Kapan ya... masa birahi para peri Aruna? Apakah saat waktunya tiba mereka akan memintaku untuk membuahi telur mereka juga? Kalo satu-satu mungkin bisa digilir. Kalo berbarengan aku malah bisa nyengir.
"Loh-loh?" heranku melihat peri Padma itu yang kembali berendam di dalam kolam magma cair itu sekali lagi. Ia seperti mengejan. Melihat mimiknya aku teringat mimik Aida saat melahirkan waktu itu. Ia kesulitan. Tunggu dulu... Langsung melahirkan? Cam yang betoool aja langsung jadi, bah! Ato mungkin berak, ya?
"Plung!" sebuah benda berwarna putih terlihat muncul di permukaan magma. Itukah telurnya? Warnanya sangat kontras dengan magma panas menggelegak membuatnya terlihat sangat jelas. Tapi peri Padma tak berhenti mengejan. "Plung!" sebuah lagi mengapung. Dan sebuah lagi menyusul hingga total ada tiga biji benda itu. Dari bagian bawahnya muncul beberapa helai daun bulat yang ikut mengapung.
Oo... Ini maksudnya peri teratai merah. Benda putih itu adalah kuntum bunga teratai yang perlahan-lahan menyerap panas dan api magma. Seiring waktu bunga itu menjadi merah dan seterusnya seterusnya dari sana peri teratai merah baru akan terlahir. Peri Padma itu mengapung dengan lemas di kolam magma cair.
"Eka? Apakah dia baik-baik saja?" tanyaku khawatir akan keadaan peri itu. Takutnya abis melahirkan, ralat, menelurkan ketiga telur itu... dia koit?
"Dia hanya beristirahat, baginda raja..."