Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Bimabet
Chapter 33

Dina segera menghidupkan motornya dan menyusul Eko yang berlari mengejar mobil merah yang dinaiki wanita yang sangat mirip Lilis. Itu pasti Lilis, tatapan matanya saat memandangnya dan senyumnya benar benar Lilis. Dina sangat yakin akan hal itu.

"Naek, Ko..!" kata Dina , motornya tepat berhenti di samping Satria yang berdiri mematung melihat mobil merah yang semakin jauh.

Tanpa pikir panjang Eko naik ke boncengan Dina yang segera melarikan motornya secepat yang dia bisa. Untung jalan raya sudah mulai sepi sehingga Dina bisa menyusul mobil merah yang melaju tenang.

"Itu mobilnya, motor kamu bagaimana, Ko?" tanya Dina. Matanya tidak lepas dari mobil merah yang berada di depannya.

"Aku gak bawa motor, belum punya." jawab Eko yang berusaha melihat nomer seri mobil. Setelah tahu nomer seri mobil yang sedang merwka ikuti, Rko segera mengirim nomer tersebut ke anak buahnya untuk mengetahui siapa pemilik mobil tersebut.

Mobil itu berbelok ks sebuah perumahan yang masih sepu. Dina mengikuti dari kejauhan, berusaha menjaga jarak agar tidak diketahui orang yang berada di dalam mobil. Dina bingung saat mereka sampai sebuah jalan buntu dan mobil yang mereka ikuti menghilang tanpa jejak. Ke mana mobil itu. Hanya ada sebuah rumah di ujung jalan.

"Ini jebakan, cepat kita tinggalkan tempat ini." ujar Eko yang langsung menguasai keadaan.

"Masa jebakan? Ke mana mobil merah tadi?" tanya Dina melihat ke arah rumah yang berada di pojok, saru satunya rumah. Sudah bisa dipelastikan mobil itu masuk ke dalam rumah itu.

"Kita kembali saja, aku yakin ini adalah jebakan.!" kembali Eko mengajak Dina kembali. Padahal mereka sudah bersusah payah mengikuti mobil merah tadi, kenapa harus pergi begitu saja. Mobil merah tadi pasti dalam rumah itu.

Belum lagi keraguan Dina hilang, dari arah belakang muncul 6 orang yang berpakaian serba hitam seperti pakaian silat yang biasa dipakai para pendekar. Mereka bergerak mengurung membuat Dina ketakutan. Untung saja di belakangnya ada Eko yang terlihat tenang dan turun dari boncengannya.

"Kalian siapa?" tanya Eko.

"Harusnya kami yang bertanya, kenapa kalian Mengikuti Ibu...?" tanya salah seorang yang sepertinya adalah pemimpin mereka.

"Kami tidak mengikuti siapa siapa. Kami tersesat" jawab Eko yang masih terlihat tenang.

"Jangan bohong kalian..!" bentak si pemimpin. Tiba tiba ada salah satu temannya berbisik.

"Kamu anak, Kang Jalu?" tanya si pemimpin suaranya melunak.

"Ya, aku anak bungzu Pak Jalu..!" jawab Dina, keberaniannya timbul saat nama ayahnya di sebut.

"Maaf, kalau kalian mau pergi, pergilah.!" kata Si pemimpin memberi isyarat kepada teman temannya untuk memberi jalan.

"Aku mau bertemu dengan Ibu yang bawa mobil merah." jawab Dina angkuh, mereka tidak akan berani macam macam, siapa yang tidak kenal Jalu di kalangan dunia hitam.

"Baik, kami pergi.!" jawab Eko meremas tangan Dina sebagai isyarat mereka harus pergi dari tempat ini secepatnya.

Dina mau membantah tapi tidak jadi. Mungkin Eko benar, mereka harus pergi dari tempat ini.

*******

Syifa merebahkan tubuhnya setelah shalat taubat untuk memohon ampun atas semua dosa dosa yang sudah dilakukannya. Dosa yang menjerumuskannya ke lembah nista. Kenapa nasib membuatnya seperti ini.

Sebuah pesan masuk ke hpnya, Syifa berharap itu bukan dari Irfan. Hatinya berdesir membaca nama si pengirim pesan. Satria. Hanya pesan singkat yang menanyakan sedang apa. Tapi itu sudah cukup membuat Syifa terhibur setelah penderitaannya jadi budak sex Irfan.

"Lagi tiduran, kamu lagi apa? Istri kamu gak marah kamu chat aku?" tanya Syifa, hatinya berdesir.

"Aku lagi dalam perjalanan ke Karawang, dari Solo. Kamu kok belom tidur?" balas Satria

"Belom, lagi bingung.!" Apakah dia harus mengatakan ancaman Irfan agar pemuda brengsek itu jera dan berhenti menerornya? Syifa yakin, Irfan akan terus mengancamnya agar bisa menikmati tubuhnya. Sepertinya Satria adalah jalan keluar terbaik untuknya.

"Bingung kenapa?" balas Satria.

"kamj ingat Irfan yang pernah hampir merkosa aku?" tanya Syifa, detak jantungnya semakin kencang. Tidak ada pilihan lain kecuali mengatakan tentang ancaman Irfan, walau dia tidak akan mengatakan seluruhnya.

"Ya, aku ingat. Dia mau macam macam lagi sama kamu" tebakan Satria benar. Jadi Syifa tidak mengalami kesulitan menceritakan ancaman Irfan.

"Iya, waktu kita ketemu di penginapan, dia ngancam akan mengadu ke ayahku bahwa kita sudah berbuat mesum. Dia punya video kita." jawab Syifa sambil mengirimkan rekaman video mereka. Agak lama tidak ada balasan dari Satria hingga ahirnya dia menerima balasan dari Satria.

"Aku minta nomernya Irfan. Boleh?" tanya Satria membuat Syifa terkejut. Tidak mungkin memberikan nomer Irfan ke Satria, rahasianya akan terbongkar. Syifa ingin Satria bersamanya menemui Irfan dan pemuda brengsek itu tidak mengganggunya. Satu dua pukulan dari Satria akan membuat pemuda brengsek itu akan menjauh darinya.

"Aku tidak tahu." jawab Syifa. Semoga saja Satria tidak memaksanya untuk mencari tahu nomer Irfan.

"Ya udah, nanti kita temuin Irfan.!" balasan dari Satria membuat Syifa lega. Setidaknya dis sudah mempunyai cara untuk membungkam mulut Irfan. Dan malam ini Syifa berharap bisa tidur nyenyak setelah beberapa malam sulit tidur.

******

"Kamu sudah pulanh, Sayang..!" Wulan memeluk Satria yang baru masuk ke dalam toko, tidak diperdulikannya kehadiran orang orang di sekelilingnya. Kerinduannya seminggu tidak bertemu seolah ingin dilampiaskannya saat ini juga.

"Mentang mentang penganten baru...!" gadaan Sri seoalah angin lalu. Wulan menuntun Satria masuk ke dalam rumah yang terletak di lantai dua.

"Kamu mau mandi dulu apa ngopi atau mau mandi kucing...!" tanya Wulan tersenyum menggoda Satria yang tidak mengerti kata terahir yang diucapkan Wulan.

"Apaan tuh mandi kucing?" tanya Satria heran. Sebuah kalimat yang baru didengarnya sekarang.

"Ditanya malah nanya..!" Wulan merajuk manja.

"Aku pengen tau mandi kucing dulu, dech..!" jawab Satria tanpa berpikir panjang. Swbuah kalimat atau ungkapan yang membuatnya imgin tahu.

"Iya, Sayang...!" Wulan tersenyum menarik tangan Satria ke dalam kamar. Tangannya dengan telaten membuka pakaian Satria sehingga bugil. Bentuk tubuh Satria yang kekar berotot akan membuat wanita dengan mudah bertekuk lutut, mungkin itu pula sebabnya Syifa bertekuk lutut di hadapan suaminya. Apapun akan dilakukannya untuk mempertahankan Satria, termasuk menghancurkan gadis cantik itu.

Wulan mendorong Satria agar rebah di spring bed empuk. Spring bed yang berubah menjadi hangat sejak kehadiran Satria. Spring bed yang menjadi saksi panasnya pergumulan mereka hampir setiap malam sehingga hampir setiap hari Wulan harus mengganti spreinya yang terkena lelehan pejuh Satria yang bercampur cairan memeknya.

Wulan membuka pakaiannya perlahan hingga menyisakan pakaian dalamnya, itupun tidak bertahan lama. BH dan CDnya terlepas dan jatuh ke lantai. Seperti gaya yang dilihatnya di film film porno, Wulan meremas payudarannya dan menjilatinya. Ukurannya yang besar membuat Lidah Wulan dengan mudah mencapai payudaranya yang indah.

Wulan kembali mendorong dada Satria yang mau bangun karena tidak tahan melihat godaannya. Terlihat dari kontol Satria yang menegang sempurna. Wulan merangkak menghampiri Satria, payudara jumbonya menggantung indah. Bibirnya melumat bibir Satria dengan mesra semesra respon Satria. Payudaranya mendapatkan remasan lembut.

"Satria suka gak sama tetek Wulan?" tanya Wulan menggoda Satria. Wulan mulai menjilati leher Satria dimulai dari bawah telinga, menyusuri setiap inci leher Satria yang lengket oleh keringat, terasa agak asin. Tapi justru semakin menambah gairah Wulan. Bau tubuh Satria yang tanpa parfum, terasa lebih macho dibandingkan mantan pacar pacarnya yang selalu memakai parfum yang kadang membuatnya sulit bernafas.

"Lan, aku mandi dulu ya? Bau keringat..!" kata Satria, Wulan tidak memperdulikannya. Bau keringat Satria justru sangat disukainya. Bau alami tanpa parfum, bau yang mampu membangkitkan gairah.

Lidahnya menyusur turun hingga dada bidang Satria, dada yang mampu memberinya rasa nyaman. Wulan menjilatinya, merasakan sisa sisa keringa Satria menempel pada lidahnya. Rasa asin yang berbeda dengan rasa garam. Tidak ada bagian dada yang terlewat dari jilatannya hingga ahirnya sampai pada putingnya yang sudah mengeras.

"Achhhh, geliii geli nikmat...!" Satria terpejam, menikmati jilatannya yang seperti kucing menjilati anaknya. Rintihan Satria membuat Wulan semakin bersemangat memberikan service terbaik, service yang belum pernah dilakukannya pada pria lain. Ini hanya untuk Satria. Karena Satria pria paling istimewa yang pernah dikenalnya.

"Enak, Say?" tanya Wulan tersenyum menggoda Satria yang menggeliak nikmat.

"Kamu gak jijik, badanku lengket dan bau..?" tanya Satria balik bertanya.

Wulan menggeleng, kembali lidahnya menjilati perut Satria sehingga Satria menggelinjang geli. Wulan mengalah, lidahnya mulai menjilati paha selangkangan Satria yang mengangkang, sengaja dia melewati kontol Satria. Wulan ingin menjilati paha, kaki bahkan telapak kaki Satria sebagai bentuk pengabdiannya untuk pria paling istimewa di hatinya.

"Sudah lan...!" Satria beraha melarang Wulan Saat jari jari telapak kakinya diemut Wulan. Tidak pantas.

Wulan tersenyum, menatap Satria. Wajahnya mendekat ke arah kontol Satria yang menegang sempurna. Kontol yang sudah berhasil membuahi rahimnya. Kontol yang selalu memberinya kenikmatan sempurna. Wulan menjilati batangnya dimulai dari bagian bawah lalu ke atas. Entah kenapa bau Kontol Satria sangat disukainya. Bau yang memmbuatnya semakin mabuk oleh birahi

"Ampunnn, Sayang. Gantian aku mau jilatin memek kamu...!" kata Satria menarik Wulan agar melepaskan kuluman pada kontolnya. Kali ini Wulan menyerah, karena diapun ingin merasakan hal yang sama.

Wulan merebahkan tubuh telanjangnya, menanti apa yang akan diberikan oleh pria yang dicintainya. Wulan menyambut ciuman Satria dengan sepenuh hati. Remasan Satria pada payudaranya terasa kembut dan tidak menyakitkan. Payudara yang beberapa bulan lagi akan mengeluarkan ASI untuk anak hasil dari cintanya.

Satria tidaklah setelaten Wulan, Satria langsung menciumi payudara Wulan dengan rakus dan bernafsu, tapi itu bukan masalah untuk Wulan.

"Terus sayang, isep tetek Wulan... Ennak..!" seperti seorang ibu, Wulan mendekap kepala Satria semakin terbenam dalam gundukan payudara jumbonya. Hingga Satria benar benar puas dan mulai bosan bermain dengan payudaranya.

Wulan membuka pahanya selebar mungkin, memberi ruang untuk Satria melakukan apa yang dia mau, menjilati memeknya setelah bosan dengan payudara jumbonya.

"Ennnak, Say...!"/rintih Wulan, matanya terpejam menikmati lidah kasar Satria menggeliti itilnya. Rasa nikmat yang teramat dahsyat melandanya terlebih saat lidah Satria menerobis lubang memeknya yang semakin basah. Ludan ludah Satria dan cairan memeknya bersatu padu. Hingga ahirnya wulan menyerah.

"Udah, sayang, entot Wulan sekarang...!" Wulan memohon, pinggulnya menggeliat berusaha menghindar dari memeknya.

Satria merangkak di atas tubuh Wulan, kontolnya digesek gesekkan pada memek Wulan membuat Wulan semakin mengelinjang nikmat, pinggulnya terangkat berusaha memasukkan kontol Satria ke dalam memeknya. Bertepatan dengan Satria mendorong kontolnya ke dalam memek Wulan yang sangat basah. Menembus bagian terdalam yang belum tersentuh kontol mantan mantan pacarnya.

"Enak, say...!" Wulan memeluk Satria dengan erat. Sehingga dia bisa merasakan kehangatan tubuh Satria dengan sempurna.

Satria mengocok memeknya dengan lembut untuk menyesuaikan keinginan Wulan yang memeluknya. Sebuah isyarat yang sudah sangat dihafal oleh Satria. Wulan melepas pelukannya, maka Satria akan mempercepat kocongannya untuk mendapatkan kenikmatan maksimal.

"Terus Say, entot yang kenceng. Wulan mau kellluarrrr...!" Wulan mengerang mencapai orgasme pertamanya setelah seminggu mereka tidak bertemu.

"Kamu gak mau ganti posisi?" tanya Satria.

"Enggak, Wulan lagi hamil muda, maunya dibawah." jawab Wulan, matanya terpejam menikmati sisa sisa orgasme yang baru saja diraihnya.

Satria kembali memompa memeknya, berusaha memberikan kenikmatan maksimal untuk Wulan dan juga untuk dirinya sendiri. Kenikmatan yang akan membawa mereka pada puncak kenikmatan

"Akuuu gak tahannnn.. !" tubuh Satria mengejang, kontolnya terhujam ke dasar memeknya, menyemburkan pejuh cukup banyak.

"Akkkku juga, Say....!" Wulan tersenyum bahagia menyambut orgasmenya lagi.

Sebuah chat masuk ke hpnya, Wulan mendiamkan saja sampai Satria bangkit dari atas tubuhnya. Lupa tujuan awalnya, mandi. Wulan membaca chat singkat tersebut.

"Misi sudah berhasil di jalankan. Kirim uang kekurangannya...!" Wulan tersenyum membaca chat tersebut. Di hapusnya pesan itu agar tidak terbaca Satria.

Bersambung
 
Bimabet
Chapter 33

Dina segera menghidupkan motornya dan menyusul Eko yang berlari mengejar mobil merah yang dinaiki wanita yang sangat mirip Lilis. Itu pasti Lilis, tatapan matanya saat memandangnya dan senyumnya benar benar Lilis. Dina sangat yakin akan hal itu.

"Naek, Ko..!" kata Dina , motornya tepat berhenti di samping Satria yang berdiri mematung melihat mobil merah yang semakin jauh.

Tanpa pikir panjang Eko naik ke boncengan Dina yang segera melarikan motornya secepat yang dia bisa. Untung jalan raya sudah mulai sepi sehingga Dina bisa menyusul mobil merah yang melaju tenang.

"Itu mobilnya, motor kamu bagaimana, Ko?" tanya Dina. Matanya tidak lepas dari mobil merah yang berada di depannya.

"Aku gak bawa motor, belum punya." jawab Eko yang berusaha melihat nomer seri mobil. Setelah tahu nomer seri mobil yang sedang merwka ikuti, Rko segera mengirim nomer tersebut ke anak buahnya untuk mengetahui siapa pemilik mobil tersebut.

Mobil itu berbelok ks sebuah perumahan yang masih sepu. Dina mengikuti dari kejauhan, berusaha menjaga jarak agar tidak diketahui orang yang berada di dalam mobil. Dina bingung saat mereka sampai sebuah jalan buntu dan mobil yang mereka ikuti menghilang tanpa jejak. Ke mana mobil itu. Hanya ada sebuah rumah di ujung jalan.

"Ini jebakan, cepat kita tinggalkan tempat ini." ujar Eko yang langsung menguasai keadaan.

"Masa jebakan? Ke mana mobil merah tadi?" tanya Dina melihat ke arah rumah yang berada di pojok, saru satunya rumah. Sudah bisa dipelastikan mobil itu masuk ke dalam rumah itu.

"Kita kembali saja, aku yakin ini adalah jebakan.!" kembali Eko mengajak Dina kembali. Padahal mereka sudah bersusah payah mengikuti mobil merah tadi, kenapa harus pergi begitu saja. Mobil merah tadi pasti dalam rumah itu.

Belum lagi keraguan Dina hilang, dari arah belakang muncul 6 orang yang berpakaian serba hitam seperti pakaian silat yang biasa dipakai para pendekar. Mereka bergerak mengurung membuat Dina ketakutan. Untung saja di belakangnya ada Eko yang terlihat tenang dan turun dari boncengannya.

"Kalian siapa?" tanya Eko.

"Harusnya kami yang bertanya, kenapa kalian Mengikuti Ibu...?" tanya salah seorang yang sepertinya adalah pemimpin mereka.

"Kami tidak mengikuti siapa siapa. Kami tersesat" jawab Eko yang masih terlihat tenang.

"Jangan bohong kalian..!" bentak si pemimpin. Tiba tiba ada salah satu temannya berbisik.

"Kamu anak, Kang Jalu?" tanya si pemimpin suaranya melunak.

"Ya, aku anak bungzu Pak Jalu..!" jawab Dina, keberaniannya timbul saat nama ayahnya di sebut.

"Maaf, kalau kalian mau pergi, pergilah.!" kata Si pemimpin memberi isyarat kepada teman temannya untuk memberi jalan.

"Aku mau bertemu dengan Ibu yang bawa mobil merah." jawab Dina angkuh, mereka tidak akan berani macam macam, siapa yang tidak kenal Jalu di kalangan dunia hitam.

"Baik, kami pergi.!" jawab Eko meremas tangan Dina sebagai isyarat mereka harus pergi dari tempat ini secepatnya.

Dina mau membantah tapi tidak jadi. Mungkin Eko benar, mereka harus pergi dari tempat ini.

*******

Syifa merebahkan tubuhnya setelah shalat taubat untuk memohon ampun atas semua dosa dosa yang sudah dilakukannya. Dosa yang menjerumuskannya ke lembah nista. Kenapa nasib membuatnya seperti ini.

Sebuah pesan masuk ke hpnya, Syifa berharap itu bukan dari Irfan. Hatinya berdesir membaca nama si pengirim pesan. Satria. Hanya pesan singkat yang menanyakan sedang apa. Tapi itu sudah cukup membuat Syifa terhibur setelah penderitaannya jadi budak sex Irfan.

"Lagi tiduran, kamu lagi apa? Istri kamu gak marah kamu chat aku?" tanya Syifa, hatinya berdesir.

"Aku lagi dalam perjalanan ke Karawang, dari Solo. Kamu kok belom tidur?" balas Satria

"Belom, lagi bingung.!" Apakah dia harus mengatakan ancaman Irfan agar pemuda brengsek itu jera dan berhenti menerornya? Syifa yakin, Irfan akan terus mengancamnya agar bisa menikmati tubuhnya. Sepertinya Satria adalah jalan keluar terbaik untuknya.

"Bingung kenapa?" balas Satria.

"kamj ingat Irfan yang pernah hampir merkosa aku?" tanya Syifa, detak jantungnya semakin kencang. Tidak ada pilihan lain kecuali mengatakan tentang ancaman Irfan, walau dia tidak akan mengatakan seluruhnya.

"Ya, aku ingat. Dia mau macam macam lagi sama kamu" tebakan Satria benar. Jadi Syifa tidak mengalami kesulitan menceritakan ancaman Irfan.

"Iya, waktu kita ketemu di penginapan, dia ngancam akan mengadu ke ayahku bahwa kita sudah berbuat mesum. Dia punya video kita." jawab Syifa sambil mengirimkan rekaman video mereka. Agak lama tidak ada balasan dari Satria hingga ahirnya dia menerima balasan dari Satria.

"Aku minta nomernya Irfan. Boleh?" tanya Satria membuat Syifa terkejut. Tidak mungkin memberikan nomer Irfan ke Satria, rahasianya akan terbongkar. Syifa ingin Satria bersamanya menemui Irfan dan pemuda brengsek itu tidak mengganggunya. Satu dua pukulan dari Satria akan membuat pemuda brengsek itu akan menjauh darinya.

"Aku tidak tahu." jawab Syifa. Semoga saja Satria tidak memaksanya untuk mencari tahu nomer Irfan.

"Ya udah, nanti kita temuin Irfan.!" balasan dari Satria membuat Syifa lega. Setidaknya dis sudah mempunyai cara untuk membungkam mulut Irfan. Dan malam ini Syifa berharap bisa tidur nyenyak setelah beberapa malam sulit tidur.

******

"Kamu sudah pulanh, Sayang..!" Wulan memeluk Satria yang baru masuk ke dalam toko, tidak diperdulikannya kehadiran orang orang di sekelilingnya. Kerinduannya seminggu tidak bertemu seolah ingin dilampiaskannya saat ini juga.

"Mentang mentang penganten baru...!" gadaan Sri seoalah angin lalu. Wulan menuntun Satria masuk ke dalam rumah yang terletak di lantai dua.

"Kamu mau mandi dulu apa ngopi atau mau mandi kucing...!" tanya Wulan tersenyum menggoda Satria yang tidak mengerti kata terahir yang diucapkan Wulan.

"Apaan tuh mandi kucing?" tanya Satria heran. Sebuah kalimat yang baru didengarnya sekarang.

"Ditanya malah nanya..!" Wulan merajuk manja.

"Aku pengen tau mandi kucing dulu, dech..!" jawab Satria tanpa berpikir panjang. Swbuah kalimat atau ungkapan yang membuatnya imgin tahu.

"Iya, Sayang...!" Wulan tersenyum menarik tangan Satria ke dalam kamar. Tangannya dengan telaten membuka pakaian Satria sehingga bugil. Bentuk tubuh Satria yang kekar berotot akan membuat wanita dengan mudah bertekuk lutut, mungkin itu pula sebabnya Syifa bertekuk lutut di hadapan suaminya. Apapun akan dilakukannya untuk mempertahankan Satria, termasuk menghancurkan gadis cantik itu.

Wulan mendorong Satria agar rebah di spring bed empuk. Spring bed yang berubah menjadi hangat sejak kehadiran Satria. Spring bed yang menjadi saksi panasnya pergumulan mereka hampir setiap malam sehingga hampir setiap hari Wulan harus mengganti spreinya yang terkena lelehan pejuh Satria yang bercampur cairan memeknya.

Wulan membuka pakaiannya perlahan hingga menyisakan pakaian dalamnya, itupun tidak bertahan lama. BH dan CDnya terlepas dan jatuh ke lantai. Seperti gaya yang dilihatnya di film film porno, Wulan meremas payudarannya dan menjilatinya. Ukurannya yang besar membuat Lidah Wulan dengan mudah mencapai payudaranya yang indah.

Wulan kembali mendorong dada Satria yang mau bangun karena tidak tahan melihat godaannya. Terlihat dari kontol Satria yang menegang sempurna. Wulan merangkak menghampiri Satria, payudara jumbonya menggantung indah. Bibirnya melumat bibir Satria dengan mesra semesra respon Satria. Payudaranya mendapatkan remasan lembut.

"Satria suka gak sama tetek Wulan?" tanya Wulan menggoda Satria. Wulan mulai menjilati leher Satria dimulai dari bawah telinga, menyusuri setiap inci leher Satria yang lengket oleh keringat, terasa agak asin. Tapi justru semakin menambah gairah Wulan. Bau tubuh Satria yang tanpa parfum, terasa lebih macho dibandingkan mantan pacar pacarnya yang selalu memakai parfum yang kadang membuatnya sulit bernafas.

"Lan, aku mandi dulu ya? Bau keringat..!" kata Satria, Wulan tidak memperdulikannya. Bau keringat Satria justru sangat disukainya. Bau alami tanpa parfum, bau yang mampu membangkitkan gairah.

Lidahnya menyusur turun hingga dada bidang Satria, dada yang mampu memberinya rasa nyaman. Wulan menjilatinya, merasakan sisa sisa keringa Satria menempel pada lidahnya. Rasa asin yang berbeda dengan rasa garam. Tidak ada bagian dada yang terlewat dari jilatannya hingga ahirnya sampai pada putingnya yang sudah mengeras.

"Achhhh, geliii geli nikmat...!" Satria terpejam, menikmati jilatannya yang seperti kucing menjilati anaknya. Rintihan Satria membuat Wulan semakin bersemangat memberikan service terbaik, service yang belum pernah dilakukannya pada pria lain. Ini hanya untuk Satria. Karena Satria pria paling istimewa yang pernah dikenalnya.

"Enak, Say?" tanya Wulan tersenyum menggoda Satria yang menggeliak nikmat.

"Kamu gak jijik, badanku lengket dan bau..?" tanya Satria balik bertanya.

Wulan menggeleng, kembali lidahnya menjilati perut Satria sehingga Satria menggelinjang geli. Wulan mengalah, lidahnya mulai menjilati paha selangkangan Satria yang mengangkang, sengaja dia melewati kontol Satria. Wulan ingin menjilati paha, kaki bahkan telapak kaki Satria sebagai bentuk pengabdiannya untuk pria paling istimewa di hatinya.

"Sudah lan...!" Satria beraha melarang Wulan Saat jari jari telapak kakinya diemut Wulan. Tidak pantas.

Wulan tersenyum, menatap Satria. Wajahnya mendekat ke arah kontol Satria yang menegang sempurna. Kontol yang sudah berhasil membuahi rahimnya. Kontol yang selalu memberinya kenikmatan sempurna. Wulan menjilati batangnya dimulai dari bagian bawah lalu ke atas. Entah kenapa bau Kontol Satria sangat disukainya. Bau yang memmbuatnya semakin mabuk oleh birahi

"Ampunnn, Sayang. Gantian aku mau jilatin memek kamu...!" kata Satria menarik Wulan agar melepaskan kuluman pada kontolnya. Kali ini Wulan menyerah, karena diapun ingin merasakan hal yang sama.

Wulan merebahkan tubuh telanjangnya, menanti apa yang akan diberikan oleh pria yang dicintainya. Wulan menyambut ciuman Satria dengan sepenuh hati. Remasan Satria pada payudaranya terasa kembut dan tidak menyakitkan. Payudara yang beberapa bulan lagi akan mengeluarkan ASI untuk anak hasil dari cintanya.

Satria tidaklah setelaten Wulan, Satria langsung menciumi payudara Wulan dengan rakus dan bernafsu, tapi itu bukan masalah untuk Wulan.

"Terus sayang, isep tetek Wulan... Ennak..!" seperti seorang ibu, Wulan mendekap kepala Satria semakin terbenam dalam gundukan payudara jumbonya. Hingga Satria benar benar puas dan mulai bosan bermain dengan payudaranya.

Wulan membuka pahanya selebar mungkin, memberi ruang untuk Satria melakukan apa yang dia mau, menjilati memeknya setelah bosan dengan payudara jumbonya.

"Ennnak, Say...!"/rintih Wulan, matanya terpejam menikmati lidah kasar Satria menggeliti itilnya. Rasa nikmat yang teramat dahsyat melandanya terlebih saat lidah Satria menerobis lubang memeknya yang semakin basah. Ludan ludah Satria dan cairan memeknya bersatu padu. Hingga ahirnya wulan menyerah.

"Udah, sayang, entot Wulan sekarang...!" Wulan memohon, pinggulnya menggeliat berusaha menghindar dari memeknya.

Satria merangkak di atas tubuh Wulan, kontolnya digesek gesekkan pada memek Wulan membuat Wulan semakin mengelinjang nikmat, pinggulnya terangkat berusaha memasukkan kontol Satria ke dalam memeknya. Bertepatan dengan Satria mendorong kontolnya ke dalam memek Wulan yang sangat basah. Menembus bagian terdalam yang belum tersentuh kontol mantan mantan pacarnya.

"Enak, say...!" Wulan memeluk Satria dengan erat. Sehingga dia bisa merasakan kehangatan tubuh Satria dengan sempurna.

Satria mengocok memeknya dengan lembut untuk menyesuaikan keinginan Wulan yang memeluknya. Sebuah isyarat yang sudah sangat dihafal oleh Satria. Wulan melepas pelukannya, maka Satria akan mempercepat kocongannya untuk mendapatkan kenikmatan maksimal.

"Terus Say, entot yang kenceng. Wulan mau kellluarrrr...!" Wulan mengerang mencapai orgasme pertamanya setelah seminggu mereka tidak bertemu.

"Kamu gak mau ganti posisi?" tanya Satria.

"Enggak, Wulan lagi hamil muda, maunya dibawah." jawab Wulan, matanya terpejam menikmati sisa sisa orgasme yang baru saja diraihnya.

Satria kembali memompa memeknya, berusaha memberikan kenikmatan maksimal untuk Wulan dan juga untuk dirinya sendiri. Kenikmatan yang akan membawa mereka pada puncak kenikmatan

"Akuuu gak tahannnn.. !" tubuh Satria mengejang, kontolnya terhujam ke dasar memeknya, menyemburkan pejuh cukup banyak.

"Akkkku juga, Say....!" Wulan tersenyum bahagia menyambut orgasmenya lagi.

Sebuah chat masuk ke hpnya, Wulan mendiamkan saja sampai Satria bangkit dari atas tubuhnya. Lupa tujuan awalnya, mandi. Wulan membaca chat singkat tersebut.

"Misi sudah berhasil di jalankan. Kirim uang kekurangannya...!" Wulan tersenyum membaca chat tersebut. Di hapusnya pesan itu agar tidak terbaca Satria.

Bersambung

Serem kali si Wulan dendamnya tak berkesudahan....

Thanks buat update ceritanya oom @satria73
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd