Lanjutan nya......
Pov rustam
Malam ketig2a setelah aku sah menjadi suami nya aku baru bisa melakukan kewajiban ku sebagai suami nya dengan terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter tempat tini melakukan check up dan entah karena rasa sayang ku, walau mesti aku melakukan kewajiban ku dengan menggunakan kondom.
1 bulan kemudian.....
Saat ini aku sudah berada di kota palembang, kami mendapatkan rumah dinas di komplek perumahan sungai gerong plaju, dan posisi ku saat itu sebagai asisten manajer manufacturing devision dan menerima gaji 4x lipat dari gaji saat aku masih menjalani program beasiswa.
Saat aku sedang berada di dalam kantor tiba-tiba hp ku berbunyi dan ternyata yang menghubungi adalah mas dedi kakak ku di kampung.
"Assalamualikum wr.wb, mas dedi", ucap ku menjawab panggilan telpon dari kakak kandung ku.
"Waalaikum salam wr.wb dik, bentar dik ibu pengen ngomong sama kamu", ucap nya di ujung telepon sana.
"Hallo rus, ini ibu, gimana kabar kalian disana?", suara ibu menyapaku setelah tadi sunyi sesaat.
"Alhamdulillah, anak-anak sehat semua bu, cuma yatmi mesti sering di kontrol karena kondisi nya nggak stabil, kalo kandungan yatmi saat ini sehat dan memasuki usia kandungan nya 7 bulan bu, gimana dengan kabar kalian disana bu,", ucap ku menjelaskan keadaan keluarga kami, dan balik bertanya keadaan keluarga ku disana.
"Alhamdulillah sehat semua, ibu sudsh sembuh dari demam kemaren nak, maaf ibu tidak bisa menghadiri akad nikah kamu dengan tini", ucap ibu ku dari ujung telpon sana.
"Syukurlah kalo kalian semua sehat walafiat, nggak apa-apa bu, yang penting doa restu ibu dan bapak supaya rustam bisa menjadi suami yang baik buat mereka dan anak-anak kami", jawab ku.
"Eh iya nak, ada kabar duka nih, kamu jangan kaget paman kamu tono hartono meninggal dunia rus, dan jenazah nya sudah ada di rumah kita dan rencana nya hari ini akan segera dimakamkan di samping makam mbah darto kakek mu rus", ucap ibu ku mengabarkan berita duka.
"Innalillahi wa innalillahirojiun", memang nya kapan papa tono meninggal nya", ucap ku.
"Semalam rus, paman kamu meninggal karena over dosis menggunakan narkoba jenis heroin dan disamping jenazah nya juga terdapat jenazah seorang wanita yang usia nya mungkin seusia tini yang kalo tidak salah siapa ded, wanita itu.... amanda putri bu sahut mas dedi, amanda putri rus nama perempuan itu suara mereka berdua terdengar di telinga ku.
"Astarfirullahal adzim, kok sampai segitu nya keadaan papa tonoya bu", ucap ku kaget.
"Dan yang membuat ibu malu, paman mu di ketemukan tidak bernyawa keesokan hari nya dengan wanita itu dalam keadaan bugil dan masih bersatu kemaluan mereka, menurut ahli forensik rumah sakit umum yogyakarta, kematian mereka diperkirakan 6 jam lalu saat menggunakan heroin dan melakukan persetubuhan tersebut hingga ajal mereka mungkin jangtung kedua nya terbakar", ucap ibu menjelaskan keterangan ahli forensik atas meninggal nya papa tono.
"Mungkin sudah takdir nya seperti itu bu, kita doain saja semoga allah mengampuni dosa-dosa nya, amiieenn ya robbal alamin", ucap ku di telepon.
"Amiieenn", ucap ibu ikut mengamini ucapan ku.
"Yaudah rus, ibu mau nyambut para pelayat yang datang, salam buat mantu, cucu dan mertua kamu disana ya nak, assalamualaikum wr.wb," ucap nya mengakhiri pembicaraan kami di telepon.
"Waalaikum salam wr.wb", jawab ku.
Lalu segera ku kirim berits duka itu pada ayah dodit mertua ku, yatmi dan tini istri ku.
to : ayah dodit
"Assalamualaikum wr.wb, ayah ini rustam, baru saja rustam dapat kabar duka dari ibu rustam di kampung bahwa papa tono hartono meninggal dunia, jenazah sudah ada di rumah ortu rustam di desa slaung ponorogo, tolong di doain semoga dosa-dosa almarhum diampunin allah swt".
to: mama yatmi
"Assalamualaikum wr.wb, mama, papa barusan dapan kabar duka dari ibu di kampung bahwa papa tono meninggal dunia, jenazah beliau sudah berada di rumah ibu, dan akan dimakamkan di pemakaman keluarga di desa slaung ponorogo".
to: tini
"Assalamualaikum wr.wb, Ibu, papa dapat kabar duka dari ibu di kampung bahwa papa tono meninggal dunia, dan jenazah nya akan dimakamkan di makam keluarga di slaung ponorogo".
10 menit kemudian ayah dodit membalas pesan sms ku.
from : ayah dodit
"Waalaikum salam wr.wb, innalillahi wa innalillahirojiun, ayah turut berduka cita ya nak, biar bagaimana pun ia paman mu juga".
Sedangkan sms dari yatmi dan tini istri-istri ku meminta ku segera pulang jangan lembur dulu untuk hari ini, soalnya nanti malam kami akan membacakan surat yasin dan alfatihah buat almarhum papa tono semoga dosa-dosa nya diampuni dan amal ibadah nya diterima allah swt.
Saat aku pulang ke rumah, kedua istri ku menampakkan wajah sedih nya, biar bagaimana pun papa tono pernah menjadi bagian hidup mereka, mereka berdua janda dari almarhum papa tono yang juga mantan suami mereka berdua, aku mengucapkan salam terlebih dahulu, dan dijawab salam ku oleh mereka berdua.
"Mama, ibu, kalian berdua jangan bersedih, kita doakan saja semoga amal ibadah nya diterima dan dosa-dosa beliau diampuni allah swt, papa ingin melihat kalian berdua bangkit dan jangan sedih yang justru akan mengganggu kesehatan kalian berdua".
"Iya pa, mama cuma sedih kenapa meninggal nya dia seperti itu, tadi mama nelpon langsung ke ibu yang memberitahukan kalo papa kamu meninggal sedang bersetubuh dengan bukan istri nya sambil mengkonsumsi narkoba hingga over dosis", jawab yatmi.
"Mungkin jalan takdir papa tono seperti itu ma, makanya kita mesti berdoa dan bermunajat meninggal dalam keadaan khusnul kotimah bukan sebaliknya", ucap ku menenangkan yatmi yang saat ini kandungan nya memasuki bulan ketujuh.
Malam itu sehabis sholat magrib kami sekeluarga, aku, kedua istri ku, mbok siti, agus, citra, dan putri membaca surat yasin dan al-fatihah untuk almarhum tono hartono.
.
.
.
2 bulan kemudian tepat nya 10 oktober 2005....
Pov yatmi
Aku melahirkan seorang bayi laki-laki melalui persalinan yang normal, dan sekarang aku berada di ruang rawat inap RS.Charitas kamar kelas 2.
Bayi laki-laki yang lahir dari rahim ku, di beri nama Muhammad Oktavianus Anwar, lahir dengan berat 2,9 kg.
Senyum bahagia suami ku saat ia mengazankan serta mengiqomatkan bayi laki-laki yang terlihat lucu dan menggemaskan.
"Ma, selamat ya ataa kelahiran putranya, ibu boleh gendong okto ma", ucap tini meminta ijin menggendong okto.
Aku menggangguk dan mengiyakan permintaan nya dan berbicara pelan pada tini, "bu, okto juga anak mu bu, kita akan rawat dan asuh bersama-sama ya, semoga kelahiran okto juga membuat ibu bahagia seperti apa yang mama rasakan saat ini".
"Makasih ma, eh iya pa, ibu sekalian aja mau check up mumpung ada di RS.CHARITAS ini, papa mau ikut nemenin ibu bentar", ucap tini pada rustam suami kami.
"Ayo papa temenin, ma papa tinggal bentar ya, nemenin ibu check up bulanan nya, nanti kalo ada perlu apa-apa, mama bisa sms papa saja, ini hp mama papa kembalikan", ucap suami ku sambil mencium kening ku kemudian menggandeng tini keluar ruangan rawat inap ini.
"Ya allah semoga engkau memberikan kesembuhan buat tini, dia tidak seharusnya menderita penyakit tersebut, ampuni dosa dan kesalahan masa lalu nya, amiiiennn ya robbal alamin", ucap ku berdoa dalam hati.
Yang membuat ku sedih atas meninggal nya mas tono mantan suami ku adalah karena ia makin jauh tenggelam dengan kesalahan dan dosa nya, entah apa yang membuat nya seperti itu, apa mungkin karena digugat cerai tini tempo hari atau karena masalah apa? Tapi biar bagaimana pun ia dulu pernah hadir mengisi kehidupan kami bertiga, sebagai suami dan papa dari ku dan anak-anak, bahkan aku dan tini merupakan mantan istri nya yang sedikit banyak mengetahui bahwa sebenarnya mas tono itu sosok yang baik seperti rustam suami ku saat ini, tetapi karena sikap nya yang tertutup dan tidak mau membagi beban hidup nya membuat ia salah dalam mengambil langkah dalam kehidupan nya, "selamat jalan mas tono, aku mendoakan semoga amal ibadah mu di terima dan semua dosa-dosa mu diampuni allah swt, amiieen ya robbal alamin". Doa ku dalam hati untuk mantan suami ku.
.
.
.
Diruangan lain di RS. CHARITAS.....
Pov rustam
"Pak rustam, boleh kita berbicara 4 mata mengenai kondisi terakhir istri bapak, lebih baik bapak ikut ke ruangan kerja ku sebentar", ucap dokter yohannes dengan wajah serius mengajak ku ke ruangan kerja nya.
Setelah kami berada di ruang kerja dr.yohannes, beliau mempersilahkan duduk dan sesaat kemudian mulai menjelaskan kondisi terakhir yang dialami oleh tini istri ku.
"Mohon maaf pa, mungkin bapak agak shock mendengar penjelasan saya nanti, tapi itu kenyataan yang harus bapak ketahui sejak sekarang sebelum nanti kita ambil langkah dan tindakan medis selanjutnya". ucap dr. yohannes.
"Silahkan dok, saya sudah siap mendengar penjelasan dokter", ucap ku menyahuti omongan nya dan meminta beliau melanjutkan penjelasan medis nya.
"Ini hasil rontgsen terakhir yang beberapa saat lalu di ambil ibu tini, keadaan ibu tini semakin kritis dan mengkhawatirkan terutama kedua ginjal nya yang sudah tidak berfungsi normal karena efek obat yang dikonsumsi nya selama ini, ibu tini termasuk kuat bisa bertahan sampai hari ini, sudah lebih dari 5 tahun lalu virus HIV AIDS ini menggerogoti sistem kekebalan tubuh nya, cuma karena virus itu belum ada vaksin untuk membunuh nya maka kami atau para dokter hanya memberi nya obat untuk memperkuat sistem imun atau daya tahan tubuh nya, tetapi itu berakibat pada organ tubuh ibu tini, efek obat yang rutin mesti ia konsumsi mengakibatkan kedua ginjal nya menjadi rusak dan untuk ke depan nya ibu tini mesti melakukan cuci darah minimal 1 bulan sekali dan kalo ada pendonor ginjal yang cocok bisa dilakukan operasi pak, sampai disini apa penjelasan saya sudah bisa dipahami pak?", ucap dr. yohannes bertanya sambil mengatur nafas nya kembali.
"Iya saya mengerti pak, tapi kalo bisa dokter rahasiakan semua ini dari nya ya, saya ingin ia terus berjuang dan tidak mau melihat nya lemah karena mendengar berita ini, berapapun biaya nya akan saya usahakan demi kesembuhan istri saya dok, tolong bantuan nya untuk membantu saya menyembuhkan penyakit nya", ucap ku yakin dan tegas.
"Iya pak saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu bapak, untuk sekarang cuci darah nya mesti dijalani, dan jangan sampai telat untuk cuci darah bulan berikutnya karena akan berakibat fatal dengan kesehatan ibu tini pak", ucap dr. yohannes selanjut nya.
"Ok pak, silahkan lakukan tindakan medis yang perlu demi membantu kesehatan nya saat ini, nanti administrasi akan saya beresin segera, dokter jangan khawatir", ucap ku tegas untuk menyakinkan nya.
"Ok kalo begitu, saya rasa cukup penjelasan saya pada bapak, apa masih ada yang ingin bapak tanyakan lagi?", ucap dr. yohannes.
"Tidak dok makasih atas semua penjelasan nya, kalo begitu saya permisi, mau kembali lagi ke ruangan istri ku biar ia tidak khawatir dengan saya", ucap ku lalu menjabat tangan dr. yohannes kemudian melangkah keluar ruangan itu.
Aku melangkah menuju ruangan tini menjalani serangkaian check up dan tes medis, dan setelah ada disana ia melihat ku dengan tersenyum walau ku tau ia menahan sakit di pinggang nya karena kedua ginjalnya saat ini tidak berfungsi normal karena efek samping dari obat yang ia konsumsi untuk memperkuat imun di tubuh nya.
"Ibu, gimana keadaan nya, masih sakit kah pinggang nya?", ucap ku pada tini istri ku yang masih memegangi pinggang nya yang terasa sakit.
"Iya pa sakit banget, tadi dokter yohannes ngomong apa pa?", tanya istri ku penasaran.
"Nggak kok, cuma katanya kamu mesti tiap bulan rutin check up nya, papa akan catat jadwal rutin check up kamu biar papa bisa nemenin kamu bu", ucap ku berbohong.
"Ya udah kalo cuma masalah itu, eh iya pa, boleh kah ibu jalan-jalan ke bangka-belitung seperti yang pernah bunda lia ceritain, ibu pengen merasakan bulan madu dengan papa, please pa...", ucap tini dengan wajah penuh harap permintaan nya ku kabulkan.
"Iya bu, bulan depan ya, papa bisa bulan depan ajuin cuti dulu", ucap ku mengiyakan permintaan nya.
"Makasih pa, ibu senang banget dengar nya", ucap nya kegirangan mendengar jawaban ku.
"Dah ibu duduk saja di kursi roda, kita ke ruangan xxx", ucap ku lalu mendorong kursi roda menuju ruangan tempat cuci darah.
"Eh iya pa, ruangan apa ini pa?", ucap tini bertanya pada ku saat ia sudah diatas kursi roda yang sedang ku dorong.
"Nggak begitu faham saya bu ruangan apa ini, tapi menurut dr. yohannes sekarang ibu mesti ke ruangan ini", ucap ku menjawab nya dengan sedikit berbohong.
Di dalam ruangan itu sudah ada dr. yohannes yang sudah menunggu kami, ia dibantu oleh 2 orang suster lalu menggantikan ku mendorong kursi roda dan meminta ku untuk menunggu di luar ruangan.
1 bulan kemudian....
Aku menepati janji ku mengajak tini berlibur ke provinsi bangka belitung, itupun karena keinginan yatmi yang meminta ku untuk segera mengajak tini berliburan kesana, selain karena ingin membahagiakan istri ku tempat ini juga mengingatkan kembali kebahagiaan ku bersama bunda lia hingga setelah pulang dari sana bunda lia hamil dan itu suatu anugerah yang terindah buat ku saat itu.
"Papa, ibu senang banget bisa melihat laut yang indah ini, kirain hanya impian ibu saja makasih pa sudah mewujudkan keinginan ibu", ucap nya tersenyum dalam dekapan tubuh ku.
"Sama-sama bu, papa juga bahagia bila kamu senang seperti ini, i love you ibu, jangan tinggalin papa ya", jawab ku sambil membelai bahu nya.
Iya saat ini kami berdua sedang berada di pantai parai tenggiri, pantai yang sangat indah dengan karakter ombak yang tenang dan permukaan pasir putih yang lembut dan landai.
"Bu.... Kok kamu pucat gini, mana dingin banget tubuh mu bu, sebaiknya kita segera balik ke hotel saja ya bu, papa khawatir dengan kesehatan kamu bu", ucap ku khawatir melihat kondisi nya yang kedinginan karena terpaan angin laut.
"Iya pa, tiba-tiba kepala ibu sakit, pa ibu senang banget walau mungkin ini terakhir kali nya ibu bisa melihat pantai", ucap nya seperti mengingau dan ambruk pingsan membuat ku semakin kacau dan panik seketika.
"Bu...ibu bangun bu....", ucap ku menggoyang-goyangkan tubuh nya berusaha menyadarkan nya tetapi tini tetap tidak mau membuka mata nya, tetapi dari hidung nya nya aku bisa merasakan ia masih bernafas saat itu.
Aku segera meminta bantuan pihak hotel untuk menjemput kami saat ini dan saat tiba di hotel aku segera mengambil keputusan untuk membawa nya ke rumah sakit di daerah pangkal pinang.
Rumah sakit pangkal pinang...
"Pak rustam, kondisi ibu tini sangat sulit untuk ditangani di rumah sakit ini, peralatan rumah sakit ini masih minim, sebaiknya dibawa segera ke rumah sakit charitas, nanti kami akan keluarkan surat rujukan nya biar segera langsung ditangani disana pak", ucap dokter fauzi saat selesai menangani pemeriksaan pada tini istri ku.
"Ok dok, tolong dibantu dok, apa bisa malam ini segera kembali ke palembang", ucap ku.
"Bisa pak, tapi biaya trasportasi nya ke palembang sangat mahal", ucap dokter fauzi.
"Nggak apa-apa, yang penting istri ku segera ditangani dengan baik disana, saya mohon bantuan nya pak", ucap ku.
.
.
.
Jam 12 malam akhirnya kami sudah sampai di rumah sakit charitas, tini segera dilarikan ke ruang ICU oleh petugas jaga rumah sakit, sementara aku mengabari pada yatmi istri ku bahwa aku sekarang sudah berada di depan ruang ICU RS.CHARITAS, dan yatmi istri ku akan segera menyusul ku menemani ku saat itu.
from : mama yatmi
"Papa, yang kuat ya, jangan panik, mama akan kesana nemenin papa".
1 Jam kemudian yatmi istri ku datang ke RS CHARITAS, bersama ayah dodit dan ibu ratna, terlihat wajah mereka menampakkan kesedihan saat menyaksikan ku mondar-mandir di depan pintu ruang ICU.
"Pa, yang tenang ya kita akan temenin papa melewati cobaan ini, mama nggak mau kalo sampai papa jadi sakit karena terlalu panik seperti ini", ucap yatmi istri ku mencoba menenangkan kegelisahan dan kepanikan ku saat ini.
"Makasih ma, kamu udah datang, kok bisa bareng ayah dan ibu ma", ucap ku terkejut melihat kedua mertua ku ada bersama yatmi saat itu.
Aku lalu mencium buku tangan ibu mertua ku, lalu berpindah ke ayah dodit dan memeluk nya menumpahkan semua kesedihan ku pada nya.
"Rus, ayah ikut sedih melihat kamu seperti ini, kamu mesti kuat dan tegar, demi istri dan anak-anak kamu nanti, eh iya sebaiknya besok kamu ajak citra ke sini sebelum terlambat, ayah minta kamu mesti kuat dan tegar jika takdir allah menentukan garis kematian tini nanti nya, seperti dulu saat ayah mesti merelakan kepergian lia anak kesayangan ayah, karena itu sudah hak nya allah menentukan takdir kita nak, ayah minta sebaiknya kamu banyak berzikir dan berdoa minta pertolongan allah, dan mesti siap menerima qodho dan qodhar nya allah nak", ucap ayah dodit menasehati ku untuk tenang.
"Iya yah, rustam beruntung ayah bisa datang kemari, makasih yah rustam sekarang bisa kuat karena ada kalian yang mensupport dan mendukung ku yah". ucap ku.
Keesokan hari nya.... tanggal 12 november 2005.... jam 5.00 wib....
Aku pulang ke rumah dinas di plaju sungai gerong, dan segera ke kamar citra bermaksud membangunkan nya supaya ia ikut menjenguk ibu nya yang sedang ditangani para medis di RS. CHARITAS, saat aku mencium kening nya ia kaget dan tersenyum saat menyadari di hadapan nya berdiri papa nya.
"Papa, kok cepat banget pulang liburan nya sama ibu", ucap citra lalu bangkit dan duduk memeluk tubuh ku yang saat itu duduk di sisi ranjang nya.
"Kamu mandi dan segera berpakaian ikut papa ya nak kita temui ibu mu", ucap ku meminta nya untuk segera mandi dan pergi ke rumah sakit.
"Kenapa dengan ibu pa, ibu sakit ya pa?", ucap citra dan matanya mulai berkaca-kaca.
Aku mengangguk pelan dan mempererat pelukan ku dan berusaha menenangkan nya.
"Jangan sedih nak, ada papa dan mama kok, citra anak papa mesti kuat ya, ibu cuma sakit biasa kok, sedang ditangani oleh pihak rumah sakit, eh iya nanti pap bikin surat ijin buat kamu ya nak, nanti papa titip surat nya sama agus, dah buruan mandi papa keluar dulu mau mandi juga nanti 1 jam lagi kita berangkat bareng ke rumah sakit ya nak", ucap ku.
"Iya pa", ucap nya singkat lalu segera bangkit membawa handuk untuk mandi.
Aku menemui keempat anak ku yang lain, sementara itu mbok siti yang sudah bangun sudah menyiapkan kopi hitam untuk ku, dan sempat menanyakan keadaan tini istri ku.
"Den gimana kabar nya ibu, istri aden, mbok cuma bisa bantu doa semoga lekas sembuh ya den, air hangat nya sudah mbok siapin untuk aden mandi", ucap beliau.
"Masih belum sadar mbok, makasih mbok sudah siapin buat rustam, eh iya mbok gimana okto? Apa anak nya rewel sekarang? Maklum mama nya masih di rumah sakit, nanti kalo aku sudah disana mama yatmi nanti pulang", ucap ku.
"Alhamdulillah masih tidur dia den, nanti kalo dia bangun mbok buatin susu sementara sebelum mama nya pulang, itu pesan mama den saat mereka mau berangkat semalam.
Jam 6.00 wib....
"Agus, putri, papa dan citra berangkat dulu ke rumah sakit, agus papa titip adik-adik mu tolong kamu jagain mereka sama mbok ya, ntar mama pulang ke rumah gantian sama papa jika papa sudah sampe di sana", ucap ku pada agus dan citra saat mengantarkan nya ke sekolah.
"Iya pa, tenang ada agus pa, agus bisa diandalin benar nggak put", ucap nya.
"Iya pa putri juga akan bantuin mamas, kak citra jangan nangis ya, ibu pasti sembuh kok", ucap putri pada citra kakak nya.
"Iya put", ucap citra lalu mereka berdua berpelukan sejenak sebelum agus dan putri turun dan mereka berdua melambaikan tangan pada kami.
"Yuk nak, kita berangkat sekarang", ucap ku lalu mulai menjalankan mobil kijang yang dibawa ayah dan ibu mertua ku dari pendopo.
Jam 7.00 wib.....
Aku sudah sampai di ruang ICU, dan segera menemui, ayah dan ibu mertua ku serta yatmi istri ku, dan meminta mereka berdua segera beristirahat di rumah.
"Mama....", ucap citra sambil menangis memeluk yatmi istri ku.
"Sabar nak, ibu masih di dalam sedang diobati, kamu nggak usah sedih ada papa, mama, dan adik-adik kamu yang sayang sama kamu nak, ibu mu pernah berpesan citra nggak boleh nangis dan jadi anak yang baik ya", ucap yatmi menasehati citra anak ku dan tini yang sudah ia anggap seperti buah hati nya sendiri.
"Iya ma, citra nggak akan sedih kok, makasih ma, citra sayang sama mama", ucap nya dalam pelukan istri ku.
Jam 7.30 wib saat istri ku dan mertua ku sedang dalam perjalanan pulang, pintu ruang ICU terbuka dan seorang suster memanggil ku dan citra untuk masuk ke ruang ICU, tini ternyata sudah sadar.
"Pak rustam ya", ucap suster itu saat melihat ku sedang menunggu di ruang ICU.
"Iya sus, saya rustam suami nya ibu hartini", ucap ku menjawab dengan cepat panggilan suster.
"Ibu tini sudah sadar dan ingin ngomong dengan bapak, ini siapa pak?", ucap suster itu ramah.
"Ini citra anak kami sus", ucap ku menjawab cepat.
"Kalo begitu bapak dan citra silahkan masuk", ucap nya mempersilahkan aku dan citra masuk ke dalam.
"Terima kasih sus", ucap ku singkat dan menggandeng citra anak ku.
Di dalam ruangan ICU.....
Aku melihat tini yang sudah sadar dari koma nya, di sekujur tubuh nya dipasangi peralatan medis, selang infus di tangan kiri nya, alat bantu pernafasan di hidung nya, dan alat detektor di dada kiri nya, sekilas di monitor alat itu menunjukkan grafik turun naik, alat yang mendeteksi detak jantung pasien saat itu sedang diaktifkan untuk memantau dan memonitor perkembangan jantung pasien nya.
Seketika citra maju menghambur ke hadapan ibu nya yang masih terbaring lemas.
"Ibu.....", ucap citra sedikit berteriak memeluk ibu nya yang tergolek lemas diruangan ICU.
Ya sejak tini menjadi istri ku, ia mengubah panggilan nya menjadi ibu, dan meminta seluruh anak kami termasuk citra untuk memanggilnya ibu, dan panggilan mama di peruntukkan untuk yatmi yang juga istri dan mama angkat kami.
Tini mengelus punggung citra, naluri seorang ibu yang mencintai putri yang ia lahirkan dari rahim nya, lalu ia melepas alat bantu pernafasan nya dan mulai berbicara dengan citra,"nak, ka...mu.... yang ra...jin.. be..la..jar..nya..., ibu min...ta.. ka..mu...nu..***t...sama ma...ma...dan pa...pa", ucap nya terbata-bata sambil mengatur nafas nya yang mulai tersengal-sengal.
Ia sempat memasang kembali alat bantu pernafasan nya dan setelah merasa enakan lalu ia melepas kembali alat berupa selang mirip slang infus tersebut.
"Ka..mu... ja...ngan....se..dih....dan...na...ngis...ibu nggak apa..apa...nak, sa..yangi...adik...adik...mu...lainnya...me..re...ka... itu...sau...da...ra...mu..nak, satu...ba..pak, ibu ya...kin... pa..pa...ma..ma... dan... adik...adik...ka...mu...sa...yang...ju..***...sa...ma...ka..mu...nak", ucap tini mengeja kata perkata untuk berbicara dengan citra anak nya.
Haaa....Haaa...", suara nafas yang terengah-engah dan berat.
Aku yang melihat nya langsung kembali memasangkan alat bantu pernafasan nya, lalu membisiki tini, "ibu sayang, kamu jangan dulu bicara, istirahat dulu ibu kan baru sadar".
Setelah ia merasa enakan kemudian ia melepas lagi alat bantu pernafasan nya, dan melanjutkan berbicara pada citra", nak...ini...pa..pa..kan...dung...ka..mu.., ka... mu... ja... ngan... se.. dih.... jika... ibu... pergi...pa, ibu...titip...cit..ra...anak...ki...ta", ucap nya sambil memandang ku meminta kepastian ku.
Aku mengangguk lalu mencium kening nya", ibu, jangan ngomong gitu papa tidak akan menyia-nyiakan anak kandung papa, papa akan bahagiakan kamu dan citra, kita sama-sama berbagi kebahagiaan, papa ingin ibu menemani papa sampai kita bisa melihat anak-anak kita sukses dan berhasil", ucap ku yang mulai menitik kan air mata mendengar kata perkata yang ia ucap kan.
"Ibu ti...tip cit...ra pa, ma..af...in ibu...ti...dak...bisa me..ne..ma..ni...ka..li..an..., ibu su...dah...nggak...ku...at...la..gi...pa.., nak...ka...mu...ja...di...lah...an...ak...sho...le..ha...do..ain...ibu...nak...ibu...mau...ti...dur...", ucap nya lalu perlahan-lahan ia menutup mata nya, dari bibir nya ia mengucapkan kalimat 2 syahadat,"la.... illa.. ha... illa... hu... mu.. ham.. mad.. dar..rosul...lu...llahu..."dengan mengeja kata perkata dari kalimat tahlil tersebut sebelum ia menutup rapat mata nya.
Suara alarm alat detektor jantung berbunyi nyaring, di layar monitor nya yang sesaat lalu berupa garis turun naik sekarang cuma berbentuk garis lurus, aku panik saat itu dan segera menekan tombol bantuan, beberapa saat suster dan dokter datang dan meminta kami berdua keluar dengan sopan dan ramah karena akan melakukan tindakan medis.
Citra yang melihat kejadian itu menangis terisak ia selalu menyebut dan memanggil ibu nya saat kami sudah berada di luar ruangan ICU, " ibu....ibu...jangan tinggalin citra bu, ibu....".
Aku pun ikut sedih dan mengeluarkan air mata, lalu merengkuh tubuh citra anak ku memeluk nya erat, kami berdua terduduk lemas, duduk tanpa beralaskan tikar di depan pintu ruang ICU.
15 Menit kemudian...
Dokter yohannes keluar dari ruang ICU, mendapati kami duduk berdua berpelukan di depan pintu lalu beliau dengan ramah dan sopan menegur ku", pak rustam, mohon maaf bisa kita bicara sebentar", ucap nya ramah khas dokter rumah sakit.
"Eb...Iya dok", ucap ku kaget dan terkejut mendapati beliau berdiri di belakang ku.
Aku lalu berdiri dan membangunkan citra untuk ikut berdiri, lalu beliau ngomong dengan suara berat memberitahukan bahwa istri ku tini sudah meninggal dunia.
"Pak rustam, Saya memberitahukan bahwa ibu tini, istri bapak sudah meninggal dunia, saya mohon maaf sudah berusaha melakukan yang terbaik tetapi itu sudah kehendak Tuhan, bapak yang sabar ya, saya atas nama pribadi ikut turut berduka cita atas kepulangan ibu hartini".
"Innalillahi wa inna illahi rojiun", ucap ku dan citra berbarengan.
Tangis citra pecah setelah mendengar bahwa ibu nya sudah meninggal dunia, ia lalu menghambur ke dalam ruangan ICU, begitu pun dengan ku kami mendapati, tubuh nya sudah ditutupi kain sampai ke wajah nya.
"Ibu......", teriak citra menangis histeris lalu ia membuka kain hang menutupi wajah ibu nya.
"Nak sabar nak, istighfar nak, jangan meratap, ikhlaskan kepergian ibu, papa juga sedih atas meninggalnya ibu, tapi pesan ibu kamu mesti ingat jangan menangis ikhlaskan supaya arwah ibu bisa pergi dengan tenang menghadap allah swt, papa akan selalu ada untuk mu, menyayangi mu nak, kamu tidak sendiri menjalani hidup ini, ikhlaskan nak", ucap ku menasehati citra dan sekaligus menenangkan nya.
Aku memeluk tubuh citra yang lemas seakan ia mau pingsan saat itu, membelai rambut nya, mengecup kening nya, membuat nya menghadapi cobaan ini dengan kuat dan tegar, "papa sayang kamu nak, papa akan bahagiakan kamu sesuai amanat ibu yang sudah menitipkan kamu pada papa, papa janji akan mewujudkan cita-cita kamu dan ibu, membuat mu bahagia, kamu anak papa yang cantik papa sayang kamu dan ibu nak", ucap ku.
Hiksss....hikssss....Hiksss....
"Ke...na...pa...Ibu. per..gi...secepat...ini..pa? Setelah ia mulai me..ra.sa..kan...kebahagian nya...menjadi istri papa...", ucap citra.
"Semua sudah ketentuan dari Allah nak, kita tidak bisa menolak takdir kita itu hak Allah menentukan hidup, jodoh dan kematian semua kuasa-Nya kita hanya menjalani nya dengan ikhlas dan sabar nak, ibu mu, papa, mama, kamu dan semua makhluk ciptaan-Nya pasti akan mati, dan takdir ibu mu sudah ditulis dan sudsh ditentukan-Nya, jangan menangis seperti itu lagi ya nak, kita boleh bersedih, menangis tetapi tidak boleh menyalahkan takdir-Nya apalagi sampai membenci takdir-Nya, kamu mengerti nak", ucap ku.
"Iya pa, citra berusaha ikhlas demi kebahagiaan ibu, citra janji akan menuruti amanat dan pesan ibu, jadi anak sholeha, menurut sama papa, mama dan sayang pada adik-adik, makasih pa, citra beruntung punya papa, mama dan adik-adik yang sangat sayang sama citra", ucap nya lalu menyeka air mata ya berusaha tegar dengan kematian ibu nya.
"Sebentar nak, papa mau kabarin mama, dan kakek biar kosongin ruang tengah", ucap ku lalu mengambil hp ku dan mengetik pesan sms pada yatmi istri ku.
to : mama yatmi
"Assalamualaikum wr.wb, mama, ibu sudah tidak ada, tolong siapin ruang tengah, kosongin ma, biar jenazah ibu bisa segera papa bawa pulang ke rumah".
to mas dedi
"Assalamualikum wr.wb, mas dedi tolong kasih tau ibu, tini istri ku meninggal dunia, jam 09.00 wib hari ini tanggal 12 Oktober 2005, mohon didoakan ya mas".
to : ayah dodit
"Assalamualaikum wr.wb, ayah, tini sudah tidak ada, tini meninggal dunia yah, rus dan citra sempat ngomong sama dia saat ia sadar, tolong doa buat istri ku tini yah".
.
.
.
Pov rustam
Suasana duka kembali menghadiri kediaman kami, setelah 5 tahun lalu kepulangan lia istri ku kini menyusul tini istri ku yang juga adik angkat ku menghadap sang pencipta-Nya.
Jenazah almarhumah hartini kini sudah berada ditengah-tengah kami sebelum nanti nya akan dikebumikan di peristirahatan nya terakhir.
"Selamat jalan hartini binti sudjiman, beristirahatlah dengan tenang kamu di keabadian, doa ku akan selalu menyertai mu, hartini binti sudjiman".
Sei gerong, plaju... 12 oktober 2005.... jam 13.00 wib adalah saat jasad engkau dikebumikan.
T A M A T