Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

11 Tuduhan Populer Pada Teori Evolusi Beserta Jawaban

Mantra kurang jitu
Coba saya yg panggil

Sate 1000 tusuk was wes wooss

FFFUUHHHHH!!! Muncul @HeyJosie !!
Aku sekarang ga doyan sate om IPO, kalo olyukenit gyukaku aku mau 🤭

Jepris mesti OOT di trit fenomenal gini loh, usir ajaaa om IPO kl bikin rusuhh :|
 
hmm, mau sedikit mengkoreksi.

statement 1:
"Usia bumi dah 4.03 miliar tahun masak cuman manusia aja makhluk yg paling cerdas, brrti evolusi makhluk sampai se cerdas manusia cuman 1: seumur hidup bumi dong."

respon:
jawaban saya sama dgn TS sbelumnya. yang mau ane koreksi disini adalah, kesalahan berpikir dalam statemen ini.

- darimana asalnya asumsi bahwa seharusnya ada mahluk lain yg secerdas manusia dalam kurun waktu 4.03 milyar (angka yg ternyata salah dan sudah dikemukakan oleh TS) sementara sampai saat ini tidak ada yg memiliki data pembanding yg relevan terkait statemen ini? (tidak ada planet lain yg bisa diobservasi dalam kurun waktu 4.03 milyar kebelakang dan planet tersebut memiliki banyak species secerdas manusia yang bukan spesies manusia seperti di planet bumi).

Statement 2:

"Sedangkan binatang dari zaman dinosaurus sampai sekarang rata2 masi memiliki kemampuan yg sama, seperti makan harus berburu, tidak bisa bercocok tanam, tidak bsa memasak makanan, padahal kemampuan mencari makanan ini dasar bisa binatang bertahan hidup."

respon:
dalam statement ini ada blatant error yg harus diperjelas dan sbagian besar sudah dijelaskan juga oleh TS. saya mau bahas blatant error tersebut.

kesalahan berpikir yg dipakai disini adalah menjadikan "tingkat kecerdasan" sebagai tujuan dari evolusi semua spesies dalam hal kemampuannya mencari makanan.

kecerdasan adalah salah satu fitur dari evolusi. lebih spesifik, adalah fitur yg dihasilkan dari evolusi organ otak pada spesies dari branch common ancestornya spesies primata, yaitu manusia. kenapa spesies yg berotak lain ga ada yg bervolusi secerdas manusia?well, yg lain keburu punah, ingat kalau meteor gak jatuh, ga bakalan bisa manusia mendominasi planet bumi.karena pada jaman itu dinosauruslah yg berkuasa. dan bicara kecerdasan, predator2 jaman dinosaurus bnyk yg udah pinter bgt loh.pada jaman seprimitif itu udah bisa berburu secara berkelompok ( kemampuan berpikir taktis)dan berkomunikasi (kemampuan bahasa) misalnya velociraptor.sementara common ancestor manusia (bukan manusia dan bukan kera)waktu itu masih tolol bgt.

ijin OOT dikit:
evolusi bukan tujuan, tapi fenomena alam. adalah arogan kalau bilang kecerdasan adalah tujuan dari evolusi. yang ironisnya, guru2 sma ipa pun ( di indonesia loh ya) , mengajarkan hal yg sama dan lebih parah lagi mengajarkan teori evolusi (versi ngawur) dikelas tanpa pernah baca buku teori evolusinya darwin sama sekali.

essentially, it goes like this:
-->kids,just watch harun yahya videos,ajaib loh! nanti kita bakal jadi bangsa yg terdepan dalam pengembangan sains teknologi seperti layaknya bangsa2 arab. jangan ditiru bangsa2 yg menghargai teori evolusi kayak amerika, rusia, jerman, jepang, ,norwegia,swedia,singapur, dkk.

hint:
fact check and figure it out that there is a reason why evolution theory does matter a lot to education. it is not just a theory but it is one of the important milestone of human knowledge.

Given that, there is also a reason, why indonesian education quality is bad,especially in the field of science.
 
Sekedar nambahin,.. mungkin bisa jadi masukan,...
(ini kutipan, linknya di bawah ya)
Nanggepin poin 5, 6 mungkin 8 juga bisa

Pengertian teori evolusi seringkali disalahartikan hanya sebatas pernyataan Charles Darwin yang mengatakan manusia itu berasal dari kera. Padahal Charles Darwin maupun teori evolusi TIDAK PERNAH menyatakan bahwa manusia itu berasal dari kera.

Kesalahan 1
Pihak yang bertanya berasumsi bahwa jika proses evolusi terjadi pada satu spesies, otomatis seluruh spesies tersebut akan berubah menjadi spesies yang baru. Ini asumsi yang salah. Karena teori evolusi nggak pernah menyatakan seperti itu.

Zaman 20.000 tahun yang lalu, tidak ada yang namanya anjing chihuahua, retriever, bulldog, pitbull, dan lain-lain. Tidak pernah ada jejak fosil bahwa anjing jenis chihuahua, pincher, herder, pitbull, dkk itu bisa bertahan dan hidup dengan berburu di hutan rimba 20.000 tahun yang lalu.
Tapi melalui penelusuran DNA, kita bisa tau bahwa seluruh varian anjing yang ada di zaman modern sekarang ini adalah keturunan dari Canis lupus alias serigala. Spesies baru itu terus bertambah di alam seiring berjalannya waktu.

wolf-and-dog.jpg


Kesalahan 2
Pihak yang bertanya berasumsi bahwa teori evolusi itu prosesnya seperti illustrasi di bawah ini:
teori-evolusi-SALAH.jpg


Padahal gambar di atas adalah illustrasi yang KELIRU dalam menggambarkan teori evolusi. Terus ilustrasi dari teori evolusi yang bener kayak gimana dong? Nih kayak gini seharusnya illustrasi yang lebih tepat:

TEORI-EVOLUSI-2.jpg



Kesalahan 3
Kera itu tidak bisa berevolusi!

Wah, kenapa nggak bisa? Karena yang berevolusi itu spesies, sedangkan kera itu bukan nama spesies. Kera atau dalam bahasa Inggris disebut “ape” itu adalah super-familia hominidae dari order primata. Contoh spesies dari kera itu gorilla, orangutan, simpanse, bonobo.

Ngomong-ngomong soal kera, jangan dipukul-rata bahwa semua binatang yang gelantungan di pohon itu kera ya. Misalnya monyet yang biasa dipakai atraksi topeng monyet, monyet itu nama latin spesiesnya (Macaca fascicularis), dan monyet itu tidak termasuk dalam golongan KERA. Lain lagi dengan lemur yang ada di film Madagascar, lemur itu juga BUKAN KERA.

Jadi dalam taksonomi biologi, order primata itu dibagi menjadi sub-order atau superfamily: Homonidae (kera), Simiformes (monyet), Lemuroidae (lemur). Jadi monyet itu bukan kera, lemur bukan monyet. Kera ya kera, monyet ya monyet, lemur ya lemur. Jangan dicampur-campur yak!
lemur-simpanse-monyet.jpg


dari kiri ke kanan: lemur, kera, monyet.
Nah sekarang lo ngerti kan kenapa kami bingung gimana ngejawab pertanyaan di atas? Pertama, karena pertanyannya sendiri aja udah salah. Kedua, pihak yang bertanya belum memiliki pengetahuan dasar biologi. Jadi banyak asumsi dalam pertanyaan tersebut yang pada dasarnya udah salah. Tapi nggak apa-apa, namanya juga proses belajar pasti diawali dengan salah paham dulu. 🙂

Jadi kalo balik lagi ke pertanyaan “Apakah manusia berasal dari kera?”, pastikan bahwa proses menjawabnya itu harus didasari pemahaman tentang taksonomi dulu. Karena bisa jadi, yang dipikirkan tentang “kera” di pemikiran orang awam itu berbeda-beda. Bisa jadi ada orang-orang yang berpikir kera itu sama dengan monyet, padahal bukan. Bisa juga orang berpikir lemur itu sama dengan kera dan monyet, padahal bukan.

Nah sekarang dengan sedikit pemahaman definisi dari kera, pertanyaan “Apakah kera berevolusi menjadi manusia?” itu sendiri sudah salah ya. Karena yang bisa berevolusi itu spesies, sementara kera itu bukan nama spesies. Teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa kera berevolusi menjadi manusia.

Oke, mungkin lo sekarang jadi kepikiran, bagaimana kalau pertanyaan diubah menjadi:

Apakah manusia berasal dari spesies yang termasuk dengan golongan kera, seperti gorila, simpanse, orangutan, bonobo?

Again, teori evolusi maupun Charles Darwin sendiri tidak pernah memberikan statement seperti itu. Apakah Charles Darwin pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera? TIDAK PERNAH. Charles Darwin dan teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari orangutan, simpanse, bonobo, dan gorila. Faktanya memang manusia bukan berasal dari gorila, simpanse, orangutan, atau bonobo.

Lha, Terus yang Bener Teori Evolusi itu Gimana sih?
Sangat disayangkan penjelasan konsep yang dibahas dalam buku pegangan sekolah seringkali jadinya malah ngelantur. Penjelasan teori evolusi hanya berhenti pada perbandingan leher jerapah si Lamarck dan Darwin. Udah puluhan tahun kurikulum di Indonesia silih berganti, penjelasan teori evolusi di buku textbook leher jerapah lagi, leher jerapah lagi. Penjelasan yang sangat sempit untuk penerapan sebuah teori yang sangat luas hingga menjadi fondasi disiplin ilmu Biologi modern.

Nah, terus gimana caranya untuk memahami konsep evolusi yang benar? Untuk memahami teori evolusi secara menyeluruh, gak akan mungkin bisa dijelaskan dengan 2-3 paragraf doang. Nggak mungkin juga bisa dijelaskan oleh 1 artikel ini. Karena untuk memahami proses yang kompleks ini, ada beberapa konsep dulu yang harus lo pahami. Berikut di antaranya:

  1. Genetika & Hereditas
  2. Struktur DNA
  3. Pengertian dari spesies pada taksonomi
  4. Mutasi Genetik
  5. Konsep seleksi alam
Jika ingin memahami lebih detil lagi, kita bahkan bisa telusuri bagaimana proses penemuan dari konsep-konsep di atas berdasarkan penelitian dan penemuan dari tokoh-tokoh kunci seperti Charles Darwin, Alfred Wallace, Gregor Mendel, Thomas Hunt Morgan, dan Francis Galton.

Pastinya ga mungkin semua konsep di atas dibedah satu per satu dalam satu artikel ini. Jadi kemungkinan penjelasan lebih detilnya tentang komponen-komponen yang perlu kalian ketahui tentang teori evolusi, akan dijelaskan satu per satu secara terpisah dalam artikel yang lain. Sementara itu pada artikel ini, kami hanya akan memberikan “introduction singkat” tentang konsep-konsep yang perlu lo pahami terlebih dahulu, jika lo ingin mengetahui apa itu teori evolusi yang benar

Konsep Genetika & Hereditas
Sebelumnya, keep in mind dulu, konsep genetika dan hereditas belum rampung ketika Charles Darwin menggagas teori evolusi pada tahun 1859. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya 1865 seorang Gregor Mendel melalui eksperimennya dengan 28.000 tanaman kacang polong, menyusun tiga hukum pewarisan sifat yang nantinya akan menjadi tulang punggung teori evolusi.

Seperti apa hukumnya? Singkatnya, sebelum Mendel, orang-orang berpendapat bahwa suatu keturunan adalah percampuran kedua sifat orangtuanya. Misal, bunga merah jika dikawinkan dengan bunga putih maka akan menghasilkan bunga merah muda. Kedua sifat orangtua bercampur menjadi sifat anaknya. Itu adalah pandangan orang kuno yang keliru dan sudah dibantah oleh sains genetika.

Pandangan yang keliru ini terbantahkan oleh hukum-hukum Mendel. Di percobaan Mendel, ketika dua bunga merah muda dikawinkan, selain menghasilkan keturunan warna merah muda, terdapat juga bunga yang tetap berwarna merah dan putih yang rasionya mengikuti aturan dari Hukum Mendel. Hayo ada yang masih ingat pelajaran Biologi SMP tentang hukum Mendel?
mendel-flower.png


Hukum-hukum Mendel menyatakan bahwa ada varian sifat yang diturunkan dari orangtua ke anak, dan masing-masing orangtua menyumbang satu varian sifat. Lalu, jika ada satu varian sifat yang lebih kuat (dominan) daripada yang lain, maka sifat tersebut akan menutup sifat yang lebih lemah (resesif).

foto-keluarga-memiliki-kemiripan.jpg

Foto ayah dan anak | bentuk fisik (fenotipe) yang ditampilkan seorang anak cenderung mirip dengan orangtuanya.

Perhatikan bahwa Mendel hanya menyebut secara teoritis bahwa ada varian sifat yang diturunkan. Pada zaman Mendel, belum ditemukan materi atau benda apa yang menentukan pewarisan sifat. Hampir seratus tahun kemudian, barulah manusia tahu bahwa yang diwariskan orangtua adalah masing-masing kromosom yang di dalamnya terdapat GEN yang mewariskan sifat.

Struktur DNA
Pada abad 20, barulah ditemukan materi apa yang bertanggung jawab dalam menentukan pewarisan sifat. Pada tahun 1953, James Watson, Francis Crick, dan Rosalind Franklin, menemukan keberadaan DNA (Deoxyribonucleic Acid), sebuah materi yang menentukan pewarisan sifat keturunan.

Seperti apa sih DNA itu? Kita ambil contoh manusia ya. Manusia itu kan terdiri dari banyak sel tuh, bayangkan lo ambil satu sel aja yang ada inti selnya. Pada inti sel kita bisa lihat untaian untaian yang disebut kromosom. Nah, satu untaian kromosom yang diambil tadi, tersusun dari “serat-serat benang” yang dinamakan DNA. Jadi, kromosom tersusun atas banyak sekali barisan DNA. Manusia seperti kita memiliki 23 pasang kromosom (total 46 kromosom), dimana 23 di antaranya diberikan oleh ayah kita, sementara 23 sisanya diberikan oleh ibu kita.
dna-gen-kromosom.jpg


Tapi ga semua barisan DNA sepanjang kromosom memiliki fungsi. Maksudnya, bisa “diterjemahkan” menjadi karakteristik manusia (warna kulit, bentuk rambut, dll) . Hanya segmen barisan DNA tertentu saja yang bisa dipakai untuk mendefinisikan sifat manusia. Segmen barisan DNA yang bisa mendefinisikan suatu sifat tertentu inilah yang disebut dengan GEN.

Pada satu untai benang kromosom, cuma 3% barisan DNA yang bisa jadi GEN. Sisa barisan yang ga bermakna (97%) disebut dengan “junk DNA (DNA sampah)”. “Junk DNA” bukan maksudnya DNA itu ga ada fungsi atau manfaatnya sih. Walau awalnya disangka non fungsional, tapi banyak temuan baru tentang daerah “junk” ini setelah Human Genome Project (HGP) selesai. Pada point selanjutnya lo bisa memahami salah satu fungsi dan penjelasan kenapa ada banyak banget Junk DNA di kromosom

Jadi, kami rangkum ya: Sifat kita diwariskan oleh masing-masing 23 kromosom yang diberikan ayah dan ibu, yang kemudian saling bertautan menjadi 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Di mana, masing-masing kromosom itu memiliki barisan DNA dan 3% di antaranya adalah DNA yang membentuk sifat kita (warna kulit, bentuk rambut, tinggi badan, dll.)

Apa itu Spesies? (ini yang menarik)
Sebelumnya kan kami sudah bilang, bahwa evolusi terjadi pada level spesies. Lantas spesies sendiri itu apa? Kebanyakan orang awam, mengklasifikasikan binatang berdasarkan namanya saja. Sejak kecil kita tahu berbagai macam hewan dan tumbuhan seperti anjing, kucing, gajah, jerapah, laba-laba, buaya, kupu-kupu, pohon beringin, pohon bambu, dll dari perbedaan bentuk fisik berdasarkan penglihatan mata kita saja. Namun jika kita melihat dari sudut pandang biologi, makhluk hidup itu diklasifikasikan bukan hanya dari bentuk tubuh atau anatominya saja, tapi juga sampai menelusuri perbedaan morfologi, fisiologi, bahkan sampai kemiripan struktur DNA-nya.

Struktur klasifikasi makhluk hidup ini akhirnya dikategorikan pada beberapa level yang kita kenal sebagai taksonomi, dari mulai Kingdom, Phylum, Class, Order, Sub-order/Superfamily, Familia, Genus, Species. Dalam hal ini, spesies adalah tingkatan terbawah dari taksonomi yang merupakan individu yang memiliki identitas unik dibandingkan spesies yang lain. Patokan klasifikasinya darimana? Ya dari dari kemiripan struktur DNA dan urutan basa nitrogen penyusunnya (A, T, G, C) dan juga kemampuan makhluk hidup tersebut untuk menghasilkan keturunan yang fertil di alam bebas.

Contohnya nih, coba lo liat gambar laba-laba Theridion grallator di bawah ini:
laba-laba.jpg

(laba-laba Theridion grallator)

Di antara 4 jenis laba-laba itu keliatannya beda banget kan? Mungkin lo berpikir 4 laba-laba ini beda spesies, tapi faktanya keempat laba-laba ini spesies yang sama karena mereka bisa kawin (dan sering kawin) antar variannya itu dan melahirkan keturunan yang fertil alias bisa berkembang biak terus. Sekarang, coba lo perhatikan 3 jenis kukang di bawah ini:
spesies-kukang.jpg


Coba lo liat kukang kalimantan, kukang jawa, dan kukang sumatera itu relatif mirip banget kan? Orang yang ngeliat sekilas mungkin nebak itu spesies yang sama cuma beda corak warna rambutnya saja. Padahal sebetulnya ketiga kukang di atas adalah spesies yang berbeda karena ketiga makhluk ini tidak bisa kawin antar mereka di alam. Nah, proses evolusi jelas hanya bisa terjadi pada tingkat spesies. Karena proses ini harus melalui proses kawin antar individu untuk menjadi spesies baru. Apakah monyet (Macaca fascicularis) mungkin suatu saat nanti berevolusi? Mungkin. Apakah kera bisa berevolusi? Tidak, karena kera bukan nama spesies.

Terlepas dari itu, biar bagaimanapun klasifikasi taksonomi adalah human construct alias buatan manusia untuk menyederhanakan betapa kompleksnya keanekaragaman makhluk hidup dengan jutaan variasi morfologi, anatomi, fisiologi, dan struktur DNA. Jadi spesies sebagai tingkatan akhir dari taksonomi seringkali tidak bisa didefinisikan secara universal.

Mutasi Genetik
Sekarang kita tau bahwa biologi mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan kemiripan struktur DNA, dan juga bahwa semua makhluk hidup tersusun sesuai gen yang terdapat pada inti dari sel. Nah, masalahnya gak semua sel dalam tubuh kita bertahan dari sejak kita lahir sampai mati. Sel-sel penyusun makhluk hidup itu diganti seiring bertambahnya umur. Oleh karena sel lama diganti oleh sel baru, materi genetik di sel lama harus direplikasi menjadi sel baru yang identik agar mempertahankan bentuk atau sifat yang nampak. Misalnya, gen pada sel kulit orang berkulit hitam, akan membentuk sel kulit baru yang kadar melaninnya sama sehingga walaupun selnya tergantikan seiring bertambahnya usia, orang tersebut tetap berkulit hitam.

Most of the time, replikasi DNA dari orangtua ke anak terjadi secara sempurna. Namun, ada saatnya error dalam replikasi terjadi. Nah, perubahan kode pada materi genetik ini yang disebut MUTASI. Hal yang menyebabkan mutasi genetik ini bermacam-macam, mulai dari penyebab natural (Ya, replikasi DNA mungkin salah secara alami), Radiasi UV, logam berat seperti Chromium, Arsenik, dll, Radioactive decay, sinar Gamma, X-ray, dll. Makhluk hidup yang melewati proses mutasi genetik disebut dengan mutant. Makanya kalau di rumah sakit, kita dianjurkan jangan dekat-dekat ke ruangan beradioaktif agar tidak terpapar radiasi yang bisa menyebabkan keturunan kita menjadi mutant.

Proses mutasi genetik ini diketahui pertama kali oleh Thomas Hunt Morgan, di mana ia berhasil memaksakan mutasi pada lalat buah hingga lalat tersebut memiliki sifat baru yaitu mata yang berwarna putih. Again, most of the time, mutasi genetik merugikan bagi suatu organisme, contohnya pada tikus berwarna putih yang membuat dirinya mudah diterkam predator, bebek dengan 4 kaki yang berpotensi cedera dan infeksi, atau pada manusia yang terlahir dengan sel darah merah yang kisut (sickle cell), dll.
two-headed-turtle-mutation.jpg


kura-kura berkepala dua adalah mutant, replikasi DNA yang tidak sempurna.
Jadi kalo lihat berita ada kambing berkepala dua, bebek berkaki tiga, pohon kelapa yang batangnya bercabang-cabang, jangan buru-buru heboh itu siluman jadi-jadian dari alam gaib dulu ya! Itu semua ada penjelasan ilmiahnya, yaitu mutasi genetik alias replikasi DNA yang salah. Nah, karena mutasi ini hampir selalu merugikan, seringkali mutant tidak sempat bereproduksi alias sudah mati duluan punya keturunan. Tapi, walaupun jarang sekali terjadi, ada saatnya proses mutasi ini dapat menguntungkan si organisme, yang memungkinkan organisme bereproduksi, dan menghasilkan spesies baru. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Jawabannya adalah…

Seleksi Alam
Bagaimana mutasi bisa menguntungkan dan merugikan bagi organisme? “Untung” dan “rugi” dalam konteks ini ditentukan sejauh mana organisme itu bisa bertahan hidup dengan kondisi alam atau lingkungan.

Ada saat ketika mutasi dapat menguntungkan organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap alam. Contohnya, beruang kutub (Ursus maritimus) dan beruang cokelat (Ursus arctos) memiliki nenek moyang yang sama yang berwarna cokelat kehitam-hitaman. Lalu, keturunan beruang purba tersebut mengalami mutasi sehingga warna rambutnya putih. Di ekosistem hutan, hal ini merugikan karena mangsa-mangsa dapat dengan mudah menghindari beruang bewarna putih.

Namun, ketika planet bumi diliputi Zaman Es (110.000 – 11.700 tahun yang lalu), mutasi perubahan warna rambut beruang menjadi putih ini menjadi suatu keuntungan. Di daerah tundra yang bersalju, beruang putih lebih cenderung mampu berburu dan hidup hingga mereka menghasilkan keturunan jika dibanding dengan beruang berwana cokelat. Sedangkan di daerah hutan yang terjadi adalah sebaliknya. Beruang dengan warna gelap lebih diuntungkan dengan beruang yang berwarna putih. Akhirnya beruang yang berwarna putih sukses di daerah yang dingin dan bersalju, sedangkan kerabatnya yang berwarna cokelat sukses bertahan hidup di daerah hutan.

mutasi warna rambut beruang kutub didukung oleh kondisi lingkungan membuatnya bisa bertahan hidup di lingkungan tundra dan bersalju
Jadi kebayang ya, alam menyeleksi hasil mutasi gen suatu organisme. Nah kalo semakin banyak sifat yang diseleksi dan mutant terus bereproduksi menghasilkan keturunan yang fertil hingga ribuan tahun sehingga dua jenis organisme menjadi sangat berbeda dan gak bisa melakukan kawin silang, maka terbentuklah spesies baru. Ini yang terjadi pada beruang kutub dan beruang cokelat sekarang, setelah ribuan tahun berpisah habitat dan terjadi banyak banget mutasi yang terjadi sehingga mereka sangat berbeda sampai nggak bisa kawin dan menghasilkan anak yang fertil di alam, akhirnya sekarang kita menyebut mereka sebagai dua spesies yang berbeda, walaupun memiliki leluhur yang sama.

Itulah proses evolusi, ada mutasi yang terjadi secara random dan hasil mutasi tersebut diseleksi oleh alam. Mutant yang berhasil bertahan hidup karena didukung oleh kondisi alam dan berhasil membentuk keturunan fertil dan terus berkembang biak selama ribuan tahun akan menjadi spesies yang baru. Lalu jika beruang kutub merupakan evolusi dari beruang berwarna cokelat, apakah beruang cokelat berarti harus punah? Nggak dong ya, spesies yang lama akan tetap bertahan selama masih bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Evolusi tidak terjadi seperti transformasi Pokemon atau Digimon, simsalabim beruang cokelat berubah jadi putih terus jadi spesies baru, dimana beruang yang cokelatnya jadi punah. Nggak seperti itu ya! 🙂

Proses evolusi dalam biologi tidak bekerja seperti evolusi dalam anime Pokemon
****

Keterangan sumber:

Fan, Zhenxin; Silva, Pedro; Gronau, Ilan; et all. “Worldwide patterns of genomic variation and admixture in gray wolves” (2016).ncbi.nlm.nih.gov.
Groves, C. P.; Wilson, D. E.; et all. “Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference” (2005). Baltimore: Johns Hopkins University Press.
Darwin, Charles. “The Descent of Man: And Selection in Relation to Sex” (1871). First edition, p. 3. London: J. Murray.
Dawkins, Richard “The Magic of Reality: How We Know What’s Really True” (2011). United Kingdom: Bantam Press.
Morgan, Thomas Hunt; Alfred H. Sturtevant, H. J. Muller and C. B. Bridges. “The Mechanism of Mendelian Heredity” (1915). New York: Henry Holt.
Lindqvist, C.; Schuster, S. C.; Sun, Y.; et all. “Complete mitochondrial genome of a Pleistocene jawbone unveils the origin of polar bear” (2010). Proceedings of the National Academy of Sciences, Volume 107, Issue 11, 2010, pp.5053-5057
Riddley, Matt. “Genome: The Autobiography of a Species In 23 Chapters” (1999). New York: Perennial.
https://evolution.berkeley.edu/evolibrary/article/evo_41

ini link kutipan diatas,...

maaf admin kalo copas edit,..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Coba disini yang gak percaya teori evolusi yang nyanggah pake staitmen "Jika kera berevolusi jadi manusia, kenapa sekarang masih ada kera?"


Coba jawab pertanyaanku .

Kalau manusia berasal dari tanah, kenapa masih ada kendi?



Sekian Terima gaji
 
Coba disini yang gak percaya teori evolusi yang nyanggah pake staitmen "Jika kera berevolusi jadi manusia, kenapa sekarang masih ada kera?"


Coba jawab pertanyaanku .

Kalau manusia berasal dari tanah, kenapa masih ada kendi?



Sekian Terima gaji
Masalahnya pas bikin kamu, yang dipake itu tanah apa dulu Jep .. keknya tanah sengketa =))
Kalo kendi kan pake tanah liat 🤭


Demikiyan penjelasan nubie
Sekian dan terima kost²an cowo
:ngacir:
 
Masalahnya pas bikin kamu, yang dipake itu tanah apa dulu Jep .. keknya tanah sengketa =))
Kalo kendi kan pake tanah liat 🤭


Demikiyan penjelasan nubie
Sekian dan terima kost²an cowo


Mosok nek aku pake tanah sengketa wajahku tamvan gini ih.
Aku tamvan kan? kan kan??

Demikian sanggahan nubie.
Semian dan terima PAP nenen
 
Sekedar nambahin,.. mungkin bisa jadi masukan,...
(ini kutipan, linknya di bawah ya)
Nanggepin poin 5, 6 mungkin 8 juga bisa

Pengertian teori evolusi seringkali disalahartikan hanya sebatas pernyataan Charles Darwin yang mengatakan manusia itu berasal dari kera. Padahal Charles Darwin maupun teori evolusi TIDAK PERNAH menyatakan bahwa manusia itu berasal dari kera.

Kesalahan 1
Pihak yang bertanya berasumsi bahwa jika proses evolusi terjadi pada satu spesies, otomatis seluruh spesies tersebut akan berubah menjadi spesies yang baru. Ini asumsi yang salah. Karena teori evolusi nggak pernah menyatakan seperti itu.

Zaman 20.000 tahun yang lalu, tidak ada yang namanya anjing chihuahua, retriever, bulldog, pitbull, dan lain-lain. Tidak pernah ada jejak fosil bahwa anjing jenis chihuahua, pincher, herder, pitbull, dkk itu bisa bertahan dan hidup dengan berburu di hutan rimba 20.000 tahun yang lalu.
Tapi melalui penelusuran DNA, kita bisa tau bahwa seluruh varian anjing yang ada di zaman modern sekarang ini adalah keturunan dari Canis lupus alias serigala. Spesies baru itu terus bertambah di alam seiring berjalannya waktu.

wolf-and-dog.jpg


Kesalahan 2
Pihak yang bertanya berasumsi bahwa teori evolusi itu prosesnya seperti illustrasi di bawah ini:
teori-evolusi-SALAH.jpg


Padahal gambar di atas adalah illustrasi yang KELIRU dalam menggambarkan teori evolusi. Terus ilustrasi dari teori evolusi yang bener kayak gimana dong? Nih kayak gini seharusnya illustrasi yang lebih tepat:

TEORI-EVOLUSI-2.jpg



Kesalahan 3
Kera itu tidak bisa berevolusi!

Wah, kenapa nggak bisa? Karena yang berevolusi itu spesies, sedangkan kera itu bukan nama spesies. Kera atau dalam bahasa Inggris disebut “ape” itu adalah super-familia hominidae dari order primata. Contoh spesies dari kera itu gorilla, orangutan, simpanse, bonobo.

Ngomong-ngomong soal kera, jangan dipukul-rata bahwa semua binatang yang gelantungan di pohon itu kera ya. Misalnya monyet yang biasa dipakai atraksi topeng monyet, monyet itu nama latin spesiesnya (Macaca fascicularis), dan monyet itu tidak termasuk dalam golongan KERA. Lain lagi dengan lemur yang ada di film Madagascar, lemur itu juga BUKAN KERA.

Jadi dalam taksonomi biologi, order primata itu dibagi menjadi sub-order atau superfamily: Homonidae (kera), Simiformes (monyet), Lemuroidae (lemur). Jadi monyet itu bukan kera, lemur bukan monyet. Kera ya kera, monyet ya monyet, lemur ya lemur. Jangan dicampur-campur yak!
lemur-simpanse-monyet.jpg


dari kiri ke kanan: lemur, kera, monyet.
Nah sekarang lo ngerti kan kenapa kami bingung gimana ngejawab pertanyaan di atas? Pertama, karena pertanyannya sendiri aja udah salah. Kedua, pihak yang bertanya belum memiliki pengetahuan dasar biologi. Jadi banyak asumsi dalam pertanyaan tersebut yang pada dasarnya udah salah. Tapi nggak apa-apa, namanya juga proses belajar pasti diawali dengan salah paham dulu. 🙂

Jadi kalo balik lagi ke pertanyaan “Apakah manusia berasal dari kera?”, pastikan bahwa proses menjawabnya itu harus didasari pemahaman tentang taksonomi dulu. Karena bisa jadi, yang dipikirkan tentang “kera” di pemikiran orang awam itu berbeda-beda. Bisa jadi ada orang-orang yang berpikir kera itu sama dengan monyet, padahal bukan. Bisa juga orang berpikir lemur itu sama dengan kera dan monyet, padahal bukan.

Nah sekarang dengan sedikit pemahaman definisi dari kera, pertanyaan “Apakah kera berevolusi menjadi manusia?” itu sendiri sudah salah ya. Karena yang bisa berevolusi itu spesies, sementara kera itu bukan nama spesies. Teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa kera berevolusi menjadi manusia.

Oke, mungkin lo sekarang jadi kepikiran, bagaimana kalau pertanyaan diubah menjadi:

Apakah manusia berasal dari spesies yang termasuk dengan golongan kera, seperti gorila, simpanse, orangutan, bonobo?

Again, teori evolusi maupun Charles Darwin sendiri tidak pernah memberikan statement seperti itu. Apakah Charles Darwin pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera? TIDAK PERNAH. Charles Darwin dan teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari orangutan, simpanse, bonobo, dan gorila. Faktanya memang manusia bukan berasal dari gorila, simpanse, orangutan, atau bonobo.

Lha, Terus yang Bener Teori Evolusi itu Gimana sih?
Sangat disayangkan penjelasan konsep yang dibahas dalam buku pegangan sekolah seringkali jadinya malah ngelantur. Penjelasan teori evolusi hanya berhenti pada perbandingan leher jerapah si Lamarck dan Darwin. Udah puluhan tahun kurikulum di Indonesia silih berganti, penjelasan teori evolusi di buku textbook leher jerapah lagi, leher jerapah lagi. Penjelasan yang sangat sempit untuk penerapan sebuah teori yang sangat luas hingga menjadi fondasi disiplin ilmu Biologi modern.

Nah, terus gimana caranya untuk memahami konsep evolusi yang benar? Untuk memahami teori evolusi secara menyeluruh, gak akan mungkin bisa dijelaskan dengan 2-3 paragraf doang. Nggak mungkin juga bisa dijelaskan oleh 1 artikel ini. Karena untuk memahami proses yang kompleks ini, ada beberapa konsep dulu yang harus lo pahami. Berikut di antaranya:

  1. Genetika & Hereditas
  2. Struktur DNA
  3. Pengertian dari spesies pada taksonomi
  4. Mutasi Genetik
  5. Konsep seleksi alam
Jika ingin memahami lebih detil lagi, kita bahkan bisa telusuri bagaimana proses penemuan dari konsep-konsep di atas berdasarkan penelitian dan penemuan dari tokoh-tokoh kunci seperti Charles Darwin, Alfred Wallace, Gregor Mendel, Thomas Hunt Morgan, dan Francis Galton.

Pastinya ga mungkin semua konsep di atas dibedah satu per satu dalam satu artikel ini. Jadi kemungkinan penjelasan lebih detilnya tentang komponen-komponen yang perlu kalian ketahui tentang teori evolusi, akan dijelaskan satu per satu secara terpisah dalam artikel yang lain. Sementara itu pada artikel ini, kami hanya akan memberikan “introduction singkat” tentang konsep-konsep yang perlu lo pahami terlebih dahulu, jika lo ingin mengetahui apa itu teori evolusi yang benar

Konsep Genetika & Hereditas
Sebelumnya, keep in mind dulu, konsep genetika dan hereditas belum rampung ketika Charles Darwin menggagas teori evolusi pada tahun 1859. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya 1865 seorang Gregor Mendel melalui eksperimennya dengan 28.000 tanaman kacang polong, menyusun tiga hukum pewarisan sifat yang nantinya akan menjadi tulang punggung teori evolusi.

Seperti apa hukumnya? Singkatnya, sebelum Mendel, orang-orang berpendapat bahwa suatu keturunan adalah percampuran kedua sifat orangtuanya. Misal, bunga merah jika dikawinkan dengan bunga putih maka akan menghasilkan bunga merah muda. Kedua sifat orangtua bercampur menjadi sifat anaknya. Itu adalah pandangan orang kuno yang keliru dan sudah dibantah oleh sains genetika.

Pandangan yang keliru ini terbantahkan oleh hukum-hukum Mendel. Di percobaan Mendel, ketika dua bunga merah muda dikawinkan, selain menghasilkan keturunan warna merah muda, terdapat juga bunga yang tetap berwarna merah dan putih yang rasionya mengikuti aturan dari Hukum Mendel. Hayo ada yang masih ingat pelajaran Biologi SMP tentang hukum Mendel?
mendel-flower.png


Hukum-hukum Mendel menyatakan bahwa ada varian sifat yang diturunkan dari orangtua ke anak, dan masing-masing orangtua menyumbang satu varian sifat. Lalu, jika ada satu varian sifat yang lebih kuat (dominan) daripada yang lain, maka sifat tersebut akan menutup sifat yang lebih lemah (resesif).

foto-keluarga-memiliki-kemiripan.jpg

Foto ayah dan anak | bentuk fisik (fenotipe) yang ditampilkan seorang anak cenderung mirip dengan orangtuanya.

Perhatikan bahwa Mendel hanya menyebut secara teoritis bahwa ada varian sifat yang diturunkan. Pada zaman Mendel, belum ditemukan materi atau benda apa yang menentukan pewarisan sifat. Hampir seratus tahun kemudian, barulah manusia tahu bahwa yang diwariskan orangtua adalah masing-masing kromosom yang di dalamnya terdapat GEN yang mewariskan sifat.

Struktur DNA
Pada abad 20, barulah ditemukan materi apa yang bertanggung jawab dalam menentukan pewarisan sifat. Pada tahun 1953, James Watson, Francis Crick, dan Rosalind Franklin, menemukan keberadaan DNA (Deoxyribonucleic Acid), sebuah materi yang menentukan pewarisan sifat keturunan.

Seperti apa sih DNA itu? Kita ambil contoh manusia ya. Manusia itu kan terdiri dari banyak sel tuh, bayangkan lo ambil satu sel aja yang ada inti selnya. Pada inti sel kita bisa lihat untaian untaian yang disebut kromosom. Nah, satu untaian kromosom yang diambil tadi, tersusun dari “serat-serat benang” yang dinamakan DNA. Jadi, kromosom tersusun atas banyak sekali barisan DNA. Manusia seperti kita memiliki 23 pasang kromosom (total 46 kromosom), dimana 23 di antaranya diberikan oleh ayah kita, sementara 23 sisanya diberikan oleh ibu kita.
dna-gen-kromosom.jpg


Tapi ga semua barisan DNA sepanjang kromosom memiliki fungsi. Maksudnya, bisa “diterjemahkan” menjadi karakteristik manusia (warna kulit, bentuk rambut, dll) . Hanya segmen barisan DNA tertentu saja yang bisa dipakai untuk mendefinisikan sifat manusia. Segmen barisan DNA yang bisa mendefinisikan suatu sifat tertentu inilah yang disebut dengan GEN.

Pada satu untai benang kromosom, cuma 3% barisan DNA yang bisa jadi GEN. Sisa barisan yang ga bermakna (97%) disebut dengan “junk DNA (DNA sampah)”. “Junk DNA” bukan maksudnya DNA itu ga ada fungsi atau manfaatnya sih. Walau awalnya disangka non fungsional, tapi banyak temuan baru tentang daerah “junk” ini setelah Human Genome Project (HGP) selesai. Pada point selanjutnya lo bisa memahami salah satu fungsi dan penjelasan kenapa ada banyak banget Junk DNA di kromosom

Jadi, kami rangkum ya: Sifat kita diwariskan oleh masing-masing 23 kromosom yang diberikan ayah dan ibu, yang kemudian saling bertautan menjadi 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Di mana, masing-masing kromosom itu memiliki barisan DNA dan 3% di antaranya adalah DNA yang membentuk sifat kita (warna kulit, bentuk rambut, tinggi badan, dll.)

Apa itu Spesies? (ini yang menarik)
Sebelumnya kan kami sudah bilang, bahwa evolusi terjadi pada level spesies. Lantas spesies sendiri itu apa? Kebanyakan orang awam, mengklasifikasikan binatang berdasarkan namanya saja. Sejak kecil kita tahu berbagai macam hewan dan tumbuhan seperti anjing, kucing, gajah, jerapah, laba-laba, buaya, kupu-kupu, pohon beringin, pohon bambu, dll dari perbedaan bentuk fisik berdasarkan penglihatan mata kita saja. Namun jika kita melihat dari sudut pandang biologi, makhluk hidup itu diklasifikasikan bukan hanya dari bentuk tubuh atau anatominya saja, tapi juga sampai menelusuri perbedaan morfologi, fisiologi, bahkan sampai kemiripan struktur DNA-nya.

Struktur klasifikasi makhluk hidup ini akhirnya dikategorikan pada beberapa level yang kita kenal sebagai taksonomi, dari mulai Kingdom, Phylum, Class, Order, Sub-order/Superfamily, Familia, Genus, Species. Dalam hal ini, spesies adalah tingkatan terbawah dari taksonomi yang merupakan individu yang memiliki identitas unik dibandingkan spesies yang lain. Patokan klasifikasinya darimana? Ya dari dari kemiripan struktur DNA dan urutan basa nitrogen penyusunnya (A, T, G, C) dan juga kemampuan makhluk hidup tersebut untuk menghasilkan keturunan yang fertil di alam bebas.

Contohnya nih, coba lo liat gambar laba-laba Theridion grallator di bawah ini:
laba-laba.jpg

(laba-laba Theridion grallator)

Di antara 4 jenis laba-laba itu keliatannya beda banget kan? Mungkin lo berpikir 4 laba-laba ini beda spesies, tapi faktanya keempat laba-laba ini spesies yang sama karena mereka bisa kawin (dan sering kawin) antar variannya itu dan melahirkan keturunan yang fertil alias bisa berkembang biak terus. Sekarang, coba lo perhatikan 3 jenis kukang di bawah ini:
spesies-kukang.jpg


Coba lo liat kukang kalimantan, kukang jawa, dan kukang sumatera itu relatif mirip banget kan? Orang yang ngeliat sekilas mungkin nebak itu spesies yang sama cuma beda corak warna rambutnya saja. Padahal sebetulnya ketiga kukang di atas adalah spesies yang berbeda karena ketiga makhluk ini tidak bisa kawin antar mereka di alam. Nah, proses evolusi jelas hanya bisa terjadi pada tingkat spesies. Karena proses ini harus melalui proses kawin antar individu untuk menjadi spesies baru. Apakah monyet (Macaca fascicularis) mungkin suatu saat nanti berevolusi? Mungkin. Apakah kera bisa berevolusi? Tidak, karena kera bukan nama spesies.

Terlepas dari itu, biar bagaimanapun klasifikasi taksonomi adalah human construct alias buatan manusia untuk menyederhanakan betapa kompleksnya keanekaragaman makhluk hidup dengan jutaan variasi morfologi, anatomi, fisiologi, dan struktur DNA. Jadi spesies sebagai tingkatan akhir dari taksonomi seringkali tidak bisa didefinisikan secara universal.

Mutasi Genetik
Sekarang kita tau bahwa biologi mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan kemiripan struktur DNA, dan juga bahwa semua makhluk hidup tersusun sesuai gen yang terdapat pada inti dari sel. Nah, masalahnya gak semua sel dalam tubuh kita bertahan dari sejak kita lahir sampai mati. Sel-sel penyusun makhluk hidup itu diganti seiring bertambahnya umur. Oleh karena sel lama diganti oleh sel baru, materi genetik di sel lama harus direplikasi menjadi sel baru yang identik agar mempertahankan bentuk atau sifat yang nampak. Misalnya, gen pada sel kulit orang berkulit hitam, akan membentuk sel kulit baru yang kadar melaninnya sama sehingga walaupun selnya tergantikan seiring bertambahnya usia, orang tersebut tetap berkulit hitam.

Most of the time, replikasi DNA dari orangtua ke anak terjadi secara sempurna. Namun, ada saatnya error dalam replikasi terjadi. Nah, perubahan kode pada materi genetik ini yang disebut MUTASI. Hal yang menyebabkan mutasi genetik ini bermacam-macam, mulai dari penyebab natural (Ya, replikasi DNA mungkin salah secara alami), Radiasi UV, logam berat seperti Chromium, Arsenik, dll, Radioactive decay, sinar Gamma, X-ray, dll. Makhluk hidup yang melewati proses mutasi genetik disebut dengan mutant. Makanya kalau di rumah sakit, kita dianjurkan jangan dekat-dekat ke ruangan beradioaktif agar tidak terpapar radiasi yang bisa menyebabkan keturunan kita menjadi mutant.

Proses mutasi genetik ini diketahui pertama kali oleh Thomas Hunt Morgan, di mana ia berhasil memaksakan mutasi pada lalat buah hingga lalat tersebut memiliki sifat baru yaitu mata yang berwarna putih. Again, most of the time, mutasi genetik merugikan bagi suatu organisme, contohnya pada tikus berwarna putih yang membuat dirinya mudah diterkam predator, bebek dengan 4 kaki yang berpotensi cedera dan infeksi, atau pada manusia yang terlahir dengan sel darah merah yang kisut (sickle cell), dll.
two-headed-turtle-mutation.jpg


kura-kura berkepala dua adalah mutant, replikasi DNA yang tidak sempurna.
Jadi kalo lihat berita ada kambing berkepala dua, bebek berkaki tiga, pohon kelapa yang batangnya bercabang-cabang, jangan buru-buru heboh itu siluman jadi-jadian dari alam gaib dulu ya! Itu semua ada penjelasan ilmiahnya, yaitu mutasi genetik alias replikasi DNA yang salah. Nah, karena mutasi ini hampir selalu merugikan, seringkali mutant tidak sempat bereproduksi alias sudah mati duluan punya keturunan. Tapi, walaupun jarang sekali terjadi, ada saatnya proses mutasi ini dapat menguntungkan si organisme, yang memungkinkan organisme bereproduksi, dan menghasilkan spesies baru. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Jawabannya adalah…

Seleksi Alam
Bagaimana mutasi bisa menguntungkan dan merugikan bagi organisme? “Untung” dan “rugi” dalam konteks ini ditentukan sejauh mana organisme itu bisa bertahan hidup dengan kondisi alam atau lingkungan.

Ada saat ketika mutasi dapat menguntungkan organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap alam. Contohnya, beruang kutub (Ursus maritimus) dan beruang cokelat (Ursus arctos) memiliki nenek moyang yang sama yang berwarna cokelat kehitam-hitaman. Lalu, keturunan beruang purba tersebut mengalami mutasi sehingga warna rambutnya putih. Di ekosistem hutan, hal ini merugikan karena mangsa-mangsa dapat dengan mudah menghindari beruang bewarna putih.

Namun, ketika planet bumi diliputi Zaman Es (110.000 – 11.700 tahun yang lalu), mutasi perubahan warna rambut beruang menjadi putih ini menjadi suatu keuntungan. Di daerah tundra yang bersalju, beruang putih lebih cenderung mampu berburu dan hidup hingga mereka menghasilkan keturunan jika dibanding dengan beruang berwana cokelat. Sedangkan di daerah hutan yang terjadi adalah sebaliknya. Beruang dengan warna gelap lebih diuntungkan dengan beruang yang berwarna putih. Akhirnya beruang yang berwarna putih sukses di daerah yang dingin dan bersalju, sedangkan kerabatnya yang berwarna cokelat sukses bertahan hidup di daerah hutan.

mutasi warna rambut beruang kutub didukung oleh kondisi lingkungan membuatnya bisa bertahan hidup di lingkungan tundra dan bersalju
Jadi kebayang ya, alam menyeleksi hasil mutasi gen suatu organisme. Nah kalo semakin banyak sifat yang diseleksi dan mutant terus bereproduksi menghasilkan keturunan yang fertil hingga ribuan tahun sehingga dua jenis organisme menjadi sangat berbeda dan gak bisa melakukan kawin silang, maka terbentuklah spesies baru. Ini yang terjadi pada beruang kutub dan beruang cokelat sekarang, setelah ribuan tahun berpisah habitat dan terjadi banyak banget mutasi yang terjadi sehingga mereka sangat berbeda sampai nggak bisa kawin dan menghasilkan anak yang fertil di alam, akhirnya sekarang kita menyebut mereka sebagai dua spesies yang berbeda, walaupun memiliki leluhur yang sama.

Itulah proses evolusi, ada mutasi yang terjadi secara random dan hasil mutasi tersebut diseleksi oleh alam. Mutant yang berhasil bertahan hidup karena didukung oleh kondisi alam dan berhasil membentuk keturunan fertil dan terus berkembang biak selama ribuan tahun akan menjadi spesies yang baru. Lalu jika beruang kutub merupakan evolusi dari beruang berwarna cokelat, apakah beruang cokelat berarti harus punah? Nggak dong ya, spesies yang lama akan tetap bertahan selama masih bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Evolusi tidak terjadi seperti transformasi Pokemon atau Digimon, simsalabim beruang cokelat berubah jadi putih terus jadi spesies baru, dimana beruang yang cokelatnya jadi punah. Nggak seperti itu ya! 🙂

Proses evolusi dalam biologi tidak bekerja seperti evolusi dalam anime Pokemon
****

Keterangan sumber:

Fan, Zhenxin; Silva, Pedro; Gronau, Ilan; et all. “Worldwide patterns of genomic variation and admixture in gray wolves” (2016).ncbi.nlm.nih.gov.
Groves, C. P.; Wilson, D. E.; et all. “Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference” (2005). Baltimore: Johns Hopkins University Press.
Darwin, Charles. “The Descent of Man: And Selection in Relation to Sex” (1871). First edition, p. 3. London: J. Murray.
Dawkins, Richard “The Magic of Reality: How We Know What’s Really True” (2011). United Kingdom: Bantam Press.
Morgan, Thomas Hunt; Alfred H. Sturtevant, H. J. Muller and C. B. Bridges. “The Mechanism of Mendelian Heredity” (1915). New York: Henry Holt.
Lindqvist, C.; Schuster, S. C.; Sun, Y.; et all. “Complete mitochondrial genome of a Pleistocene jawbone unveils the origin of polar bear” (2010). Proceedings of the National Academy of Sciences, Volume 107, Issue 11, 2010, pp.5053-5057
Riddley, Matt. “Genome: The Autobiography of a Species In 23 Chapters” (1999). New York: Perennial.
https://evolution.berkeley.edu/evolibrary/article/evo_41

ini link kutipan diatas,...

maaf admin kalo copas edit,..
This is one of, if not the, best explanation. Bravo.
 
Ga punya data cuma mau opini bahwa ga setuju aja sama teori evolusi. Ga masuk logika gw aja.

Jgn dibantai ya om ts. Gapapa kan kalau berbeda opini? Ujung akhirnya bukan utk cari benar-salah tp lebih percaya yg mana sih.

:ampun:
 
Bimabet
Oh ya masukan jg buat om ts dr newbie
:ampun:

Kalau melihat alur diskusinya dr yg kontra, om ts nyerangnya terlalu personal dan opini ane bukan diskusi yg sehat sih.
:ampun:

Ga semua org punya waktu dan energi utk mendalami teori evolusi seperti om ts jd di bawa santai aja.

Di sisi lain newbie terima kasih sama om ts sudah menyuguhkan materinya sangat ilmiah sekali. Jd tambahan ilmu buat newbie.
:ampun:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd