Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER – 2



Hosh ! Hosh ! “Untung saja gue cepet-cepet kabur. Hufh ! Sial apa sih gue nih, pagi-pagi gini bisa ketemu hantu cowok ganteng. Ihhh !” Gerutu seorang gadis yang baru saja berhenti berlari. Nafasnya terdengar ngos-ngosan. Tubuhnya bungkuk kedua tangan memegang di lutut. Pipinya kembang kempis mengeluarkan udara dari dalam mulutnya.

Tubuhnya bergidik ketika mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Pakaian olah raga yang ia gunakan sudah basah oleh keringatnya sendiri. Beberapa bagian tubuhnya tampak transparan, juga pakaian dalam berwarna hitam (Bra)-nya pun samar-samar terlihat. Untung saja suasana di sekitarnya masih sepi, jika tidak maka sosok gadis cantik bergigi ginsul ini akan menjadi perhatian oleh para lelaki hidung belang.

Merasa cukup, si gadis berdiri kembali dan sempat menolehkan kepala ke arah belakang. “Sepertinya tuh hantu gak ngikutin gue lagi sampai ke sini. Hi hi hi !”

Sekali helaan nafas, si gadis memutuskan untuk berjalan menuju ke parkiran mobil yang tak jauh dari posisinya sekarang ini. Ketika ingin membuka pintu mobil, ponselnya berdering.

“Hadeh nenek sihir nelfon lagi.” Si gadis kembali menggerutu sendiri ketika melihat nama si penelfon tertera di layar ponselnya. “Halo ya kak, what happend?” tangan kanan memegang ponsel yang menempel di telinga, sedangkan tangan kirinya membuka pintu mobil.

“Dinda kamu dimana?” Panggilan si gadis adalah Dinda. Bernama lengkap Dinda Raharjo. Putri kedua dari 5 orang terkaya di negara ini. Gadis cantik yang selalu saja menjadi nomor dua di keluarganya, mempunyai kakak yang selalu ia sebut dengan panggilan ‘Nenek Sihir’ bernama Alinda Raharjo.

Dinda dan Linda, adalah dua gadis cantik yang selalu menjadi sorotan media masa karena kecantikan keduanya. Juga jadi incaran oleh para pengusaha negara ini bahkan negara tetangga. Menjadi incaran untuk di jadikan pendamping hidup.

“Di jalan mau pulang rumah,” jawab Dinda kepada Linda yang menelfonnya.

“Kamu itu, kakak selalu bilang kalau keluar rumah jangan sendiri.. kamu tau kan, kalau keluarga kita sedang menjadi target oleh musuh-musuh bisnis keluarga?”

“Jiahhh kak, kenapa sih jadi orang kok penakut banget.”

“DINDA ! kamu itu –“

“Sudah lah kak.. Dinda masih bisa jaga diri kok, lagian Dinda kan keluar gak jauh dari rumah kok.”

“Kamu itu kalau sudah terjadi, baru deh bakal menyesal”

“Kalo terjadi, yah terjadilah toh kak. Hehehehe !”

“Grrrrr –“

“Dah ah, Dinda mau pulang sekarang byeee kakakku yang cerewet”

Selesai memutus sambungan telfon dengan Linda, Dinda sempat menghela nafas sesaat sebelum ia menjalankan mobilnya. Dan dari kejauhan, tampak sosok pria menggunakan hoddie menatap tanpa berkedip ke suatu arah.

Bukan arah mobil Dinda yang pergi menjauh. Melainkan dua sosok memakai pakaian serba hitam yang sedang memperhatikan sejak tadi ke arah mobil tersebut.



-000-



Hidup dalam kesendirian membuatnya mulai memikirkan untuk mencari pekerjaan. Karena perut dan juga kebutuhannya sehari-hari memaksakan dirinya untuk keluar dan berbaur di luar sana.

Maka pria bernama Aksan Wilardi mulai mengeluarkan beberapa pakaian bersihnya yang telah lama tak pernah ia pakai, dan berjalan menuju ke sebuah cermin. Sudah saatnya lah dia mencari pekerjaan, juga sudah saatnya lah ia keluar dari tempat kegelapan. Karena menurut Aksan, semua orang di dunia ini mempunyai urusan masing-masing hingga tak akan dapat melihat berita beberapa tahun yang lalu yang memberitakan akan suatu kejadian kala itu. Berarti Aksan bukanlah orang yang dapat di kenal oleh khalayak orang banyak. Tapi tetap saja, Aksan selalu memasang kewaspadaan penuh, jika saja adanya ancaman yang mendekat maka Alan tak akan segan-segan untuk bereaksi.

Bercukur rambut dengan alat ala kadarnya, juga membersihkan badan di kamar mandi. Aksan telah siap untuk menghirup udara di luar sana. Kehidupan di luar sana, yang penuh dengan kemunafikan.

Tak lupa Aksan menggunakan topi, kemeja hitam dengan jaket kulit berwarna hitam. Aksan berjalan menjauh dari tempat persembunyiannya.



-000-



Sebuah gedung appartemen yang terletak dibilangan Jakarta. Seorang pria dengan berperawakan tinggi, menggunakan kaos berwarna hitam, celana jeans dan masker penutup wajah. Sedang membersihkan pelataran parkir. Pria yang pagi tadi mendapat pekerjaan sebagai Cleaning Service – adalah Aksan Wilardi.

Terlihat Aksan sangat cekatan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Bahkan terlihat dia sangat menikmatinya.

Dari arah kejauhan, seorang pria sedang berjalan mendekat.

“Mas Wi ini sudah larut malam, kenapa masih kerja juga?” ternyata yang datang adalah seniornya di bagian CS.

“Hehe iya mba, kebetulan tinggal dikit lagi.”

“Sudahlah, istirahat aja dulu. Kan masih ada waktu besok untuk lanjutin kerjaan mas Wi.”

Aksan hanya tersenyum saja, namun tak menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyeka dinding besi pembatan parkir VIP.

5 menit lamanya mereka berdua berbasa-basi, maka wanita itu berpamitan ke Aksan untuk lebih dulu pulang.

Aksan menyempatkan berhenti sejenak untuk menikmati sebatang rokok. Bersandar di sudut parkir, menikmati tarikan demi tarikan hisapan rokok filter miliknya hingga ia menyentil puntung rokok tak jauh darinya. “Oke, waktunya bekerja kembali Aksan.” Ia bergumam, lalu dengan santai berjalan menuju ke pintu masuk pekerja.

Ia bermaksud untuk membersihkan koridor lantai basement saat ini.

Ketika tiba, terlihat 4 orang pria berjas hitam dan menurut Aksan seperti petugas keamanan gedung sedang berjaga-jaga di kedua sisi pintu kedua yang tak jauh dari posisi Aksan berdiri saat ini. Aksan menghentikan langkahnya sesaat. Karena insting yang telah terlatih, Aksan mengernyit saat merasakan ada hal aneh yang terjadi. “Mereka bersenjata...” Gumamnya pelan. Kemudian dengan santai melanjutkan langkahnya masuk ke dalam.

“Tunggu...” Petugas keamanan menahanya. “Anda mau kemana?” Petugas tersebut bertanya ke Aksan.

Aksan mengangguk sopan, sambil memperlihatkan ID-nya yang sengaja ia jepit di saku celana bagian depan. “Petugas cleaning Pak.” Jawabnya.

“Ini sudah lewat jam kerja.” Ucap Petugas keamanan,

“Saya kesini karena disuruh lembur oleh atasan Pak.” Aksan masih sopan menjawab pertanyaan petugas.

“Mending anda pulang saja, karena semua karyawan Cleaning sudah tidak ada di sini sekarang. Ini sudah bukan waktu jam kerja.” Aksan hanya mengangguk pelan, kemudian menyempatkan mengangguk beberapa kali dihadapan keempat petugas keamanan tersebut.

“Saya permisi dulu Pak...” Ujar Aksan, kemudian kembali melangkah keluar.

Aksan berfikir, sengaja ia tak mau ikut campur dengan masalah yang terjadi di dalam gedung. Menurut Aksan asalkan mereka tidak mengganggu kehidupannya saja. Maka Aksan masa bodoh dengan semuanya.

Tapi apa yang di pikirkan Aksan hanya bertahan 5 detik saja.

Saat Aksan mulai melangkah meninggalkan para petugas keamanan. Samar-samar terdengar suara salah satu dari petugas keamanan sedang berbicara.

“Itu dia.”

Aksan hanya memelankan saja langkahnya.

Derap langkah kaki terdengar. Seperti suara orang-orang yang sedang berlari mengejar. Aksan menoleh dan mendapati petugas keamanan tadi berlari mengejar sosok dari kejauhan.

Aksan pun menghela nafas, lalu mulai berjalan kembali. Hingga langkahnya terhenti ketika suara langkah yang berlari malah terdengar makin jelas. Beberapa orang berlari keluar ke arah Aksan berjalan saat ini.



“TOLONG !” Aksan menajamkan indera pendengarannya ketika mendengar suara meminta tolong dari seorang gadis.

Tap ! Tap ! Tap ! Langkah kaki berlari makin mendekat.

“Tolonggg saya –“

BUGH ! Tubuh Aksan tertubruk oleh sesosok gadis, lalu menarik tubuh Aksan memaksa berbalik ke arah ke-empat pria yang mengejar.

“Tolong saya mas... mereka penjahat, mereka ingin perkosa saya.” Kata si gadis yang saat ini sedang bersembunyi di belakang Aksan.

“BERIKAN GADIS ITU !”

Aksan menaikkan alis kanannya, kemudian sedikit memiringkan kepala.

“KALAU ANDA MENGHALANGI KAMI, MAKA KAMI TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MEN – “

“Silahkan. Bukan urusan saya,” kata Aksan menyela, sambil menarik dengan cepat lengan si gadis yang bersembunyi di belakangnya.

“Mas jahatttt ! mereka mau bunuh saya.”

“Oh ya? Benar kalian mau bunuh dia?”

“ITU BUKAN URUSAN ANDA !”

“Kalau ada kejadian pembunuhan di sini, dan di saat saya sedang bekerja. Maka tentu saja itu akan menjadi urusan saya.”

“Eh Anda mau menentang kami?”

“Saya tidak menentang kalian, biarkan saya pergi dulu baru kalian melanjutkan apa yang seharusnya kalian kerjakan. OKE !” jawab Aksan dengan ekspresi yang datar. “Well ! maaf non, saya harus pergi sekarang”

“Tolong masss jangan pergi, tolong bawa saya pergi dari sini.”

“Ini bukan urusan saya, permisi !” Aksan pergi setelah menghempas tubuh si gadis mendekat kepada petugas keamanan tersebut.

Aksan berjalan sambil mengambil headset dari saku celana. Berniat untuk menutup kedua telinga agar teriakan minta tolong si gadis tak lagi terdengar olehnya. Karena Aksan berfikir ini semua bukan menjadi urusan dia. Apapun yang terjadi terhadap gadis itu, memang sudah seharusnya terjadi. Aksan tak ingin merusak garis takdir hidup seseorang. Jika gadis itu terbunuh malam ini, maka mungkin memang sudah takdir si gadis seperti itu.

Ketika ingin memasang headset, tiba-tiba langkah Aksan terhenti ketika bersamaan 4 orang pria bertopeng masuk melalu pintu dan mengarahkan moncong senjata ke arahnya.

TFFTT.. TFFTT.. TFFTT!!!

Aksan bereaksi dengan cepat, menunduk membuat dua peluru melewatinya menuju ke arah belakang. Tembakan dengan senjata menggunakan Silencer mengenai para petugas keamanan di belakang Aksan. Satu persatu tumbang. Si gadis terlihat menunduk menghindar tembakan berikutnya.

Terlambat. Para petugas keamanan tadi, sudah tewas terkapar di lantai.

“TIDAKKKKK !!”

“TOLOONGGGGGGGGG !!”

Dengan sigap Aksan berlari dan melemparkan sebuah obeng kecil yang baru saja ia keluarkan dari tas pinggangnya.

ZLEBB!!! “Arghhhh...” Ujung obeng, menancap di tangan salah satu pria bertopeng yang memegang pistol.

Tentu saja kawan lainnya cukup terkejut atas aksi Aksan barusan yang datang secara tiba-tiba. Dengan cepat mereka mengarahkan pistol yang sama dan segera menyerang Aksan.

TFFTTT...TFFTTT...TFFTTT !!! dengan cepat Aksan menghindar, menggulingkan tubuhnya dan melemparkan obeng lainnya ke arah salah satu dari mereka. JLEB ! Aksan berhasil menancapkan ujung obeng di jidat salah satunya.

Terjadi tembakan beberapa kali namun tak mengenai tubuh Aksan.

Aksan dengar gerakan cepat memukul, menendang ke mereka yang tersisa. Ketiganya tak dapat membaca gerakan cepat dari Aksan hingga membuat semua serangan dari Aksan berhasil memukul jatuh mereka.

Aksan berlari ke arah si gadis.

“AYO IKUT SAYA !” Aksan menarik lengan si gadis untuk pergi dari tempat itu. Begitu mendekat ke arah pintu masuk, dimana para pria bertopeng yang aksan pukul jatuh mulai bangkit satu persatu.

Aksan melepaskan lengan si gadis dan memberikan serangan dengan tendangan terputar ke arah mereka. Memukul, menunduk lalu memberikan sundul dua kali menggunakan lutut.

Merasa cukup Aksan meraih dan menarik kembali lengan si gadis. Aksan berlari keluar bersama si gadis, dan para pria bertopeng yang tersisa tampak mulai bangkit dan mengejar Aksan bersama si gadis.



“Kamu disini dulu.” Aksan berkata kepada si gadis untuk tetap bersembunyi di salah satu deretan mobil yang terparkir. “Jangan lakukan apapun, jangan berisik”

“I-iya”

“Oke ! saya ke sana dulu, mereka sudah keluar”

Dari arah pintu masuk, Aksan melihat tersisa tiga orang pria bertopeng memegang senjata.

Mereka bertiga melangkah sambil siaga dengan memegang pistol masing-masing. Salah satu menggerakkan jarinya seakan memberikan kode kepada yang lainnya untuk bergerak berpencar. Sedangkan Aksan yang cukup terlatih selama ini. Mencoba berjalan menjauh dari posisi si gadis dan mengalihkan para penjahat bertopeng agar mengejar ke arah Aksan.

Sengaja Aksan mengetuk membunyikan salah satu mobil. Dan berhasil ! ketiga penjahat mulai fokus ke posisi Aksan saat ini.

Aksan yang masih menunduk, melihat kaki salah satu penjahat. Aksan sesaat memejamkan matanya. Jauh dari lubuk hati yang paling dalam, sebetulnya Aksan tidak ingin kembali ke jalan seperti ini lagi. Namun entah mengapa karena seorang gadis-lah, prinsip baru dalam hidup Aksan tergoyahkan. Mungkin ia ditakdirkan tak bisa lepas dari hal-hal kekerasan serta pembunuhan di dunia ini.

Aksan mengambil sesuatu dari dalam tas, kemudian sebuah obeng yang berukuran lebih kecil dari sebelumnya ia keluarkan. Dengan gerakan cepat ia bergerak melompat dan keluar dari persembunyiannya sambil melemparkan obeng tadi ke arah penjahat yang sangat dekat jarak darinya bersembunyi tadi. ZUIINGGGGG!!! Zleb!!! BRUKK!!!

Darah segar keluar dari kepala penjahat tersebut, bersamaan obeng yang dilemparkan oleh Aksan menembus di kepala.

Lalu Aksan kembali bersembunyi di belakang mobil lainnya.

“Dia disitu...” TFFFTTT...TFFTTT...TFFTTT!!! Melihat temannya telah tewas, dua penjahat langsung menyerang membabi buta membuat mobil tempat Aksan bersembunyi menjadi penyok-penyok terkena peluru.

“KELUAR...” Teriak salah satu penjahat yang sudah mulai tak sabaran menghadapi Aksan. “Sebelum anda menyesal.”

Aksan mendengarnya hanya menyeringai, kemudian ia berjalan mengendap-ngendap dengan posisi menunduk mendekati salah satu petugas yang juga sedang menoleh ke mobil SUV tempat kedua Aksan bersembunyi.

Penjahat itu kembali melihat ke depan membuat Aksan menyelinap dibalik tiang penyangga bangunan. Aksan mengeluarkan sebuah pisau dari dalam tas. Lalu memegang ujung pisau yang tajam. Aksan menarik nafasnya sebelum melemparkan ke penjahat itu.

“Woi...” Aksan keluar dari persembunyiannya membuat penjahat itu terkejut. Dan bersamaan, Ia mengarahkan pistolnya ke arah Aksan, dan Aksan juga melemparkan pisaunya ke arah penjahat itu. Zuiiingggg...!!! Kalah cepat.

Belum sempat penjahat itu menarik pelatuk pistol, pisau Aksan sudah menancap di tengah-tengah batok kepalanya. Hingga membuatnya tergeletak tak bernyawa. “Tiga orang ko’it,” Gumam Aksan lalu kembali bersembunyi.

Aksan memutar tubuhnya, lalu melihat sebuah mobil tak jauh dari posisinya bersembunyi. Dengan perhitungan yang sangat matang, Aksan berlari menuju ke mobil tersebut. Melompat dan berguling hingga membuat tubuhnya sedikit sakit.

TFTTT..TFFTT..TFFTT !!! Terlambat, peluru penjahat yang tersisa sama sekali tak mengenai tubuh Aksan. Selanjutnya Aksan mencoba berhitung berbagai peluang untuk mendekati penjahat terakhir.

TFTTT! TFFTTT! TFFTTT! TFFTTT! PRANK...PRANK!!! Peluru itu menembak mobil tanpa perhitungan. Jelas-jelas, Aksan sedang bersembunyi. Apa yang ia tembak sama saja akan mengurangi peluru dalam pistolnya.

Aksan mendapatkan ide cemerlang. Dan dengan perhitungan yang sangat matang. Di dukung oleh faktor pengalamannya selama ini, Aksan berdiri lalu memancing penjahat satu-satunya untuk menembakinya. “BAJINGANN...” TFFTTT! TFFTTT! TFFTTT!

Aksan dengan cepat melompat ke kanan, lalu berguling ke depan. Kemudian menyempatkan bersembunyi dari satu mobil ke mobil lainnya.

Lalu tembakan terakhir hampir saja bersarang ke tubuh Aksan. ZEP! Sangat tipis, untung saja Aksan segera menghindar. Hanya kaos yang ia gunakan dan lengannya terlihat berdarah seperti goresan kecil. “Stttt...” Aksan meringis sesaat.

“ANDA SIAPA... KENAPA ANDA IKUT CAMPUR DENGAN MASALAH KAMI?” Teriak penjahat itu yang sudah merasa putus asa melawan ketangguhan Aksan. Dalam hati, pria itu bukan pria sembarangan. Gerakannya sangat cepat, cara melempar pisau maupun obeng menandakan pria itu sangatlah terlatih.

Aksan tak menghiraukan ocehan penjahat itu. Lalu apa yang Aksan nantikan akhirnya kejadian. Ceklek! Ceklek! pistol si penjahat kehabisan peluru.

Sesaat Aksan menyeringai, kemudian berdiri dan mengangkat kedua tangannya menatap ke depan.

“Sorry... kehabisan peluru ya?”

Aksan melangkah mendekatinya.

“ANDA SIAPA?”

“Hmm, saya? Anggap saja, saya adalah malaikat pencabut nyawa anda !” balas Aksan.

Penjahat itu terlihat gentar. Lalu perlahan-lahan ia melangkah mundur. Aksan membaca gerak-gerik dan mengetahui gelagat penjahat itu yang mencoba meraih sesuatu.

Aksan melompat, lalu menyerangnya dengan tendangan maupun pukulan.



BUGH!!! BRAKK!!!



Merasa dirinya mulai terdesak, penjahat itu melempar apa saja yang bisa ia gapai. Dengan cepat, sambil menghindar dan berlari menerjang. Aksan melompat melepaskan tendangan tepat mengenai kepala. Di susul beberapa pukulan pada dada dan perut, dan diakhiri dengan tendangan keras yang mengenai dada penjahat itu.

Aksan tak melepaskannya begitu saja, hantaman keras terjadi di dagu. Pria tinggi besar itu terpelanting ke belakang dan tersungkur.

Aksan langsung melompat, lalu memegang di leher. CRACKKK!!! Aksan memutar kepala penjahat itu, dan mematahkan lehernya hingga membuatnya terkapar tak bernyawa.

PLAK...PLAK...PLAK !!!

Aksan menepuk-nepuk telapak tangannya yang baru saja memberesi ke-empat penjahat bertopeng. Kemudian Aksan berjalan menjauh, namun terhenti sesaat.



“Silahkan keluar, dan pergi melapor ke pihak berwajib. Saya pergi dulu.” Aksan bergerak cepat meninggalkan parkiran.

Si gadis yang sejak tadi bersembunyi akhirnya berdiri. “Eh dia kemana?”



Tak menemukan yang ia cari, dan hanya melihat empat orang tak bernyawa telah terkapar. Tubuh gadis itu merinding, kemudian ia meraih ponsel dan menelfon seseorang.

“Halo kak, tolong Dinda. Lagi di appartemen ABHC.”

“Iya kak, penjaga Dinda tewas semua. Tolongin Dinda kak.”

“Iya iya... Dinda tunggu di sini”



-000-



Beberapa hari kemudian, setelah kejadian di appartemen ABHC. Maka penjagaan Dinda makin di perketat.

Pak Raharjo, sedang duduk di kursi memandang dua orang kepercayaannya.

Pak Raharjo menyempatkan membakar rokok cerutunya, mengeluarkan asapnya setelah menghisap dalam-dalam nikotine dari rokok tersebut.

“Ada berita apa, Barak?”

“Saya, baru saja mendapat copy CCTV di gedung parkir appartemen.” Jawab pria bernama Barak.

“Oke silahkan tunjukkan ke saya.” Kata Pak Raharjo.



Klik –

Play. Tampak jelas kejadian yang di maksud. Namun bukan hal itu yang menjadikan salah satu tangan kanan Pak Raharjo terdiam sejenak. Adalah sosok satu-satunya yang dengan cekatan menghabisi 4 lawannya yang bersenjata.



“Tidak.. ini tidak mungkin.” Gumam pria di sebelah Barak.

“Kenapa Merdin?”

“Barak tolong di replay dan di perlambat videonya?”

“Oke.”



Barak malah mulai menzoom wajah seseorang !

“Tidak... ternyata Wild Death masih hidup,”



“APA? WILD DEATH? SIAPA DIA?”

“Tapi ini tidak mungkin,”

“Wild Death? Black Kapatuli?”

“Yes Barak !”

“What the-“

“Cuma kita harus memastikan kebenarannya, beri saya waktu dua hari dan akan saya temukan jawabannya.”



“Oke Merdin, silahkan kerjakan apa yang seharusnya menjadi tugasmu.”
di adaptasi dr K2 gan?
 
Dinda..kamu dimana dinda?
"Huuuhh..ada apa sih beb?.. aku tuh lagi dandan buat kamu.." ucap Dinda
jUmjqfW.jpg
 
Itu aksan trauma nya bikin unstable ya? Nodongin pistol dijidat calon istrinya hmmm
 
Baru baca marathon ceritanya bagus...intelejen, pasukan khusus, tentara bayaran (pengawal) dan perang strategi kemudian dibumbui cerita cinta..mmm jadi mengingatkan cerita sekitar 5 tahun lalu yang menjadi maha karya di forum ini..

Lanjutkan ceritanya hu sampai tamat..masih penasaran alur ke depannya gimana!!!
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd