gimana? Udah ketemu sama Grace?”

Bimbim tercekat mendengar ucapan Bram, ia tidak mengira Bram juga telah mengetahui keberadaan Grace di kota ini. Kecurigaan Bimbim bertambah besar bahwa Bram memang bermaksud menyelesaikan urusan mereka.

“Iya gue udah ketemu sama dia. Please jangan ganggu hidupnya, gue udah nggak punya hubungan lagi sama dia.”

“Nggak punya hubungan? Elu belum ngomong sama dia siapa diri lu yang sebenernya.”

“Gue nggak akan nyeritain masalah itu ke dia, biarlah dia melupakan hal itu. Grace sudah menemukan kebahagiannya sendiri saat ini.”

“Jadi kita impas yah. Gue kehilangan Niken, elu kehilangan Grace. Tapi ada masalah yang belum selesai diantara kita. Duel terakhir kita belum tuntas.”

“Jadi bener dugaan gue kalau elu kemari mau nyelesaiin perhitungan sama gue. Tapi bukannya elu tadi bilang kita udah impas.”

“Masalah kematian Niken emang udah beres, tapi gue masih penasaran sama elu. Dari dulu kita duel belum pernah ada pemenangnya. Tapi santai saja, gue nggak buru-buru kok untuk ngelawan elu.”

“Kalau bukan karena masalah lama kita ngapain elu jauh-jauh kemari?”

“Semenjak gue keluar dari penjara, gue jalan sendiri nggak ikut siapa-siapa. Untuk bertahan hidup gue ngerjain apa saja yang orang suruh asal bayarannya sesuai.”

“Maksud elu, sekarang elu jadi pembunuh bayaran.”

“Lebih kurang begitu, Elu pernah denger pembunuh bayaran berjuluk Lone Wolf? Itu gue. Elu tahu kan dari dulu gue emang lebih seneng kerja sendiri.”

“Hmmm... Gue emang pernah denger, tapi nggak nyangka kalau itu elu. Terus hubungannya sama gue apa? Sorry, bukannya gue nggak seneng ketemu elu lagi. Tapi gue ngerasa tugas lu kali ini ada hubungannya sama gue, makanya elu nyamperin gue.”

“Hahahaha... Dari dulu otak lu emang encer. Elu bener, selain mau ngingetin kalo duel kita belum kelar, gue juga mau minta elu jangan ngerecokin tugas gue. Biar gimana juga saat ini elu punya andil dalam keamanan kota ini. Sebagai temen gue cuma mau permisi sama elu buat bikin sedikit kekacauan disini. Gue harap elu nggak keberatan dan nggak menghalangi urusan gue.”

“Tergantung siapa target lu, kalau itu orang yang deket sama gue pasti akan gue lindungin orang itu.”

“Sayangnya iya. Elu pasti ngerti gue nggak akan ngasih tahu siapa target gue. Kalau elu mau ngalangin gue berarti waktu duel kita bisa ditentukan dari sekarang.”

“Seperti kata elu tadi, duel kita nggak perlu buru-buru. Biarin gue coba ngelindungin orang disekitar gue dari elu dulu, biar permainan kita lebih seru.”

“Hahahahaha... Gue setuju, kayanya emang lebih menarik begitu. OK, gue kasih elu waktu sebulan untuk mencari target gue. Silahkan elu proteksi dia semampu elu, tapi gue nggak akan ngasih clue apa-apa ke elu. Karena elu terlalu pinter buat gue.”

“Nggak masalah, gue pasti akan nemuin target lu secepetnya.”


**********​

Di salah satu ruangan pribadi dalam sebuah rumah mewah tampak dua orang bercakap-cakap dengan serius sejak tadi. Mereka membahas maslah yang sudah mereka bicarakan sebelumnya. Sang pemilik rumah sekaligus bos dari lawan bicara orang yang satunya terlihat gusar dari tadi. Ia tidak puas dengan pencapaian anak buahnya sejauh ini.

“Segitu susahkah nyari penghianat dalam organisasi kita? Malam itu cuma ada 10 orang yang bersama gue termasuk elu. Apa perlu gue bunuh mereka semua termasuk elu?”

“Masalahnya nggak segampang itu B9os. Gue curiga penghianatnya nggak berada di ruang itu bersama-sama kita waktu malam saat kejadian. Dia sudah mengetahui rencana kita untuk memakai tempat tersebut sebagai markas operasi, jadi dia tinggal masang alat penyadap di ruangan tersebut.”

“Hmm, gitu yah. Berarti bisa siapa saja di organisasi kita, karena mungkin ada yang secara nggak sengaja bocorin lokasi tersebut. Terus rencana lu apa?”

“Kita buat transaksi jebakan buat mancing si informan beraksi lagi.”

Mereka kemudian menyusun strategi untuk menjebak informan yang menyusup ke dalam organisasinya. Selain membahas tentang informan penyusup, mereka juga merencanakan untuk mulai menjalankan skenario regenerasi pimpinan lainnya dengan maksud semakin memperkuat dukungan terhadap si bos.

“OK yan, gue rasa cukup untuk malem ini. Elu boleh pulang sekarang. Elu bisa mulai siapin eksekutornya untuk minggu depan.”

Setelah Rian meninggalkan ruangan tersebut, Fredy segera menghubungi seseorang. Pria itu membeberkan rencananya pada orang yang dihubunginya. Setelah mendapat kesepakatan dengan lawan bicaranya Fredy segera menutup sambungan telpon. Selanjutnya pria itu meninggalkan ruangan kerjanya langsung menuju kamar tidurnya.

Di atas dalam kamar tidurnya Fredy mendapati seorang gadis yang bukan istrinya tengah tertidur di atas tempat pembaringan. Ia memperhatikan wajah serta lekuk tubuh gadis itu sambil tersenyum, dirinya tidak pernah merasa bosan terhadap kecantikan serta kemolekan tubuh gadis tersebut. Segera ia melepaskan piyama yang dari tadi dipakainya lalu menaruh piyama tersebut di sandaran kursi yang ada di kamar tersebut. Perlahan Fredy membuka selimut lalu masuk didalamnya, dipeluknya tubuh gadis yang sedang tertidur tersebut. Sang gadis menggumam perlahan.

Suara gumaman yang keluar dari mulut si gadis mampu memancing gairah Fredy. Pria itu menyibak rambut si gadis lalu mulai mengendusi leher jenjangnya. Apa yang dilakukan Fredy membuat si gadis terusik, ia membuka sedikit matanya lalu menoleh ke arah Fredy.

“Maaf bikin lu kebangun, Sis. Tapi gue kangen banget sama elu. Masih sanggup ngelayanin gue malam ini, kan?”

“Mandi dulu sana.”

“Temenin yuk.”

Keduanya segera melangkah menuju kekamar mandi. Didalam kamar mandi mereka sempat bercumbu sejenak. Setelah selesai mandi mereka kembali ke dalam kamar lalu melanjutkan percumbuan di atas pembaringan.

Siska menindih tubuh Fredy, sambil berciuman tangannya disusupkan ke dalam celana pria itu lalu membelai serta meremas penisnya. Fredy tidak mau kalah, kedua tangannya segera menggerayangi tubuh Siska. Percumbuan mereka semakin lama semakin panas. Gerakan tangan keduanya semakin liar sehingga memacu birahi mereka semakin tinggi.

Dengan penuh nafsu Fredy menciumi wajah Siska, tangannya masih terus menggerayangi tubuh gadis itu terutama bagian dadanya. Sesekali pria itu mencium serta menjilati leher Siska, diperlakukan seperti itu membuat Siska mendesis. Tubuh Siska mulai menggelinjang menikmati rangsangan yang dilakukan Fredy. Mulut pria itu terus bergerilya, kini ia mulai menciumi payudara Siska sambil lidahnya ikut berselancar di bagian itu. Suara desisan Siska berubah menjadi desahan, gadis itu tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang ia rasakan akibat perlakuan Fredy.

“Uwhhh... Emhhh.....”

Fredy semakin bernafsu merangsang Siska. Mulutnya terus menghisapi payudara Siska sambil sesekali menggigit gemas putingnya dengan bibirnya, sementara tangannya sibuk meremasi payudara Siska yang satunya. Hal tersebut membuat tubuh Siska semakin kelojotan.

Saat Fredy menghentikan aksinya Siska sedikit kesal, namun ia tak kekurangan akal. Kini ia memposisikan tubuhnya duduk diatas selangkangan pria tersebut, perlahan ia mengerakan pantatnya maju mundur sambil meremasi sendiri payudaranya. Bibirnya ia mainkan begitu rupa, lidahnya ikut bermain-main diantara kedua bibir tersebut sehingga wajahnya terlihat sangat sensual.

Dalam hatinya Fredy merasa sangat tergoda, ia tak menyangka niatannya menggoda Siska dengan menghentikan aksinya justru dibalas oleh gadis itu dengan cara seperti ini. Secara spontan Fredy menggerakan tangannya bermaksud kembali mengerayangi payudara Siska. Namun tanpa diduga olehnya Siska menampik tangannya. Wajahnya terlihat judes namun tidak menghilangkan kesan sensualnya tadi.

“Udah abang diem aja, siapa suruh tadi berhenti. Sekarang giliran gue yang kerja, abang tinggal nikmatin aja.”

Setelah beberapa saat kembali melanjutkan aksinya, Siska mulai menggerakan tangannya ke arah selangkangan Fredy. Ia mulai mengelus penis pria itu lalu dimain-mainkan sejenak sebelum akhirnya mulai mengocok penis itu dengan perlahan. Gerakan tangannya terlihat teratur naik turun di sepanjang batang penis itu.

Perlahan Siska menurunkan tubuhnya, wajahnya didekatkan ke penis Fredy. Wajah pria yang berumur hampir setengah abad itu sumringah, pikirannya mulai melayang-layang membayangkan sesaat lagi penisnya akan menerima servis dari mulut gadis yang lebih pantas menjadi anaknya.

Siska mulai menjilati lubang kencing kepala penis yang telah di sunat itu, tangannya masih tetap mengocok batang penis sambil sesekali meremasnya perlahan. Dengan lincah Siska memainkan lidahnya dibagian kepala penis tersebut kemudian perlahan lidah tersebut menyelusur memberi kenikmatan pada seluruh bagian batang penis sampai akhirnya turun kebagian buah zakar. Siska menjilati kedua buah zakar itu hingga ke bagian belakangnya, hampir dekat dengan lubang anus milik Fredy. Gadis itu mulai mengemuti bagian tersebut sambil terus memainkan lidahnya, Fredy merasa semakin tenggelam dalam birahinya menikmati servis mulut dari Siska. Tubuhnya terasa geli, bergetar dalam kenikmatan.

“Owwhh, enak Sis... Uhhh iyah begituuhhhh.” Ceracau Fredy sambil matanya merem melek.

Kemudian lidah Siska kembali menelusuri batang penis Fredy hingga ke bagian kepala penis yang berbentuk seperti jamur.

Sluurrpppsss, sluuurrrpppsss, sluuurrpppsss!!!

Siska memasukan penis Fredy ke dalam mulutnya. Gadis itu mengkombinasikan emutannya dengan sapuan lidah yang lincah dalam mulutnya sehingga pikiran Fredy semakin melayang. Siska semakin bergairah mengemuti penis Fredy, sesekali ia menyedoti penis tersebut. Bagian batang penis yang tidak tertampung dalam mulutnya dikocok Siska dengan tempo yang dipercepat. Siska memaju mundurkan kepalanya sendiri hingga akhirnya penis Fredy mentok di tenggorokannya.

“Bangsat! Weenaakkss banget sepongan lu, Sis. Eluh emang juara, uugghhhh!” Fredy terus meracau.

Tak lama kemudian Siska merasakan penis Fredy mulai berkedut. Gadis itu semakin cepat memaju mundurkan kepalanya, penis pria itu semakin bergeletar hingga akhirnya meledak dan menumpahkan spermanya dengan dahsyat.

“Oughhh, gila Sis. Enak banget, uwhhh.”

Siska menghentikan aksinya, ditelannya sperma Fredy semampunya. Setelah pria itu selesai mengeluarkan seluruh isi penisnya gadis itu segera bangkit. Siska memandang Fredy sambil tersenyum genit.

“Awas yah, gue bales lu. Hehehehe...” Ucap Fredy sambil memperlihatkan seringainya yang mesum.

Setelah mampu mengatur napasnya, Fredy langsung menyergap Siska. Gadis tersebut ia baringkan lalu segera menindihnya. Fredy mulai mencumbui Siska, memainkan kedua payudaranya. Kedua tangannya bergerak menggerayangi seluruh tubuh gadis itu hingga ke bagian bawah tubuh Siska. Sementara mulutnya terus sibuk menjilati serta menghisapi payudara gadis itu, tangannya digerakan merangsang kemaluan Siska.

Tangan Fredy menyentuh bibir vagina Siska, jemarinya ia susupkan mengurut klitorisnya. Dirangsang sedemikian rupa membuat darah Siska kembali berdesir, dari mulutnya sesekali terdengar suara desahan halus yang membuat Fredy semakin bernafsu menstimulasi vagina Siska. Makin lama gerakan jari Fredy semakin liar dan secara perlahan semakin masuk dalam vagina Siska. Makin lama jemari itu makin cepat bergerak keluar masuk dalam vaginanya sehingga vagina Siska mulai basah. Akibat gesekan antara jemari Fredy dengan vagina Siska yang telah basah menimbulkan suara berkecipakan.

Gadis itu semakin dikuasai birahi, matanya merem melek menikmati berbagai rangsangan yang dilakukan Fredy. Bagian bawah bibirnya ia gigit sehingga wajahnya semakin terlihat sensual. Tubuh Siska semakin liar bergerak, tangannya menekan kepala Fredy hingga wajah pria itu terbenam dalam payudaranya. Kedua pahanya diapitkan seolah menahan rasa geli di vaginanya.

“Aaahahhhh! Ennaaakkkk baangeett, guueehh maaa... maaauuh keeeluaaarrr..........!”

Tubuh Siska bergetar keras, ia melenguh kencang sambil mengangkat vaginanya. Nafasnya terlihat memburu ketika sebuah orgasme menerpanya.

“Hehehehe, puas sayang. Makanya jangan sok-sokan ngerjain gue.” Ledek Fredy sambil tersenyum penuh dengan nuansa kemenangan.

Siska mengangguk lemah sambil menikmati sisa orgasmenya. Setelah badai orgasmenya berlalu Siska mencium bibir tebal Fredy sambil memeluknya. Fredy membalas pelukan Siska hingga dekapannya lebih kuat. Sambil kembali meremas payudara Siska, Fredy membalas ciuman gadis itu.

Fredy meraih tangan Siska lalu membimbingnya mengocoki penisnya. Setelah penisnya kembali menegang, secara perlahan Fredy mengangkat kaki kiri Siska lalu tangannya yang lain mengarahkan penisnya untuk mengesek permukaan vagina Siska sebelum akhirnya ditusukan kedalamnya. Siska menggigit bibir bawahnya saat penis Fredy meluncur masuk dalam vaginanya. Fredy merasa kesulitan memasukan penisnya dalam vagina Siska, dengan sabar ia menarik penisnya keluar sebelum menekannya lebih dalam lagi masuk ke vagina Siska.

“Gila, masih sempit aja memek lu Sis...”

Fredy menikmati betul proses penetrasi penisnya dalam vagina Siska hingga penis itu masuk secara sempurna, lalu ia sengaja mendiamkan penisnya untuk beberapa saat agar otot-otot vagina gadis itu beradaptasi dengan penis tersebut. Otot-otot vagina Siska berdenyut membuat penis Fredy serasa dipijiti, membuatnya bertambah semangat untuk menyetubuhi gadis itu. Sambil memaju mundurkan penisnya Fredy menciumi Siska. Gadis itu mendesah menikmati perlakuan Fredy terus menyetubuhinya. Iapun ikut menggoyangkan pinggulnya sehingga menambah kenikmatan persetubuhan tersebut.

Makin lama Fredy makin cepat memompakan penisnya dalam vagina Siska. Desahan mereka saling bersahutan memenuhi kamar itu. Sesekali mereka berciuman dengan mesra, bibir keduanya saling melumat disertai permainan lidah yang menambah sensasi kenikmatan. Nafas keduanya mulai memburu.

Fredy mendekatkan mulutnya pada telinga Siska lalu membisiki sesuatu, gadis itupun segera bergerak merubah posisinya. Siska menunggingkan bongkahan pantatnya, sementara Fredy memposisikan tubuhnya berlutut setengah berdiri dibelakang tubuh Siska. Tanpa menunggu lebih lama lagi Fredy memasukan kembali penisnya dalam vagina Siska kemudian langsung memompa vagina tersebut dengan tempo tinggi.

Siska kembali meracau, kepalanya terus bergerak kekiri dan kekanan. Payudaranya yang menggantung ikut bergerak dengan liar sehingga mengundang tangan Fredy untuk kembali meremasinya.

Setelah beberapa saat, Fredy kembali meminta Siska merubah gaya bercintanya. Kali ini Fredy ingin merasakan kenikmatan lebih dalam posisi WOT. Siska menggerakan pinggulnya naik turun secara perlahan, kemudian gadis itu mulai mengkombinasikan dengan meliukan tubuhnya dengan liar dan makin cepat sehingga memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa pada pasangannya. Siska menarik tangan Fredy lalu mengarahkannya untuk meremasi payudaranya. Fredy pun meremasi payudara tersebut dengan kasar sambil sesekali memilin putingnya dengan gemas.

“Aaahhhhh! Iiiyaaahhh... Gguuaahhhh maaauuuhhh keelluuuaaarrr laaagiiihhh!”

Tubuh Siska terlihat gemeter halus diiringi nafasnya yang terdengar ngos-ngosan. Tubuh itu pun langsung ambruk di atas tubuh pasangannya saat orgasmenya kembali klimaks. Fredy segera memompa kembali vagina Siska dengan tempo tinggi tanpa memperdulikan kondisi tubuh Siska yang masih lemas.

Saat Siska mulai dapat menguasai tubuhnya selepas klimaksnya, gadis itu mulai bereaksi atas pompaan yang dilakukan Fredy pada vaginanya. Satu tangannya digunakan untuk menopang tubuhnya sedangkan tangan yang lainnya ia buat sedemikian rupa memegang pantatnya sehingga Fredy lebih leluasa mengeksplor vaginanya.

Siska langsung menyososorkan mulutnya menciumi bibir Fredy yang segera diladeni oleh pria itu. Ciuman Siska merambat turun ke bagian leher, lidahnya tidak ketinggalan ikut menyusuri tiap bagian yang dilewatinya. Ciuman tersebut kembali merambat naik ke bagian telinga Fredy sehingga menimbulkan rasa geli namun nikmat bagi pria itu.

Fredy mendekap tubuh Siska agar lebih rapat lagi ke badannya. Siska sengaja mendesah erotis di telinga Fredy dengan maksud memancing birahi pria itu semakin tinggi. Sambil mendesah Siska terus memainkan lidahnya terus disekitar telinga Fredy. Pria itu merasa semakin terangsang, ia tahu orgasmenya akan segera datang.

Dengan cepat Fredy menggulingkan tubuh Siska tanpa melepas penisnya dari vagina gadis itu lalu kembali memompanya dengan cepat. Sesaat kemudian Fredy memuntahkan spermanya dalam rahim Siska. Fredy membiarkan penisnya tetap dalam vagina Siska hingga akhirnya penis itu keluar sendiri setelah seluruh isinya terkuras. Siska segera menggunakan mulutnya untuk mengemut penis Fredy dengan lembut, lidahnya menjilati penis tersebut hingga bersih dari lapisan lendir yang menyeimutinya.

“Elu emang luar biasa, Sis. Gue puas banget malem ini ngentotin elu.”

Siska hanya tersenyum mendengar ucapan Fredy, tanpa Fredy sadari sejak tadi Siska bersetubuh sambil membayangkan dirinya sedang bercinta dengan Bimbim seperti yang ia lakukan selama beberapa kali belakangan ini.


B E R S A M B U N G
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd