Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Kayaknya bakal ada hashtag #TeamKyoko sama #TeamHaruko nih... Wagelaseeeeh~ anak sama ibu saingan haha
 
Baru sempat nengokin lagi tau2 udah 3 part kelewat, hadeuh.

Terima kasih Om @racebannon, updatenya.
Tetap semangat Om dalam Bekerja dan Berkarya. Sukses selalu menyertaimu dan sehat selalu.:top:
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 6
(my mom's first love)

------------------------------

haruko11.jpg

“Haruko!! Bereskan dulu piring kamu”
“Duh, tanggung Ma… Aku ada PR, lagi semangat ngerjain…..”
“Bereskan dulu, tumpuk di bak cuci, kan mama yang mencuci, bukan kamu…. Tapi kamu masih tetap harus bereskan….”

Iya, Okasan emang strict banget soal hal-hal kayak gini. Dengan sedikit ngedumel dalam hati aku balik ke ruang makan, ngedapetin di sana Okasan sudah mulai mencuci piring, sementara Papa masih makan sambil keliatannya agak-agak mikir. Gak tau dia lagi mikirin apa, mungkin lagi mau bikin lagu baru, atau apapun yang hubungannya sama musik.

“Iya Ma…” aku mengambil piringku dengan gelasku, serta peralatan makan lainnya yang aku gunakan tadi. Dan dengan langkah gontai aku tumpuk di bak cuci, dan aku mendapati Okasan tersenyum kepadaku ketika aku menaruh semua peralatan makan itu di sana.

“Terima kasih Haruko…”
“Iya…”

“Ngerjain PR apa kamu?” tanya Papa yang mukanya masih keliatan mikir itu.
“Fisika”
“Susah gak?”
“Susah tapi emang kalo susah Papa bisa bantu?” tanyaku dengan lemas.

“Di rumah ini gak ada yang backgroundnya ilmu pasti sih ya hahahaha” tawa Papa sambil menatapku dengan tatapan teduhnya. Iya, untung aja Papa dan Okasan masukin aku ke bimbel, soalnya di rumah bener-bener susah belajar selain ngerjain PR. Papa dan Okasan gak pernah strict nyuruh anaknya belajar terus. Mereka ngebebasin aku mau nonton tv atau main game atau gimana.

Tapi most of the time, hiburanku ya temen-temennya Papa. Bukan TV, Streaming Media, atau Game. Sementara Okasan katanya gak punya temen deket di Indonesia, adanya di Jepang sana. Dan aku udah lupa kapan terakhir kali aku ke Jepang. Waktu itu aku masih kecil. Masih susah nginget. Rame-rame ke sananya, sama semuanya.

“Pa”
“Ya?”
“Kapan kita ke Jepang lagi?”
“Loh, kok mendadak pengen ke Jepang? Ada angin apa?”

“Aku pengen tau soal kehidupan Mama di sana kayak apa dulu….. Pengen ketemu Kyou Ji-San juga….”
“Terakhir kali dia ketemu kakak kamu itu 2 tahun lalu kan…. Waktu dia kesini” Papa ngajak ngomong Okasan soal Kyou Ji-San.

“Iya” Mama sudah selesai nyuci piring. Dia ngelepas apronnya dan dia duduk di samping Papa. “Kemarin Nii-San kasih pesan, dia bilang kangen sama Aya, kebetulan dia nanya kapan kita mau ke Jepang lagi” sambungnya.

“Gak ada duit sih sekarang Bu…” senyum Papaku.
“Ya jangan dipaksa Aya….”
“Gapapa sih, aku cuma ngasal aja hahaha” potongku, masih dengan tatapan penuh ngarep.

“Hmmm……” Papa keliatannya mikir dan dia ngebuka handphonenya. Dia swipe swipe dan dia pencet-pencet. Entah ngapain. Tapi gak lama kemudian, jam tangannya Papa bunyi. Dia lalu liat ke arah jam tangan itu.

“Gini deh…. bulan depan ada pitching project buat iklan, biasa lah, bikin jingle….. Kalau hasil dari sana dijadiin duit ke Jepang gimana?”
“Eh beneran??”

“Tapi nunggu kamu liburan sekolah akhir tahun ya, jangan bolos…”
“Aya, apa tidak apa-apa?” tanya Okasan.
“Gak, gapapa kok… Santai” senyum Papa.

“Wah asik….. Aku pengen nginget Jepang di usiaku yang sekarang…. Kesampean!!”

============
======
==================


ad10.jpg


“APA APAAN INI????!!!!?????”

Miyoshi Kaede teriak-teriak di dapur. Di hari minggu itu, dapur rumah keluarga Kaede kayak habis disinggahin sama badak ngamuk.

Mejanya berantakan. Kitchen setnya berantakan. Masih ada asap-asap gak jelas yang floating di udara, entah dari mana. Bahan-bahan makanan gak jelas bentuknya dan di atas piring saji, ada gumpalan dengan warna aneh, tekstur aneh dan berbau aneh.

“NGGGNNGGG” Kyoko tampak menunduk di meja. Bukan, bukan menunduk, lebih tepatnya dia membenamkan kepalanya di meja makan sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.

“Mana hasil masak kemarin????” bentak sang ibu sambil melihat kekacauan gila di dalam dapur itu. Kepala Kyou-Kun nongol sedikit dan dia menahan tertawanya, melihat dapur rumahnya jadi kapal pecah.

“Wakaranai……….”
“Kok bisa hancur begini? Kenapa kemarin kamu lancar-lancar saja?”

“Kan kemarin ada Tanabe……….” jawab Kyoko dengan lemas.
“Masa harus ada dia dulu lalu kamu baru bisa masak?”
“Ngggggghhh”

“Kemarin kamu diajarin apa saja? Masa gak ada yang berbekas sedikitpun?”
“Motong Daging”
“Tsugi?”
“Bikin telor gulung….”
“Lalu?”

“Bikin yang kemarin…. Saikoro Steak…..”

“Lalu sekarang kamu buat apa?”
“Aku mau coba bikin chicken katsu…….”

“MANA BISA BEGITU? ULANG ULANG YANG KEMARIN DULU BARU LANJUT KE MENU BARU………….” marah sang ibu, geleng-geleng melihat kapal pecah di rumahnya.

“Tampaknya aku harus tukaran anak dengan keluarga Tanabe…. Supaya dapur tidak seperti kapal pecah…. Bereskan! aku mau kembali ke café…..” Miyoshi berlalu, meninggalkan Kyoko yang terbenam di tengah kekacauan yang ia buat sendiri.

Kekacauan yang berbau aneh.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

dscf3310.jpg

“Maaf ya Tanabe, aku jadi mengundang kamu setiap Sabtu begini….” muka Kyoko tampak kesal. Mereka berdua sedang berjalan dengan ritme yang sangat pelan, menuju halte bus. Sudah seminggu lewat sejak Hiroshi mengajari Kyoko dan kejadian kapal pecah di dapur.

“Tidak apa-apa, aku kaget sebenarnya minggu lalu, waktu kamu foto dan kirim hasil chicken katsunya lewat mail…. Itu…”
“Iya, itu mengerikan. Mengerikan banget. Aku saja kalau ingat baunya pasti ingin muntah”
“Ayam lebih sulit diolah daripada Sapi….. Karena memang kalau tidak matang dengan tepat, bisa bahaya…. Lalu kalau pakai tepung panir juga, kamu perhatikan waktunya, kalau kelamaan, bisa seperti itu, gosong menggumpal tak karuan…..”

“Huff…”

“Dan kamu belum terbiasa memotong sayur seperti itu, kalau kamu memotong kubis, tipis-tipis seperti itu….. Jangan pakai pisau yang terlalu besar……..”
“Habisnya kubisnya besar…”

“Ya… Bagaimana ya?” Hiroshi menggaruk-garuk kepalanya dengan senyum aneh.

“Tadinya kupikir sudah dapat feel nya, ternyata…..”
“Ya yang namanya memasak itu seperti main musik, harus banyak-banyak latihan dan gagal…..”
“Yah…”

Kyoko menekuk mukanya. Walaupun hari ini masakannya kembali berhasil, tapi itu karena dia memasak bersama dengan Hiroshi Tanabe. Apa jadinya kalau besok Minggu dia mencoba masak sendiri lagi.

“Aku bodoh ya, Tanabe?”
“Tidak bodoh, kamu cuma tidak terbiasa memasak saja, dan terpaksa harus cepat-cepat bisa masak karena kamu kuliah di bidang F&B kan?”
“Tapi kalau aku berlatih terus sendiri, jadinya kacau……”
“Mau lebih sering lagi?”

“Ah, merepotkan kamu saja”
“Tidak apa-apa, aku jadwal part time hanya dua minggu sekali…. Lagipula aku nyaman berkomunikasi dengan kakak dan ibumu, dan aku senang dengan kopi café orang tuamu” lanjut Hiroshi.

“Yah….”
“Jadi, kalau kamu butuh, aku akan bisa sesering mungkin ke rumahmu……”
“Nanti aku kabari lagi ya, malam ini aku benar-benar ingin istirahat” mata Kyoko sayu dan dia terlihat begitu pusing, memikirkan ujian praktik yang akan datang.

“Oh iya, besok minggu kamu bebas tidak?”
“Kenapa memangnya?”
“Ayahku menitip pisau, jadi besok aku akan membelikan untuknya di Asakusa…. Mau ikut? Sekalian jalan-jalan, refreshing, pasti kamu pusing berlatih masak terus….”

“Hmmm…. Menarik…. tapi sayang sekali” Kyoko merengut.
“Kenapa?”

“Aku masih dihukum bulan ini… Belum boleh ke mana-mana sewaktu weekend…. Sebenarnya aku harus membantu di café juga, tapi karena aku fokus berlatih masak, jadi ada keringanan hukuman dari Okasan…..”

“Oh…. Baiklah… Bagaimana kalau Senin sore, sehabis kuliah?”
“Eh?”
“Aku butuh diantar oleh orang Tokyo yang lebih hapal Asakusa…”
“Haha, walau Mitaka masih masuk Tokyo Metro, tapi ini kan di pinggir, Tanabe…”

“Masih dihitung orang Tokyo bukan?”
“Memang sih..”

“Besok Senin aku sampai jam 3 saja kuliahnya, kamu jam berapa, Kaede?” tanya Hiroshi.
“Sekitar jam segitu juga, aku masih mau tukar-tukaran catatan dengan Marie sih, mungkin sampai setengah 4 baru bebas”
“Baiklah kalau begitu, dipindahkan hari Senin saja ya ke Asakusanya….”

“Oke”

------------------------------
------------------------------
------------------------------

709a0010.jpg

“Tutup?” bingung Hiroshi di depan toko pisau legendaris itu. Mereka sudah berada di Asakusa berdua sore itu.
“Ya, memang banyak yang tutup hari Senin sih, café keluarga kami pun tutup di hari senin…..”
“Ah, sudah jauh-jauh sampai sini”
“Kan cuma setengah jam dari Omotesando, Tanabe…” balas Kyoko.

“Entah kenapa omongan kamu tadi terdengar seperti Mitsugi” tawa Hiroshi, mengingat Kana yang selalu bicara hal-hal faktual.
“Kembali lagi saja besok, aku temani lagi”
“Yasudah….”

“Oke, aku mau pulang kalau begitu” Kyoko tersenyum ke arah Hiroshi di tengah udara yang mulai menghangat itu. Musim panas ada di depan mata. Begitu juga dengan ujian tengah semester. Semester ganjil di Jepang berlangsung dari April sampai September. Biasanya ada liburan panjang di tengah-tengahnya mulai akhir Juli sampai akhir Agustus, alias summer break.

Dan ujian tengah semester akan ada sebelum summer break.

“Pulang? Kita sudah jauh-jauh sampai Asakusa, setidaknya temani aku melihat Sensoji, dan mari makan dulu sebelum pulang….” potong Hiroshi.

“Ano tapi…”
“Apakah ada yang harus dikerjakan di rumah?”

“Aku ingin latihan masak lagi….. Tapi belum perlu ada kamu Tanabe, aku sendiri dulu saja mengulang-ngulang sampai bisa….” sambung Kyoko dengan senyum manisnya.

“Banyak makan di luar juga melatih skill masak lho…. Katanya koki yang baik itu pemakan yang baik…”
“Masaka?”
“Ayahku sih bilang begitu, dan ayahku suka sekali makan ke mana-mana” sambung Hiroshi. “Tapi di Ibaraki, ya makanannya gitu-gitu lagi, makanya aku ingin banyak makan di tempat-tempat yang enak di Tokyo”

“Hahaha… Boleh juga, baiklah, kutunda pulangnya….”
“Tapi karena belum lapar, mari kita lihat-lihat Sensoji, aku belum pernah ke sini sama sekali”
“Belum pernah?”
“Aku kan anak Ibaraki…. Belum pernah ke Tokyo sebelum ini, lagipula, menarik lihat kuil besar yang dikelilingi hal-hal modern….. Di sini serba padat dan ramai, bahkan kuilnya pun. Tidak seperti di Ibaraki yang lebih tenang dan tidak padat”

“Baiklah, kalau begitu aku akan mengajakmu berkeliling Sensoji sore ini….”
“Nah, begitu dong, jangan langsung pulang” tawa Hiroshi.

Dengan langkah ceria, sore itu mereka berjalan dari depan toko pisau tersebut ke arah kuil Sensoji. Kuil legendaris yang terletak di Asakusa, di tengah-tengah Tokyo. Kuil ini sangat legendaris dan memang merupakan salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi ketika di Jepang.

“Sayang Sanja Matsuri sudah lewat… Aku tidak datang yang tahun ini, sudah sibuk kuliah… Yah, walaupun festivalnya di weekend sih” senyum Kyoko kecut.
“Wah, menarik. Aku ingin lihat…. Tahun depan bisa mungkin…”

“Nanti kita lihat bersama saja, ajak yang lain juga” sambung Kyoko.
“Menarik”
“Tapi Marie katanya pergi sendiri ke sini waktu itu, lihat-lihat sendiri, dia memang terlalu banyak main ya…

“Enak jadi dia, terlalu santai orangnya”
“Haha”

23-10010.jpg

Tanpa sadar, mereka menuju ke gerbang Kaminarimon. Dari situ mereka terus berjalan, menyusuri Nakamise Dori yang penuh dengan jajanan dan suvenir. Mereka melewati gerbang Hanzomon dan akhirnya tiba di halaman kuil Sensoji.

“Tanabe, itu Omikuji”

“Oh, aku ingin mencobanya” Hiroshi lalu berjalan menuju tempat mengambil Omikuji, alias ramalan nasib. Di sana kita membayar 100 yen, lalu kita harus mengocok sebuah kotak yang terbuat dari metal. Nanti akan keluar tulisan dari lubang di kotak tersebut sehabis kita mengocoknya. Mengacu pada tulisan tersebut, kita harus mengambil kertas yang tersimpan pada laci yang bertuliskan sama dengan hasil undian kita.

94810.jpg

Dan nanti, di kertas tersebut akan muncul ramalan nasib kita, apakah kita bernasib baik, atau bernasib buruk. Jika bernasib buruk, maka kertas tersebut harus diikat di tempat khusus, agar kita terhindar dari nasib buruk tersebut.

Setelah menaruh 100 yen pada kotak yang disediakan, Hiroshi mengocok dengan pelan kotak Omikuji. Dan tak lama kemudian keluar sebuah tulisan.

Excited, Hiroshi langsung meraih laci yang bertuliskan sama dengan hasil undian Omikuji.

“Apa-apaan ini” tawa Hiroshi saat dia melihat kertas tersebut.
“Kenapa, Tanabe?”
“Lihat ini”

大凶 (Daikyou – Nasib Sangat Buruk)

“Ah…. Kok bisa begitu…. Taihen…”
“Ah tidak apa-apa, namanya juga undian, kita taruh di tempat khusus saja biar benar-benar tidak terkena nasib buruk” tawa Hiroshi. “Nanti aku kasih banyak deh koinnya di Aula Utama ketika berdoa”

Kyoko hanya tersenyum, dan dia melihat Hiroshi mengikatkan kertas ramalan tersebut di sebuah tempat yang memang diperuntukkan untuk itu. Setelah mengikatkannya, mereka berdua berjalan lagi untuk mensucikan diri di Chozuya, dengan mencuci tangan dan mulut.

Setelah itu, mereka berdua menuju ke tempat pembakaran dupa, alias Jokoro. Mereka dengan sengaja mengenai asap yang membumbung dari tempat tersebut.

112.jpg

“Memangnya kamu sakit apa?” tanya Hiroshi ke Kyoko. Membiarkan asap dari Jokoro mengenai tubuh kita, dipercaya akan bisa menyembuhkan sakit dan luka dengan cepat.
“Sakit tidak bisa masak” tawa Kyoko sambil menatap Main Hall dari Sensoji.
“Kalau itu sih belum bisa, bukan tidak bisa”

“Ah, mari berdoa saja, supaya aku cepat-cepat bisa masak” tawa Kyoko.
“Baiklah”

3001_510.jpg

Mereka berdua sekarang menuju ke Main Hall dan menjalani ritual biasa dalam berdoa. Memberikan uang receh di tempat khusus yang disediakan, lalu berdoa dengan ritual campuran antara Shinto dan Buddha. Tak butuh waktu lama untuk berdoa. Dan setelahnya, mereka segera berbalik arah, kembali akan menyusuri Nakamise Dori.

shop-n10.jpg

“Kamu berdoa apa tadi?” tanya Hiroshi berbasa-basi.
“Berdoa supaya bisa masak”
“Doa yang bagus”
“Kalau kamu?”
“Berdoa supaya tidak kekurangan uang di Tokyo” candanya.

“Bohong, mana ada doa seperti itu”
“Ah, kamu belum pernah merantau sih, jadi belum merasakan rasanya kekurangan uang di kota lain…..”
“Mungkin nanti aku akan merantau. Mungkin. Tapi untuk sekarang, Mitaka tentu saja jadi tujuanku dalam jangka panjang” senyum Kyoko.

“Iya. Dan sekarang, mari kita cari makan”
“Belum malam, Tanabe”
“Mumpung belum malam, tidak ada yang lebih enak daripada minum bir sore-sore, meledek para pekerja kantoran yang belum pulang” senyumnya.

“Hahahahaha” Kyoko pun tertawa mendengar bercandaan Hiroshi.

------------------------------

o10.jpg

“Berat ya pasti untuk ibu kamu…”
“Okasan tapi hebat, setelah Otosan meninggal, dia memang jadi kuat sekali orangnya”

Mereka berdua sedang melahap yakitori ditemani oleh bir. Sore-sore. Dalam rangka meledek para pekerja kantoran yang belum pulang. Lucu melihatnya, dua orang anak muda berumur 18 tahun makan yakitori di restoran kecil, sambil minum bir. Betul sepertinya yang Miyoshi Kaede katakan. Kyoko dan kakaknya seperti bapak-bapak dan ibu-ibu. Dan tampaknya Hiroshi sekarang seperti Om-Om. Dan mereka sedikit curang, karena umur legal untuk minum minuman keras di Jepang adalah 20 tahun. Tapi namanya juga anak muda, mereka pasti bisa mencari cara membohongi hukum. Terlebih lagi karena tampang mereka pun menyaru dengan orang umur 20 pas.

“Dan yang bikin Okasan semangat adalah peninggalan Otosan, koleksi piringan hitam, CD, dan kasetnya, makanya dia putar setiap hari”
“Dan kamu jadi suka dengan musik-musik dari era tahun segitu ya” balas Hiroshi.
“Tepat”

“Makanya aku kaget sekaligus senang, waktu Kaede bilang ketika berkenalan, musik yang sedang disuka adalah Merry Go Round nya Tats Yamashita….”
“Kagetnya kenapa dan senangnya kenapa?”

“Karena seleranya sama… Satu jawaban untuk dua pertanyaan”
“Nah kamu juga, kenapa suka musik tahun-tahun 80-an?”

“Alasannya hampir mirip, karena Ayah… Dia selalu mendengarkan lagu-lagu seperti itu ketika mempersiapkan restorannya buka, ataupun di mobil, atau juga di rumah…… Jadi mau tak mau, lama-lama aku jadi suka”

“Haha, koleksinya lebih banyak siapa ya? Almarhum Otosan atau ayahmu?” tawa Kyoko.
“Sebenarnya, koleksi Ayah tidak pernah bertambah, yang banyak bertambah koleksiku hahahaha” balas Hiroshi.

“Oh ya?”
“Ya, terima kasih ke hidup hemat dan part time sih sebenarnya…. Ah, aku masih belum menurunkannya dari tasku….. Hiroshi merogoh ke dalam tas nya dan mengeluarkan sebuah CD”

“Ini! Ayahku tidak punya CD ini! Aku ingin sekali dengar lagu-lagu yang katanya keren di sini….” Kyoko tampak histeris dan langsung menggenggam CD tersebut. Itu adalah album Ride On Time dari Tatsuro Yamashita.

tats_f10.jpg

“Keren sekali album ini. Ayahku punya kasetnya, tapi kupikir, karena aku sekarang tinggal sendiri di Tokyo, aku harus punya hiburan yang menyenangkan juga. Karena malam-malam sendirian kadang aku suka merasa kesepian. Di Ibaraki rumahku ramai, di sini sepi sekali…..” senyum Hiroshi sambil menenggak bir yang terletak di depan mejanya.

“Tapi nanti Tanabe terbiasa pasti…”
“Yah, lucu untuk anak umur 18 tahun sepertiku…. Kuliah di Tokyo, sendiri di kota sebesar ini….. Nanti kita lulus umur 20 tahun… Mudah-mudahan kalau aku masih di Tokyo, aku tidak sendiri seperti sekarang” lanjut Hiroshi.

“Pasti itu doa yang diucapkan di Sensoji kan? Habisnya masa berdoa di Sensoji membicarakan soal masalah keuangan bulanan mahasiswa” senyum Kyoko sambil menopang dagunya dengan tangannya.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Hahaha ketahuan”
“Doa yang baik… Pasti dikabulkan”
“Mudah-mudahan…”
“Harusnya tadi kamu sebelum berdoa titip ke aku juga, nanti aku ikut doakan” senyum Kyoko. Dia merasa sangat nyaman saat itu.

“Oh iya, ngomong-ngomong, kamu belum pernah dengar album Ride On Time sama sekali?”
“Belum, aku sudah lama tidak beli CD…”
“Lagu Ride On Timenya juga belum?”

“Sudah, di kaset kompilasi yang Otosan punya… Haha”
“Kalau begitu, kamu bawalah dulu, dengarkan... Nanti kalau sudah bosan, baru kembalikan ke aku” senyum Hiroshi.

“Eh… Apa?”
“Bawa dulu saja”

“Kenapa?”
“Kan aku di Ibaraki sudah ada kasetnya, dan dulu sering dengar, kamu dengar dulu saja, kan aku juga sering ke rumah kamu sekarang, jadi gampang mengembalikannya”

“Benar ini boleh?” muka Kyoko tampak berseri-seri.
“Boleh, asal jangan diaku-aku punya kamu ya…” canda Hiroshi

“Oke! akan kudengarkan dengan baik”

------------------------------

untitl10.jpg

Malam itu, di pertengahan musim semi, Kyoko baru saja selesai mandi, dan dia sedang mengeringkan rambutnya sambil berkaca di dalam kamarnya. Dia tersenyum karena dia akhirnya akrab dengan Hiroshi Tanabe. Selain karena dia dengan sukarela mengajari Kyoko memasak, dia juga benar-benar teman yang baik dan mudah diajak bicara.

Bahkan selera musiknya pun sama!

Setelah mengeringkan rambutnya, Kyoko lalu mengambil CD Ride On Time dari tasnya, dan memasukkan CD tersebut ke CD Player di kamarnya. Dan dia skip ke lagu ke empat langsung. Lagu hits dari album ini, yang judulnya sama dengan albumnya.

Ride on Time dari Tatsuro Yamashita. Dan suara merdu lelaki yang legendaris itu mulai bergema di dalam kamar Kyoko.

Aoi suiheisen wo ima kakenuketeku (Sekarang aku berlari melewati horizon biru)
Togisumasareta toki no nagare kanjite (Dengan percaya diri merasakan alur waktu)
Aa tokimeki e to ugokidasu sekai wa (Ah, dunia membuatku merasakan degup kencang)

Wasurekakete’ta tooi yume no otozure (Mimpi yang sudah kulupakan sekarang akan datang)

Ride On Time samayou omoi nara (Ride On Time - Ketika pikiranku berkelana)
Yasashiku uketomete sotto tsutsunde (Terima diriku apa adanya, peluklah diriku dengan lembut)
Ride On Time kokoro ni hi wo tsukete (Ride On Time - Jagalah hatimu)
Afureru yorokobi ni hirogare Ride On Time (Banjiri diriku dengan kebahagiaan - Ride On Time)

Boku no kagayaku mirai saa mawari-hajimete (Ayolah, masa depanku yang cerah, mulailah)
Oroka na hibi mo subete ai ni tokekomu (Semua hari yang hampa ini bersatu dengan cintamu)
Aa nan to iu asa ima sugu kimi no moto (Ah, pagi yang luar biasa, akan kubawa hatiku yang membara)
Aodoke ni ikou moeru kokoro mayowazu (Kepadamu, dimanapun dirimu, tanpa keraguan)

Ride On Time toki yo hashiri-dase (Ride On Time - waktu, ayo berlarilah)
Ai yo hikari-dase me mo kuramu hodo (Cinta, bersinarlah dengan terang sampai aku pusing dibuatnya)
Ride On Time kokoro ni hi wo tsukete (Ride On Time - Jagalah hatimu)
Tobidatsu tamashii ni okuru yo Ride On Time (dan kirimlah hatiku kepada jiwamu yang membumbung tinggi - Ride On Time)

Todoke ni ikou moeru kokoro ima koso (akan kuberikan hatiku yang membara untukmu, sekarang)

Ride On Time toki yo hashiri-dase (Ride On Time - waktu, ayo berlarilah)
Ai yo hikari-dase me mo kuramu hodo (Cinta, bersinarlah dengan terang sampai aku pusing dibuatnya)
Ride On Time kokoro ni hi wo tsukete (Ride On Time - Jagalah hatimu)
Tobidatsu tamashii ni okuru yo Ride On Time (Dan kirimlah hatiku kepada jiwamu yang membumbung tinggi - Ride On Time)

Ride On Time samayou omoi nara (Ride On Time - Ketika pikiranku berkelana)
Yasashiku uketomete sotto tsutsunde (Terima diriku apa adanya, peluklah diriku dengan lembut)
Ride On Time kokoro ni hi wo tsukete (Ride On Time - Jagalah hatimu)
Afureru yorokobi ni hirogare Ride On Time (Banjiri diriku dengan kebahagiaan - Ride On Time)


Sambil mendengarkan lirik-lirik optimis yang dinyanyikan oleh Tatsuro Yamashita, Kyoko mulai merasa bahwa perjalanan hidupnya sekarang akan menjadi lebih luar biasa lagi.

Yang dia perlukan hanyalah Ride On Time. Berjalan di waktu yang tepat. Dan tak ada waktu yang lebih tepat lagi, kecuali sekarang.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bimabet
CAST PART 6

Haruko's Timeline:

- Haruko Aya Rahmania (15) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (47), Sang ibu, istri dari Arya
- Arya / Achmad Ariadi Gunawan (47), Sang ayah, suami dari Kyoko

Kyoko's Timeline:

- Kyoko Kaede (18)
- Hiroshi Tanabe (18)
- Kyou-Kun / Kyoshiro Kaede (22)
- Miyoshi Kaede (48)

Glossary :

Wakaranai : Tidak Tahu
Tsugi : Terus / Lalu
Sanja Matsuri : Festival Tiga Kuil. Festival musim semi terbesar di Tokyo
Omikuji : Ramalan Nasib
Daikyou : Nasib Sangat Sangat Sangat Sangat Buruk
Onisan / Nii-San : Kakak laki-laki
Okasan : Ibu
Otosan : Ayah
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd