Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick - The Babymaker

Aku terbangun dengan rasa geli di sekitar pahaku, aku masih setengah sadar mencari tahu apa yang terjadi. Kulihat di selangkanganku samar-samar ada seseorang membungkuk.

“Aaaaaaaaahhhhhhhh... pagi Armand sayang, sluuuuuuuuuuuurrrrrpppppp aaaaaaaahhhhhhhh”, ternyata Lisma sedang mengulum penisku. Sebuah cara membangunkan orang tidur yang menyenangkan. Aku cuma tersenyum padanya, lalu merebahkan kepalaku menikmati hisapannya.

“Kamu nih pagi-pagi udah nyepong aja”, ujarku.

“Sllluurrrrrrrrrrrrpppppppp”, Lisma tak menjawab, hanya menyedot kontolku kuat-kuat sambil melirik kearahku.

Puas nyepong, Lisma lalu tanpa basa-basi mengambil posisi jongkok untuk memasukkan kontolku ke memeknya, posisinya membelakangi wajahku.

“Idih ngasi pantat”, ujarku.

“Yeeeeyyy diem aja napa sih, sange nih”, balas Lisma.

Lisma mengarahkan kontolku ke memeknya dan bleeeeeessssssss...

Ia lalu menggerakkan pinggulnya naik turun sambil mendesah dan meracau, sementara aku cuma diam saja sembil mengotak-atik HP-ku, seperti biasanya aku mengirim ucapan selamat pagi kepada istriku lewat chat.

Aku melirik jam, waktu menunjukkan pukul 06.45 pagi dan ini hari sabtu, yang mana aku harus berangkat kerja setengah hari. Kulihat Lisma masih tampak asyik menggoyang memeknya ke kontolku.

“Lismaaaaa... aku harus kerja, setengah hari doang sih”, ujarku.

“Uh... ah... uh... ya... gap... gapapa uuuuuhhhhh....”, sahut Lisma sambil terengah-engah.

“Yaudah aku mau mandi nih, jam 8 aku harus udah di site, ntar kesiangan lagi”

Lisma lalu berhenti sejenak, kemudian bangkit menarik memeknya dan berjalan ke arah ruangan tengah, lalu balik lagi membawa sepiring nasi kuning dan segelas air.

“Sarapan dulu Man, biar kuat bertenaga hehehe”, ujar Lisma sambil nyengir.

“Ih kapan belinya ?”, tanyaku.

“Barusan, pagi-pagi banget, aku kebangun soalnya kebelet pipis, kamu ngorok juga kenceng banget, udahnya gabisa tidur lagi, yaudah sekalian aja keluar cari makan, eh udah ada tukang nasi kuning, sorry ya Man aku udah makan duluan barusan”.

“Oh yaudah, siniin”, pintaku.

“Eiiittttssssss, enak aja”, Lisma yang tadinya menyodorkan piring, malah menarik piringnya.

“Apaan sih Ma, aku laper nih, semalem capek abis ngentot kamu”

“Hihihihih kaciaaaaannn deh Armand, iya sini aku suapin”.

Lisma lalu menaruh sepiring nasi kuning disampingku yang masih tiduran di kasur, sementara ia berjongkok kearahku dan memegang kontolku.

“Loh katanya mau nyuapin”, tanyaku.

“Iya disuapin, bentar dong, biar ada sensasinya”, jawab Lisma. Ia lalu memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya lalu perlahan menggoyang pinggulnya.

“Oooooohhhhhhhhhh eeemmmmmmppppphhhhhhhhh...”, desah Lisma. Aku cuma bengong.

Lisma lalu mengambil piring nasi kuningnya, dan mengambil sesendok lalu mengarahkan ke mulutku. Aku langsung mengatur posisi bantal agar bisa berposisi agak duduk.

“Ooo nyuapin sambil ngentot toh maunya”

Lisma tersenyum, “enak kan? Yang dikasi sarapan atas bawah”, ujar Lisma.

Lisma lalu menggenjot perlahan pinggulnya sambil menyuapiku. Lucu juga melihat tingkah perempuan ini, kadang-kadang ia terhenti sambil badannya bergetar namun dalam posisi jongkong memegang piring dan sendok. Ia juga terus-terusan mendesah dan sesekali mengigit bibir bawahnya sambil menyuapiku. Sekitar 10 menit ia menyuapi sambil ngentot denganku, kemudian nasi kuningku habis. Setelah aku minum, Lisma lalu dengan ganas menggoyang pinggulnya naik turun di kontolku. Aku pun memberikan perlawanan dengan meremas pantatnya membantunya naik turun. Lisma lalu berbaring di dadaku supaya aku lebih leluasa mencengkeram pinggul dan pantatnya. Ia pun menciumi leherku sambil sesekali kami bercumbu ala french kiss.

Sekitar 5 menit kemudian aku melirik ke arah jam, sudah waktunya aku mandi.

“Lismaaaaaaa... oooooohhhhhh, aku mau mandi ah, keburu kesiangan”

“Uuuuuuhhhhhh iya Mannnnnn, yaudah keluarin sekarang dong cepet”, pinta Lisma.

“Tapi aku masih belom pengen keluar”, jawabku.

“Terus gimana dong ? Masak mau distop terus dilanjut nanti ?”, tanya Lisma sewot.

Aku lalu bangkit dan mengangkat badan Lisma, perlahan ku bopong tubuhnya sambil sesekali kusentakkan kontolku ke dalam memeknya, Lisma memeluk badanku dan melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil bibirnya mencumbu bibirku. Kubawa Lisma ke kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi, kududukkan Lisma di tepi bak air. Maklum, ini kosan bukan apartemen, jadi di kamar mandiku adanya bak air serta closet jongkok, bukan jacuzy, shower dan closet duduk. Aku lalu melepas bajuku dan Lisma melepas pakaian bagian atasnya, dari tadi kami memang sudah tidak pakai celana. Kuturunkan Lisma dari pinggiran bak dan kusandarkan dia ke dinding kamar mandi, kuangkat sebelah kakinya dan kugenjot kontolku dengan kecepatan tinggi sambil kami saling bercumbu.

“Aaaahhhhhhh uuuuuhhhhhhh aaaaaaahhhhhh uuuuuuhhhhhh ooooooooohhhhhhh”, suara desahan kami bergantian menggema di dalam kamar mandi. Lisma lalu meraih gayung dan mengambil air, lalu mengguyurkan air itu ke tubuh kami berdua. Tubuh kami yang basah memberikan sensasi seksual tersendiri, dan Lisma beberapa kali mengguyurkan air ke badan kami.

Kami lalu bergerak perlahan, menggeser posisi kami untuk meraih sabun mandi dan shampoo. Lisma mengambil shampoo dan mengusapkannya ke kepalaku, sementara aku mengambil sabun dan menyabuni tubuh Lisma. Sesekali aku meremas toketnya yang licin oleh sabun. Kami saling membersihkan tubuh kami, dan kami melakukannya sambil ngentot dengan desahan dan erangan yang saling bersahutan. Agak sulit memang melakukannya, tapi namanya sudah nafsu di ubun-ubun, hal-hal absurd seperti ini malah jadi menyenangkan.

Kami lalu mengubah posisi, Lisma sedikit membungkuk membelakangiku sambil tangannya bertumpu pada pinggiran bak mandi, ku posisikan kontolku mengarah ke memeknya, lalu bleeessss... lagi-lagi kontolku masuk ke dalam memeknya, lalu kupompa dalam-dalam ke dalam memeknya dengan kecepatan sedang. Konyolnya, Lisma masih sempat-sempatnya menyodorkan sikat gigi yang sudah diberi odol kepadaku, jadilah aku ngentot ala doggy style sambil gosok gigi, sebelah tanganku menggerayangi punggungya, meremas toketnya dari belakang atau menepuk pantatnya, sementara sebelah tanganku menggosok gigiku. Lisma lalu memberi isyarat meminjam sikat gigiku, padahal aku belum selesai sikat gigi, kusodorkan padanya lalu ia meraihnya, menambahkan sedikit odol dan menggosokkan ke gigi di mulutnya. Satu sikat gigi untuk berdua, kami pakai bergantian, sambil ngentot. Aneh tapi mengasyikkan. Setelah berkumur, Lisma lalu mengguyurkan air ke arah badanku dan badannya, namun belum selesai semua busa sabun hilang di tubuh kami, aku merasakan kontolku berdenyut, lalu kupercepat kocokanku di memek Lisma.

“Lismaaaaaaaaa... aku mau keluaaaaaaaarrrrrr”

“Iya tahan sebentar, aaaaaaaahhhhh... aku... ju.. ga oooooooooooohhhhhhhhhh”

Dan kami pun sampai.

AAAAAAAAAARRRRRRRRGGGGGHHHHHHHH... OOOOOOHHHHHHHHH... UUUUUUUHHHHHH... kami orgasme bersamaan.

Crot ! crot ! crot ! crot ! crot ! crooooooottttttt ! Air maniku menyembur ke dalam vagina Lisma, melaju terus menuju ke rahimnya. Kami menghela nafas sejenak, lalu membersihkan badan kami sambil saling bercumbu.

Selesai berpakaian rapi, aku bersiap berangkat ke site, sementara Lisma sedang duduk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Ia memakai tanktop merah maroon dengan celana hotpants hitam.

“Aku berangkat dulu ya Ma, kalo mau keliling keliling, itu ada motorku di bawah, kuncinya di rak TV, ati-ati jangan jauh-jauh”

“Iya, hati-hati ya sayang”, sahut Lisma. Ia lalu beranjak berdiri dan memberiku ciuman di bibir, sempat iseng kuremas toketnya sebentar. Lalu aku pergi dengan mobilku.

Aku lalu sampai di site office, disana sudah ada Mark yang sedang asyik di depan laptopnya, kuhampiri dia dan kugebrak sedikit mejanya.

“Good morning Mark !”

“Holy shit ! (tampangnya Mark kaget), can you just say hello without shocking me ?”, sahut Mark.

“Well, I am sorry bro, but hey, what are you looking for dude”, tanyaku sambil melongok laptop Mark. Kulihat Mark sedang melihat foto-foto perempuan Indonesia, dia memang selalu memuji wanita-wanita Indonesia. Menurut Mark, wanita Indonesia itu cantik-cantik, ganas di ranjang dan yang pasti, biaya sewanya murah. Pernah sekali ia memintaku untuk mengantarnya ke Saritem di Bandung, 2 malam disana ia gonta-ganti jablay sampai lebih dari 10 kali, gile bener.

Okay aku cerita sedikit, aku bekerja di sebuah perusahaan jasa konstruksi swasta asing yang berbasis di Berlin, Jerman. Di Bekasi ini cuma office cabang kecil sementara cabang besarnya ada di Jakarta. Kami baru selesai mengerjakan mega-proyek besar di dekat sini, dan sekarang mulai masuk masa stand by dalam rangka masa garansi, makanya kerjaku agak nyantai karena cuma sesekali ke proyek ngecek-ngecek doang, kebanyakan waktu kuhabiskan di kantor. Temanku ini namanya Mark Hansen, warga negara Jerman, umurnya 28 tahun dan dia termasuk ‘kuncen’ disini karena staf Jerman yang lain kebanyakan sudah pulang ke Jerman, beberapa ngantor ke kantor Jakarta. Mark adalah staf asing yang paling dekat denganku, karena semasa proyek lagi sibuk kemarin dia satu tim denganku, di luar kerjaan pun aku sering main dengan dia, dan yang aku tau si bule ini nafsu seks-nya besar sekali. Aku tahu karena aku sering mengantarnya ke karaoke plus-plus, spa plus-plus atau tempat dugem di sekitar sini. Namun aku tidak sampai terjerumus masuk ke dunia begitu, entah kenapa aku tidak nafsu sama perempuan nakal atau jablay, rasanya tidak ada tantangannya, bayar lalu ngewe lalu selesai, aku lebih terobsesi dengan wanita biasa seperti ibu rumah tangga, karyawati atau mahasiswi, pokoknya bukan jablay.

Aku pun duduk di mejaku, dan mulai mengerjakan laporan progress di laptop sambil ngobrol dengan Mark, cuma kami berdua di kantor. Mark lalu cerita kalau dia sedang PDKT dengan seorang perempuan Indonesia, perempuan Sunda katanya. Selama ini Mark selalu ‘main’ dengan jablay lokal, kali ini ia ingin mencoba menjalin hubungan dengan perempuan Indonesia, bukan sekedar memuaskan nafsu. Aku menanggapi obrolannya sambil ogah-ogahan karena fokus dengan laporanku.

Selesai buat laporan, aku pamit sama Mark untuk pergi ke proyek, ada data engine yang harus kuambil, sekalian nanti langsung pulang ke kosan gak balik ke kantor lagi. Aku pun pergi menuju parkiran, lalu kulihat satpam di depan sedang mengobrol dengan seorang wanita.

“Nah ini dia pak Armand, pak ini ibu ini baru sampai mau ketemu bapak”, ujar security.

“Hai pak Armand”, sahut wanita itu, yeah... dia Lisma.

Segera kutarik Lisma menjauh, “ngapain kesini segala ?”, tanyaku.

“Abis bosen di kosan, sekalian aja aku keliling-keliling pake motor kamu”, jawab Lisma.

“Kan aku udah bilang jangan maen jauh-jauh, lagian kenapa gak nunggu aku balik ke kosan sih ? Segitu kangennya”

“Yeeeyyy, ini kan gak jauh, orang barusan dari kosan kamu kesini gak sampe 10 menit kok, eh kamu udah mau pulang Man ?”

“Belom, aku mau ke proyek sebentaran doang, ntar jam makan siang pulang ke kosan”, jawabku. Namun, tiba-tiba aku punya ide seru.

“Kamu ikut aku yuk Ma”, ajakku.

“Ayo, emang boleh ?”

“Kenapa pake acara gak boleh, lagian kamu barusan kesini ngapain kalo gak pengen ngikut aku ?”

“Tadinya aku cuma mau liat kantor kamu kayak gimana, sekalian siapa tau kita bisa quickie gitu”, goda Lisma genit sambil mencubit lenganku.

“Ah dasar, yaudah ayo ikut, siapa tau kita nemu momen yang pas dan lebih seru dari quickie hehehe”. Lisma dan aku lalu naik ke dalam mobilku.

“Pak, nitip motor saya ya”, ujarku ke security yang cuma dibalas senyum sama si bapak.

Aku dan Lisma meluncur ke proyek, di mobil kami ngobrol sambil sesekali aku mencolek toketnya. Lisma memakai kemeja panjang motif polkadot hitam dengan bahan yang agak menerawang, samar-samar terlihat tanktop merahnya, kayaknya dia gak pakai bra, ia juga mengenakan celana jeans ketat ala cabe-cabean yang bagian pinggangnya tinggi, sementara kemejanya di masukkan ke dalam, hijabnya berwarna merah kali ini. Sesampainya di parkiran proyek, aku memberikan Lisma helm proyek dan sepatu safety untuk dia pakai, lalu kami masuk ke dalam gerbang. Di front office security kuurus administrasi sebentar supaya Lisma mendapatkan ID card visitor, lalu kami masuk ke dalam. System engine yang harus ku periksa ada di area belakang proyek ini, karena jauh kami naik mobil.

Sampai di sana, aku dan Lisma lalu masuk ke sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat pompa-pompa dan jalur pipa yang rumit. Ruangan ini sepi, karena memang area engine jadi hanya sesekali engineer datang kesini, ditambah lagi lumayan berisik karena suara pompa yang running terus dan lokasinya yang terpencil. Lokasi yang pas buat mesum kan ? hehehehe. Namun aku beneran kerja dulu, aku mengecek sejumlah pompa, tegangannya, arusnya, vibrasinya dan lain-lain. Kami memakai ear plug yang bentuknya seperti headphone besar supaya tidak keganggu suara berisik pompa. Aku juga menjelaskan sedikit tentang sistem mechanical disini, tentunya sambil diselingi cumbu-cumbuan, selagi aku ngecek saja tangan Lisma sudah iseng meremas kontol di balik celanaku, sesekali aku remas balik toketnya yang empuk itu.

Ketika pekerjaanku selesai, tanpa banyak basa basi kutarik Lisma menuju sudut ruangan yang agak gelap karena tertutup jalur pipa-pipa yang melintang. Kami lalu bercumbu sambil kuremas toket Lisma, Lisma membuka resleting celanaku dan mengarahkan kontolku keluar lalu dikocoknya batangku. Menyadari waktu kita tak banyak, Lisma langsung turun menyepong kontolku sementara aku mengawasi keadaan sekitar.

Tak lama, Lisma lalu membelakangiku dan menunduk, aku membantunya menurunkan celana jeansnya sedikit serta celana dalamnya sampai memeknya terlihat dari belakang, tidak mungkin kami telanjang disini. Langsung saja kutancapkan batang kontolku ke dalam memek Lisma.

“Uuuuuuuhhhhhhhh...”, desah Lisma sambil berpegangan pada pipa yang melintang disitu. Kugenjot langsung kontolku dengan medium speed, sambil celingak celinguk mengawasi keadaan. Ngentot seperti ini memang memacu adrenalin dan memberikan sensasi tersendiri. Aku dan Lisma mendesah dan menjerit keras-keras, namun suara kami hilang ditelan bunyi deru pompa yang bising. Tiba-tiba aku melihat bayangan orang datang, langsung aku dan Lisma berhenti dan merapikan baju.

Siang pak Armand !”, sahut suara dibelakangku.

Aku dan Lisma kaget, lalu menoleh ke belakang. Rupanya si Indah, staf equipment.

“Eeeehhhh ada bu Indah, lembur bu ?”, tanyaku basa-basi sambil nyengir.

“Iya nih, ngomong-ngomong pompanya kenapa pak ? bermasalah?”

“Oh enggak kok bu, ini cuma ngecek-ngecek aja, semuanya masih oke, namanya juga masih baru, oh iya kenalin bu ini Lisma, anak magang, saya bawa kesini buat liat-liat sambil belajar”, aku mengenalkan Lisma, mereka lalu bersalaman.

Indah ini sebenarnya masih junior staf disini, tapi karena dia staf dari perusahaan owner makanya aku agak segan sama dia, aku kan disini kontraktor. Umurnya dibawahku, sekitar 21 tahunan, tapi bodinya cuy, semok-semok padat berisi, wajahnya cenderung agak jutek dengan tahi lalat diatas bibir ala-ala **************, dia juga berjilbab, walaupun kalau di sosmed kulihat rambutnya aslinya panjang dan sering ditata model swoosh ala Kristen Stewart di film Twilight sehingga leher mulusnya begitu menggoda untuk dicupang. Pengen banget kujadikan dia mangsa selanjutnya, yah entah kapan ya, soalnya dengan sikap jutek plus katanya dia mau nikah sebentar lagi, aku rada pesimis bisa ngentot cewek ini.

“Oke pak Armand, saya tinggal dulu, panas ya disini, bapak ama mbak-nya sampai keringetan begitu”, Indah pun berlalu.

Aku dan Lisma saling pandang sambil mengatur nafas, lalu kami melanjutkan urusan yang belom selesai tadi. Kuentot lagi Lisma di pojok ruangan, kali ini langsung kugenjot cepat biar segera keluar.

“Uh.... oh... Ayo Man keluarin...”

“Iya Ma, rasain nih semprotan pejuku... AAAAARGGGGHHHH...”, aku menekan kontolku dalam-dalam sambil meremas toket Lisma dari belakang.

Kami langsung beres-beres dan pergi dari tempat itu, meluncur langsung mencari makan siang lalu lanjut ke kosanku.

Sampai di kosan, kami sempat ngentot lagi 1 ronde yang dilanjut tidur siang, sebenarnya aku sempat mengajak Lisma pergi ke Puncak, kita sewa kamar hotel disana, namun Lisma menolak. Alasannya karena takut capek dan buang waktu di jalan, apalagi ini weekend dan sudah pasti macet, mendingan energi dan waktu untuk di jalan dipakai untuk ngentot disini. Lagipula, kata Lisma dia kesini bukan untuk liburan atau senang-senang, dia kesini untuk dihamili, ya baguslah itung-itung ngirit uangku hehehe.

Selanjutnya aku lupa berapa kali aku ngentotin Lisma di kosan, ada di kamar mandi, ada pula kami coba di balkon luar kamarku di tengah malam saat sepi, seingatku ada 2 diantaranya dia sampai squirt lagi. Kami juga sempat ngentot saat jalan-jalan ke beberapa mall di Bekasi, aku sodok Lisma di fitting room area pakaian disana, sempat juga di toilet, di parkiran basement bahkan di taman kota, nah tapi di taman kota ini gak sampai crot gara-gara nyaris kepergok orang.

“Hai ayaaaahhhh, lagi apa?”

“Hai sayangku, dua bidadariku yang cantiiikkkk”

Aku sedang tiduran di kosan sambil video call-an dengan istri dan anakku, sementara dengan tubuh telanjang bulat Lisma sedang menyepong kontolku, tentu saja sambil ngumpet agar tidak tersorot kamera.

“Ssssllllurrrrrrrrrrrrpppp... sluuurrrrrrrrpppp... aaaaaaahhhhhhh”, Lisma menyedot batang kontolku sambil paln-pelan meremas bijiku, ia kadang juga menjilati batang penisku naik turun atau menyedot lubang kencingku. Beberapa hari tinggal disini dia sudah semakin liar saja pikirku.

“Ooo gitu bun ? dipenjara bener ? aduh !”, aku tiba-tiba mengaduh saat mengobrol dengan istriku. Aku lalu melongok ke arah Lisma, rupanya dia sedang berjongkok membelakangiku dan berusaha memasukkan batang kontolku ke memeknya, tapi tadi kontolku selip ke arah pantatnya selagi Lisma menekan pantatnya, jadi agak sakit. Lisma cuma memberi isyarat maaf sambil nyengir, lalu dia berusaha memasukkan lagi kontolku, kali ini sukses.

“Eeeemppppphhhhhh...”, Lisma mendesah pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan.

“Ada apa sih yah ?”, tanya istriku di video call.

“Engga bun, barusan kaki ayah kepentok lemari, terusin ceritanya, jadi si Fildan itu beneran dipenjara ya ?”

“Iya yah, tau sendiri lah ayah si Fildan kelakukannya dari dulu emang kacau, udah ga ada keluarga yang suka ama dia, nah sekarang kena batunya tuh dia dipenjara gara-gara narkoba”

“Mudah-mudahan jadi pelajaran lah ya si Fildan, berapa tau dipenjaranya ?”

“Denger-denger mah 5 taun yah, udah dapet ngurangin itu juga soalnya si uwa Husen merjuangin, ah si Fildan mah bener-bener da segitu anak haji tapi kelakuan amit-amit, mana istrinya teh lagi hamil muda yah”, cerita istriku.

“Wah ? si Silvy lagi hamil ? buset dah kasian banget, gimana itu perasaan istri hamil suaminya dipenjara”, ujarku. Sebenarnya aku berusaha keras ngatur nafas dan berekspresi sewajar mungkin di hadapan istriku, soalnya dalam posisi ngentot begini, ditambah Lisma yang mulai melancarkan goyangan mautnya dengan memutar pantatnya di kepala kontolku, waduuuuuuuuuhhhhhhh.

“Iya lagi hamil si Silvy tuh, baru ketauan hamil kemaren di chatting mah ngobrol sama bunda teh, ada ada aja ya yah, ini keluarga lagi kacau malah hamil, lah yang keluarganya lagi adem, ngarepin anak eh malah gak hamil-hamil, kaya si Lisma tuh, aduh kasian eh bener Lismaaaa Lismaaa...”, ujar istriku.

Aku langsung melirik ke arah Lisma, rupanya dia juga mendengar ucapan istriku yang memang aku setting loudspeaker, Lisma lalu bergerak melepas kontolku dan sempat terdiam. Aku lanjutkan mengobrol dengan istriku.

“Iya sih, yah namanya rezeki udah ada yang ngatur, tapi ayah sih yakin bun, si Lisma gak lama lagi bakal hamil deh”, ujarku, seketika Lisma mencubit pahaku, aku berusaha menahan sakit.

“Yaudah deh yah, bunda mau nyusuin dulu, ayah tidur ya udah malem, dah ayah, mmmmuuuuaaaccccccchhhhhh”

“Iya bun, dadah bunda, dadah anakku yang pinter”, aku melambaikan tangan ke arah kamera depanku, lalu menutup sambungan video call itu. Kuletakkan HP-ku disamping kasur.

Seketika Lisma langsung menerjangku, ia mencumbu bibirku sambil mengarahkan kontolku ke lubang memeknya, blesssss.... Langsung dengan penuh semangat ia menggoyang pinggulnya sambil menciumi leherku.

“Ah.. uh... ah... uh... waw jadi ganas begini, kenapa Ma ?”, tanyaku. Namun Lisma tak menjawab, justru mempercepat goyangannya dan mendesah agak keras.

“Aaaaaaahhhhhhhh..... uuuuuuuhhhhhhhhhhhh.....”, desah Lisma diiringi bunyi kocokan memeknya di kontolku.

Cukup lama Lisma menggoyangku dari atas, sesekali toket pepayanya menggantung tepat diatas wajahku, aku bergantian menjilati putingnya seperti orang sedang lomba makan kerupuk 17-an. Aku lalu membalik posisi menjadi diatas dan Lisma dibawah, karena dari tadi ia main speed tinggi, maka kuberi juga ia genjotan kecepatan maksimum.

Aaaaaaaaahhhhhhhh... aaaaaaaaaaaahhhhhhhhh uuuuuuuuuhhhhhh eeeemmmmmppppphhhhhhh”, desah Lis keras-keras sambil menempelkan kepalaku di dadanya.

Tiba-tiba handphone Lisma berdering.

Kami mengabaikannya dan meneruskan ngentot, deringnya sempat berhenti tapi kemudian berbunyi kembali. Lisma pun mengangkatnya, rupanya dari Reza. Lisma dan Reza memang biasa telponan, bukan video call-an seperti aku dan Vany. Hal ini menjadi bagian dari pertimbangan Lisma ketika memutuskan berani datang ke Bekasi.

“Halo sayaaannngggg...”, jawab Lisma di telpon.

“Hai nda, lagi apa ?”, tanya Reza. Suaranya di loudspeaker juga sepertiku tadi.

“Ini lagi ti... aaaahhhhh... tiduran yah”

“Tiduran kok mendesah gitu ? Idih nda lagi ngapain niiihhh”, goda Reza.

“Lagi tiduran yah, itu tadi lagi mau pukul nyamuk gak kena”, Lisma ngeles.

Sementara aku memainkan teknik ‘sodok dalam’ ke memek Lisma, genjotan pelan tapi dihentak dalam sehingga membuat Lisma menahan desahannya.

“Hihihi... Bun, ayah minta maaf ya soal ribut kemarin-kemarin, bunda tau ayah tertekan gara-gara tuntutan punya anak, bunda juga sama tertekan, maaf ya bun”, ujar Reza.

“Ooo... iya yaa aaaahhh, gapapa kok, bunda juga minta maaf..”, ujar Lisma terbata karena menahan desahan.

“Yaudah, sebagai tanda baikan, ini ayah mau pulang ke Garut, lagi beres-beres nih”

“Hah ? ke Garut ? uuuhhh seeesss... sekarang yah ?”, Lisma kaget. Aku pun memelankan genjotanku.

“Ini sih lagi beres-beres baju nda, ayah izin cuti sama si bos, kebetulan kerjaaan dokumen ayah buat rumah sakit yang Palembang udah beres, sama si bos dibolehin cuti dulu sebentaran sebelom ntar berangkat ke Palembang, ya sekalian jadi momen kita baikan”.

“Oooohhhh gitu yah, eemmppphhh”, jawab Lisma, aku masih menggenjot memeknya pelan.

“Kok nda kayak gak seneng gitu ?”

“Ih bukan gitu yah, ya seneng lah mau ketemu suami, cuma lagi mikir aja ini ga ada apa-apa di rumah, nda gak masak tadi siang”

“Ooo, tenang urusan makan ntar ayah beli makanan di rest area sekalian bungkusin buat bunda, mau kayak biasanya nasi teriyaki ?”

“Iya boleh yah itu aja”, jawab Lisma lirih.

“Yaudah, ntar ngobrolnya di rumah ya, ini ayah mau beres-beres lagi, sambil nunggu mobil, mobil ayah lagi dipinjem temen sebentar, tapi tadi katanya udah di jalan”

“Ga besok aja pulangnya yah ? bukan apa-apa, ini udah malem loh, udah jam 10, takutnya ayah udah ngantuk”.

“Nggak ah, lagian tadi sempet tidur kok pas sore, tenang aja nda, dateng mobil ayah langsung cusss ke Garut, yaudah dadah bunda, see you ya”, Reza lalu menutup telponnya.

Aku lalu menggenjot Lisma dengan cepat, sementara Lisma memegang wajahku.

“Gawat, Reza mau pulang sekarang Maaannn”

“Tenang, kita beresin ini, terus aku anter kamu ke Garut sekarang juga”

Dan kami langsung ngentot dengan ganas, berusaha secepatnya ejakulasi. Aku menggenjot kontolku sambil Lisma mengangkat kakinya dan ditumpangkan ke pundakku, ia juga merangsang kelaminnya dengan memainkan jarinya di sekitar memeknya sambil sedikit menggoyang pinggulnya, aku juga merangsang Lisma dengan memainkan putingnya dan sesekali mencumbu bibirnya.

“AAAAAAARRRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHH... OOOOOOOOOOOOUUUUUGGGGHHHHHHH...”, desah kami berdua saat berejakulasi.

Selesai menarik nafas, kami langsung membersihkan diri, kami mandi bareng lagi, namun karena buru-buru kali ini tanpa ngentot. Lisma sudah bersamaku sejak jumat malam, sabtu, minggu dan hari ini, senin, harusnya dia masih disini besok, tapi karena situasi mendadak jadilah ia harus pulang malam ini juga.
 
Reza datang nya di momen yg pas ... Kalo program pma ini sukses .. maka itungannya pas ngga bakalan ketauan ... Hahaha
 
Terakhir diubah:
Liar sekali adegan di awal update ini
:beer:
 
mungkin nama-nama cewek yang disebut tadi bakal jadi mangsa selanjutnya nih~~
 
Maaf, sebenernya ane udh cukup bosen dengan cerita yg tokoh utamanya sempurna... hehehe. Tapi menarik buat diikutin nih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd