Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
oret oret ya om @qthi hehehe, sedikit saran ya om @qthi , Disektor penulisan kedepan pasti lebih baik, penggunaan dan pemenggalan kalimat,dialog om @qthi mungkin kedepan bisa sedikit dirapikan atau dikurangi,langsung wae, bukan berarti tak ada dialog antar tokoh, paham se, dialog tuh lebih detail cerita, terkadang cerita ndak perlu detail tapi mengalir,kayak orang ndongeng hehehe, konten cukup baik,2 part, masih blm dapat feelnya kalau diamati banyak dialog antar tokoh, 2 part banyak dipengaruhi bahasa cerita yg lain,kedepan qthi punya khas tersendiri, btw 2 part, cukup bagus,saya yakin selanjutnya tambah bagus dan semakin bagus, maaf ya om @qthi , banyak kripiknya, maaf 2 ya, selamat berkarya om @qthi :top:
siap laksanaken, diusahan om, matursuwun om @areke, langsung cus ah.. :beer:
 
PART3


SEBUAH PETUAH




Sebuah pukulan telak mengenai punggungku,
lumayan nyeri, hanya sekali pukul dan sukses membuatku terhuyung kedepan. Kulihat beberapa orang ada di belakangku. Aku mengenali salah satu di antara mereka yang memakai topi. Meskipun dia pakai topi aku tetap bisa tahu bahwa dia orang yang sama, yang telah mendatangi Asti. Rupanya anak tersebut gak terima dan memanggil teman-temannya.

Pengecut juga dia, udah memukulku dari belakang dan kini ia terlihat sok jagoan karena ada banyak teman-temannya. Tipikal anak yang mentalnya cuma sebatas kulit.

Meskipun dia bawa teman-temanya, namun aku heran mereka cuma berdiri tidak berbuat macam-macam. Baguslah, jadi aku bisa fokus membereskan si pengecut. Kalau nanti temannya aku kalahkan dan mereka tiba-tiba menyerangku, itu urusan belakangan!

Anak itu lalu mencoba terus memukulku namun aku elakkan beberapa kali hingga ia makin terlihat kesal karena pukulannya bisa aku hindari. Akhirnya aku ambil kesempatan dengan menangkis pukulan kanannya dengan lengan kiriku. Lalu dengan cepat kumasukkan pukulan balasan ke samping kepalanya dan mengenai telinga kanannya.

Dia langsung berteriak mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya dan kutendang perutnya dari arah depan hingga ia terjengkang. Aku mundur beberapa langkah kebelakang, agar bisa mengamati sekelilingku dengan lebih baik. Aku mesti waspada dengan teman-temannya.

Dia lalu bangkit mengumpat sambil memegangi telinga kanannya, wajahny memerah pertanda emosinyaa sudah memuncak. Anak yang biasa sok jagoan dan sering cari ribut di daerahku dengan menghajar beberapa pemuda, pasti terkejut malu dan kesal karena sekarang ada yang berani melawan bahkan balik memukulnya hingga tersungkur di depan teman-temannya.

Dia lalu melompat menerjangku sambil memukulku dengan membabi-buta, aku menangkis sambil mundur dan mengincar serangan balik.

" hiiiiaaaat.... "

Saat ia menyerang, kugeser tubuhku kekiri, kaki kanan kutekuk dan kuarahkan ke perutnya.

Buuugh !! Kutambahkan bonus tinju kiri ke hidungnya.

"Aaaarh " erangnya sambil memegangi hidung dan terjatuh untuk kedua kalinya saat berhadapan denganku. Aku masih berdiri dengan sikap tenang walaupun adrenalin sudah lumayan terpacu, aku memilih menunggu lawanku bangun,

Kutunggu, masih ngga mau bangun juga itu bocah,
Temannya pun mendekatinya sambil menepuk kepalanya

" Sudah ngaku kalah saja kamu Jod lawan dia !! Aku gak sudi bantu kamu berantem cuma karena urusan cewek, memalukan!! "

Bocah yang dipanggil Jod pun berdiri sambil memegangi perutnya dan pergi tanpa melihatku lagi
Begitu juga teman temannya,

Memang tempat ini lumayan jauh dari rumah warga yang paling dekat cuma rumah Asti, itupun sekitar seratus meter,
Apalagi jam sembilan malam kebanyakan orang sudah pergi tidur,
palingan tinggal satu dua orang saja yang masih melek,
Semoga saja tidak ada yang tau kejadian ini,
Kampret bener itu bocah, orang baru pulang ngapel malah diajakin ribut, bikin males pulang aja,
Akhirnya aku duduk dijembatan sampai larut malam sendirian pula.


*
*
*
Dua jam sebelumnya,


TUF62xZ.jpg


mbak MARNI

Di tempat berbeda,

Dua insan berlainan jenis baru saja memulai pergumulannya diranjang pengantin sang wanita,
Tampak seulas senyuman khasnya yang mengundang birahi pasangannya, tatapan binalnya terlihat begitu menggoda syahwat,
Saling raba kelamin pasangan dan sesekali berciuman, tubuhnya telah polos tanpa busana, saling membelit saling tindih,
Tak butuh waktu lama untuk pemanasan,
Siwanita sudah mulai tak sabar menanti batang pejal milik pasangannya merojok memek tembem yang ditumbuhi bulu jembutnya yang tebal,
Kakinya di buka lebar memamerkan memeknya yang sudah basah akibat ulah pasangannya,
Kini dia menuntut lebih,
Dia menginginkan batang pejal itu masuk,
Sedangkan pasangannya masih asik melumat bibir tipisnya,
Tangan nya juga masih sibuk dengan dua gunung kembar yang masih sekal itu, seolah enggan melepaskannya,

Siwanita merasa pejantannya masih asik dengan bibir dan gunung kembarnya,
Maka memeknya ia kobel sendiri sedangkan tangan satunya mencari batang sang pejantan lalu dikocok batang pejal itu,
Tatapan matanya begitu nanar dan binal,
Berharap sang empunya batang mengakhiri kegiatannya,
Benar saja, nafas si pejantan pun kian memburu,
Kini tangannya memegang kedua kaki wanitanya
Senyumnya mengembang batang pejal nya di tempelkan kememek tembem yang basah dan penuh jembut itu,

Tampaknya dia masih ingin menggoda siwanita,
Sengaja tidak dimasuk kan kememek namun digesekkan ke daging kecil yang sedikit menyembul diantara lipatan memek yang rimbun itu,
Sontak membuat si empunya memek makin blingsatan,
Melenguh dan mengerang sejadi jadi nya,
Tatapan matanya semakin sayu memandang sang pejantan yang tak kunjung memasukkan batang pejalnya,
Digigit bibir bawahnya sendiri dan nafasnya mulai tersenggal,
Kini tangannya meremas gunung kembarnya sendiri, pinggulnya bergetar menandakan rasa antara geli dan nikmat melanda dirinya,

Si pejantan merasa puas dengan ulahnya, senyumnya mengembang,
Tanpa ijin lagi batang pejal itu langsung dimasukkan sampai mentok kedasar rahim wanitanya,
"aaaauuchh... "
Membuat siwanita membelalakkan mata dan mengaduh nikmat,
Dikeluarkan lagi batang pejal itu,
Membuat wanita di bawahnya mengernyitkan dahinya,
Lalu dimasukkan lagi kememek tembem yang makin basah itu,
Akibatnya membuat siwanita kembali menjerit nikmat
" aaachh.. "

Tak mau kalah siwanita menggoyang pinggulnya dan tangannya memegang bokong sipejantan agar tak lagi melepaskan batang pejalnya,
Senyum sipejantan mengembang puas,
Begitupun wanitanya, tatapan sayunya membuat sipejantan tambah bergairah,
Dikejat kejatkan batang pejalnya didalam memek itu,
Akibatnya goyangan pinggul siwanita semakin menjadi, " aah aaahch ... eeegh ... Genjooot kangh .... aaaach "
Wanita itupun menghiba kepejantannya agar segera menggempur memeknya yang sudah gatal,
Karna sedari tadi pejantannya hanya mengejat ngejatkan batangnya,
Dia tampak tersenyum puas mengerjai wanita dibawahnya,
Dengan perlahan pinggulnya maju mundur
disambut goyangan pinggul wanita dibawahnya,
Tatapan mata siwanita makin sayu memandang pejantannya,
Semakin lama semakin cepat sodokannya begitupun wanita dibawahnya semakin tak beraturan goyangan pinggulnya kadang di geol kadang ikut maju mundur mengikuti irama sodokan sipejantan,

Lenguhan dan desahan kian menjadi, tatapan binalnya semakin menggoda,
Sedangkan si pejantan masih tenang hanya nafasnya saja agak memburu,
Sodokannya pun masih stabil, bahkan sodokannya kadang hanya setengah, kadang dalam sampai mentok kedasar rahimnya,membuat wanita dibawahnya dibuat merem melek, dan menjerit nikmat,
Akhirnya siwanita tak sanggup lagi menahan gejolak birahinya,
Dia menuntut lebih kencang sodokan pejantannya,

" aaach each aach kaaangh ... aaaach kencengiiin kaaaangh... aah aah... lagiii ... Iyaaah iyaaaaah... Marni maauuh nyampee kaaangh...
aaauhhh... "
Plooop "
Tiba tiba si pejantan mencabut batangnya,
Siwanita pun merengut kesal bagaimana tidak sebentar lagi nikmat syahwatnya tuntas malah dicabut oleh si empunya batang,

" Sabar sayang malam ini kamu bakal aku bikin ketagihan kontolku, itung itung bayar hutang yang dihutan itu, mumpung suamimu lagi pergi he he, "

" he em, ayo kangh, entot Marni ... Buat Marni hamil kaangh.... "

Tak menunggu ajakan kedua kalinya sipejantan langsung menarik pinggang wanitanya,
Kali ini posisi siwanita menungging,
Memek tembem basahnya terlihat mengkilap mengintip dari belakang,
Ditambah bokong semoknya terlihat membulat indah,
Menambah semangat sipejantan,
Segera di jejalkan batang pejalnya di lubang memek tembem yang basah itu,
" aaaaach.. "
Siwanita kembali mendesah sambil menoleh kebelakang,
Senyum mengembang dengan mata nanar yang binal melihat pejantannya kembali menyodok lubang nikmatnya,
Tak tanggung tanggung, genjotannya langsung dipercepat, dirojok sampai mentok,
Bunyi kecipak kelamin dan paha yang beradu semakin lama semakin cepat,
Lenguhan dan erangan silih berganti diselingi pekikan pekikan kecil menambah semangat keduanya,
leguhan erotis dan kerling binal siwanita membuat sodokan pejantannya mulai tak sanggup lagi menahan gejolak birahinya,
Pinggul wanitanya pun sama, bergerak tak beraturan,
Siwanita menoleh kebelakang matanya makin sayu memandang pejantannya, bibir bawahnya di kulum sendiri,
begitu juga sipejantan matanya menatap nanar wanita tunggangannya, nafas keduanya sama tersenggal, sodokan pejantannya mulai tak beraturan dan mengejat " aaaachhhh.... " Sipejantan melenguh panjang, " Siwanita buru buru menahan bokong pejantannya agar tidak lepas,
" aaaaaach.... Sebeeentaaar .. kaangh aaaaaach.. aaaaach.. "
Lenguhan panjang dan mengejat ngejat mengakhiri pergumulan itu,
keduanya ambruk tengkurap, bahkan batang pejalnya juga tak dicabut,
belum berakhir disitu mereka memulai ronde kedua dan seterusnya, memek tembemnya penuh cairan Putih yang kental, jembut lebatnya dipenuhi cairan yang sama,
Perut dan gunung kembar yang banyak bekas merah menghitam itu tak berbeda jauh, cairan kental meluber kemana mana,
Tak terhitung berapa kali kedua insan yang bukan pasangan syahnya itu merengkuh nikmat bersama,

Menjelang pagi mereka masih saja berasyik masyuk senyum puas dan kelelahan tergambar dari mereka
Dan mereka saling berjanji akan melakukannya lagi di lain waktu.
*
*
*
*
IANTONO
Hoooaheeem, Suara cuitan burung membangunkan tidur lelapku,
Uuugh kampret, bekas pukulan semalem masih berasa nyeri ternyata,
Untung hari ini ngga ada kerjaan berat,
Seperti biasa kalo bangun telat, selalu meja bekas belajarku lah yang pertama kali ku buru,
Pasti disana sudah tersedia segelas kopi hitam kesukaanku,
Tak diragukan lagi, memang nenek ku pahlawanku,
Ku sruput kopiku, ah lumayan masih anget, lalu kuambil rokok sisa semalam yang tinggal sebatang itu dan kusulut,
Seiring kepulan asap rokok yang kuhisap pikiranku melayang kemana mana,
Bagaimana kalau semalam mereka semua menyerangku,
Pasti pagi ini bakalan ada tangisan dari sang nenek,
Belum lagi si Mbul ditambah lagi calon nyonya,
Aku jadi senyum senyum sendiri membayangkan calon nyonya ku ngamuk, kayak gimana ya, wadaaah .... pasti ribet ngelesnya,

Saat ini yang paling ku khawatirkan bagaimana kalo bocah yang semalem ribut denganku membuat masalah dengan si Mbul,
Ah sudahlah mudah mudahan pukulanku membuat dia jera,
Kuhabiskan sisa kopi di gelas, lalu keluar rumah uuh...
kurenggangkan tubuhku,

Terik sang mentari langsung menyambutku dengan hangatnya, sudah siang rupanya.
Setelah beberapa menit berdiri aku masih bingung mau ngapain, malas bener hari ini.
Kulihat si Mbul keluar dari rumah dan menoleh kearahku,
Eh kok dia buru buru menghampiriku, waduh kejadian ini mah,
" Mas Ian!! ngapain semalem!"
Nah kan, beneran, mesti jawab apa coba,
Aha .... ngeles adalah solusi terakhir kalo ngurusin cewek yang satu ini, jujur juga bakalan ajur pikirku,
Mana ni anak udah mentheng kelek lagi.

" eeem .... anu Mbul, ketempat Iin kok Mbul, "
Plaaak!!, sudah kuduga seperti ini kejadiannya,
Dari dulu kalo dia kesel suka nampar dan nyubit,
Haaah ... Nasiiib nasib, punya temen cewek satu satunya kelakuannya nauzubilah sadis kalo marah,

Kemudian Asti memutari tubuhku,
Dipegang paksa daguku, di tarik kekanan dan kekiri kemudian dilepaskan,
"Buka kaosnya! "
eeh kok, waduuuh, semoga ngga ada bekas dipunggungku,
" Bukaa!! "
Matanya mulai memerah, bibirnya sedikit bergetar
" Buka nggak! "
Kubuka kaos yang Ku kenakan, semoga saja tak ada lebam di punggungku, mending diem deh kalo udah begini kejadiannya,
Mata merah Asti mulai serius memeriksa bagian depan tubuh berikut kedua lengan ku,
Kupejamkan mata aku mulai khawatir saat dia memutar tubuhku, aku diam begitu juga Asti,
Isakan lirih mulai terdengar, tak ada lagi bentakannya, kubalikkan tubuh penghadap Asti,
Matanya sudah berkaca kaca dan isakannya makin dalam,
Tak ada kata terucap dari mulutnya,
Hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi begitu saja meninggalkan ku.
Aah tiba tiba dadaku terasa sesak, lalu aku masuk lagi kedalam rumah.
Ingin ingin kususul kerumahnya,
Tapi apa iya aku sanggup menjelaskan ke dia,
Melihat yang tadi saja sudah nyesek dadaku,
Lebih baik aku nyari makanan untuk ternakku sajalah, pikirku.

Mau sarapan tapi udah ngga ada nafsu makan sama sekali, ya sudah.
Segera kuambil peralatan yang kubutuhkan lalu berangkat ke hutan,
Malala Asti, biar nanti saja kujelaskan kalo dia sudah tenang.

Jam sepuluh aktifitas merumputku selesai, sengaja ternak ternakku tidak ku gembalakan lagi,
percuma memakan waktuku saja,
sesampainya dirumah aku langsung membersihkan diri lalu masuk kamar aku penasaran dengan bagian belakang tubuhku yang masih berasa agak nyeri,
Kulihat dari kaca ternyata benar ada lebam disana.

Kurebahkan tubuhku kedipan kayu buatan kakekku,
Menerka nerka apa yang bakalan terjadi nanti kalo kekasihku mengetahui kejadian semalam,

Tak lama setelah itu nenek datang menghampiriku,
Dia menatapku sejenak dan menggelengkan kepala,
" Le kamu ditunggu mbah kakung, kebelakang sana "
Nenekku langsung berlalu Pergi dari kamarku,
Njih Mbah"
Nah lho, perasaanku jadi ngga enak lagi,
Aku langsung berdiri kuhampiri kakekku yang sedang asyik meracik rokok lintingannya,
Melihatku datang menghampirinya, kakekku tersenyum dan mengulurkan rokok racikannya barusan, dan meracik lagi untuk dirinya sendiri, kusulut rokok racikan kakekku tadi,
" Uhuuk uhuuk"
Aku terbatuk menghisap rokok racikan kakekku, ampek agak gatel ditenggorokan ciri khas rokok lintingan,
Akupun tak protes tentang rasa rokok itu,

Kakekku kembali tersenyum dan menyulut rokoknya,
" Ada masalah apa le kok sampe adu pukul begitu,"
Kujelaskan semua yang terjadi semalam, dan kakekku memahaminya,
" Pesen simbah kamu jangan terlalu sering bersinggungan dengan mereka le, kalo bisa cukup sekali ini saja, tapi menurut ceritamu, khususnya anak itu pasti takut nglawan kamu sendirian, tapi nggak tau kalo dia dan temannya cari cari masalah lagi, lebih baik kamu selesaikan dengan kepala dingin yo le, mbah mau tanya, kamu masih suka puasa hari lahirmu kan? .."
" Njih Mbah"
"Baguslah kalo bisa jangan sampe lupa yo le "
Kakekku tersenyum dan menepuk pundakku, obrolanpun berlanjut sekitar pekerjaan sambil menunggu makan siang tersaji dimeja.
Setelah selesai makan aku kembali kekamar untuk istirahat,
Pikiranku masih berandai andai,
Sedang asyiknya berandai andai tiba tiba ada suara langkah didepan rumahku dan mengucapkan salam,
Aku sangat hafal suara itu,
Ah pura pura tidur ajalah, aku belum siap,






BERSAMBUNG








Terimakasih bimbingannya om SUPER BAJINDUL.

terimakasih bimbingannya juga om @ Cinthunks.

Buat semua kripik yang membangun cerita ane yang sangat sederhana ini, terimakasih banyak, :ampun::ampun:
 
Terakhir diubah:
Saran aja om, kalo ganti POV, tulisannya di capslock apa di bold om, to nggak di kasih tanda gitu biar kelihatan, kalo kaya yg di atas td ganti pov nya blm terlalu kelihatan
Mkasih up nya om
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd