Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Hmmm...Yang lain fokus ke Hani. Ane fokusnya malah ke Yanti, yang lagi lagi diperkosa. Kasian, entar aku bantuin si Mamat dan Toni deh.
waduh GB dong hu hahaha
Ditunggu updatenya, udah gatel mau baca
iyaa nanti malem hu ane apdet kalo gaada halangan apa apa haha
Feel no#1 suhu makanya ane setia baca cerbung suhu feel nye dpt bngt hihi
terimakasih hu
Abzen dulu ya sob hehehe,salam buat nayla
udah disampein ke Nayla ahahaha. salam balik ktanya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
sepi yaa? udah pada bosen ya sama cerita ini? haha. yaudah deh ini ane update dulu aja. nanti kalo pada banyak yang suka ya ane lanjutin kalo pada bosen ya ane udahan haha
 
PART 5
Nayla:
Nayla_Putri_Aribah_2.jpg


Yanti:
Diyanti_Rabbah_2.jpg


Zakiyah:
Nur_Zakiyah_2.jpg


Mira:
Almira_Intan_1.jpg


Devi:
Devi_Maharani_1.jpg


Kintan:
Putri_Kintan_Pitaloka_2.jpg
“okee kuliah hari ini saya cukupkan. Jangan lupa beberapa minggu lagi sudah ujian akhir dan kalian sudah mulai membaca-baca materi yang sudah saya berikan. Untuk minggu depan, kuliah saya liburkan karena saya ada tugas di luar kota. Jadi untuk hari ini kalian tanda tangan dua kali biar tidak ada masalah saat uas nanti. Oke kelas saya cukupkan”

Para mahasiswa mulai maju kedepan dan menuju seseorang yang memegang lembaran absen. Aku memutuskan untuk nanti saja absennya dan aku masih duduk di kursiku. Setelah beberapa saat dan kelas mulai sepi hanya tinggal menyisakan dosen dan aku saja.

“kamu, udah tanda tangan untuk presensi?” ujar dosen itu saat ingin bersiap meninggalkan ruangan.

“belum bu tadi masih ramai hehe” aku mulai beranjak dari kursiku dan menuju lembaran absen tersebut.

Aku menandatangani lembaran itu sambil dosen memperhatikanku. Aku menyelesaikan tanda tanganku dan memberikannya ke dosen tersebut. Dosen tersebut meninggalkan ruang kelas dan menyisakkan aku saja yang hanya di dalam ruangan tersebut.

Aku membuka HP-ku dan mendapati pesan yang mengingatkan bahwa akan ada rapat pengurus organisasi untuk membahas mengenai pembentukan panitia untuk suatu acara tahunan yang akan dilaksankan semester depan, evaluasi kinerja pengurus selama setengah masa jabatan. Ditambah mengenai agenda lain-lain.

Masih ada beberapa jam lagi rapatnya. Aku memutuskan untuk segera menuju sekretariat organiasisku biar aku menunggu di tempat itu saja.

.

.

.

Sesampainya di secretariat, aku mendapati pintu sudah terbuka dan aku langsung melenggang masuk saja.

“ehhh Faza, gasik banget” Seorang wanita nampaknya kaget saat aku masuk ke dalam secretariat.

“iyaaa mbaa, abisan aku bingung mau ngapain lagi. Yaudah aku nunggu disini aja”

Ya Mba Nayla sudah berada di dalam secretariat. Dia menggunakan pakaian sangat rapih. Terlihat anggun.

“kok rapi banget mba?”

“iyaa tadi aku abis ketemu dosen”

“ketemu dosen buat apa mba?”

“yaa nasib mahasiswa tingkat akhir ya pasti tentang skripsi za haha”

“lohh cepet banget mba? Perasaan kemarin mba baru selese KKN kan?”

“iyaa lah ngapain lama-lama haha. Aku emang niat mau lulus 3.5 tahun zaa kalo bisa”

“waaaahh. Mba udah kayak sempurna banget. Udah cantik pinter lagi”

“gausah gombal za. Rayuanmu gaakan mempan, aku bukan Winda, Zahra, sama Hani hahaha”

“kok mba…..” Aku terkejut mengapa Mba Nayla mengetahui hubunganku dengan ketiga wanita tersebut.

“ya taulah aku. Masa aku gatau. Kamu aja tau kalo aku…….” Tiba-tiba raut wajahnya berubah dari senang menjadi sedikit murung.

Aku yang mengetahui perubahan raut wajah Mba Nayla berusaha mengalihkan topic obrolan.

“tentang apa mba skripsinya?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

“emmm. Tentang pengaruh pemberian gizi ke mencit yang dikasih racun sih zaa. Bisa lebih survive apa engga mencitnya”

“wuiihhhh. Keren mba”

“kamu juga harus udah mulai mikirin skripsi kamu za. Jangan kayak aku. Baru dapet topiknya sekarang-sekarang. jadinya aku kelabakkan gini.”

“aku masih bingung mba haha. Biarin mengalir aja nanti juga dapat”

“aku juga kemarin kyk gitu, cuman jadinya kelewat santai jadinya baru sekarang deh. Aku jadi pesismis bisa lulus 3.5 tahun haha”

“tapikan mba akhirnya dapet kan haha”

“tapi kelabakan za haha”

“yang penting kan dapet”

Telingaku di jewer oleh Mba Nayla kencang sekali.

Beberapa saat suasana secretariat lengang.

“za bawa motor ga?”

“anterin aku mau ga?”

“kemana?”

“ke kosan. Mau ngambil sesuatu”

“okedeh mba”

Kami lalu keluar dari secretariat dan tidak lupa juga mengunci pintunya. Kami langsung menuju kosan Nayla.

*****
Sesampainya di kosan Nayla lebih tepatnya saat aku masuk ke dalam kamarnya. Aku melihat Kintan sedang berdandan. Kintan nampaknya terkejut melihatku masuk ke dalam kamar tersebut. Melihat reaksi tersebut, aku balik badan dan langsung kembali ke motorku. Aku mendengar Nayla hanya cekikikan.

Tak berapa lama Nayla kembali ke motorku dan langsung menaikinya. Aku langsung memacu kendaraan menuju secretariat.

“satu kamar sama mba kintan?” Aku penasaran.

“ya menurut kamu aja za hahaha”

“kamu mau cobain kintan za? Hahaha”

“busett”

“buset apalah kamu. Kamu mau kan? hahaha”

“engga mbaa, udah cukup Winda aja”

“yakin kamu? Emang kenyang sama Winda? Kemarin aja kamu nyusunya udah kyk orang yang engga minum susu selama bertahun-tahun hahahaha”

“ya kan, emang susunya Mba Nayla gede”

Nayla hanya tertawa dan suasana lengang setelahnya.

“kok aneh yaa hahaha”

“aneh kenapa deh za?”

“diluar dari masalah Mba Nayla yang eemmm. Anu lah ya mba, tapi dari segi penampilan kalian ga cocok hahahah. Kok bisa deket sampe satu kamar. Aneh aja menurutku”

“ya gak papa zaaa. Kita dipersatukan oleh sesuatu hahaha”

“oh. Apa itu?”

“R-A-H-A-S-I-A”

Aku hanya berdeham dan tanpa terasa kami sudah sampai di halaman parkir secretariat.

“zaa, kamu tau kabar Toni sama Mamat?” Nayla membuka obrolan saat kami berhasil membuka pintu secretariat.

“heemmm, gak pernah denger mba. Ehh tapi….”

*DEG*DEG* aku tiba-tiba teringat kejadian Yanti saat di balai desa tempo hari.

“tapi apa za?”

“gapapa mba. Aku cuman keingetan sesuatu”

Suasana lengang seketika.

“emang kenapa mba Toni sama Mamat?”

“kamu inget kan waktu itu kita di datengin sama polisi? Nah Jordi cerita kalo itu tentang mereka berdua, dan kejadian kecelakaan mobil Mas Reza juga pas banget sama ilangnya mereka berdua”

“udah coba datengin kosannya mba? Maksudku polisinya”

“gatau zaa, tapi beberapa bulan kemarin si Jordi sama Jodi udah sempet nyari mereka cuman gaada di kosannya”

“setauku kalo mamat ga ngekos mba, tapi di daerah mana gitu aku lupa, dulu sempet denger dari temen-temen kelasnya”

“iya udah za, cuman katanya gaada, dan udah tanya tetangganya juga pada gak ngeh kalo rumah itu ada penghuninya. Rumahnya itu depan rumahnya…….”

“rumahnya?”

“ehh gajadi zaa, aku tiba-tiba keingetan sesuatu”

“lah ngikutin -_-“

Suasana kembali lengang karena kami sibuk dengan urusan masing-masing. Nayla sibuk dengan urusan surat-menyuratnya, kuitansi-kuitansi dan lain-lain, sedangkan aku sibuk membaca kembali evaluasi kegiatan di Desa tempo hari karena nanti ada bahasan mengenai itu. Ya memang kegiatan tersebut otomatis di bawah tanggung jawabku karena Jordi dan Jodi absen.

Tak berapa lama, datanglah Yanti meramaikan secretariat. Ia sempat terkejut melihat kami berdua sudah ada di dalam secretariat karena dia beranggapan bahwa ia orang pertama yang datang ke sekre ini.

“yan, kamu tau kabar Toni dan Mamat?” Nayla tiba-tiba menembak Yanti sebuah pertanyaan saat ia baru saja duduk.

*DEG*DEG*

Jantungku berdegub mendengar pertanyaan dari Nayla. Kalau begini aku bisa dituding oleh Yanti membocorkan kejadian di Balai Desa. Yanti memasang raut wajah kaget dan ia menatapku seraya mengatakan “kamu cerita ke Mba Nayla?”

“yan?” Nayla bertanya sekali lagi.

“engga mbaa hehe. Kenapa emangnya?” Yanti menjawabnya dengan gugup dan terbata-bata.

“emmm, maaf yan sebelumnya mungkin kamu punya kenangan buruk sama mereka tapi aku gak bermaksud apa-apa ya yan. Mereka ngebunuh Mas Reza yan, makanya kalo kamu liat mereka, langsung hubungin kami”

Hal tersebut sontak membuat wajah Yanti kian terkejut dan semakin lama raut wajahnya berupa menjadi sedih.

“kami siapa mba?” aku sedikit merusak suasana.

“ke aku bisa, ke Jordi atau Jodi juga bisa” Nayla masih memandangi Yanti.

Yanti semakin tidak jelas perasaannya saat ini. Terlihat dari raut wajahnya.

“yan? Kenapa? Kamu tau mereka berdua dimana?”

“emmmm mbaa, tapi janji mba jangan cerita-cerita ke yang lain kenapa aku bisa tau dimana mereka ya. Cukup bilang kalo kebetulan aku pernah liat gitu ya mba?”

“lohh memangnya kenapa?”

Aku mencubit sedikit paha Nayla dan memberi ekspresi wajah seakan berkata “udah dengerin aja elah”. Nayla kemudian meringis dan mengangguk.

Yanti lalu menceritakan dimana lokasi Toni dan Mamat yang akhirnya aku tau mereka berdua berada di daerah yang sangat dekat dengan kampus. Dan itu berada di sebelah kosanku. Lebih tepatnya di rumah kosong depan kosan Winda. Aku tidak sadar selama ini mereka berada disana karena memang rumah itu benar-benar tidak menampakkan bahwa itu rumah berpenghuni. Nayla bertanya lagi kenapa bisa tau lokasi mereka, Yanti menjawabnya dengan sedikit tersedu-sedu menahan nangis. “aku sering diajak kesana sama mereka mba. Bukan diajak tapi dipaksa” begitulah inti jawaban Yanti.

Sontak hal itu membuat Nayla terkejut, dan ia malah mendekati tubuh Yanti dan memeluknya. Aku sedikit mendengar suara Nayla yang menyemangatinya. “sabar ya yan, aku paham perasaan itu. kita satu nasib” Nayla mengelus kepala Yanti yang masih di tutup jilbab itu dan menenggelamkan kepala Yanti di dadanya. Ucapan Nayla sedikit membuatku terkejut.

Suasana di secretariat lengang karena aku hanya melihat mereka berpelukan. Aku memutuskan untuk kembali membaca evaluasi dan meninggalkan mereka berdua berpelukan.

*****
Jam sudah menunjukkan pukul 18:37. Itu berarti dalam beberapa menit, rapat akan dimulai. Namun, Jordi belum menampakkan batang hidungnya. Aku baru saja selesai mengangkat telfon dari Winda. Ia menyuruhku melaksanakan ibadah, namun aku sudah melakukannya sebelum ia suruh sehingga obrolan kami berganti mengenai Hani.

Sesuai janjiku aku hanya memberi tahu bahwa Hani hanya ingin bertemu dengan Winda. Aku sedikit memberikan sedikit bumbu kebohongan karena jika tidak maka akan ketauan apa yang aku dan Hani lakukan tempo hari.

Suasana sekre sudah mulai rame para pengurus sudah mulai berdatangan. Aku berkumpul lagi dengan Zakiyah, Devi, Yanti dan Mira.

Setelah beberapa menit kemudian, Jordi dan Jodi datang tepat pada waktu dimana rapat akan dimulai dan tak lama setelah kedatangan mereka, Jordi membuka rapat.

Rapat dimulai dengan penyebutan agenda rapat oleh Jordi yang sudah diinfokan sebelumnya via SMS. Rapat berjalan kondusif karena kepiawaian Jordi dalam menengahi suatu permasalahan. Jordi sangat piawai dalam memimpin, dalam menyatukan semua kepala yang ada di ruangan ini. Aku jadi merasa tidak akan bisa menjadi penerusnya walaupun memang di gadang-gadang menjadi penerusnya.

Kami berhasil menunjuk satu orang untuk menjadi ketua panitia acara tahunan organisasi kami dan juga selesailah evaluasi kinerja pengurus selama setengah tahun menjabat. Sekali lagi aku diledek oleh kewanan Jordi bahwa aku akan menjadi penerusnya karena evaluasi yang sudah aku paparkan tadi dan kemampuanku dalam memimpin saat acara (dilebih-lebihkan tentu saja) yang dipaparkan oleh pengurus lain. Zakiyah cekikikan dan dia juga kena bahwa akan menjadi penerus bendahara yang tugasnya sudah sangat riuweh.

Rapat berakhir pada pukul 21:39

“wah lama juga rapatnya” batinku.

“zaaaa, sini bentar” Nayla memanggilku saat aku beranjak meninggalkan secretariat.

Aku berbalik dan menuju Nayla. Di dalam secretariat tersisa hanya aku, Nayla, Jordi dan Jodi serta Yanti yang masih sibuk dengan HP-nya.

“gini zaa, tadi gue udah diceritain sama Nayla tentang Toni dan Mamat” Jordi berkata berbisik.

Aku hanya diam bersiap mendengarkan penjelasan Jordi.

“gini, mulai dari sekarang gue minta tolong lu buat jagain Yanti sampe mereka berdua ketangkep” Jordi masih berbisik. “nanti Winda aku kasih tau deh za” Nayla menambahkan.

“kebetulan kosanlu deket kan sama Yanti, jadi untuk sementara lu anter jemput Yanti yaa. Kalo kita berdua yang jagain, mereka nanti curiga”

“nah kalo gue tiba-tiba deket sama Yanti juga bukannya malah bikin curiga ya? Apalagi kemarin aku……..”

*SIAL aku keceplosan lagi*

“kemarin kenapa za?” Jordi sedikit menghentak.

“duhh bego gue” batinku. “gini gini mas, gue bakal cerita tapi kalo ada persetujuan dari Yanti”

“maksudnya?”

“yanti kamu kok gapulang?” Aku langsung beralih menuju Yanti.

“aku mau minta tolong kamu buat nganter hehe, aku takut za malem-malem bigini pasti………”

“oke oke yan, sini dulu dong ada yang mau aku ceritain” Aku melambaikan tangan ke Yanti.

Yanti memasang wajah bingung dan mendekat kearah kami. Aku kemudian meminta izin bahwa kejadian di balai desa akan aku ceritakan. Ia sedikit terkejut namun akhirnya ia memperbolehkan.

Aku lalu menceritakan tentang aku memergoki Mamat dan Toni sedang melakukan sesuatu hal kepada Yanti. Mereka bertiga hanya manggut-manggut mendengarkan ceritaku yang sesekali ditambahkan oleh Yanti sambil sesenggukan.

Setelah semua hal kuceritakan, kami semua menghela nafas karena topik pembicaraan kami ada suatu hal yang sangat berat. Mereka berdua bisa dihukum oleh pasal berlapis. Aku dan Yanti memutuskan untuk diam saja selagi menunggu keputusan yang akan diambil oleh Jordi.

“yaudah gini aja deh za, yan. Kalian berdua pokoknya jangan jauh-jauh yaa, dan Faza, deketin Yanti sewajarnya. Biar mereka juga gak curiga. Kita bertiga nanti akan ngurus ke polisi dan lain-lain. Yang penting mereka udah ditemuin dulu. Dan satu lagi Faza, gue beri tugas lagi. Pastiin kalo emang dirumah itu ada orangnya apa engga. Dan kalo ada gerik-gerik mencurigakan, langsung telfon kita bertiga. Oke?”

“oke mas” aku menjawab singkat.

Mereka kemudian mempersilahkan kami untuk kembali ke kosan. Kami pamit dan langsung menuju halaman parkir secretariat dan Yanti menyusulku menuju motorku. Setelah kami siap, aku langsung memacu motorku keluar dari komplek secretariat.

“za berarti bayaran tutup mulut batal ya? Hahaha” ujar Yanti ditengah-tengah perjalanan.

“hahahah iyaa yaan, mending jangan. Nanti kamu ketagihan sama aku. Bahaya nanti” Yanti tiba-tiba menjitak kepalaku.

Yanti berkata bahwa jika ke kosannya, ia mengambil jalan memutar lebih jauh karena ingin membeli sesuatu di minimarket dan menurut tuturan Yanti, Toni atau Mamat biasanya nongkrong di warung makan dekat dengan minimarket yang dimaksud karena ia sering melihatnya disana. Aku sedikit menolak hal itu karena aku ingin cepat sampai kosanku. Namun, menurut Yanti, itu bisa dijadikan cara untuk membuktikan bahwa Toni dan Mamat masih ada di kota ini. akhirnya aku mengalah dan mengikuti saran dari Yanti.

Yanti akan masuk ke dalam minimarket dan aku akan berpura-pura menjaga motor agar tidak diminta uang parkir oleh tukang parkir ‘ghoib’ (haha).

Aku pura-pura memainkan HP-ku sambil sesekali kulirik sekitarku sekilas. Ya tentu saja hal itu langsung terbukti dan aku melihat dengan mata kepala sendiri Toni sedang makan di suatu warung sambil sesekali kudapati ia memperhatikanku.

Beberapa kali aku tidak percaya dan melihatnya sekali dan sekali lagi namun mataku ini tidak salah. Aku memutuskan langsung mengirim SMS ke Jordi, Jodi dan Mba Nayla. Hal itu aku lakukan karena berjaga-jaga yang penting salah satu diantara mereka membaca SMS ku. Tak lama kemudian kulihat Yanti sedang membayar belanjaannya dan aku merasakan getaran di HP-ku. “oke za, kita kesana” isi SMS itu.

Aku memutuskan untuk menuju warung tersebut berpura-pura membeli minuman.

Sesampainya aku di warung tersebut, kulihat Toni sudah selesai makan dan aku pura-pura menyapa karena sudah lama aku tidak melihatnya. Aku sedikit heboh karenanya. Aku memang sangat ingin bertemu dengannya, ingin mendengar semua penjelasannya. Hal itu membuat beberapa pelanggan warung memperhatikan kami. Ia terlihat tidak nyaman dibuatnya.

Aku sengaja mengajak Toni berbincang-bincang apa saja yang ia lakukan mengapa tidak keliatan lagi. Hal itu makin membuatnya tidak nyaman, karena aku menembakkan banyak sekali pertanyaan dan aku liat pandangannya tidak fokus ke arahku. Ia beberapa kali mengintip melihat kearah belakangku yang aku duga ia ingin melihat gerak-gerik Yanti.

Aku berpura-pura menoleh kebelakang dan kudapati Yanti sudah selesai membeli keperluannya.

Aku lalu memanggilnya karena ingin mempertemukan Yanti dan Toni. Raut wajah Yanti seolah tidak percaya terhadap apa yang aku lakukan. Aku lalu beralih memperhatikan Toni lagi dan ia sedang mengetik sesuatu di HP-nya.

“ngapain kamu, orang ada temennya yang kangen juga malah main HP” Aku merebut HP-nya dan ia terkejut oleh karenanya.

“sialan, balikin zaa. Jangan bikin gue marah” raut wajahnya berubah menjadi menakutkan.

“uuuu takut aku” Aku lalu bergerak mundur menuju minimarket.

*BUGH*

Toni menendangku dengan secepat kilat membuat tubuhku kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh di aspal. HP Toni tercecer, terlepas semua komponen luarnya. Aku melihat Toni berlari dan aku berusaha bangkit untuk mengejarnya. Aku berhasil bangkit dan langsung berlari ke arah Toni.

*SRAAAAAKKKK*

Aku berhasil menangkap Toni karena aku bisa berlari lebih cepat dibandingka dengannya.

“SIALAAAN” Toni meronta berusaha melepaskan cengkramanku.

Beberapa orang disekitar hanya melihat aku menindih Toni.

Kaki Toni berhasil bergerak leluasa dan gerakan kakinya berhasil mengenai bagian belakang kepalaku. Hal itu membuatku terkejut dan membuat cengkramanku melemah dan Toni akhirnya berhasil lolos dan Toni kembali berlari secepat yang ia bisa.

“SIALAN” gerutuku sambil memukul aspal.

Aku lalu berlari mengejarnya lagi dan berusaha menangkapnya lagi.

Sekali lagi aku berhasil menangkapnya dan kali ini aku mengunci tangannya dan aku duduk di bagian belakang pahanya agar kakinya tidak bisa mengenaiku lagi.

“zaa, jangan bikin gue marah” suaranya lirih namun mantap.

Rontaan Toni tiba-tiba melemah dan dalam satu hentakan aku terlempar menjauh dari Toni. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Pinggangku menabrak pembatas jalan dan itu sangat menyakitkan. Aku berusaha menjaga kesadaranku dengan cara terus memperhatikan Toni.

Toni bangkit dan memasang raut wajah yang kali ini benar-benar menakutkan.

Ia mendekatiku, namun tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali. Tubuhku sangat gemetaran saat melihat Toni mendekatiku. Aku bahkan menggigil.

Toni sudah berada persis di depanku. Ia mencengkram kerah bajuku dan menarik kerah itu hingga kakiku tidak dapat menapak lagi.

*BRUGGGGG*

Ia memukul perutku dengan sangat keras dan sekali lagi aku terpental menabrak tiang listrik. Kesadaranku mulai kabur. Aku melihat dengan samar-samar ada seseorang yang mendekati Toni dan memukulkan sesuatu hingga Toni jatuh tersungkur. Setelah beberapa saat, pandanganku sudah jelas dan aku melihat Yanti berlari menuju ke arahku.

“zaaa, gapapa kan?”

Belum sempat aku jawab pertanyaannya, tubuh Yanti sudah melayang ke samping karena dilempar oleh Toni. Pandanganku langsung fokus ke Yanti yang pingsan di seberang jalan di sampingku.

“zaa apa gue bilang. Jangan bikin gue marah” nadanya datar menakutkan.

Pandanganku langsung tertuju kembali ke sosok yang berada persis di depanku.

Aku sekilas melihat kepalanya keluar darah di bagian pelipisnya.

Aku berusaha melancarkan tendangan ke arah perutnya dan itu gagal. Kakiku ditangkap olehnya dan aku dibanting sekali lagi oleh Toni.

“AAAARRRGGGGHHHHH” Aku melenguh keras sekali.

Aku masih meringis kesakitan dan aku kembali merasakan sosok itu sudah berada persis di depanku lagi.

Ia kembali meraih kerah bajuku dan menangkatku lagi hingga kakiku tidak menapak apapun.

*PRAAAANGG*

Sesuatu seperti kaca mengenai kepala Toni yang bercucuran darah. Hal itu membuat cengkramannya lepas dan aku berhasil menapak di aspal. Aku berusaha melancarkan satu pukulan ke wajahnya dan berhasil. Pukulan itu berhasil membuatnya terpental satu meter ke samping kiriku.

Yanti berhasil bangkit dan berhasil memukulkan cangkir yang baru saja ia beli ke kepala Toni.

Toni berhasil bangkit lagi dengan raut wajah yang masih menakutkan. Yanti langsung bergerak ke belakangku. Kakiku masih terasa sakit sehingga kami hanya bisa mundur dan aku berjalan pincang.

Kami mundur hingga merasakan sesuatu menghalangi kami untuk mundur lebih jauh.

Akhirnya aku sadar bahwa kami sudah terpojokkan karena belakang kami merupakan dinding suatu bangunan.

“kalian udah gabisa kemana-mana lagi. Yanti, aku masih butuh memeklu. Nagih banget. Jadi lu gaakan gue bunuh. Nah kalo Faza, karena dia udah ngerusak HP-gue. Enaknya mana ya yang gue rusak?”

Kami hanya diam saja dan cemas apa yang akan dilakukan oleh Toni. Aku berharap Jordi dan Jodi segera sampai disini.

“WOE JAWAB ZA. Bagian mana yang bisa gue rusak”

Wajahku pucat

“AHHH ANJING. GILIRAN KAYAK GINI AJA BISU. GIMANA SIH CALON KETUA GUE. MASA KAYAK GINI?”

*DEG*

Aku terkejut mengapa ia bisa tau hal itu.

“YANTI MINGGIR JANGAN DISITU. NANTI LO KENA”

Yanti tetap berada di belakangku dan aku dapat merasakan bahwa ia juga gemetaran melihat Toni. Kulihat Toni kembali mendekatiku dan aku tidak bisa berbuat banyak karena aku serasa didorong oleh tembok yang ada di belakangku.

Toni kembali mencengkram kerahku.

Sebelum ia mengangkatku, aku melancarkan tendangan ke arah perutnya dan itu sedikit berhasil karena Yanti bisa kabur tapi tidak denganku. Bajuku berhasil digenggam oleh Toni saat aku berhasil kabur. Aku jatuh tersungkur karenanya. Aku segera membalik badan dan melancarkan beberapa tendangan namun semua itu berhasil ia tepis dan ia berhasil mendapatkan kakiku. Ia melemparkan tubuhku ke arah dinding tadi dan ia melancarkan tendangan.

Aku hanya bisa menahan tendangannya dengan salah satu tanganku dan terpental beberapa meter ke samping. Tanganku nyut-nyutan akibatnya.

Tendangannya sangat keras.

Aku melihat Toni sudah melenggang jauh meninggalkanku serta membawa Yanti yang kulihat sudah pingsan. Aku berusaha bangkit dengan susah payah. Tak berapa lama setelah aku berhasil bangkit, aku tersadar dan melihat kilatan cahaya terang menuju ke arahku.

*BRAAAKKK*

Bersambung​
 
Terakhir diubah:
Hahaaaiii...
Ada kintan walau cuman sekelebatan..
Mantab updatenya suhu...
Kintan dan nayla masih aktif terima order gak hu..?
Bole minta nmr kontak mereka..?
Hahahahahahaa...
Keren kerenn kerenn..
 
sepi yaa? udah pada bosen ya sama cerita ini? haha. yaudah deh ini ane update dulu aja. nanti kalo pada banyak yang suka ya ane lanjutin kalo pada bosen ya ane udahan haha

belom boleh stop kalo belom ada 3some bareng kintan nayla hahaha
 
Waduuuuhhhhhh fazaaaa jal kowe posisi nang endi benta paranine, tek klewange ngeneh kuwe toni @RAYxy merapat rewangi reza gst nyong nyusul otw gombong - pwt
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd