Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Wkwkwk.. Gak bakal lulus audisi.

Jadi inget tetangga saya, dia maen gitar di bawah jendela pacarnya.
di siram air sama pembatu pacarnya, udah tau ada yg sakit gigi, hayo maen gitar dibawah jendela.

Lusanya dia tau pacarnya ada dikamar, dia bawa karedok (pecel mentah),
dia ketok jendela, makan karedok bersama, dan tuh pacar dibawa kabur seminggu.
dan akhirnya dinikahkan juga.
 
Jadi inget tetangga saya, dia maen gitar di bawah jendela pacarnya.
di siram air sama pembatu pacarnya, udah tau ada yg sakit gigi, hayo maen gitar dibawah jendela.

Lusanya dia tau pacarnya ada dikamar, dia bawa karedok (pecel mentah),
dia ketok jendela, makan karedok bersama, dan tuh pacar dibawa kabur seminggu.
dan akhirnya dinikahkan juga.
Nah.. Om kuciah ada bakat nulis cerita nih, lanjutin ceritanya setelah menikah om, bikin cerbung kayaknya okeh deh...
 
Chapter 2

Saat Satria sedang menikmati elusan Wulan di selangkangannya, hpnya berbunyi kencang mengganggu keasikannya menikmati elusan tangan Wulan di selangkangannya.

"Satria, bangun.!" Wulan menggoyang goyangkan Satria yang sedang berpura pura tidur agar bangun.

"Eh, iyyya...!" Satria bangun dengan wajah yang dibuat sekaget mungkin agar Wulan tidak tahu betapa dia tadi menikmati elusan Wulan pada selangkangannya. Elusan yang membuat kontolnya bangun sempurna.

"Ada apa, Teh?" Satria tidak berani menatap wajah bosnya yang cantik. Bagaimana kalau Wulan tahu dia sangat menikmati elusan Wulan pada selangkangannya.

"Hp mu tadi bunyi." Wulan berjalan meninggalkan

Satria mengambil hp dari kantung celana, ada panggilan tidak terjawab dari supir yang akan mengirim stok barang hari ini. Satria segera menelpon balik, ternyata kiriman barang mengalami keterlambatan dan akan sampai sore. Itu artinya Satria akan pulang lebih malam dari pada biasanya. Tidak ada pilijan dan juga tidak bisa mengeluh karena tugasnya memang seperti itu.

Jam 9.30, masih ada wktuk 2 1/2 jam lagi sebelum jam istirahat. Bukan jam istirahat sebenarnya, melainkan jam makan siang. Kerja di toko tidak mengenal jam istirahat, bahkan makan siangpun mereka harus bergantian. Tapi perutnya sudah terasa lapar.

"Kepala kamu masih sakita, Sat?" tanya Wulan yang tiba tiba muncul dari dalam dengan membawa dua gelas air jus apel.

"Sudah mendingan, Teh. Tadi supir yang biasa ngirim barang nelpon, katanya kiriman barang baru sampe nanti sore sekitar jam 5." Satria memberikan laporan yang sebenarnya tidak begitu disukainya. Jam 5 barang baru datang, beres. sekitar jam 6. Itu artinya dia akan pulang lebih malam karena harus mengurus barang barang yang baru datang ke dalam gudang. Mungkin nanti dia baru selesai sekitar jam 8 atau 9.

Satria menerima jus yang disodorkan Wulan dan langsung meminum jus apel yang menyegarkan tenggorokannya yang kering. Lumayanlah sebagai gabti rugi kepa yang benjol akibat pukulan Dina. Tidak disangkanya, gadis selembut Dina ternyata bisa sangat sadis saat marah. Tak ayal bulu kuduknya berdiri membayangkan dirinya menjadi suami Dina, bisa habis dia dipukuli kalau nelakukan kesalahan fatal. Untung saja dia tidak naksir Dina.

"Kamu kenapa?" tanya Wulan merasa heran melihat Satria menarik nafas panjang gara gara membayangkan mempunyai istri segalak Dina.

"Gak apa apa, Teh..!" Satria tersenyum menutupi apa yang dipikirkannya. Gak mungkin rasanya Dina mau jadi istri pegawai toko dengan gaji yang pas pasan buat makan gara gara nekat ambil kreditan motor. Satria menarik nafas lega karena kemungkinan mempunyai istri Dina menjauh dengan sendirinya. Itu artinya dia tidak takut kena bogem mentah Dina.

"Dari tadi kamu narik nafas mulu, ada apa sich?" Wulan menatap curiga. Dahinya berkerut.

"Gak apa apa Teh, cuma masih kebayang tadi waktu.....waktu dipukulin Dima." hampir saja Satria keceplosan bicara, bahwa masih mengingat kejadian saat melihat tubuh bugil Wulan yang sangat menggiurkan.

"Kamu gak lagi mikir macem macem kan? Awas kalau kamu sampe cerita ke orang, aku pecat kamu." Wulan mengancam.

Ancaman Wulan membuat Satria ngeri. Bahaya kalau sampai dipecat, mau bayar kredita motor pake apa kalau jadi pengangguran. Bisa ditarik lising kalau gak bisa bayar cicilan. Kredit montor memang bukan hal yang memalukan karena memang sudah menjadi gaya hidup. Tapi kalau motor disita debt collector pasti malu maluin. Apa lagi kalau motornya ditarik ditengah jalan saat membonceng Syifa, mau dikemanakan mukanya nanti.

"Iya Teh, rahasia aman." kata Satria buru buru pamitan kerja sebelom bosnya berubah keputusan.

*†***

Wulan melepas kepergian Satria dengan perasaan jengkel. Jengkel dengan kebodohan Satria yang tidak mengerti dengan kode kode yang diisyaratkannya. Sia sia menyuruh Satria masuk saat dirinya sedang telanjang, sia sia dia memakai tank top ketar yang memperlihatkan tonjolan payudara jumbo kebanggaannya. Sia sia semuanya.

"Dasar bego...!" Wulan memaki Satria yang sudah turun ke bawah.

Tidak mungkin terang terangan meminta Satria mencumbunya, dia bukan cewek murahan apa lagi seorang pelacur. Dia wanita terhormat. Wanita mandiri yang mempunyai materi yang cukup.

Ini semua gara gara Dina yang datang pada wktu yang salah di mana seharusnya dia sudah bisa menjebak Satria dalam pelukan birahinya yang liar. Birahi yang tidak mampu dikendalikannya sejak kehilangan keperawanannya waktu berumur 15 tahun. Semua gara gara Dina sehingga dia harus tersiksa karena birahinya yang tidak tersalurkan.

Wulan masuk ke dalam kamar mencari sesuatu di dalam laci meja riasnya dan menemukan apa yang dicarinya. Sssuatu yang bisa membuatnya meraih orgasme sementara walau rasanya tentu lebih dahsyat kalau yang melakukannya adalah benda asli yang bisa membesar dan menembakkan sesuatu yang dahsyat.

Wulan membuka pakaiannya hingga tidak ada lagi yang tersisa. Tangannya mengambil dildo dari meja rias. Sesaat Wulan berdiri mengagumi keindahan tubuhnya yang sempurna menurut pikirannya sambil menggerakkan dildo menggesek belahan vaginanya yang sudah basah sejak tadi. Vagina yang selalu rutin dicukur walau sudah hampir dua tahun tubuhnya belum terjamah oleh seorang pria.

Walau mempunyai libido yang tinggi bukan berarti Wulan cewek gampangan yang secara sembarangan mengajak seorang pria berkencan dengannya. Tidak, Wulan hanya bisa melakukan hubungan sex dengan pria yang dicintainya. Atau setidaknya pria yang sudah menjadi pacarnya.

Wulan merebahkan tubuhnya membayangkan Satria sedang mencumbunya. Tangannya meremas payudaranya seakan Satrialah yang sedang melakukannya, meremas dadanya dan menghisap putingnya yang sudah mengeras.

Perlahan dildo yang dipegangnya menusuk masuk memeknya, Wulan membayangkan itu bukan lagi sebuah dildo melainkan kontol Satria yang menerobos masuk hingga dasarnya. Tanpa dapat dicegah Wulan mendesis nikmat saat benda terbuat dari karet bergesekan dengan memeknya yang terasa menjadi lebih sensitif.

"Ennak Sat, kontolmu...!" Wulan mendesisi nikmat saat dildo itu bergerak mengocok memeknya atau lebih tepatnya tangannya sendiri yang menggerakkan dildo itu mengocok memeknya. Semakin lama semakin cepat membuat cairan memeknya mengalir membasahi spreinya.

Betapa nikmat saat dildo keluar masuk memeknya. Andai saja kontol Satria yang sedang keluar masuk memeknya, tentu akan semakin nikmat saat tubuh pemuda kekar itu menindih tubuhnya sambil menciumi Bibirnya dengan mesra.

"Satria, terusssss entot memekku. Aku cinta kamu....!" Wulan berusaha sekuat tenaga membayangkan Satria sedang menindihnya dan menggenjot memeknya dengan keras.

"Akuu kelllluarrrrr, Sat....!" Wulan menggeliat mendapatkan orgasmenya.

******

Selama jam mata kuliah Dina tidak bisa berkonsentrasi, pikirannya terus tertuju ke Satria yang babak belur terkena pukulannya yang bertubi tubi. Entah bagaimana keadaan pemuda itu sekarang, semoga saja tidak mengalami cedera serius. Gara gara Wulan yang kegatelan mancing mancing Satria, dia jadi kesalahan memukuli pemuda itu membabi buta.

Dina tau benar sifat sahabatnya itu yang sudah mengenal sex sejak berusia 15 tahun, tidak ada lagi rahasia diantara mereka yang sudah saling mengenal sejak mereka baru lahir. Mereka berusia sama dan sudah sahabat sejak berusia 6 tahun merwka sekolah di tempat yang sama hingga SMP dan SMA mereka sekolah di tempat yang sama. Hanya saat mereka menjadi mahasiswa, mereka kuliah di tempat yang berbeda. Wulan beruntung bisa diterima di Universitas Negeri sedangkan dia kuliah di Universitas Swasta yang cukup bonafid.

"Dasar cewek gatel, pegawai sendiri mau diembat. Apa gak ada cowok lain?" rutuk Dina tanpa sadar suaranya didengar Ranti teman kuliahnya yang duduk bersebelahan dengannya.

"Siapa?" Ranti berbisik tanpa mengalihkan perhatiannya dari dosen pria yang sedang menjelaskan materi.

"Apa?" Dina menatap heran Ranti si primadona kampus yang selalu tampil modis. Si Ratu Gosip, itu julukannya.

"Tadi lu bilang cewek gatel, siapa yang gatel?" Ranti terlihat begitu antusias mendapatkan bahan gosipan yang akan segera menjadi viral di kampus.

"Hei kalian, kalau mau gosip di luar sana. Jangan di sini?" teriak dosen tua itu menunjuk ke arah Dina yang langsung menoleh ke arah belakangnya, ingi tahu siapa yang dimaksud dosen tua itu.

"Kamu.." dosen tua itu yerlihat semakin kesal melihat Dina malah menoleh ke belakang, padahal orang yang dimaksud adalah Dina.

Dina ragu menunjuk dadanya memastikan yang dimaksud dosen tua itu ada dirinya.

"Iya, kamu dan.sebelah kamu. Kalau mau gosip di luar bukan di sini
" dosen tua itu menegaskan kalimatnya yang dibikin segalak mungkin. Untuk menunjukkan ke para mahasiswa wibawanya sebagai orang paling berkuasa di kelas selama mata kuliahnya berlangsung.

Dina memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas, dengan lugunya berjalan keluar kelas seperti yang disuruh dosen tua yang sok berwibawa.

"Kamu mau ke mana?" si dosen berkata dengan nada suara tinggi melihat ke arah Dina yang mau keluar kelas.

Dina berbalik menghadap ke arah dosen tua itu dengan perasaan bingung. Bukankah dia tadi disuruh keluar kok swkarang ditanya amu ke mana. Apa dosen tua ini sudah pikun.

"Loh kan tadi Bapak nyuruh saya keluar." sambil menggerakkan jari telunjuknya menunjuk dadanya lalu bergerak menunjuk pintu. Sebuah bahasa insyarat yang mudah dibaca. Tidak perlu sekolah untuk mempelajari bahasa isyarat seperti ini.

"Saya juga kan, Pak?" Ranti sudah berdiri di samping Dina.

"KELLLLUARRRRR KALIAN...?" dosen itu mengusir Dina dan Rantu dengan suara tercekik menahan marah, dua mahasiswinya sudah mencoreng kewibawaannya secara terang terangan di hadapan mahasiswa/i lainnya. Dosen tua itu berharap tidak terkena serangan jantung karena kemarahannya. Kalau saja dia kena serangan jantung karena kemarahannya akan semakin merusak wibawanya.

"Din, kita ke kantin yuk, gue pengen tau siapa cewek gatel yang elu maksud." Ranti menarik tangan Dina yang segera ditepiskan oleh Dina.

"Gue mau pulang, BT gue sama mulut gatel elu." Dina menjawab ketud dan meninggalkan Ranti yang garuk garuk kepala begitu sadar yang dimaksud dengan cewek gatel.

"Gue bukan cewek gatel, mulut gue yang gatel." teriak Ranti yang tidak ditanggapi Dina.

Sampai parkiran Duna kelimpungan mencari kunci motor dari dalam tasbya sehingga memancing kecurigaan juru parkir yang melihat dari kejauhan.Juru parkir segera menghampiri Dina dengan mimik wajah curiga.

"Teteh mau nyuri motor, ya?" tanya juru parkir dengan wajah menyeramkan.

"Sembarangan, gak liat aku ini mahasisiwi tercantik di sini masa mau nyolong motor. Kunci motorku ilang." Dina langsung naik darah mendengar tuduhan yang ngawur dari juru parkir.

Hari ini kesialannya serasa bertambah setelah memukuli kepala Satria Dina seperti kena karma. Dimulai dari diusir dosen tua yang sok berwibawa, kunci motor yang hilang dan sekarang dituduh mau mencuri motor.

"Kalau gitu, mana STNKny" tanya juru parkir itu tetap tidak percaya.

Hampir saja Dina menangis karena kalau tidak malu. Ingin sekali rasanya menghajar kepala juru parkir iti dengan tasnya seperti yang dilakukannya kepada Satria. Tapi Duna takut kembali ken Karma sehingga kesialannya akan bertambah dan membuatnya semakin menderita. Dengan terpaksa Dina mengambil STNKnya dari dalam dompet.

"Liat nich?" Dina memberikan STNKnya dan juru parkir langsung memeriksanya, meniru gaya polisi saat melakukan razia kendaraan bermotor.

"Maaf, Neng. Saya harus hati hati karena banyak curanmor sekarang." juru parkir menyerahkas STNK Dina lalu mengambil sesuatu dari kantung celananya, mungkin uang sebagai ganti rugi karena telah menuduhnya sembarangan.

"Ini Neng..!" juru parkir mengulurkan tangannya ke Dina yang kembali mengobrak abrik tasnya mencari kunci motor, siapa tahu terselip diantara tumpukan buku miliknya.

"Gue gak butuh duit, Lu." Dina merasa tersinggung karena juru parkir mau memberinya uang sebagai ganti rugi karena telah menuduhbya sebagai pencuri motor.

"Saya gak mau ngasih uang, Neng. Mau ngasih kunci motor yang kamu tinggalin di motor." juru parkir tertawa geli melihat tingkah Dina yang dianggapnya lucu.

"Kok bisa, Pak?" Dina menerima kunci motor dari tangan juru parkir dengan bingung sekaligus senang karena mendapatkan kembali kunci motor yang sempat hilang. Betapa cerobohnya meninggalkan kunci tetap tergantung di motor. Untung saja juru parkir menyimpannya, kalau tidak mungkin motornya sudah hilang digondol maling.

"Terimakasih, Pak." untuk menutupi rasa malunya Dina memakai masker dan helm menutupi wajahnya yang bersemu merah. Dina memberikan uang 100 ribu yang diterima juru parkir.

"Neng, gak ada kembaliannya..!" juru parkir baru sadar uang yang diterimanya selembar 100 ribuan. Jam segini uangnya belum terkumpul sebesar itu.

"Gak usah dikembaliin buat Bapak semua karena sudah menekan kunci motor saya." Dina langsung menjalankan motornya meninggalkan juru parkir yang kesenangan mendapatkan uang seratus ribu.

Tujuan Dina adalah kembali ke RUKO Wulan buat melihat kondisi Satria, semoga cederanya tidak separah seperti yang ditakutinya. Sekalian minta nomer WAnya.

*******

Satria turun ke Toko disambut tatapan heran teman temannya yang melihat wajahnya lebam akibat pukilan Dina. Satria berusaha bersikap normal agar mereka tidak bertanya macam macam tentang wajahnya yang amburadul. Sebelum ada yang bertanya, Satria langsung masuk gudang tempat paling aman dari tatapan penuh curiga teman temannya.

Lagi pula gudang harus ditata ulang sebelum kiriman datang nanti sore. Begitu kiriman barang datang bisa langsung masuk gudang. Jadi tidak perlu waktu lama dan bisa pulang lebih cepat. Lagi pula banyak kardus kosong yang harus di singkirkan dari gudang. Satria biasa mengumpulkan kardus kosong yang dibawanya pulang untuk dijual.lagi kalau sudah banyak. Lumayan buat nambahin bayar cicilan motor yang masih 30 bulan lagi.

Sedang asik membereskan kardus kardus bekas, Teh Sri masuk tanpa diketahui Satria yang membelakangi pintu. Satria terlalu asik mengikat kardus bekas menjadi satu tumpukan besar agar mudah dibawa menggunakan motor.

"Satria, muka kamu babak belur dipukul Teh Wulan, ya? Kamu mau merkosa Teh Wulan ya?" suara Teh Sri mengagetkan Satria. Apalgi Teh Sri bertanya sambil meremas pantanya yang menurut bisik bisik teman kerjanya yang pernah didengarnya kalau pantatnya itu sexy.

"Teh Sri apa apaan sich, kaget tahu.?" protes Satria sambil berbalik menghadap Teh Sri yang seorang IRT. Wajahnya termasuk manis, badannya juga tidak bisa dibilang jelek. Mendekati sexy kalau saja tubuhnya bisa lebih langsing.

"Kamu mau merkosa Teh Wulan kan sampe babak belur dipukulin ?" Teh Sri mengulang pertanyaan yang belum dijawab Satria. Tanganya meraba wajah Satria yang terlihat bengkak.

"Kalian, apa apaan di Gudang berduaan. Kamu Sri disuruh ngambil barang malah asik asikan di sini." suara Wulan terdengar marah. Wulan berdiri bertolak pinggang di pintu yang terbuka lebar. Dari posisnya dia melihat tangan Sri sedang mengelus wajah Satria, swkilas Satria dan Sri seperti sedang bermesraan.

Bersambung.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd