Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Wah setelah selesai membaca cerita suhu satria di trit pertama & ke dua ternyata smua ini masih nyambung sama trit wanita yg menutup auratnya milik teteh Kokom
 
Kematian lilis real or fake?
Kemungkinan fake dikarenakan utk mengelabui lawan yg masih blm diketahui oleh jalu?
Dan Dina akhirnya tidak jd lepas segel dikarenakan lg dtg bulan xixixi
 
Chapter 27

Suara ketukan di pintu membuyarkan tekad Dina, dia bergerak cepak membetulkan posisi celana Satria dan seger memakai celananya. Lalu secepat kilat membuka pintu. Seorang Dokter ditemani Suster yang berdiri diambang pintu segara masuk begitu pintu terbuka.

"Permisi, Mbak..!" kata dokter sambil tersenyum ramah.

"Si....silahkan, dok..?" kata Dina gugup. Rencananya gagal total. Atau mungkin dia telah dirselamatkan oleh kedatangan dokter yang begitu tiba tiba.

"Dok, Satria dari tadi belum bangun bangun?" tanya Dina sekedar basa basi melihat Satria yang tidak juga bangun padahal sedang diperiksa oleh dokter.

"Kami sengaja memberinya obat tidur dengan dosis agak tinggi biar bisa beristirahat maksimal. Jadi besok kalau kondisinya semakin baik, bisa kami ijinkan untuk rawat jalan." kata dokter menerangkan tanpa menoleh ke arah Dina. Dia begitu serius memeriksa ke adaan Satria.

"Berapa lama lagi reaksi obat tidurnya hilang, dok?" tanya Dina ingin tahu.

"Mungkin satu jam lagi." kata dokter.

"Orangnya tidur, tapi adiknya bangun, dok.! Hihihi.." kata suster sambil menutup mulutnya menahan tawa.

"Hush..!" si dokter hanya tersenyum matanya melirik ke arah selangkangan Satria yang menonjol panjang, lalu kembali meneruskan pekerjaannya.

"Wajah Dina langsung bersemu merah mendengar candaan dokter dan suster. Andai mereka tahu, dialah yang membangunkan kontol Ujang hingga seperti sekarang.

"Oke, saya permisi, Bu..!" kata si dokter berpamitan meninggalkan suster yang masih meneruskan pekerjaannya yang belum selesai.

"Suaminya, Teh?" tanya Suster.

"Iiiiyya...!" jawab Dina agak gugup.

"Teteh beruntung, punya suami barangnya jumbo, pasti puas...!" kata Suster menatap kontol Satria yang menyembul.

"Kata siapa kalau jumbo bikin puas?" tanya Dina, ketegangannya berangsur hilang. Suster telah mencairkan suasana, topiknya tidak jauh dari selangkangan pria. Topik yang mereka sukai. Bohong kalau wanita tidak pernah berbicara porno saat mereka ngerumpi, karena hal itu salah satu topik yang cukup menarik.

"Iya, beda banget. Dulu punya mantan pacar saya sebesar ini. Pas nikah, punya suami saya standar asia. Dulu sama mantan saya bisa beberapa kali orgasme. Hihihi. Kok saya malah ngomong jorok. Ya sudah, saya permisj dulu Teh." kata Suster berpamitan. Tapi saat sampai di ambang pintu dia berbalik lagi ke arah Dina.

"Teh, jangan marah ya. Saya lagi ngidam, boleh gak saya minta tolomg? Tapi teteh jangan marah." kata Suster itu dengan suara memelas.

"Och Teteh lagi ngidam. Minta tolong apa Teh, siapa tahu saya bisa bantu..!" kata Dina. Orang ngidam pasti kemauannya aneh, suatu saatpun dia akan mengalaminya.

"Maafff, sekali lagi saya minta maafff, kalau Teteh keberatan saya gak akan maksa..!" kata Suster seperti ragu untuk mengatakan keinginannya.

"Iya, Sus. Bilang aja." kata Dina tanpa menaruh rasa curiga ke Suster yang selalu melirik ke arah selangkangan Satria.

"Saya saya kalau boleh pengen ngisep kontol suami teteh...!" kata si Suster. Membuat Dina terkejut dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Mak...maksud Suster?" tanya Dina berusaha meyakinkan apa yang baru saja di dengarnya.

"Saya pengen nyepong kontol suami teteh, saya lagi ngidam..!" kata Suster dengan wajah gelisah.

Gila, masa ada orang ngidam nyepong kontol suami orang. Untuk sesaat Dina terkejut dengan keinginan si Suster yang menurutnya tidak masuk akal. Tapi tiba tiba muncul pikiran aneh darinya. Gimana perasaan Wulan kalau tahu kontol suamimya disepong wanita lain, pasti sangat menyakitkan. Biar dia tahu rasa, kontol suaminya dipake cewek lain, siapa tau si Suster punya penyakit kelamin yang menular. Tanpa sadar Dina tersenyum mendapatkan ide yang menurutnya brilian.

"Iya, boleh Sus..!" kata Dina tersenyum. Ahirnya dia menemukan cara untuk membalas sakit hatinya ke Wulan. Semoga saja si Suster punya penyakit kelamin yang menular.

Sudah mendapatkan ijin, Suster tanpa menunda waktu menurunkan celana Satria sehingga kontolnya terbebas. Sementara Dina buru buru mengunci pintu agar tidak ada yang melihat apa yang sedang terjadi. Dina mengambil bangku mencari tempat strategis untuk melihat adegan yang sedang terjadi dan berniat merekamnya.

"Kalau mau direkam, rekam aja Teh. Asal jangan disebarin. Buat koleksi pribadi aja." kata Suster membuat Dina malu karena niatnya diketahui.

"Benar boleh, Sus?" tanya Dina meyakinkan apa yang baru saja didengarnya, dibalas oleh anggukan Suster.

Suster mulai menjilati batang kontol Satria yang menjulang tingi, wajahnya sengaja menghadap kamera hp Dina. Wajahnya terlihat menikmati batang kontol Satria yang dijilatinya seakan itu adalah es krim yang sangat nikmat. Dina takjub melihat adegan yang terjadi di depan matanya bahkan sedang direkamnya. Ekspresi wajah Suster tidak kalah bintang film porno bahkan yang ini terlihat lebih natural.

Bibir mungil Suster mulai melahap kontol Satria, mengikuti gaya film porno. Suster berusaha memasukkan kontol Satria sedalam yang dia bisa. Tapi kontol Satria terlalu panjang dan mulutnya hanya mampu menelan sepertiga bagian kontol Satria. Adegan yang membuat Dina menahan nafas dan birahinya bangkit. Dina berusaha kosentrasi merekam adegan yang sedang berlangsung. Adegan yang membuat memeknya bedenyut kencang dan mengeluarkan cairan birahi yang cukup banyak.

"Teh, boleh ya saya masukin?" tanya Suster, wajahnya yang putih menjadi merah.

"Iyyya, boleh...!" kata Dina heran. Bukankah sejak tadi su Suster sudah memasukkan kontol Satria ke dalam mulutnya.

Mendapatkan lampu hijau dari Dina, Suster langsung mengangkat roknya dengan tubuh menghadap Dina agar terekam di kamera. Tangannya buru buru melepaskan celana dalam putihnya sehingga memeknga yang berbulu lebat terekam sempurna.

Dina baru sadar yang dimaksud dimasukin adalah dimasukin ke dalam memek si Suster. Suster naik ke atas ranjang, berjongkok membelakangi Satria dan menghadap ke arah Dina. Tangannya meraih kontol Satria agar tepat pada lobang memeknya.

"Sekarang Suster mau ngentot dulu dengan kontol jumbo. Senter memeknya Teh....!" kata si Suster pura pura berakting di depan kamera. Perlahan pinggul Suster turun, mendorong memeknya menelan kontol Satria.

"Aduhhhhh kontol suami teteh gede banget, sampe melar memek saya..!" rintih Suster saat memeknya diterobos kontol Satria. Perlahan lahan kontol Satria sedalam dalamnya masuk hingga tiada yang tersisa. Tertelan seutuhnya dalam jepitan memeknya yang sudah basah.

Perlahan Suster bergerak memompa kontol Satria, dia tidak berani melakukannya dengan cepat, kontol yang berada di dalam memeknya sangat besar, lebih besar dari kontol pacar gelapnya. Memeknya perlu beradaptasi dengan ukuran kontol Satria.

"Gelo, Teh. Kontol suami teteh ennnnak banget....!" jerit Suster tertahan saat kontol Satria amblas kembali ke dalam memeknya. Wajahnya yang manis begitu menikmati sodokan kontol Satria.

"Wulan terpaku melihat adengan tersebut. Melihat kontol Suster yang berjembut lebat menelan kontol Satria, jaraknya sangat dekat, tidak sampai satu meter.

" Enak Sus?" tanya Dina takjub melihat kebinalan Suster yang sedang memompa kontol Satria.

"Ennnak banget, Teh. Kontol suami teteh juara.....!_ kata Suster, gerakakkannya semakin cepat memompa kontol Satria karena memeknya sudah bisa beradaptasi dengan ukuran kontol Satria.

"Pantesan Teh Rina bilang kontol suami Teteh top, markotop.." kata Suster sambil terus memacu kontol Satria.

"Siapa Teh Rina?" tanya Dina heran.

"Itu, teman saya Teh. Semalam piket. Eh dapet hadiah dientot suami teteh, katanya kontol suami teteh juara...!" kata Suster dengan nafas tersengal sengal

Gila, semalam sempat sempatnya Satria ngentot sama Suster piket. Dasar cowok mata keranjang, sama seperti ayahnya. Ayah dan anak ternyata sama sama penjahat kelamin. Pikir Dina dengan perasaan muak.

"Suster gak hamil ya?" tanya Dina.

"Saya belom nikah, saya gak hamil... Aduhhhhh ammmmpunnnn kontol suamiii. Tehhhhh, ennnnnak.... Sayyyyya kellllluar....!" kata si Suster mengerang dahsyat.

********

"Kenapa Ningsih gak boleh lihat wajah Teh Lilis untuk yang terahir kali?" tanya Ningsih dengan suara terisak menatap jasad Lilis yang terbungkus kain kafan.

"Biarkan dia tenang...!" kata Jalu terus menahan tubuh Ningsih agar tidak memeluk jasad kaku yang sudah terbungkus rapi oleh kain kafan sejak dari RS. Itu adalah permintaannya. Dan Jalu tidak mengijinkan siapapun untuk melihat wajah Lilis. Lilis harus segera dimakamkan agar semua duka segera lenyap. Bahkan dia tidak menunggu kedatangan anaknya untuk melihat wajah ibunya untuk yang terahir kalinya. Lilis harus segera dikuburkan.

"Pak, jenazah sudah siap untuk dimakamkan?" tanya seorang tokoh masyarakat yang biasa mengurus pemakaman.

"Iya, terimakasih.!" kata Jalu melihat jasad mulai diangkat oleh beberapa orang dan dimasukkan ke dalam keranda yang sudah siap. Jenazah akan disholatkan di masjid terdekat yang dulu dibangun oleh mendiang Pak Budi suami pertama Lilis.

Jalu tidak berani melepas pelukannya dari bahu Ningsih. Jalu hawatir Ningsih akan jatuh pingsan sama seperti saar berada di rumah sakit. Setibanya di masjid, mau tiba mau dia harus melepaskan Ningsih. Untung sejak tadi Wulan setia berada di samping Ningsih. Tanpa bicara, Jalu melepaskan Ningsih dan tugasnya diambil alih wulan yang mengerti keinginan Jalu.

Jalu mengambil wudhu sebelum masuk ke dalam masjid. Jalu mengambil shaf paling depan tepat berada di belakang imam. Gema takbir membuat hatinya bergidik ngeri. Setiap orang yang bernyawa pasti akan merasakan mati seperti yang dialami oleh orang orang yang dicintainya. Dimulai dari Mang Karta, Bi Narsih, Mang Udin yang juga adalah ayah tirinya. Tanpa sadar Jalu menangis, menangis karena kehilangan orang orang yang dicintainya.

"Sabar ya, Pak..!" kata Imam Shalat yang melihat Jalu masih berdiri padahal Sholat jenazah sudah selesai sejak beberapa menit lalu.

"Iyyya, Pak..!" kata Jalu tersadar. Jalu berusaha menghapus air matanya dan berjalan keluar masjid mengikuti keranda mayat yang sudah digotong 4 orang. Mereka akan bergantian menggotong keranda mayat karena kebetulan area makam tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Sampai makam, Jalu langsung turun ke dalam lobang, dia yang akan membuka kain yang menutup wajah mayat dan dia juga yang akan mengumandangkan azdan. Dengan gerakan pelan dan tubuh yang membungkuk, Jalu membuka kain yang menutupi wajah Lilis, posisi tubuhnya menghalangi pandangan orang yang berada di pinggir lobang dan juga dua orang yang ikut turun.

Jalu mulai mengumandangkan adzan dengan khusu. Saking khusunya, Jalu merasa bergidik mendengar suara adzannya sendiri. Adzan untuk melepas mayat yang sebentar lagi akan tertutup tanah dan menjadi makanan cacing dan belatung.

Tanpa merubah posisi tubuhnya yang agak membungkuk menghalangi orang orang untuk bisa melihat wajah Lilis, Jalu menerima papan yang langsung digunakan menutup wajah mayat dan sekujur tubuhnya. Proses selanjutnya lebih mudah.

*********

"Pakdhe benar benar aneh...?" kata Wulan setibanya di kamar tempat Satria dirawat. Wulan meletakkan pantatnya di atas kursi di samping ranjang. Lega sekali bisa bertemu dengan pria yang dicintainya setelah semalam terpaksa menginap di rumah Pakdenya.

"Aneh kenapa?" tanya Satria ikutan heran. Satria membetulkan posisi duduknya agar tegak. Menurut dokter nanti siang dia sudah boleh pulang

"Semua yang melayat tidak boleh melihat wajah jenzah untuk yang terakhir kali. Kan aneh. Sudah gitu gak nungguin anaknya Budhe Lilis, kan aneh.. Gak ada tahlilan di rumah. Pakdhe cuma ngadain tahlilan di masjid. Jangan jangan pakdhe orang muhammadiyyah, jadi gak pake tahlilan." kata Wulan, pertannyaanya dijawabnya sendiri..

"Berarti gak ada yang aneh donk kalau Pakdhe orang Muhammadiyah." kataku tersenyum melihat wajah cantik Wulan yang terlihat lucu saat menggerutu begitu. "Kamu gak sedih?" tanyaku heran.

"Iya, sich. Makanya Wulan disuruh ke sini. Besok kamu sudah boleh pulang, Wulan senang. Ini harus jadi pelajaran buat kamu. Jangan mengandalkan otot, gunakan otak." kata Wulan mencium bibir Satria dengan mesra. Matanya berbinar indah, kesedihannya menguap tanpa bekas. Terlebih saat Satria membalas ciumannya dengan hangat.

Satria tidak tahu, apakah ini cinta atau bukan. Yang jelas dia merasa bahagia setiap kali berdekatan dengan Wulan, semua bebannya untuk sesaat terlupakan begitu saja.

"Permisi, Bu...?" kata seorang Suster mengagetkan Wulan dan Satria yang sedang asik berciuman.

Wulan dan Satria melepaskan ciuman mereka dan sama sama berpaling ke arah Suster yang sudah berada di belakang mereka.

"Eh, iyyya Sus..!" Wulan menjawab malu. Dia lupa menutup pintu.

"Saya mau melepas infus.." kata Suster sambil tersenyum menggoda.

"Silahkan Sus, saya mau buang air dulu..!" kata Wulan sambil melangkah ke dalam kamar mandi.

"Kamu hebat...!"kata Suster tersenyum menggoda Satria.

"Apanya yang hebat, Sus?" tanya Satria heran. Kenapa Suster ini terlihat genit padanya.

"Kontol kamu, hebat banget....!" kata Suster membuat wajah Satria pucat. Bagaimana Suster ini tahu.

"Kemaren waktu kamu tidur siang, aku udah nyobain kontol kamu yang gede banget. Aku benar benar puas. Sudah gitu direkam sama teman gadismu yang jagain kamu kemarin. Oh ya, ini nomer Hpku. Hubungi aku ya...!" kata Suster sambil memasukkan kertas ke dalam saku celana Satria yang terdiam kaget

Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd