Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
Thx updatenya hu
Good job kyoko, akhirnya Kana bisa menceritakan masa lalunya dan bersiap menatap masa depan dengan Abe
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 16
(my mom's first love)
------------------------------

haruko10.jpg

“Udah sampe, turun yuk”
“Iya Mbak”

Aku sama Mbak Alika turun dari taksi online. Taksi onlinenya gak pake supir, teknologi ini baru masuk Indonesia dan perusahaan ojek online yang raksasa banget itu adalah perusahaan pertama yang pake teknologi ini buat cari duit. Tapi sebenernya tadi aku takut. Rasanya aneh aja naik mobil gak ada yang nyetir. Tapi toh kita berdua akhirnya sampe di mall ini dengan selamat.

Mbak Alika itu anaknya Tante Dian, sepupunya Papa. Ibunya dokter, bapaknya designer. Orangnya cantik banget, modis banget, dan somehow, dia dewasa banget juga kontemplatif. Gabungan bapak dan ibunya.

“Mbak Alika bau rokok” aku mendengus sambil berjalan di sebelahnya.
“Yah gitu deh…. Tadi Papaku ngerokok banyak banget di rumah…. Heran, padahal dulu Mama bilang, dia sempet berhenti ngerokok lama banget, terus balik lagi…”

“Hehe”
“Untung banget orang tua kamu ga ada yang ngerokok, paling banter yang ngerokok tamunya Om Arya kan?”
“Ho oh Mbak…”

Aku paling seneng cousin date kayak gini. Jalan bareng, nonton berdua, ke toko buku, entah beli apa atau cuman makan di food court. Mbak Alika baru masuk kuliah dan dia udah punya cowok. Tapi dia selalu rela gak jalan sama cowoknya kalau mau jalan bareng aku. Aku gak punya kakak dan dia gak punya adik. Jadi klop. Untuk main sama anak-anaknya Tante Ai rada susah, karena cowok semua dan umurnya masih pada di bawah aku. Kalo sama Mbak Alika, enak banget. Rasanya kayak ada yang ngelindungin.

“Ke mana dulu nih”
“Toko buku kali ya? Aku belum laper” jawabku.
“Ok”

Mbak Alika emang modis banget sih, cakep banget dandanannya. Rok lebar berbunga dengan jaket jeans, keliatannya dia seperti remaja di tahun 90-an, dan tampangnya juga cantik banget, nurun dari papa mamanya. Sedangkan aku sih, gak tau ya, gak tertarik juga sama fashion. Jadinya santai aja, ke mana-mana T-shirt sama jeans pun oke.

“Tumben mendadak kamu ngajakin aku perginya…. Biasanya dari jauh-jauh hari” Mbak Alika ngebuka pembicaraan.
“Males abisnya di rumah banyak tamu… Eh, gak banyak deng… Ada tamu aja”
“Bukannya rumah kamu hampir tiap hari kedatengan tamu, urusannya Om Arya?” tanyanya.
“Iya, cuman yang ini…. Malesin ah”

Hari ini, gerombolan Frank’s Chamber datang dari Bandung. Aku bingung aja kalau ada mereka. Udah mana ngomongnya pake bahasa Sunda terus, terus becandanya kadang suka keterlaluan, di depan anak-anak lagi… Kan jadi males ya? Mending aku cousin date mendadak sama Mbak Alika, yang rela batalin agenda pacarannya demi aku.

Kami berdua masuk ke sebuah toko buku dan aku mungkin bakal beli beberapa keperluan sekolah kayak alat tulis atau apapun, dia bisa lihat-lihat buku yang dia suka. Aku jalan dan langsung nyoba-nyoba beberapa pulpen yang lucu-lucu, dan gak merhatiin sekitarku.

“Eh Haruko? Sendirian?” mendadak ada suara yang familiar di belakangku.

Aku nengok ke belakang.

“Halo Kak… Enggak, sama sepupu…” jawabku males.

Duh. Cowok ini. Entah kenapa aku agak awkward kalo sama dia. Rasanya gak nyaman. Tapi aku bukannya gak nyaman dalam artian sebel. Dia baik banget orangnya, dan dia ramah, baik, dan segala macemnya. Tapi kalau ada dia, aku jadi susah konsentrasi dan gak puguh perasaannya. Makanya jadi gak nyaman.

“Oh… Main? Gak ada latihan badminton kalo weekend?”
“Kan butuh libur juga” jawabku dengan grogi.

Kenapa pula dia ada di sini? Jadi deg-degan kan aku? Mana sih Mbak Alika. Masa aku teriak minta tolong ditemenin biar gak gugup-gugup amat.

“Kapan ada pertandingan lagi? Aku pengen nonton, belom pernah nonton kamu tanding di luar sekolah soalnya”
“Engg….” Ada sih bulan depan, tapi aku kok susah ngomong gini ya? Kenapa sih?

“Haruko… Buku ini bagus deh!”
“Eh, Mbak…”
“Halo… Sepupunya Haruko ya?” senyum orang ini. Sialan, kenapa pake senyum? Kenapa? Emang ada yang rame pake senyum-senyum segala?

“Iya… Kenalin… Alika”

“Halo… Rendra”

“Temennya Haruko?”
“Iya, satu sekolah… Saya kakak kelasnya sih”

“Oh…” Mbak Alika mendadak lihat gestureku dan dia liat tampang Kak Rendra dengan seksama. “Sendirian?”
“Iya kebetulan, di rumah lagi sepi, jadi buang waktu ke sini deh” jawabnya.

“Hehe, kalo gitu join kita aja gimana?” lanjut Mbak Alika. Aku melotot.
“Gak ganggu?”
“Gapapa kok”
“Boleh-boleh aja sih”

“Yaudah, saya mau bayar dulu ya….” Mbak Alika langsung jalan ke arah kasir, ninggalin aku sama Kak Rendra berdua.

Dan aku rasanya pengen teriak.

MBAK!!! BALIK!!! KENAPA NGAJAKIN KAK RENDRA BUAT BARENG SAMA KITAAAAAAAA???????

==================
==================


img_0010.jpg

“Ah… Pegal sekali hari ini” Marie meregangkan tangannya sambil duduk di salah satu sudut gedung kampus mereka, memperhatikan mahasiswa yang lalu lalang. Ada yang mau pulang mungkin, ada juga yang masih ada kuliah sore. Tapi mereka bertiga, Marie, Kana, dan Kyoko sudah tidak ada jadwal kuliah lagi.

Kana dan Marie menemani Kyoko yang sedang menunggu Hiroshi. Hari ini Hiroshi ketinggalan handphonenya, jadi Kyoko harus menunggu dia di tempat yang dijanjikan. Hiroshi masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan. Entah apa, tapi yang pasti berhubungan dengan hal-hal yang berbau akademik.

“Hari ini kamu latihan memasak lagi ya?” tanya Marie ke Kyoko.
“Iya”
“Mesra sekali”
“Kamu bicara seperti itu karena dua hal. Kamu gak punya pacar dan kamu bisa memasak” potong Kana.

“Jaga mulutmu”
“Yang suka tidak menjaga omongannya siapa ya?” sindir Kana, ke Marie.
“Kamu”
“Kurang ajar”

“Ah Sensei… Konnichiwa” Kyoko menundukkan kepalanya ke dosen yang lewat. Dosen tersebut mengangguk balik dan berlalu. Kana menatap punggungnya dari belakang lekat-lekat dalam diamnya. Ya, tadi itu Abe-Sensei.

Marie mencolek tangan Kana dan Kana hanya terdiam saja, sambil menunduk dan tersenyum sendu sendiri. Kedua temannya tersenyum dan Kyoko meremas tangan Kana dengan gemas. Kana masih tersenyum. Dia sebenarnya masih galau, apakah dia harus mengakui perasaannya ke Abe-Sensei dalam waktu dekat, atau nanti ketika lulus. Tapi, bahkan sampai sekarang pun, mereka bertiga tidak tahu status pernikahan Abe-Sensei seperti apa.

Kana menarik napas panjang, sambil menatap ke arah menghilangnya Abe-Sensei.

“Masih banyak waktu, Kana” bisik Kyoko.
“Iya”

“Ano… Ngomong-ngomong, kamu bilang kan waktu itu, kalau ayahmu memasukkan kamu ke Mizuho Gakuin dengan harapan kamu masuk universitasnya setelah lulus SMA?” mendadak Marie bertanya hal itu kepada Kana.

“Iya”
“Apa reaksi ayahmu waktu kamu masuk ke tempat ini?”

“Tidak ada reaksi apapun, biasa saja… Tidak marah, tidak juga terlihat senang…. Biasa-biasa saja” jawab Kana dengan muka datar.
“Oh…”
“Dan ibu kamu bagaimana pendapatnya?” tanya Kyoko.

“Ibuku? Entah. Aku tidak pernah bertemu dia lagi sejak SMP…. Katanya dia pindah ke Chiba dan kami benar-benar tidak pernah berhubungan lagi…..”

“Maaf, kami bertanya hal-hal yang memusingkan…” balas Kyoko.
“Yah… Mau bagaimana lagi……”

“Ngomong-ngomong soal Chiba… Kapan-kapan main ke rumahku yuk? Ketika liburan musim panas saja… Tahun depan…” senyum Marie.

“Menginap?”
“Sebaiknya begitu”
“Hahaha… menarik juga” tawa Kyoko.

“Ngomong-ngomong… Kalau kalian kapan-kapan ingin main ke rumahku, boleh juga” mendadak Kana membuka mulutnya lagi.

“Wah? Benarkah?”
“Ya.. Kadang ayahku pergi perjalanan dinas dan aku benar-benar kesepian… Nanti kita masak bersama… Siapa tahu Kyoko bisa belajar ke orang lain, selain Tanabe?” lanjutnya.

“Kenapa dengan aku?” mendadak Hiroshi muncul.
“Hei Hiro-Tan, kamu lama sekali….” keluh Marie.

“Maaf, tadi aku diskusi panjang lebar dengan dosen…”
“Diskusi apa?”
“Soal kemungkinan melanjutkan sekolah di luar negeri setelah lulus dari tempat ini” senyumnya.

“Kyoko diajak dong kalau kamu sekolah ke luar negeri”
“Bicara apa sih Marie?” potong Kyoko.

“Hahaha, masih jauh bicara soal itu…. Lulus saja belum, dan belum tentu juga ada sekolah di luar negeri yang mau langsung menerimaku, kalau aku tidak ada rekomendasi dari chef di Jepang….” sambung Hiroshi.

“Kalau sekelas Hiroshi sih, aku yakin pasti akan mendapatkan rekomendasi yang bagus di Jepang. Jya, mari kita pergi.. Ikimasho…” Kyoko berdiri dan langsung berdiri di sebelah Hiroshi.

“Ah iya, maaf ya, teman-teman… Kami ke rumah Kyoko dulu”
“Iri!” kesal Marie .

“Biarkan saja” potong Kana.

“Tenang saja, di musim cinta ini…. Marie pasti akan dapat pacar” senyum Kyoko.
“Mudah-mudahan doamu dikabulkan” balas Marie.

“Oh iya, handphone Hiroshi kan tertinggal… Kita ambil dulu atau bagaimana di apartemen kamu?” tanya Kyoko.
“Ah, untung diingatkan… Yasudah… Jalan dulu ya? Mata Ashita…”

Kyoko dan Hiroshi kemudian bergegas, menuju apartemen sewaan Hiroshi, untuk mengambil handphone Hiroshi yang tertinggal itu, sebelum berangkat untuk berlatih memasak di rumah Kyoko.

------------------------------

110.jpg

“O-Jama Shimasu….” Kyoko masuk ke dalam apartemen Hiroshi. Dia membuka sepatunya, mengikuti langkah kecil Hiroshi yang berusaha untuk mencari handphonenya, yang ternyata masih tertancap di stop kontak. Hiroshi menggelengkan kepalanya dan dia duduk di kasurnya.

Apartemen Hiroshi sangat-sangatlah rapi. Kyoko tampak celingukan, melihat kerapian yang tidak biasa ditemukan di kamar seorang lelaki.

“Kenapa?” tanya Hiroshi, sambil memeriksa mail-mail yang mungkin masuk.
“Tidak”
“Terlalu rapi ya untuk kamar anak cowok?” tanya Hiroshi sambil tersenyum.
“Hehe… Aku sudah menebaknya, tapi aku tak menyangka kalau serapi ini”

Kyoko duduk di karpet lantai kayu, bersandar ke dinding, menikmati apartemen bertipe studio yang sangat-sangat rapi itu. Dapurnya bersih, kinclong, walaupun pasti Hiroshi rajin memasak di sana. Kasurnya tertata dengan rapi, meja belajarnya benar-benar clean, dan seperti tidak ada debu sedikitpun di kamar itu.

Tumpukan CD dan kaset ada di meja belajar. Koleksinya banyak sekali. Tapi walaupun begitu, semuanya tersusun rapi.

“Hiroshi” tegur Kyoko.
“Ya?”
“Aku boleh lihat?” Kyoko menunjuk ke arah koleksi Hiroshi.
“Boleh, tentu saja” balas pacarnya, tanpa melihat. Karena sepertinya dia sibuk membalas mail-mail yang masuk hari itu.

Kyoko bangkit, merapikan sweaternya dan berjalan dengan langkah ringan menuju depan meja belajar Hiroshi. Dia duduk di kursi dan dia memperhatikan CD-CD tersebut.

“Junko Ohashi… Aku tidak punya satupun albumnya” Kyoko tampak excited.
“Pinjam saja kalau mau”
“Album Ride On Time nya Tatsuro Yamashita yang aku pinjam pun belum kukembalikan” balas Kyoko sambil membongkar tumpukan CD dan kaset milik Hiroshi.

“Haha… Simpan saja dulu, dengarkan sampai puas” Hiroshi menutup handphone flipnya dan dia berdiri.
“Iya nih, kupinjam, tapi aku cuma mendengarkan albumnya hanya…. tiga kali mungkin ya?” Kyoko menghitung dengan menggunakan jarinya.

“Aku ke toilet dulu, lalu kita berangkat ya…” senyum Hiroshi.
“Iya”
“Kalau ada yang mau kamu dengarkan, setel saja, tidak apa-apa kok”
“Baik”

Kyoko membongkar-bongkar CD musik yang ada dan dia menemukan satu album yang benar-benar menarik perhatiannya. Dengan excited dia menariknya dari tumpukan CD dan dia memperhatikan cover albumnya.

AB’s. Dia mengernyitkan dahinya, dan dia membuka kotak CD tersebut. Dia tidak ingat nama itu. Mungkin ayahnya tidak punya CD atau kaset orang atau grup band ini. Tapi dia penasaran, karena nama itu benar-benar tidak ada dalam ingatan Kyoko. Dan dia jadi penasaran.


Lagu pertama dalam album itu pun mulai mengalun, setelah Kyoko menyalakan CD player dan memasukkan CD tersebut ke dalamnya. Musik indah dari tahun 80-an itu bergema di ruangan itu. Kyoko kaget, karena dia menyukai iramanya dengan instant.

Dia tidak tahu liriknya dan tidak tahu nama lagunya. Ini benar-benar baru untuknya, walau itu adalah musik lama.

“Eh, kamu memutar AB’s ?”
“Iya”
“Keren ya musiknya”

“Keren sekali” senyum Kyoko. Hiroshi duduk di kasur lagi, dan Kyoko membelakangi dirinya. Alunan bass yang funky, gitar yang mengalun dan suara vokal maskulin yang indah memenuhi telinga Kyoko. Dia tersenyum-senyum sendiri, sekaligus merasa ketinggalan, karena dia sama sekali tidak mengetahui nama tersebut.

“Kamu belum pernah dengar mereka?”
“Belum”

“Ini keren sekali….. Ini supergroup…” senyum Hiroshi.
“Maksudnya?”

“Band ini isinya musisi-musisi keren Jepang pada masanya, di vokal ada Yoshino Fujimaru, gitarisnya Matsushita Makoto, bassisnya Watanabe Naoki dan drummernya Okamoto Atsuo…” jawab sang kekasih.

“Ah? Aku baru mendengar nama-nama mereka sekarang…..”
“Tenang, tidak banyak anak seumuran kita yang tahu”
“Tapi mereka keren sekali…. Aku jadi merasa tidak banyak tahu…”

“Haha, nanti akan aku beritahu banyak sekali soal mereka….”
“Misalnya?”

“Makoto Matsushita itu, sekarang banyak membuat musik untuk SMAP dan Kinki Kids.. Yoshino Fujimaru juga… bahkan mereka berdua terlibat di soundtracknya Shin Seiki Evangelion”

“Ano… Evangelion?”
“Iya, anime itu, yang tayang waktu kita kecil” senyum Hiroshi.
“Wah… Keren sekali lagunya… Aku jadi ingin mendengar lebih banyak lagi!” Kyoko balas tersenyum, sambil memutar kursinya, menghadap ke Hiroshi.

“Pinjam saja”
“Nanti setelah yang aku pinjam aku kembalikan, ya…”
“Hei, kamu pacarku kan? Kamu bebas meminjamnya”
“Tapi ini CD-CD langka, bahkan sekarang sulit mencarinya pasti….” keluh Kyoko.


Mendadak lagu kedua mulai bermain. Kyoko lagi-lagi kaget. Ini musik yang benar-benar indah.

“Lagu pertama tadi judulnya Déjà vu… Yang ini Dee Dee Phon judulnya… Menarik ya musiknya? Beda dimensinya dengan Toshiki Kadomatsu, Tatsuro Yamashita, ataupun Hideaki Tokunaga”
“Hiroshi… Ini keren sekali…. Gila”

“Sudah kubilang, pinjam saja”
“Tidak ah, kamu capek-capek mencarinya, terus aku pinjam…. Setidaknya biarkan aku mengembalikan Ride On Time dulu….”

“Haha, baiklah.. Walaupun sebenarnya mencarinya tidak sulit, kalau kita mencari di tempat yang tepat” jawab Hiroshi.

“Entah di mana kamu mencarinya… Haha”
“Kapan-kapan kita hunting bersama”
“Boleh” tawa Kyoko.
“Yakusoku?” tanya Hiroshi, sambil mengulurkan kelingking ke arah Kyoko, gesture untuk berjanji.

“Yakusoku” jawab Kyoko, sambil berusaha mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Hiroshi. Tapi Hiroshi menghindar. Dan Hiroshi tertawa.

“Hahaha… Tertipu”
“Ah! Jahil sekali”
“Siapa yang tidak jahil kalau pacarnya kamu” Hiroshi dengan gemas menekan hidung Kyoko.

“Apa-apaan! Haha” Kyoko menghindar dan dia tersenyum malu.

“Kamu lucu sekali sih” tawa Hiroshi.
“Lucu bagaimana….”

Hiroshi tersenyum dan dia duduk di atas lututnya, di lantai kayu, di hadapan Kyoko.

“Entah… aku selalu memperhatikan kamu dari awal kenal kamu…. Kamu benar-benar menarik perhatian”
“Bohong” senyum Kyoko sambil memegang bahu Hiroshi.
“Tidak bohong.. Kalau bohong, aku tidak akan sejauh ini, meminta kamu untuk jadi pacarku”

“Haha… Sudahlah, mari kita jalan ke rumah, takut terlalu sore” balas Kyoko.
“Sebentar…. Aku masih ingin berdua saja seperti ini”

Kyoko tersenyum, menatap Hiroshi, dan mata mereka berdua saling bertemu.

“Pernah ada yang bilang tidak, waratta kao ga honto ni kawaii yo ne…” bisik Hiroshi.
“Uso…”
“Uso janaiyo…”

Hiroshi maju selangkah dan Kyoko terlalu lambat untuk menghindar, dan dia sama sekali tidak mengantisipasi langkah Hiroshi.

Hiroshi meraih badannya dengan lembut dan bibir mereka berdua bersentuhan dengan manisnya. Dan ciuman itu terjadi begitu saja. Hanya sepersekian detik. Sebuah ciuman lembut, dengan sentuhan yang sama sekali tidak menghabiskan waktu lama. Tetapi, rasanya, untuk Kyoko, seperti berjam-jam. Mukanya memerah, saat dia melihat wajah Hiroshi yang tersipu malu, sehabis menciumnya.

“Maaf” bisik Hiroshi.
“Tidak usah meminta maaf”

“Ayo, kita berangkat”
“Iya” jawab Kyoko dengan senyum yang dikulum. Hiroshi bangkit, dan memasukkan handphonenya ke dalam tasnya. Dia menunggu Kyoko mematikan CD Player dan berjalan ke arah pintu, mulai memakai sepatunya. Hiroshi menunggu Kyoko dengan sabar, sampai urusannya selesai. Kyoko tersenyum saat dia sudah memakai sepatunya dengan lengkap.

“Sudah siap” ucapannya terdengar malu, tetapi sebenarnya, di dalam hatinya banyak sekali kembang api yang menyala. Musim gugur itu terasa seperti musim panas dalam perasaan Kyoko. Bunga-bunga indah bermekaran, entah datang dari mana untuk mewarnai sore itu.

“Oke”

Hiroshi berjalan ke samping Kyoko, lalu memakai sepatunya. Dia berdiri, dan dia menatap Kyoko. Secara tiba-tiba, Hiroshi memegang pipi Kyoko dengan lembut. Mereka saling bertatapan lagi dan ciuman kedua itu terjadi.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
Kali ini, ciuman lembut itu terjadi lebih lama. Mereka saling merasakan kelembutan bibir masing-masing. Hiroshi dapat merasakan manisnya bibir Kyoko Kaede, yang membuat sore itu terasa seperti hari yang cerah.

Kyoko dapat merasakan lembutnya bibir Hiroshi Tanabe, yang menghanyutkannya dalam cinta menggebu-gebu ala anak muda.

Tak lama kemudian, Hiroshi menarik bibirnya dari bibir Kyoko. Mereka bertatapan. Kyoko menepuk pelan dada Hiroshi dengan tangannya. Hiroshi tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Kyoko.

“Ah… Daisuki da yo” tawa Hiroshi dengan ceria, disambut oleh muka Kyoko yang makin memerah.

Rasanya, mereka ingin terjebak di dalam apartemen itu selamanya, tidak dikejar-kejar oleh jadwal, pelajaran, tugas, ataupun waktu.

Mereka ingin menghabiskan waktu bersama, berdua terus-terusan, sebagai pasangan yang membuat iri banyak orang. Sebagai Tanabe dan Kaede.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
CAST PART 16

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (15) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT.
- Alika Tiara Putri (17) Sepupu jauh Haruko, anak "Aku" dan Dian, tokoh utama TLB.
- Rendra (16) kakak kelas Haruko di sekolah.

Kyoko's Timeline:

438be410.jpg


- Kyoko Kaede (18)
- Marie Taniguchi (18)
- Kana Mitsugi (18)
- Hiroshi Tanabe (18)
- Kazuo Abe (35)

Glossary :

Sensei :
Sebutan untuk orang yang ahli dalam satu bidang tertentu (Chef, Guru, Mangaka)
Konnichiwa : Selamat Siang
Mata Ashita : Sampai Besok
Ikimasho : Mari Pergi
O-Jama Shimasu : Maaf mengganggu (ucapan yang biasa diucapkan kalau masuk ke rumah orang)
Yakusoku : Janji
Waratta Kao Ga Honto Ni Kawaii Yo Ne : Wajahmu imut sekali
Uso : Bohong
Janai : Bukan / Tidak
Daisuki : Suka sekali / Sayang / Cinta
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Terakhir diubah:
Haruko keknya lebih seru kisahnya om suhu,,,,tp Kyoko tetep ikuti terus!
 
bagas punya anak cowok ga ya kl ada jodohin ama haruko aja...
haruko lg mulai suka ya ama rendra...
 
wahh haruko mulai deg degan sama lawan jenis hahaha

ngomong ngomong, masih penasaran sama anaknya bagas dan anin nih suhu....
 
Bimabet
Thx updatenya om
Berarti belum pernah ciuman Hiroshi dan Kyoko sebelum kejadian di apartemen Hiroshi itu?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd