Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
shalom ya ahli sabun! katanya masih galau mau update apa tida? lebih baik updet saja tuan
 
Episode 12

Things Got Messed Up



“Aku jadi makin semangat buat pergi ke Paris, deh, Jan.”

Entar berapa kali di sepanjang perjalanan, Nadila mengucapkan kalimat tersebut. Sorot matanya terus berbinar karena pemaparan pegawai konsulat saat kami melakukan kunjungan ke kedutaan besar Perancis tadi. Senyum pun terus terpancar dari wajah Nadila saat kami berdua berjalan menuju kamar yang telah dipesan sebelumnya. Kami sendiri memutuskan untuk bermalam di sebuah hotel di dekat Monumen Selamat Datang setelah hampir seharian penuh mengikuti rangkaian acara kunjungan yang diinisiasi oleh Himpunan kampus kami.

“Paris memang tempat yang indah, Nad. Kalau kamu mau, kita bisa kesana untuk liburan, setelah semester ini berakhir,” ajakku sembari tersenyum kearahnya.

Mendengar ajakan tersebut, Nadila tersenyum lebar. Dia pun mengangguk, kemudian merangkul tanganku dengan lebih erat. Bahkan, dia senderkan kepalanya ke bahuku ketika kami sedang berdua didalam lift. Sesekali kuelus rambutnya sembari mengecup ringan pangkal kepalanya tersebut.



Rangkulan tangan Nadila baru terlepas saat kami sudah tiba didalam kamar. Dia pun lantas menaruh blazer dan tas tangan yang sedari tadi dia tenteng di sofa. Tak jauh berbeda, aku pun melepas jas yang kugunakan seraya menyaksikan hiruk pikuk lalu lintas Jakarta di sekitan bundaran yang tersaji di balik jendela.

“Lama juga ya, dijalan. Padahal kesini deket, huft …” keluh Nadila sembari menuangkan air kedalam gelas yang langsung dia minum. Aku sendiri hanya tersenyum melihatnya. Memang, lalu lintas sore hari di tengah kota Jakarta cukup padat membuat perjalanan yang harusnya hanya memakan waktu sepuluh menit bertambah menjadi empat kali lipatnya.

“Aku mandi dulu, ya, sayang? Biar seger ….” Ucap Nadila seraya membuka kancing kemejanya. Aku pun hanya mengangguk sembari tersenyum.

Cuph

Nadila pun mendekat dan mencium pipiku. Kemudian berlari kecil menuju kamar mandi sembari melepas seluruh pakaiannya.

Aku hanya tersenyum melihatnya. Nadila sangat lucu dan menggemaskan apabila suasana hatinya sedang baik seperti ini. Sambil menunggu Nadila selesai membersihkan diri, kulepas kancing lengan kemeja dan kulonggarkan dasi yang kugunakan. Kembali aku menatap pemandangan diluar jendela, sembari memijati leherku yang cukup pegal.

BBBZZZ BBBZZZ

Kali ini, getaran terasa dari gawai yang berada didalam saku celanaku. Kurogoh saku sembari menarik tirai untuk menutup jendela. Saat kuperiksa layar gawai, ternyata Aurel mengirimkan pesan.



Aurel mengirimkan beberapa video. Sudah tiga pekan berlalu semenjak pergumulan kami bertiga bersama Randi tempo hari. Aurel sendiri mengatakan ingin “melatih” Randi lebih jauh lagi. Dan sepertinya Randi sendiri tidak merasa keberatan akan hal tersebut. Hanya saja, aku sendiri belum mengetahui kabar selanjutnya tentang mereka.

Penasaran dengan video yang dikirimkan, aku pun segera memasang headset gawaiku dan mulai membuka file-file yang dikirim Aurel satu persatu.

Pada video pertama kulihat Randi sedang terikat di kursi dalam keadaan telanjang. Tangannya terikat ke kursi, pandangannya terhalangi oleh penutup mata. Mulutnya disumpal dengan sapu tangan.

Tiba-tiba tampilan berubah menjadi kamera depan, menampilkan sosok Aurel yang hanya menggunakan stoking hitam sepaha dengan Garter Belt di pinggangnya. Tubuh sintalnya pun terekspos dengan indah pada video tersebut.

Helo gaes …. Sekarang gue mau bikin vlog, nih. Vlog melatih Randi!

Kamera kembali ke kamera belakang. Terlihat kaki Aurel dengan stocking hitamnya menyentuh penis Randi. Perlahan kakinya memainkan penis Randi, membuat temanku ini menggelinjang.

Mmmh ... Mmhh ….” Suara lenguhan Randi terdengar tertahan oleh sapu tangan yang menyumpal mulutnya.

Cabul banget elu, kak. Dimainin gini aja ampe ngaceng gitu.” Suara Aurel terdengar jelas meski kamera tetap mengarah kepada Randi. Terlihat cairan pre-cum keluar dari penis Randi yang sudah sangat tegang, berceceran pada jari-jari kaki Aurel yang terbalut stocking. Cairan tersebut menjuntai seperti benang yang menempel setiap kali Aurel menggerakkan kakinya. Video pertama pun berakhir.

Video yang sungguh mengejutkan. Aurel benar-benar gila! Penasaran, aku pun kembali membuka video berikutnya.

Video kedua ini tampaknya lanjutan dari video pertama. Masih dengan sudut yang sama. Hanya saja, kali ini mulut Randi sudah tidak disumpal sapu tangan.

Hahh ... hahh … Rel …. Tolong dong, Rel …. Gue pengen ….

Wajah Randi terlihat tak karuan. Nafasnya pun terengah, keluar dari mulutnya yang menganga. Air liur tampak menetes di ujung mulutnya.

Pengen apa, kak? Hihihi …” kekeh Aurel. Kembali, dia mainkan penis Randi dengan kaki. Seketika Randi menggeliat. Penisnya pun kembali menegang maksimal.

Ahh … Pengen keluar, Rel ... sshhh …. Ampun. Gue pengen crot, dong. Tolong ….” Baru saja Randi bicara seperti itu, terlihat kaki Aurel berhenti mempermainkan penis Randi.

Rel .... Ampun, Rel. Buat keluar dong. Gue bisa gila, Rel ….” Randi kembali memohon kepada Aurel.

Hihihi ….” Sambil terkekeh, kaki Aurel kembali mengelus penis Randi. Setelah tiga kali elusan, dia berhenti. Randi kembali mencoba meronta.

Ahhh ... hahhh ... Tolong, Rel …. Please ….” Liur kembali menetes dari ujung bibir Randi. Badannya penuh dengan peluh, penisnya sudah memerah.

Panggil gue Nona! Dan elu harus nurut semua kata-kata gue! Elu budak gue sekarang, ngerti!?” Perintah Aurel sambil kembali mencengkram penis Randi dengan kedua telapak kakinya, membuat Randi kembali menggelinjang. Walaupun tentu saja, tak lama setelah itu dia kembali melepas cengkraman kakinya.

Nnngghh .... Iya … iya, Nona. Tolong, Nona. Hambamu ini pengen keluar ….” Randi mematuhi perintah Aurel. Tampaknya akal sehatnya sudah hampir menghilang. Sepertinya dia mau melakukan apapun asalkan bisa ejakulasi saat itu juga.

Hihihi. Bagus, bagus. Nah … keluar elu, sekarang!” Hardik Aurel sambil tiba-tiba dengan intens mempermainkan penis Randi dengan kakinya. Penis Randi dan buah zakarnya disentuh dan diinjak-injak dengan kakinya dari berbagai sudut tanpa henti.

Ahh! Ahh!! Nona! Nona Aurel! Aku keluar, Non-Ahh!!!” Terlihat Randi mulai meracau sambil menggelinjang.

Ya, keluar! Keluarin! Muncrat elu! Padahal gue cuma pake kaki! Haha!” Ejek Aurel sambil terus menyerang penis Randi.

Ahh ... ahh ... AAAHHH!!!” Tiba-tiba Randi berteriak dan menggelinjang hebat. Tiba-tiba video pun berubah menjadi buram.

GILA, ELU! MUNCRATNYA AMPE SINI, LAH! HAHAHA!!!” Terdengar suara Aurel tertawa terbahak-bahak. Video pun berubah ke kamera depan, menunjukkan wajah Aurel. Tampak ada beberapa tetesan sperma menempel di rambut dan pipinya.

Liat, kak. Temen elu crotnya banyak bener! Kamera gue ampe kena, dong! HAHA ….” Aurel kembali tertawa terbahak-bahak.

Video kembali berubah ke kamera depan, tampak Randi yang hanya terdiam, namun penisnya masih terlihat sedikit bergerak. Beberapa cipratan sperma masih keluar, meleleh membasahi kepala penisnya. Mulut Randi terlihat ternganga, penuh dengan lelehan air liur di sekeliling bibirnya. Tawa Aurel masih terdengar hingga video tersebut berakhir.

Langsung kubuka video selanjutnya. Kali ini, video yang diambil dengan kamera depan tersebut memperlihatkan Aurel yang sedang mengulum penis dengan nikmat.

Mmmhh … hhmmpp …. Temen elu udah makin kuat, nih, kak .... Udah lama gue sepongin belum keluar-keluar, lho!” ucap Aurel sembari menghentikan kulumannya. Aurel nampak mengocok penis Randi yang sudah basah berlumuran liurnya.

Aurel yang berada dalam posisi tiduran sembari tengkurap kemudian menjilati testis Randi. Kakinya yang berada jauh dibelakang kamera terlihat beberapa kali menendang santai. Samar terdengar lenguhan Randi dari kejauhan. Penis yang berada digenggamannya pun kembali dia kocok dengan kencang, dengan sesekali dia urut. Lidahnya pun kembali menyapu bagian bawah penis Randi, dari pangkal menuju kepalanya. Sebelum akhirnya kembali dia benamkan penis tersebut kedalam mulutnya.

Video pun beralih ke kamera belakang, memperlihatkan wajah Randi yang meringis kenikmatan. Mulutnya kembali mengeluarkan desahan, berbarengan dengan decakan liur yang ditimbulkan akibat gesekan kulit penis Randi dengan bibir Aurel. Video pun kembali berganti ke kamera depan.

Abis ini elu pasti keluar, kak ….” Aurel pun terlihat merubah posisinya menjadi sujud dihadapan penis Randi. Aku seperti paham yang akan dia lakukan setelahnya. Dia jilati sebentar kepala penis tersebut, sebelum mulai memasukkan penis tersebut seluruhnya kedalam mulut. Lenguhan Randi semakin terdengar kencang, hingga akhirnya Pinggul Randi menggelinjang.

“Aaahh …. Nona Aureeel …. HAMBA KELUAR LAGIII!!!” Teriakan Randi terdengar cukup kencang hingga sedikit memekakkan telingaku. Terlihat Aurel masih menahan mulutnya, dengan sesekali wajahnya berkedut. Layar video tiba-tiba berubah kacau sebelum akhirnya menyorot kearah langit-langit. Sepertinya gawai yang merekam video tersebut lepas dari genggaman tangan Aurel.

Tak lama, video pun kembali menyorot ke wajah Aurel. Sperma kembali terlihat berceceran di wajah, bahkan hingga mengenai rambutnya.

Udah yang kedua kali, masih banyak aja, lho, kak! Ner bener emang temen elu. Hihi …” kikih Aurel sembari mengoles sperma yang berada dipipinya dengan jar, kemudian dia kulum jari tersebut dengan erotis. “Masih kerasa kentel juga, nih.

Video pun kembali menyorot kearah Randi yang terbaring lemas. Matanya terlihat sangat lemah. Ceceran liur terlihat jelas menetes dari mulutnya. Nafasnya terdengar sangat berat sebelum akhirnya Randi terlihat meringis.

“Aahhh nona … jangan dulu …. Linu uuhhh ….”

Kamera kembali berputar, memperlihatkan Aurel yang sedang mengulum penis Randi yang masih mengacung tegak. Mata Aurel terlihat tersenyum sebelum akhirnya video tersebut berakhir.

Sudah hampir dua puluh menit aku habiskan menunggu Nadila sembari menyaksikan video yang dikirim dari Aurel. Sepertinya, waktuku masih cukup untuk menonton dua video selanjutnya. Aku pun langsung menekan tombol play pada kiriman Aurel selanjutnya.

“Uuhhh … Shhh ….” Desahan dari Aurel langsung terdengar saat video mulai berjalan. Kamera langsung menyorot kearah wajah Aurel yang sepertinya sedang bergoyang diatas tubuh Randi. Kerlingan matanya benar-benar sungguh menggoda. Dia gigit bibir bawah sembari meremas sendiri payudaranya dengan gemas. Terkadang matanya mengerjap saat penis Randi yang mengaduk liang vaginanya menyentuh titik sensitif miliknya.

“Aahhh … iya, Nona …. Enak banget ….”

Desahan dari Randi yang terdengar cukup jelas di kamera, menandakan bahwa gawai yang digunakan sekarang ada ditangannya. Aurel pun tersenyum penuh arti setelah mendengar pujian dari sela desahan Randi tersebut.

“Aahhh …. Makin kuat juga temen elu, Kak uuuhhh …. Udah hampir dua puluh menit gue goyang, die masih kuat aje nngghh,” ungkap Aurel yang terpotong akibat desahannya. “Udah bisa goyang juga, elu,” sambung Aurel lagi dengan tubuh yang semakin bergoyang tak karuan. Tatapan matanya benar-benar sayu, hampir seperti orang yang sedang mabuk. Dia benar benar terangsang.

Ditengah goyangannya, Aurel tiba-tiba tersenyum tipis. Tanpa aba-aba, dia pun langsung menggoyangkan pinggulnya lebih cepat, lebih liar dari sebelumnya. Randi yang kaget dengan goyangan Aurel sepertinya langsung melepas gawai dari genggaman tangannya, membuat video menjadi gelap seketika. Namun, erangan dan desahan dari mereka berdua masih terus terdengar hingga akhirnya vide tersebut selesai.

Entah kenapa jantungku menjadi berdebar. Aku pun kemudian memutar video terakhir. Wajah Aurel yang menopangkan dagunya ke bantal langsung memenuhi layar video. Matanya masih terlihat sayu.

“Jadi, udah berapa ronde nih, kita? Enam? Tujuh?” Tanya Aurel dengan nada manja. Sayup-sayup terdengar suara Randi seperti menjawab pertanyaan Aurel yang sesekali terlihat meringis. Terkadang desahan maupun erangan keluar dari mulutnya. Sepertinya, Aurel sedang menikmati sesuatu yang masih belum dapat kulihat.

Kembali sayup-sayup terdengar suara Randi. Aurel pun menoleh kebelakang.

“Boleh, sayang …. Sodokin pantat gue, ya.” Video pun kemudian berubah menyoroti wajah Randi yang cengengesan. Kemudian kamera berputar menyoroti pantat sekal Aurel yang sedang dielusi oleh Randi. Terlihat juga penis Randi yang mengacung tegak. Penis tersebut kemudian bergerak maju, menggesek-gesek lubang pantat Aurel sebelum akhirnya kepala penisnya mulai menerobos masuk.

“Aaahhh reel …. Sempit banget sumpaahh ….” Desahan dari Randi mengiringi penetrasi penis tersebut untuk masuk semakin dalam di anus Aurel. Erangan Aurel yang cukup kencang ikut terdengar, terekam cukup jelas didalam video tersebut.

“Ssshhh aahhh … pantat elu enak banget, reel. Uuhhh ….” Suara dari Randi terus mengiringi video sodokan penis yang keluar-masuk kedalam lubang anus Aurel. Sorot kamera kembali berubah. Kali ini, wajah Aurel yang meringis kembali menghiasi layar video. Tubuhnya yang menungging terus berguncang, terhentak saat Randi yang sedang memegangi pinggul Aurel terlihat menggerakan pinggulnya maju-mundur.

Aaahhh … aawhhh … aawwhh …. Ssshh terus sodok pantat gue, Kak Ran. Uuhhh …. Enaak ….” Aurel terus meracau ditengah sodokan Randi. Mulutnya terus menganga. Matanya pun terkadang mengerjap, berputar hingga hanya bagian putihnya saja yang terlihat. Rambutnya semakin berantakan di setiap hentakan tubuhnya. Tak lama, tayangan video pun semakin berguncang hingga akhirnya tayangan video berakhir.

Seluruh rangkaian video tersebut membuat nafsu syahwatku membuncah. Aku sendiri semakin tak sabar untuk menikmati Nadila. Jika dilihat dari kebiasaannya, tak lama lagi Nadila akan selesai membersihkan tubuhnya.

Benar saja, Tak lama kemudian, Nadila yang hanya berbalut jubah mandi pun keluar dari balik pintu kamar mandi. Wajahnya terlihat lebih segar setelah make-up yang sedari tadi melapisi wajahnya telah terhapus.



“Bentar, ya, Sayang. Aku mau cek hapeku dulu,” ucap Nadila sembari tersenyum. Dia pun kemudian berjalan kearah tasnya yang dia simpan di sofa.

Aku pun bangkit dan mendekati Nadila yang masih asik memperhatikan gawainya. Wangi dari sampo beraroma floral seketika tercium saat jarak kami semakin dekat, membuat nafsuku semakin membumbung tinggi.

“Eh?!” Nadila sedikit kaget saat kupeluk tubuhnya dari belakang. Nadila pun menoleh saat kutopangkan daguku ke bahunya. Rambut panjangnya yang masih agak basah terasa menerpa kulit wajahku, membuat pipiku pun ikut basah karenanya.

“Kamu terlihat sangat cantik, Nad,” bisikku. Nadila terlihat tersipu mendengarnya. Kucumbui pipinya yang gembil, dan terus bergerak menuju bibirnya.

Cuph

Bibir kami pun bertemu. Bibir kami terus saling mencumbu saat tubuh mungilnya kubalikan hingga menghadap kearahku. Tubuh kami pun semakin dekat, semakin rapat seraya pagutan kami yang semakin panas.

“Cuuphh … ssllppp … mmhhh ….”

Nadila melingkarkan kedua tangannya keleherku, menekan kepalaku kearahnya agar cumbuan kami menjadi semakin dalam. Tanganku yang sedari tadi berada di pinggangnya kini bergerak naik menuju punggungnya, menahan tubuhnya agar tidak jatuh saat kepalanya sedikit mendongak akibat perbedaan tinggi kami yang cukup jauh.

Ciuman panas kami terlepas karena kehabisan nafas. Sambil terengah, kami pun saling bertatapan. Rona wajahnya sudah mulai merah. Didalam pelukanku, Nadila kemudian mengalihkan pandangannya kearah dadaku.

“Kamu tau nggak, kamu tuh seksi banget kalo pake jas kayak tadi, Jan,” ungkap Nadila sembari memainkan kerah bajuku. Wajahnya semakin merona, entah akibat tersipu atau makin terangsang. Yang jelas, sekarang dia seperti tak berani menatap kearahku.

“Kau juga, Nad. Aku suka sekali melihatmu mengenakan setelan formal seperti tadi.” Kuangkat dagunya hingga dapat kutatap wajahnya. Kemudian kembali kukecup bibirnya. “Kamu pakai lagi, ya?”

Nadila pun tersenyum mendengar permintaanku. Dia pun lantas melepas pelukanku seraya tersenyum menjauh. Perlahan, dia loloskan jubah mandi yang dia kenakan. Punggungnya yang mulus beserta pantatnya yang sekal pun tersaji dengan indah dihadapanku.

Sambil membelakangiku, dia mulai mengenakan pakaiannya kembali satu persatu. Sesekali dia pun menoleh kebelakang, memberikan tatapan yang menggoda kearahku. Tak lama, Tubuhnya kini kembali berbalut kemeja putih serta rok span hitam yang cukup ketat membuatnya terlihat seksi. Aku yang sudah tak tahan pun langsung mendekat kearahnya.

“Kamu terlihat sangat seksi, Nad,” ucapku seraya memeluknya. Nadila pun kembali tersipu mendengar pujianku. Matanya kemudian terpejam saat wajahku mulai mendekat.

Cuph

Bibir kami pun bertemu. Bibir kami terus saling mencumbu saat tubuh mungilnya kubalikan hingga menghadap kearahku.

“Cuuphh … ssllppp … mmhhh ….”

Nadila melingkarkan kedua tangannya keleherku, menekan kepalaku kearahnya agar cumbuan kami menjadi semakin dalam. Tanganku yang sedari tadi berada di pinggangnya kini bergerak naik menuju punggungnya, menahan tubuhnya agar tidak jatuh saat kepalanya sedikit mendongak akibat perbedaan tinggi kami yang cukup jauh.

“Mmmhh … aahhh ….” Ditengah cumbuan kami yang semakin panas, Nadila mulai mendesah. Bunyi nafasnya pun sudah terdengar berat. Nafsu syahwat sepertinya mulai menguasai pikirannya. Nadila sendiri memang sangat mudah untuk terangsang. Terasa dari tangannya yang mulai agresif menekan leherku agar cumbuan kami semakin dalam. Lidahnya pun mulai berani menyeruak, mencoba menjelajah masuk kedalam rongga mulutku.

“Cupph … mmmhhh?!” Nadila tersentak dan melepas cumbuan saat tubuhnya kuangkat hingga duduk diatas meja. Kutatap wajahnya yang masih terlihat kaget sembari tersenyum penuh arti. Belum sempat Nadila bereaksi, kembali kucumbui dirinya. Kali ini, cumbuanku menyasar area lehernya. Harum dari parfum bercampur dengan keringatnya membuatku semakin bernafsu.

“Ssshh … Jaan gelii …. Uuuhhh ….”

Tubuh Nadila terus bergerak gelisah saat area lehernya terus kucumbu dan kuhisap. Aku yang semakin tidak sabar mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Langsung kuturunkan kemeja tersebut hingga payudaranya yang masih terbungkus bra berwarna peach. Namun kemeja tersebut tak bisa terlepas karena tertahan oleh tangannya yang masih merangkul leherku.

Cumbuanku terus menerus turun menuju atas payudaranya yang masih terbungkus bra. Kusingkap keatas bra tersebut hingga payudaranya yang kencang dan bulat Nampak jelas tak terhalang apapun.

“Aauhh …. Jaann nngg ….”

Erangan Nadila kembali terdengar saat tanganku mulai membelai payudaranya. Belaian-belaian lembut yang kelamaan berubah menjadi remasan penuh hawa nafsu. Lidahku pun mulai menari di sekitar areolanya, menjilati area tersebut berputar dengan sesekali mengecup puting susunya yang sudah menegang. Seluruh rangsangan tersebut membuat Nadila meremas-remas rambutku.

Pasrah, Nadila yang duduk diatas meja hanya bisa bersender menerima seluruh rangsanganku. Erangan maupun desahan semakin terdengar tak tertahan keluar dari mulutnya. Sesekali dia mendongak sembari memejamkan mata, saat tubuhnya tak kuasa menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya.

Tangan kananku yang menganggur kini sudah berada diatas selangkangan Nadila. Kusingkap keatas rok span ketat berwarna hitam yang dia gunakan, lalu kutarik celana dalamnya yang sudah basah. Nadila yang merasa bebas kini membuka lebar kedua pahanya yang montok tersebut, membiarkan tanganku dengan mudah menggerayangi area intimnya yang mungkin sekarang sudah gatal.

“Ouuhh ssshhh …. Jaann …. Geliii … enaaakk ….”

Rintih desah terus keluar dari mulut mungil Nadila ketika jemariku memainkan klitorisnya. Tangan Nadila semakin erat memeluk leherku, menekan kepalaku yang masih terus mengulum puting susunya. Tangan kiriku digenggamnya, terus dia tekan agar tetap memainkan payudara yang satunya.

Puas dengan payudaranya, cumbuanku kini menyusur turun. Dengan penuh gairah kucumbui setiap jengkal kulit perutnya yang lembut, sembari melepas seluruh kancing kemeja yang dia gunakan tanpa melepas kemeja tersebut.

Rangsangan mulutku kini telah sampai ke area selangkangannya. Sambil bersimpuh, kukangkangkan paha Nadila. Kupegangi tubuhnya yang bergetar saat kucumbui bagian dalam pahanya, terus bergerak semakin dalam hingga menuju area selangkangannya. Langsung kuhisap dan kujilat lipatan daging yang bergairah tersebut ketika mulutku tiba didepan vaginanya. Desahan Nadila semakin menjadi, berpadu dengan suara hisapan dan jilatan lidahku kepada vaginanya.

“Jaann …. Uuhhhh … sayaanngg geliii … aahhh iyaahhh … terusshhh ….”

Tubuh Nadila terus meronta, saat jariku mulai masuk dan menusuk-nusuk vaginanya. Tangannya yang sedari tadi meremas rambutku kini semakin menekan kepalaku saat klitorisnya ikut kujilat dan kuhisap. Rona wajahnya terlihat benar-benar merah saat mataku mendelik kearah wajahnya. Salah satu tangannya kini mulai meremasi sendiri payudaranya yang bulat tersebut.

“Jaann aahhh …. Aku mau nngghhh-AAAHHH!!!”

Nadila mendesah cukup kencang sembari mengejan. Dia orgasme. Pahanya seketika mengapit kepalaku. Jari tengah yang berada didalam vaginanya pun terasa hangat dibanjiri oleh cairan cintanya, yang mengalir derah hingga merembes keluar dari vaginanya. Kembali kujilati vaginanya yang basah oleh cairan yang terasa gurih tersebut, membuat Nadila kembali menggelinjang.

“Hhh … geli, jaan hhh ...” desah Nadila manja dibalik helaan nafasnya yang berat. Aku pun bangkit, kemudian menatap kearah matanya yang sayu. God! Nadila benar-benar terlihat seksi. Hampir seluruh bagian intimnya terekspos diantara kemeja yang sudah berantakan dan rok yang tersingkap hingga perut. Celana dalam yang masih tersangkut di salah satu Heels yang masih terpasang di kakinya.

Aku yang tak tahan lagi lantas membuka celanaku. Penisku yang sedari tadi sudah memberontak ingin keluar akhirnya mengacung tegak saat seluruh bawahanku berhasil kuturunkan. Ali-alih melakukan penetrasi, aku hanya mengesek-gesek penis tersebut ke bibir vagina Nadila. Dia pun kembali mengerang, sembari berpegangan kepada bahuku.

“Ssshhh … Jaann … masukiinn ….” Nadila merengek. Digigitnya dengan gemas bibir bawahnya. Matanya memelas, terlihat sayu menatapku. Nadila yang kembali terangsang kemudian memegang batang penisku. Ditariknya penis tersebut dan langsung dia arahkan ke liang peranakannya.

Aku hanya tersenyum melihat hal tersebut. Aku sendiri menyukai tingkah laku Nadila saat dia bernafsu seperti ini. Dia tak malu lagi mengekspresikan keinginannya apabila sedang terangsang.

“Aawwhh … ccuphhh mmhhh ….” Nadila pun menarik kepalaku, mencium bibirku dengan ganas saat penisku mencoba menerobos liang intimnya. Dinding vaginanya yang masih sangat basah melancarkan jalan penisku, dan terasa berkedut memijati penis yang sudah terbenam seluruhnya.

“Mmmpphh … penuh banget ssshhh ….”

Nadila yang sudah tidak sabar kemudian menggerak-gerakan pinggulnya. Bibirnya pun terus mencumbuiku dengan penuh nafsu. Aku pun mulai menggerakan pinggulku, memompa kemaluanku keluar masuk lubang kemaluannya. Semakin lama, pinggulku bergoyang semakin cepat, semakin liar mengaduk liang vaginanya yang terasa hangat.

PLOK! PLOK! PLOK!

“MMhh … aawwhh … Jann terusshh ….”

“Nnngghhh Naad ….”

bunyi selangkangan kami yang beradu karena goyangan kami yang semakin liar. Erangan dan desahan Nadila terdengar semakin keras, semakin liar dan semakin menjadi-jadi. Peluh pun terus mengalir, membasahi tubuh kami yang semakin panas dikuasai oleh birahi.

Tubuh mungil Nadila terus tersentak disetiap sodokanku, membuat payudaranya berguncang bebas disetiap sentakan tubuhnya. Nafas Nadila terdengar kembali memburu. Rona wajahnya pun kembali memerah, meringis seperti menahan sesuatu. Sepertinya, dia kembali akan orgasme.

“Jaann … aku hhh … aku-NNGGHHH!!!”

Tangan kiri Nadila yang menggenggam bahuku terasa mencengkram kuat. Pun dengan tangan kanannya yang berpegangan kepada ujung meja. Punggungnya menegang. Dalam lenguhan kencangnya, dia kembali orgasme. Vaginanya kembali menyemprotkan cairan hangat, bahkan sampai membasahi selangkanganku. Ditengah orgasmenya tersebut, kembali dia menciumi bibirku dengan penuh nafsu.

Cairan kental keluar sesaat setelah kucabut penisku dari dalam vaginanya. Nadila pun kembali menyenderkan tubuh ke tembok setelah gelombang orgasmenya mereda. Tubuhnya yang basah oleh peluh terlihat kembang-kempis seirama dengan tarikan nafasnya. Matanya pun menatap nanar kearahku dibalik rambutnya yang berantakan.

Melihatnya yang masih berantakan seperti ini membuatku semakin bernafsu. Kutarik tubuhnya hingga dia bersimpuh dihadapan penisku. Langsung kuarahkan penisku kedepan wajahnya, kemudian berkata, “Hisap, Nad.”

Tanpa banyak bicara, dia pun mulai menjilati penisku. Lidahnya terus menerus menyapu seluruh batang penisku. Dia pun memasukan kepala penisku kedalam mulutnya. Kemudian, terasa lidahnya yang hangat dan menari-nari diatas kepala penisku, membuat sensasi geli yang cukup nikmat menjalar dari kepala penisku.

“Ssshhh … Nad. Nikmat sekali, sungguh,” desahku tak tertahan menerima seluruh perlakuan mulutnya. Nadila pun mendelik, menatapku dengan matanya yang sayu. Matanya terlihat bergerak, seolah tersenyum senang akan pujianku.

Nadila pun melepas kulumannya. Dikocoknya sedikit penisku sebelum akhirnya dia kembali memasukkan penis tersebut kedalam mulutnya. Terasa hangat dan basah, dia pun mencoba memasukkan penis tersebut hingga setengahnya, yang sepertinya merupakan batasan mulutnya.

Sambil memegangi pahaku, kepalanya mulai bergerak maju-mundur, mengocok penisku yang berada didalam mulutnya. Sesekali Nadila melirik kearah mataku dengan tatapan menggoda. Aku pun hanya bisa mengelus rambutnya, seraya menikmati kuluman mulutnya yang nikmat tersebut.

Aku yang ingin mendapat kenikmatan lebih pun mulai mengambil alih. Kupegangi kepala Nadila, kemudian kusodok-sodokan penisku dengan cepat kedalam mulutnya. Nadila yang awalnya kaget kini hanya memejamkan mata. Tangannya yang sedari tadi memegangi pahaku kini mulai meremasi payudaranya sendiri.

“Mmmhhh … mmhhh … mmmphhaahh ….” Cukup lama menikmati kulumannya, aku pun melepas penisku dari mulut Nadila. Terlihat ceceran liur menggumpal, menjuntai dari penisku menuju mulutnya. Nadila sendiri terengah-engah, seperti kehabisan nafas.

Kuangkat tubuhnya hingga dia bangkit berdiri. Kami pun kembali bercumbu seraya saling melucuti sisa kain yang masih menempel dibadan. Langsung kutarik tubuh Nadila hingga dia menindih tubuhku yang kujatuhkan keatas ranjang, sesaat setelah kami benar-benar telanjang bulat.

“Kamu diatas ya, sayang.”

Nadila pun hanya mengangguk. Aku pun bergerak sembari memegangi Nadila yang duduk diatasku, mencoba mencari posisi yang nyaman diatas ranjang. Setelah dirasa cukup, Nadila pun mulai mengarahkan penisku untuk kembali masuk kedalam liang rahimnya. Dia pun mulai mendorong mundur tubuhnya saat penisku sudah berada tepat di depan mulut vaginanya.

“Ssshhh uuuhhh … penuh banget kerasanya, Jan ….”

Perlahan, penisku kembali tertelan oleh vaginanya. Nadila pun kemudian mengangkat tubuhnya hingga tegak, membuat batang kemaluanku masuk dengan sempurna kedalam liang surganya tersebut. Dinding vaginanya sendiri terasa berkedut, seakan memijati penisku dengan nikmat.

Sambil melenguh, Nadila mulai bergerak. Dia gerakkan pinggulnya maju-mundur sembari tangannya menopang kedadaku. Lama kelamaan, gerakan pinggulnya semakin liar, bergoyang memutar ke kiri maupun ke kanan, terus mengocok penisku yang berada didalam vaginanya.

“Uuuhh jaan … remesin dong ….”

Sembari bergoyang, Nadila meraih tanganku. Kemudian dia arahkan tangan tersebut menuju payudaranya. Desahan Nadila yang mulai bergerak naik turun semakin menjadi saat payudaranya yang berguncang ikut kuremasi. Gerakan Nadila menjadi semakin liar. Rambutnya pun terlihat basah berantakan. Pun dengan tubuhnya yang mulai berkilauan akibat cahaya lampu memantul dari butiran peluh di seluruh tubuhnya.

“Aahh jaann enak bangett … uuhh ssshhh ….”

Gerakan pinggul Nadila menjadi semakin kencang. Sepertinya dia hampir sampai menuju puncak birahinya. Aku pun berinisiatif memegangi pinggulnya yang padat, membantunya agar dapat bergerak dengan lebih cepat. Pinggulku pun ikut bergerak, mencoba ikut mengaduk liang vaginanya yang semakin basah dan hangat.

“Jaann gelii … uuhhh …. Aku udah … aku sam-NNNGHHH!!!”

Pinggang Nadila terlihat menegang sesaat, sebelum tubuhnya ambruk menimpa tubuhku. Kembali, dia orgasme. Orgasme ketiganya malam ini. Cairan cintanya seperti merembes keluar dari sela penisku yang masih menancap, membuat selangkanganku terasa basah. Vaginanya pun masih terus berkedut, memberikan pijatan yang memanjakan penisku didalam vaginanya.

“Hhh … hhh … hhh ….”

Nafas Nadila yang tersengal terdengar sangat jelas karena kepalanya kini berada tepat disebelah kepalaku. Wajahnya kini terbenam diatas selimut. Kusibak rambut yang mengalangi wajahnya, lalu kukecup ringan pipinya. Nadila pun kemudian menatap sayu sembari tersenyum lemah kearahku. Kami pun kembali berciuman.

“Capek banget, Jan. Tapi enak hhh …. Makasih ya, sayang …” ucap Nadila selepas kami berciuman. Nafasnya yang tersengal kini terdengar mulai teratur.

“Aku belum keluar, Nad.”

“Kamu aja yang gerak, ya?”

Kudorong dengan lembut tubuh Nadila kesamping. Kemudian kuangkat pantatnya seraya bersimpuh membelakanginya. Nadila yang mengerti kemudian menungging, bertumpu kepada kedua lututnya. Sedangkan kepalanya dia rebahkan keatas bantal. Pantatnya yang sekal dan bulat pun kini terlihat sangat menggoda. Kuremas pantat tersebut, membuat Nadila pun mengerang nikmat.

“Ouuhh ….” Nadila mendesah cukup panjang saat batang penisku kembali masuk kedalam liang vaginanya yang masih terasa licin. Dinding vaginanya yang masih sensitif sehabis orgasme sebelumnya terus berkedut, serasa memijit-mijit penisku yang bergerak keluar-masuk didalam liang tersebut.

“Aahhh … jaann uuhhh ….”

Desahan demi desahan kembali keluar dari mulut Nadila saat genjotanku semakin kencang. Bunyi tumbukan antara selangkanganku dan pantatnya yang sekal pun terdengar cukup kencang. Semakin lama, tusukan penisku menjadi semakin dalam dan semakin kencang, membuat Nadila kembali meracau nikmat.

“Ssshh nad ….”

“Aahh Jan enaakk … kencengin lagi-nngg ….”

Cukup lama kusetubuhi Nadila dari belakang, terasa kemaluannya kembali berkedut kencang. Vaginanya pun terasa menghangat. Sepertinya, Nadila akan kembali orgasme. Kuremasi payudaranya yang menggantung bebas, lalu kuremasi dengan kencang payudara yang awalnya berguncang hebat tersebut.

“AAWWHHH!!!”

Nadila mendesah cukup kencang sembari mengejan. Vaginanya pun terasa berkedut, sembari menyemburkan cairan cinta yang semakin memanjakan penisku. Tubuhnya kemudian menegang, sebelum akhirnya ambruk diatas ranjang bersamaan dengan terlepasnya batang kemaluanku dari vaginanya. Orgasme keempat Nadila dimalam ini, yang sepertinya cukup menguras tenaga.

Namun, aku yang masih belum keluar kembali mengangkat pantatnya. Nadila sendiri hanya pasrah, kemudian kembali menungging bertumpu kepada kedua lututnya. Kulebarkan bongkahan pantat sekalnya untuk membuka liang anusnya yang terlihat masih rapat.

Ya, video anal yang dikirimkan oleh Aurel membuatku penasaran untuk melakukan hal yang sama kepada Nadila. Kuelusi lubang yang sepertinya belum terjamah itu. Pantat Nadila bergerak heboh saat jariku mencoba mengorek liang anusnya.

“Jangan kesana, Jaan … perih uuuhh ….”

Nadila terus meronta saat liang anusnya terus kukorek. Dia pun merintih. Entah karena kesakitan atau karena merasa keenakan. Rintihan tersebut sedikit bercampur dengan desahan. Namun aku tak begitu peduli. Nafsu sudah mengalahkan segalanya. Ingin kunikmati liang tersebut. Tak lama, kucabut jariku dari liang tersebut, lalu kutempelkan kepala penisku kedepan anusnya.

“Jaann … jangaan kesanaaa … perih aahhh ….”

Kembali tak kugubris protes dari Nadila. Kupegangi dengan kuat pinggulnya agar dia berhenti meronta. Kudorong pinggulku untuk terus maju, hingga akhirnya kepala penisku sukses merangsek masuk kedalam liang anusnya.

“AAAHHH PERIIIHH!! SAKIIIT!!!”

Nadila dengan kuat menarik tubuhnya hingga penisku terlepas dari anusnya. Seketika dia membalikan tubuhnya menghadapku. Matanya yang penuh amarah pun kini menatap kearahku.

“SAKIT! TAU NGGAK!!!” Bentak Nadila sembari memukul-mukul bahuku. Aku yang merasa bersalah pun hanya mencoba menangkis pukulan penuh emosi tersebut.

“GUE UDAH BILANG, JANGAN LEWAT PANTAT GUE!! ELU JADI ORANG NGEYEL BANGET, SIH!!!” Bentaknya kembali. Nadila kemudian mulai bangkit dari atas ranjang. Dia pun mengumpulkan pakaiannya yang berceceran di lantai, dan langsung kembali dia kenakan.

“Elu emang brengsek, Jan! Otak elu udah kayak binatang!” Hardiknya lagi sembari berpakaian. Aku yang awalnya merasa bersalah lambat laun terpancing emosi mendengar perkataannya yang menurutku terlalu berlebihan.

“Sebentar, Nad. Aku rasa bahasamu terlalu berlebihan kali ini,” ucapku dengan nada yang cukup tegas seraya bangkit dan mendekatinya. Namun, Nadila tak bergeming. Dia hanya mendengus sembari terus mengenakan pakaiannya.

“Nadila Cindi Wantari!” Bentakku yang semakin kesal. Sesaat, Nadila terlihat gentar dan mematung. Dia seperti kaget dengan bentakanku tadi. Namun, tak lama dia kembali menatapku tajam.

“Bodo! Udah, gue mau cabut!!” Bentaknya kembali. Nadila yang sudah kembali berpakaian lengkap langsung bergegas menuju pintu. Dia sempat menatap kearahku dengan penuh emosi, yang langsung kubalas dengan tatapan dingin.

“Huft!”

Dia pun mendengus kesal sembari membuang muka. Tanpa bicara lagi, dia berjalan menuju pintu. Dibantingnya pintu tersebut dengan cukup keras. Seperti biasa, dia hanya pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun setiap kali sedang marah kepadaku.

Kuhela nafasku cukup panjang. Aku sendiri menyadari akan kesalahan yang kubuat, terlalu memaksakan kehendak tanpa berkompromi sebelumnya. Namun, responnya kali ini sungguh tak dapat kuterima. Enggan rasanya kali ini aku mengalah untuk meminta maaf kepadanya terlebih dahulu. Lagipula, dia kembali meninggalkanku di posisi yang sungguh sangat tidak menyenangkan, bercinta tanpa berejakulasi!

Aku yang masih merasa emosi dan tanggung tak mampu berpikir apapun. Lebih baik kuselesaikan dulu urusanku satu persatu. Dimulai dengan rasa tanggung yang sungguh membuat tidak nyaman seperti ini.

Ah! Tiba-tiba saja aku teringat akan seseorang. Seseorang yang mengajakku berkencan malam ini, sebelum akhirnya aku membatalkan kencan tersebut karena Nadila. Mungkin, dia bisa membantuku menuntaskan rasa gatal yang belum selesai ini.

Kuraih gawaiku yang tergeletak diatas meja, lalu kucari sebaris nama didalam daftar kontak. Kemudian langsung kutelepon nomor tersebut. Tak lama aku mendengar nada sambung, suara lembut seseorang yang berada di balik telepon seketika menyambutku.

“Halo … Kak Jan?

“Halo ….”

“Ada apa, Kak? Kakak lagi sama Kak Nadila, kan? Nggak apa-apa telepon aku?

Things got messed up, bad.Kuhela nafasku sebelum kembali berbicara. “Tawaranmu kemarin masih berlaku?”

“….”

Cukup lama aku menunggu gadis tersebut menjawab pertanyaanku. Aku yang mulai tidak sabar kembali berbicara.

“Halo?”

“….”

“Kak Janu kesini aja, ya? Aku tunggu ….”


.

.

.

tbc
 
Akhirnya bisa update lagi.

Silahkan dinikmati, dan kalo mau dikomen juga aku tunggu kakak-kakak semua.

Jangan ada yang minta Aurel lagi, ya. Dia udah punya mainan baru. Ya tapi gatau kalo Kak Janu nya khilaf.
Ehehe'

Kira kira janu ketemu siapa, ya? Anin? Aby? Aya?
 
Terakhir diubah:
Yah tau ga lo terlalu berlebihan Jan tdk semua cewe suka anal ckckck entar tuh cewe bakal di anal ga tuh
 
Janu kalo lagi sama nadila perasaan ada aja masalahnya wkwk


Aby lagi habis ini kayaknya hehe
 
shalom ya ahli sabun! katanya masih galau mau update apa tida? lebih baik updet saja tuan

Sudah update kakak.
Terima kasih editannya.

Makasih update nya hu.. 👍

Sama-sama kak, makasih juga udah nongkrong disini.

Yah tau ga lo terlalu berlebihan Jan tdk semua cewe suka anal ckckck entar tuh cewe bakal di anal ga tuh

Namanya juga khilaf, kak.
Nah kita liat di cerita selanjutnya, bakalak khilaf lagi nggak Kak Janu nya.

emang brengsek lo ye Jamu!!! :mad::mad::marah:

Kujamu dengan hidupku~

Khilaf namanya juga, kak. Mohon dimaafkan. Kasian juga kan jadi kentang Kak Janu nya.

Emang kudu ditembak ini si janu:dor:

Alias

Apdetnya mantap gan hehe

Maen tembak aja nih, belum jadi zombie, kak.
Tapi kalo dimarahin terus sama nadila, lama kelamaan Kak Janu jadi zombie beneran kayaknya.

Makasih kak, ditunggu updatenya, udah september ini, jangan jangan tanggal 23 nanti update yah?

Dimana dimana oh dimana
Huffft blm muncul juga

Udah kak updatenya, kalo Aby nya ...
Kayaknya lagi seru maen among us deh.

Janu kalo lagi sama nadila perasaan ada aja masalahnya wkwk


Aby lagi habis ini kayaknya hehe

Kalo nggak ada masalah nanti nggak akan ada Aurel, Anin, Aby dong kak.
Ehehe'
Namanya juga pasangan muda, masih berapi-api, masalah juga pasti datang silih berganti.
(Ngomong apa lagi, ini ....)

Eh tapi Aurel mah ada jauh sebelum Nadila, ding.

Update nanti Aby? Liat nanti, dah.

Ada surprise lho ....
Tungguin aja ....
 
Akhirnya bisa update lagi.

Silahkan dinikmati, dan kalo mau dikomen juga aku tunggu kakak-kakak semua.

Jangan ada yang minta Aurel lagi, ya. Dia udah punya mainan baru. Ya tapi gatau kalo Kak Janu nya khilaf.
Ehehe'

Kira kira janu ketemu siapa, ya? Anin? Aby? Aya?
Profile picturenya spoiler siapa yang ditemuin Janu di part selanjutnya kahh? wkwk
 
Akhirnya bisa update lagi.

Silahkan dinikmati, dan kalo mau dikomen juga aku tunggu kakak-kakak semua.

Jangan ada yang minta Aurel lagi, ya. Dia udah punya mainan baru. Ya tapi gatau kalo Kak Janu nya khilaf.
Ehehe'

Kira kira janu ketemu siapa, ya? Anin? Aby? Aya?
Anin dong ahhahaha
 
Kalo nggak ada masalah nanti nggak akan ada Aurel, Anin, Aby dong kak.
Ehehe'
Namanya juga pasangan muda, masih berapi-api, masalah juga pasti datang silih berganti.
(Ngomong apa lagi, ini ....)

Eh tapi Aurel mah ada jauh sebelum Nadila, ding.

Update nanti Aby? Liat nanti, dah.

Ada surprise lho ....
Tungguin aja ....
Wah surprise apa nih, pemain baru kah? Pokoknya ditunggu update selanjutnya hu hehe
 
Gobs maen tusbol aja si januar, tolong di charge dulu ya akhlaknya! udah low tuh pan8
 
Kasihan karena terlalu nafsu entar gagal crot lg mdeh hihihihi

yah abis nonton aurel siapa yang nggak napsu, kak.
semoga sama gadis-gadis berikutnya nggak kentang lagi, kasian juga.

Profile picturenya spoiler siapa yang ditemuin Janu di part selanjutnya kahh? wkwk
Anin dong ahhahaha

wah sepertinya aku gampang ditebak, yah.
ahaha'

mungkin aja, bisa jadi.
dulu juga pernah, kan, awalnya di spoiler tu Aurel, pas full versionnya ada Richard Hammond.
ehehe'

Wah surprise apa nih, pemain baru kah? Pokoknya ditunggu update selanjutnya hu hehe

Spoiler lagi, deh.
Yang satu sering ngedeketin, yang satu sering salting,
Nah loh, malah spoiler mau ada trisum lagi.

Update dong suhu mumpung nadila ulang tahun hehe

Wah kayanya ga keburu, kak.
Dulu rencananya malah pengen tamat di hari ini, tuh.
Tapi apa daya tangan tak sampai terhalang Story of Seasons.

Anggap aja update yang kemarin itu edisi ulang tahun, kak.
ehehe'

Gobs maen tusbol aja si januar, tolong di charge dulu ya akhlaknya! udah low tuh pan8

Kasar amat bahasanya, Kak.
Coba kakak ada di posisi Kak Janu, apa bisa tahan?
 
ckck parah nih janu anak orang maen di tusbol aja.

duh itu siapa ya yang nelepon. jadi penasaran.
 
Bimabet
Spoiler lagi, deh.
Yang satu sering ngedeketin, yang satu sering salting,
Nah loh, malah spoiler mau ada trisum lagi.
Wah kayaknya udah tau saya siapa yg bakal muncul, daripada spoiler mulu mending update lagi hu huehehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd