Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Oh no I fucked up, bagian ekse nya malah ngga sengaja kepencet paste dan udah keburu ke save :(( apa ane upload tanpa bagian eksenya aja atau suhu2 sekalian mau nunggu ane nulis ulang (yang gatau kekejar hari ini atau ngga)??

Damn otak ane jadi sengklek gini :((
 
Terakhir diubah:
Oh no im fucked up, bagian ekse nya malah ngga sengaja kepencet paste dan udah keburu ke save :(( apa ane upload tanpa bagian eksenya aja atau suhu2 sekalian mau nunggu ane nulis ulang (yang gatau kekejar hari ini atau ngga)??

Damn otak ane jadi sengklek gini :((
ko nulis ulang? kan tinggal select aja yg mau dirubah
 
ko nulis ulang? kan tinggal select aja yg mau dirubah
Ane ngetik di notes bawaan hape, karena kepanjangan harus nulis di dua notes, pas mau ngecopy bagian yang ada eksenya, ane malah mencet paste bukan copy, dan pas baru mau ane drop disini, ane baru nyadar, terus pas balik ke notes nya lagi, file nya udah ke save jadi ngga bisa dibalikin :(
 
-Father's Request-

Ummi



Mamah



=====

"WOY POSISI NYA PERHATIIN!!"

"JANGAN ASAL BUANG KEDEPAN BOLANYA!!"

"CROSSING-NYA AKURASINYA MANA??"

"Kak, tapi susah kak bek lawan pada tinggi semua, Jaka juga posisinya ketutup mulu" Ucap salah satu pemainku.

"Iyaa gapapa, lu crossing jangan buru-buru, perhatiin posisi Jaka nya dulu, kalo gabisa, pasti ada alternatif lain selain lu buang-buang bola kedepan" Balasku memberi instruksi.

-----

Setelah tiga bulan aku lulus dari kuliah, aku akhirnya memutuskan untuk mengikuti anjuran Hani untuk mengejar mimpiku menjadi scouter tim sepakbola. Namun selama sebulan ini aku tidak menemukan adanya tim bola yang melakukan open-recruitment. Aku juga memutuskan untuk mencari pekerjaan lain supaya aku tidak menganggur, namun tidak ada yang menerimaku sejauh ini.

Akhirnya untuk mengisi kekosongan, aku melatih tim sepakbola SMA-ku tiap sabtu dan bermain di liga mingguan di perumahanku. Selain itu, aku juga menjadi scouter untuk tim SMA-ku dengan mendatangi permainan futsal yang diadakan oleh anak-anak antarkelas, dan mencari hidden talents yang bisa kami tarik untuk ikut bermain di tim kami. Sebenarnya juga, semua kegiatan ini tidak menghasilkan uang, terlebih aku juga tidak ingin merepotkan Ayah dan Mamah untuk terus meminta uang meski dompetku benar-benar kering sekarang, namun setidaknya dengan ini kegiatanku tidak hanya bangun tidur dan menghabiskan beras dirumah.

-----

Tim SMA-ku saat ini sedang sparring melawan SMA lain yang menjadi rival kami selama beberapa tahun belakangan. Mereka juga menggunakan strategi bermain yang tidak berubah dengan khas High-pressure nya, sehingga timku yang bermain mengandalkan counter-attack harus bisa mencari celah untuk melakukan serangan balik.

Kedudukan saat ini masih 2-1 dengan timku yang memimpin skor, dan waktu tinggal 5 menit lagi, kami harus mengakhiri pertandingan ini dengan mencetak satu gol lagi karena mereka benar-benar memberi kami tekanan tinggi dan kami mulai merasa tidak nyaman.

"Jaka!! Tahan!! Perhatiin posisi bek sama Oki biar nggak offside!!" Teriakku menginstruksi Jaka striker kami supaya dia tidak mengambil lari terlalu dini.

Tim lawan bahkan benar-benar menguasai defensive third kami, dan kami benar-benar tidak bisa bernafas dan beristirahat dari segala tembakan yang diluncurkan oleh pemain lawan. Saat ini, lawan mendapat corner-kick, ini bisa berbahaya.

"Woy, inget!! Stand by!!" Teriakku menyuruh mereka siap sedia untuk meluncurkan serangan balik.

Akhirnya kesempatan itu datang. Julio kiper kami berhasil menangkap bola, dan dia segera melempar bola itu ke Oki yang sedang bebas tidak dijaga.

"Ki!! Jaka, Ki!!" Teriak Julio menyuruh Oki mengoper bola ke Jaka.

Oki pun langsung memberi umpan terobosan manis ke Jaka yang dijaga oleh dua orang, namun Jaka bisa lepas dari marking mereka dengan kecepatannya yang sangat gila.

Jaka pun langsung menerima bola itu dan dia langsung berlari membawa bola itu ke final third, dan sekarang dia berada di situasi 1 lawan 1 dengan kiper. Aku tidak berpikir kalau Jaka akan mencetak gol di situasi ini, namun tiba-tiba Jaka mendribble bola itu melewati kiper dan memasukkan bolanya ke gawang yang kosong.

"YESSS!!! HAHAHAHA" teriakku kegirangan karena kami berhasil menyelesaikan pertandingan, dan aku langsung berlari menuju junior-juniorku untuk merayakan gol kemenangan.

Mungkin ini hanya sekedar sparring di mata orang, namun diantara kedua pihak, ini seperti bertanding di Final kejuaraan, our hatred of losing to one another is too damn high.

Peluit panjang ditiup, dan kami memenangi sparring ini dengan skor 3-1. Mungkin mereka bisa terus menyerang kami terus-menerus, namun pada akhirnya kamilah yang bisa memanfaatkan kelemahan mereka.

Akupun langsung menghampiri bench lawan dan bersalaman dengan para pemain cadangan mereka, dan aku juga langsung menghampiri Rafael pelatih mereka. Terdapat bad blood diantara kami dikarenakan kejadian masa lampau, namun aku harus tetap bersikap profesional dan menyalami dia.

Kini kami berhadapan, dan aku langsung menjulurkan tanganku, namun Rafael mengabaikannya dan berjalan melewatiku. Tentu saja, aku tidak terima. Sebagai pelatih harusnya Rafael juga menunjukkan profesionalitasnya, dan akupun langsung menarik bahunya agar kami kembali berhadapan.

"Woy, ngape lu? Unjukin profesionalitas lu" Ucapku mengingatkan.

"Lu pikir gua terima tim gua kalah ama orang yang main taktik cancer kaya gitu selama dua babak? Ngimpi lu!" Jawabnya sewot.

"It's called park the fucking bus, bro, kalo Mourinho boleh main kaya gitu, kenapa kita nggak? Please, at the end of the day, the better team wins" Balasku yang memantik amarahnya.

"Taktik lo itu taktik pengecut! Sama kaya diri lo, PENGECUT!" balasnya, dan akupun membalas perkataannya dengan tetap kalem.

"Hah? Gua pengecut? Bukan gua yang ngebayar satu geng buat mukulin satu orang cuma karena kalah di final, ngelantur apa lu?" Balasku, dan Rafael yang makin emosi pun langsung mendorong tubuhku hingga aku terpental kebelakang.

Anak-anak yang melihat pun akhirnya memisahkan kami berdua, dan aku juga sebenarnya ingin membalas perbuatannya. Namun aku tidak ingin memberi contoh yang buruk kepada junior-juniorku. Rafael yang masih teriak-teriak memakiku pun langsung dibawa oleh junior-juniornya pergi ke parkiran motor, sementara aku masih memberi briefing untuk junior-juniorku.

"Kalian udah main bagus kok untuk ukuran main defensive begini, cuma mungkin ada dari kalian yang juga nggak suka sama taktik gua, dan gua minta maaf karena sejauh ini taktik ini yang paling masuk buat kalian" Jelasku.

"Ki, lu bagus main jadi Regista kayak gua, cuma lu masih perlu ngasah long pass lu, sedangkan Jaka, lu sering kecepetan lari, jadinya offside, defender juga kadang masih kegok harus ngapain," Lanjutku yang dibalas dengan anggukan oleh mereka.

"Wing-back juga main crossing-nya suka buru-buru, jadi lu masih belom siap malah udah crossing aja," Kembali jelasku.

"Ya susah kak, Jaka nya juga kekencengan larinya gua juga panik ngeliatnya" Jelas Naufal.

"Yaiya gapapa, kalo gitu jangan ngandelin Jaka, kan ngga mungkin Jaka doang yang bisa dioper, tahan dulu aja bolanya, atau oper ke Oki buat pelanin tempo," Jelasku.

"Sejauh ini, kalian main bagus, tapi bisa ditingkatin lagi, apa ada yang ingin tanya?" Tanyaku, dan Oki langsung mengangkat tangannya.

"Kenapa, Ki?"

"Kok lu nggak tertarik jadi manajer aja, kak? Semenjak lu ngelatih kita, kita jadi jarang banget kalah, lu pasti bisa jadi manajer yang jago, kak" Ucap Oki membuat seluruh tim tertawa.

Sebenarnya juga aku ingin menjadi manajer, namun entah kenapa aku lebih tertarik untuk mencari-cari pemain yang bisa menjadi potensi daripada melatihnya.

"Nggak deh, Ki, gua lebih tertarik jadi scouter daripada jadi manajer, lagian lu ngomong gitu kek udah pasti karir gua bakal jalan di bola aja" Jawabku kembali membuat seluruh juniorku tertawa.

Sepertinya tidak ada lagi yang perlu dibahas, dan setelah itu aku berniat untuk langsung pulang, namun Oki mengajakku untuk nongkrong di tongkrongan sebelum aku pulang.

"Kak, lu nggak mau mampir tongkrongan dulu?" Tanya Oki.

"Udah sore, Ki, lu kan tau rumah gua jauh, kenapa emang?" Jawabku balik bertanya.

"Ya ngga papa, sih, kali aja lu mau nraktir kita-kita" Balasnya.

"Mata lu, gua aja sama sekolah kaga digaji ini" Jawabku bergurau, dan Oki malah senyum-senyum sendiri.

"Kenapa lu senyum-senyum?" Tanyaku.

"Umm... Gini kak..."

"Ape?"

"Jadi... Gua sama anak-anak pengen ngasih imbalan buat lu karena lu mau ngelatih kita sampe sekarang" Jawabnya, dan dia langsung menyerahkanku sebuah amplop.

"Ki, asli deh, nggak papa, simpen aja, gua ikhlas kok" Jawabku menolak.

"Udah gapapa ambil aja kak, lu juga harus hargain kita-kita yang mau patungan ngasih lu ini hehehe" Balas Oki, dan dia langsung menggenggam tanganku dan menaruh amplop itu diatas tanganku.

"Aduhh jadi nggak enak gua, Ki, makasih banyak yaa" Jawabku, dan Oki hanya mengangguk dan dia langsung beranjak meninggalkanku.

Akupun langsung memasuki mobilku, dan aku langsung beranjak pulang. Di mobil ketika lampu merah, aku memutuskan untuk membuka amplop itu. Sebenarnya juga uang yang mereka berikan itu tidak besar, hanya dua ratus ribu, namun mereka juga sudah berpatungan untuk ini semua menyisihkan uang jajannya, aku malah menjadi merasa terhormati. Akupun langsung memasukkan uang itu ke dompetku yang benar-benar sudah kering tidak ada uang, dan aku kembali jalan.

-----

Aku sampai dirumah sekitar jam 7 malam, dan kulihat Mamah sudah pulang namun Ayah belum. Akupun langsung memarkirkan mobilku diluar dan aku beranjak masuk.

"Halo? Mah?" Ucapku ketika aku memasuki rumah.

"Di dapur kakk" Jawabnya, dan aku segera beranjak ke dapur, dan kulihat Mamah yang masih menggunakan mukenanya sedang memasak untuk makan malam.

Akupun langsung menghampiri Mamah, dan aku langsung menyalimi tangan Mamah.

"Gimana sparringnya, kak? Menang?"

"Menang kok, Mah, tadi aku ketemu Rafael juga" Ceritaku.

"Terus kalian berantem lagi?" Tanya Mamah.

"Ya gitu deh Mah, kayaknya dia masih belom bisa lupa sama kejadian aku sama Caca" Jelasku membawa-bawa nama mantanku Claudia yang kini sudah kuliah di luar negeri.

(P.s.: mungkin cerita tentang Bayu, Claudia, dan Rafael bakal jadi next project ane setelah cerbung ini selesai)

"Astaghfirullah, kan kamu sama Caca juga udah putus" Ucap Mamah, dan aku hanya mengangguk sebelum aku memutuskan untuk naik ke kamarku.

Aku langsung merebahkan diriku di kasur, dan aku tidak melakukan apa-apa setelah itu, hanya melihat ke langit-langit di kamarku. Rasanya agak sepi tidak ada Bella yang menggangguku ketika aku ingin tidur atau bahkan sekedar beraktivitas. Aku mulai kangen dengan kehidupanku di dunia kuliah dimana aku bisa mengganggu Hani dan Bella menggangguku ketika aku sedang ada kerjaan. Apakah aku perlu mencari kerja disana saja?

Ahhh kenapa aku malah menjadi kepikiran seperti ini? Sudahlah, ini mungkin hanya fase adaptasi setelah sudah lebih dari tiga tahun aku tinggal dekat dengan teman-temanku.

Akupun langsung segera mandi, dan lagi-lagi aku kembali merasa kesepian tidak ada yang menggangguku atau ikut masuk kedalam kamar mandi seperti saat Bella masuk ke kamar mandi saat aku mandi.

Aku tidak ingin kembali larut ke pikiran-pikiran ini lagi, jadi aku memutuskan untuk bergegas menyelesaikan mandiku dan kembali masuk ke kamarku.

Aku langsung mengenakan pakaianku, dan baru ketika aku mau bermain game di laptopku, tiba-tiba handphone ku berdering. Akupun langsung melihat siapa yang menelepon.

"Ummi? Ngapain Ummi telefon malem-malem gini?" Pikirku, dan akupun langsung mengangkat teleponnya.

"Assalamu'alaikum, Bay?" Ucapnya.

"Wa'alaikumussalam, kenapa, Mi?" Balasku.

"Kamu udah dirumah?"

"Udah, Mi, baru sampe aku juga" Jawabku.

"Ooooh gitu, gimana, Bay? Kamu belom dapet kerja juga?" Tanyanya.

"Baru juga dua bulan, Mi, aku masih ngabisin beras doang dirumah" Balasku yang membuat Ummi tertawa.

"Hahahahah, ngga papa Bay, nanti juga dapet, nikmatin waktu nganggur kamu dulu ajaa," Jawab Ummi.

"Ohiya Bay, Abbi mau ketemu sama kamu besok, kamu bisa?" Lanjutnya bertanya.

"Ngapain, Mi?

"Nggak tau, sih, katanya dikasih tau besok, sore kamu kesini yaa, soalnya Abbi mau keluar dulu" Jelas Ummi.

"Oooh yaudah kalo gitu, aku bisa bola dulu sebelum kesana" Balasku.

"Hah? Main bola?" Tanya Ummi.

"Lah kan besok hari minggu, Mi, aku main bola dulu sama anak-anak komplek" Jelasku.

"Oalahh, hahaha, oke deh kalo begitu, kirain..."

"Kirain apa, Mi?"

"Kirain mau main bola dada" Jawabnya yang membuatku ngaceng seketika, dan kuyakin Ummi pasti sedang menggodaku sekarang.

"Bola dada apa?" Tanyaku pura-pura polos, dan aku langsung mengeluarkan kontolku dari celana.

"Bola dada itu lohh Bayy..."

"Bola dada apa??"

Ummi tidak menjawab pertanyaanku, dan kupikir Ummi tidak mendengar pertanyaanku. Aku kembali memanggil-manggil Ummi namun tidak ada jawaban, ah mungkin ada urusan mendadak dan Ummi lupa mematikan hapenya. Akupun berniat untuk mematikan teleponnya, namun tiba-tiba, muncul notifikasi dari chat Ummi.

"Nohh bola dada yang itu Bayu" Jawab Ummi yang akhirnya membalas pertanyaanku.

Aku langsung sigap membuka chat Ummi, dan kontolku makin mengeras melihat isi chat ini. Ummi mengirim fotonya yang sedang menggunakan mukena, namun mukena itu Ummi singkapkan ke belakang sehingga tubuhnya yang bugil langsung terlihat begitu saja. Melihat hal ini, akupun langsung memulai mengocok-kocok kontolku.

"Yaampun, tadi tiba-tiba ilang kirain kenapa-napa, Mii, tadi bugilinnya lama?" Tanyaku to the point.

"Hihihihi, nggak dong, tadi Ummi nelpon kamu juga Ummi baru selesai mandi, cuma rambut Ummi masih basah jadi kurang bagus difoto" Jelasnya.

"Terus lamanya karena?"

"Nyari pose yang seksi biar calon mantu Ummi makin ngaceng" Jawabnya yang membuatku makin pusing.

"Yaampun, gimana ini calon mertua aku juga kerjaannya godain calon mantu nya mulu, nanti kalo udah nikah malah makin-makin lagi ngegodanya" Gurauku sambil tak berhenti mengocok kontolku.

"Yehh nggak lah, Ummi pukul kamu kalo masih berani macem-macem pas udah nikah sama anak Ummi, makanya puas-puasin sekarang," Balasnya.

"Jadi gimanaa? Besok mau 'main bola'? Tanya Ummi dengan nada meledek.

" Nggak mau, Mi, mau main baseball aja" Jawabku, dan aku langsung memindahkan telepon menjadi video call, dan langsung Ummi angkat.

"Nih pukulan baseball nya udah siap" Lanjutku, dan terdengar Ummi tertawa.

"Hahahaha, aduhh daritadi calon mantu Ummi udah ngocok tohh," Ucapnya, dan Ummi langsung duduk di meja riasnya dan menaruh hapenya tersandar.

"Yaudah ayok Ummi temenin ngocoknya sinii" Lanjutnya, dan Ummi langsung membuka pahanya lebar-lebar dan mulai memainkan memeknya.

"Camer gokil"

Aku terus mengocok kontolku, dan Ummi memulai permainannya dengan nenggesek-gesekkan memeknya. Sembari menggesek-gesekkan memeknya, tangannya yang satu lagi meremas-remas payudaranya.

"Ummhh..."

Kecepatan Ummi pun perlahan Ummi naikkan, dan terkadang Ummi menggigit-gigit bagian bawah bibirnya hingga Ummi terlihat makin menggoda.

"Ummii... Jadii gasabarr pengen main 'baseball' besokk..." Ucapku di sela coliku.

"Ummhh... Udahh berapa bulann nggak dikasih jatah sama Hanii... Emangg??... Uhhh..." Balasnya ikut mendesah.

"Mauu ngapainn emangg besok??..."

"Mauu mainn baseball... Terus homerun di dalemm memek Ummii..." Jawabku asal.

"Ummhh... Jadii gasabarr..." Jawab Ummi dan Ummi kini mulai memasukkan dua jarinya.

Setelah dua jarinya masuk, Ummi dengan cepat langsung mengocok-kocok memeknya hingga Ummi makin menggeliat.

"Ahhh... Pengenn dimasukkin kontolll..." Desahnya tak karuan, dan aku juga sudah tidak tahan dan terus mengocok kontolku.

Baru ketika pertunjukan ini akan naik ke level berikutnya, tiba-tiba terdengar bunyi klakson dari Ummi, sepertinya sudah ada yang pulang.

"Umhhh... Loh kok Abbii jamm seginii udahh pulang sih??... Ummhh..." Ucap Ummi di sela desahannya.

"Urghh... Adaa siapa Mii?"

"Abbi pulangg Bayy, Ummi matiin yaa" Jawabnya sigap.

"Ehh mi bent-" Balasku, namun terpotong karena Ummi keburu menutup video call ini.

Ah sial, kentang.

Hasratku juga kini mulai menurun setelah Ummi mematikan teleponnya, mungkin nanti saja kulanjutkan lagi. Lagipula sudah tiga bulan ini aku tidak pernah mengeluarkan spermaku, pasti akan merepotkan membersihkan pejunya setelah aku coli.

Aku akhirnya kembali menaikkan celanaku, dan tegangku mulai mereda dan kini aku bisa kembali nyaman dalam menggunakan celana. Akupun juga sekarang langsung bermain game yang tadi sudah tertunda cukup lama karena Ummi meneleponku, dan aku bermain sampai jam 11 sebelum aku akhirnya tidur.

-----
(Paginya)

"LIF, LIF, MAJU!!" teriakku menyuruh Alif lari kedepan untuk kuberi umpan terobosan.

Alif pun langsung berlari, namun karena aku mengatakannya terlalu keras, pihak lawan langsung menjaga Alif ketat. Akupun langsung memerhatikan sekitar lapangan, dan teman setimku yang lain juga sudah di mark oleh pemain bertahan, dan kalau aku mengoper ke belakang, waktu sedang tidak bersahabat karena sekarang tersisa dua menit lagi sebelum peluit panjang dan kami harus mencetak gol untuk menghindari penalty shoot-out.

"Ah, bodo lah" Ucapku pelan, dan aku langsung mengambil posisi untuk menendang, dan aku langsung melancarkan long shot menggunakan kaki kiriku.

Bola itu langsung melayang dengan kecepatan kencang sebelum akhirnya bola itu mengenai bawah crossbar dan terpantul masuk kedalam gawang.

"WOOOOO!!!!" teriakku puas setelah aku mencetak gol.

"YOIII HAHAHAHAH" Teriak mas Ikhsan yang langsung meloncat ke punggungku.

Kami memenangi pertandingan ini dengan skor 1-0, dan setelah itu kami hanya sekedar merayakan kemenangan dan setelah itu penyerahan uang hasil kemenangan.

"Nih orang sejago ini malah ngejarnya jadi nyari bakat, udah Bay kamu kejar jadi pemain profesional ajaa" Ucap salah satu bapak yang setim denganku.

"Aduh, nggak deh pak, lagian saya juga udah ketuaan kalo mau ngejar trial gitu-gitu" Jelasku, dan aku langsung bergegas pulang karena aku harus segera bertemu dengan Abbi.

"Loh buru-buru banget, Bay, mau kemana lu?" Tanya Alif.

"Gua disuruh ketemu sama bapaknya cewek gua, Lif, gua duluan ya" Jawabku.

"Yah, disuruh nikah dah lu, Bayy, Bayy" Canda mas Ikhsan yang membuat seluruh orang tertawa, dan aku hanya tertawa sebelum aku kembali bergegas kkerumah dan mandi.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian, aku langsung bergegas pergi menuju mobilku, namun sebelum aku keluar, Mamah memanggilku.

"Loh, mau kemana, kak?"

"Mau kerumah Hani, Mah, kan tadi pagi aku udah cerita"

"Loh, kan kamu bilangnya sore"

Memang sebenarnya Ummi menyuruhku bertemu dengannya sore, namun aku juga memiliki tujuan lain jadi aku harus lebih dahulu datangnya.

Main 'baseball'.

"Biar nggak kemaleman pulangnya, Mah" Jawabku, dan Mamah hanya mengiyakan sebelum aku menyalimi Mamah.

"Itu Abbi nyuruh kamu kesana nyuruh kamu cepet-cepet nikah kali, kak" Ucap Mamah meledek, dan aku yang merasa sedikit kesal pun hanya membalasnya dengan meremas payudara Mamah cukup keras.

"Kakakkk!! Tangannya bandel!!" Jawab Mamah cukup kencang, untung Ayah sedang berada di acara kantornya sekarang.

"Lagian anaknya lagi bingung juga dibercandain kaya gitu, yaudah aku jalan ya, Mah" Jawabku, dan aku segera berjalan keluar.

"Titip salam buat besan Mamah yaa!" Kembali ledek Mamah, namun tidak kuladeni.

-----

Setelah perjalanan panjang dan melelahkan di hari minggu yang penuh kemacetan ini, akhirnya aku sampai di rumah Hani. Aku langsung memarkirkan mobilku di luar, dan aku langsung memencet bel rumah.

Baru sebentar aku memencet bel, akhirnya ada yang membukakan pagarnya. Aku sudah cukup senang karena kupikir Ummi yang membukakan, tapi...

"Loh, Bayu? Kamu udah disini?" Ucap Abbi.

"Abbi?"

"Katanya kamu mau kesini sore, Bay"

"Iya, Bi, cuma tadi aku mikirnya mendingan siangan aja kesininya, kan macet kalo hari minggu, Abbi bukannya mau keluar dulu?" Jawabku.

"Oooh, nggak jadi, Bay, klien Abbi juga ngebatalin soalnya" Balasnya, dan aku hanya bisa mengiyakan kecewa.

Kebetulan Abbi baru saja mau makan, dan Abbi menyuruhku untuk ikut makan bersamanya.

"Bayu, ayo makan sama Abbi, nanti kan kalo udah nikah sama Hani kita nanti sering makan bareng" Ucap Abbi.

Aduhh, Abbi kenapa berbicara seperti itu sih? Kan aku juga jadi kepikiran. Apa jangan-jangan benar ucapan mas ikhsan dan Mamah tadi pagi? Apa lebih baik kutanya sekarang saja, ya?

Akhirnya akupun terpaksa mengikuti Abbi, dan setelah aku dan Abbi menyendokkan makan, akupun bertanya kepada Abbi.

"Umm, Bi"

"Iya kenapa, nak?"

"Abbi nyuruh aku kesini itu ada apa ya, Bi?"

"Nanti ya nak, sekarang kita makan dulu, sayangg!! Bayu nya udah dateng lohh inii!!" Jawab Abbi yang kemudian memanggil Ummi.

Ummi pun akhirnya keluar dari kamarnya. Ummi saat ini menggunakan kaus baseball ketat dengan celana legging hitam yang benar-benar mencetak pantatnya yang besar, dan Ummi mengenakan hijab berwarna hitam pula. Tubuh montoknya benar-benar tercetak ketika Ummi berpakaian seperti ini. Tentu saja aku juga berdiri keras melihat Ummi.

"Ehh, udah datengg calon mantu Ummii" Ucapnya sebelum dia mengambil piring dan duduk disampingku.

Ummi pun ikut menyendok makan, dan setelah itu kami makan bertiga dan mengobrol layaknya anak dengan kedua orangtuanya. Terkadang, Ummi juga iseng meraba-raba kontolku dari luar celana, dan aku harus tetap berusaha tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Aku juga menceritakan kegiatanku selama menganggur ini, dan kadang kami bertiga juga bergurau. Bercandaan Abbi dan Ummi juga beberapa kali menyinggung ke aku dan Hani yang harus menikah, sehingga hal itu benar-benar membuatku tak nyaman.

"Mi, Bi" Ucapku.

"Kenapa, Bay?" Jawab Ummi.

"Ummi sama Abbi nyuruh aku kesini bukan buat suruh aku nikahin Hani, kan?" Tanyaku polos yang membuat Abbi dan Ummi tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha, ya nggak lah, kamu ada-ada aja pikirannya" Jawab Ummi sambil tertawa.

Thank fuck.

"Phew, aku udah panik lagian kan, tiba-tiba Ummi nelpon malem-malem, terus Abbi daritadi nyinggung masalah nikah mulu, kan panik aku juga, mana aku masih nganggur, belom siap nafkahin Hani juga" Balasku.

"Hahahaha, nggak kok, Bay, kasian kalian berdua kalau nikah buru-buru, kalian masih muda, nikmatin masa muda kalian dulu" Jelas Abbi, dan aku hanya mengangguk, dan setelah itu Ummi beranjak ke dapur untuk membuatkan kami minum.

"Terus Abbi sama Ummi nyuruh aku kesini mau ada apa, ya?" Tanyaku.

"Jadi gini, Bay," Ucap Abbi memulai.

"Teman Abbi dari inggris ada yang mau dateng kesini, dia kerja di bidang sepakbola juga sama seperti kamu," Lanjutnya.

"Nah terus, dia mau coba dateng ke Indonesia buat ngeliat perbedaan level dari sekolah bola Indonesia dan Inggris" Kembali Abbi melanjutkan.

"Abbi udah tanya sama Hani juga, kata Hani, kamu punya pengetahuan tentang bola yang tinggi, oleh karena itu, Abbi mau minta tolong sama kamu buat nemenin dia pas dia mau pengamatan, apa kamu keberatan?" Tanya Abbi.

"Oalah gitu, toh? Emang hari apa dia mau pengamatannya, Bi?" Tanyaku.

"Minggu depan hari Jum'at, Bay, Abbi juga mikirnya mungkin kamu bisa ngambil beberapa ilmu dari dia" Jelasnya.

"Yaa tergantung bidang dia apa sih, Bi, kan aku ngejarnyamau jadi scouter, mungkin temen Abbi itu beda sama aku, bisa jadi dia coach tim akademi kan, tapi aku bisa kok nemenin dia" Balasku.

"Baik kalau begitu, biar Abbi hubungin orangnya ya" Jawab Abbi.

Setelah itu kami mengobrol sebentar, dan tak lama kemudian dering hape Abbi berbunyi dan Abbi langsung mengangkat teleponnya. Sepertinya pembicaraan mereka cukup penting. Abbi pun sudah selesai menelepon, dan Abbi langsung bergegas ingin pergi.

"Aduh, Bay, maaf banget Abbi ada urusan mendadak, Abbi mau keluar sebentar, ya" Ucap Abbi tergesa-gesa, dan aku hanya mengangguk setelah Abbi pamit.

Tak lama setelah Abbi pergi, Ummi pun datang membawakan minum untukku, dan Ummi kebingungan melihat Abbi yang sudah tidak ada.

"Loh, Abbi kemana?" Tanyanya.

"Keluar bentar katanya tadi, Mi" Jawabku, dan Ummi pun duduk di sampingku dan kami meminum minuman kami bersama.

"Mi" Ucapku pelan.

"Kenapa, Bay?"

"Nggak jadi baseball kita, Mi" Ledekku, dan Ummi hanya tersenyum.

"Nggak tau tiba-tiba Abbi nggak jadi keluar dulu, kan jadi gagal ngerasain kontol gede anak muda" Jawab Ummi dengan nada menggoda, dan dengan sigap Ummi langsung memegang kontolku dari luar sweatpants yang sedang kugunakan.

"Tapi sekarang Abbi lagi diluar" Godanya.

"Sssshh... Ummii... Nanti tiba-tiba Abbi balikk gimanaa..." Ucapku mengingatkan.

"Nggak kokk, Abbi paling agak lama juga kalo keluar, sempet pasti sekedar masukkin doang mahh" Jawabnya, dan Ummi langsung menurunkan celanaku membiarkan kontolku terbebaskan dari belenggu.

"Waduhh, udah siap pukulannyaa... Slrrpp... Slrrpp..." Ucap Ummi yang tiba-tiba menurunkan kepalanya dan menjilat ujung kontolku.

"Aduhh... Ummii..." Desisku, dan Ummi menurunkan jilatannya ke batangku, dan setelah itu Ummi mulai menjilati seluruh permukaan kontolku.

*Sllrppp.. Slrrp... Slrrppp...*

Akhirnya, aku hanya bisa pasrah dan menikmati perlakuan Ummi ini. Sembari Ummi menjilati kontolku, aku juga langsung mengangkat kaus baseball Ummi sampai BH nya terlihat, dan aku langsung melepas BH itu dan menaruh BH nya di meja makan.

Setelah payudaranya terbuka pun, aku langsung menuntun Ummi untuk berlutut diantara kedua pahaku, dan aku langsung meminta Ummi untuk menjepitkan kontolku diantara payudaranya.

"Mi, titfuck dong" Pintaku, dan Ummi dengan sigap langsung menjepit kontolku, dan Ummi langsung menaik-turunkan tubuhnya.

*Slebbb... Slebb... Slebb...*

Dikarenakan masih terasa agak serat, Ummi pun langsung meludahi payudaranya dan menjadikan ludah itu sebagai pelumas. Kini payudaranya sudah terasa makin licin, dan Ummi kembali menjepit kontolku, dan dengan cepat, Ummi kembali men-titfuck-ku dengan rasa yang jauh lebih nikmat kali ini.

"Ahhh... Gillaa... Empukk bangettt..." Desahku.

"Ummhh... Iyaa... Puas-puasinn... Nantii kalo udah nikahh nggak boleh kaya ginii... Umhmhh..." Jawab Ummi.

Baru sebentar Ummi men-titfuck-ku, Ummi langsung melepas jepitannya, dan Ummi langsung menurunkan celana beserta celana dalamnya. Kemudian, Ummi langsung menaiki tubuhku.

"Main cepet aja yaa sayangg" Ucap Ummi, dan Ummi langsung memasukkan kontolku ke memeknya, dan Ummi langsung menjatuhkan pantatnya hingga kontolku masuk sangat dalam.

"UMMHHH..."

Dengan cepat, Ummi menaik-turunkan pantatnya, dan Ummi juga menuntunku untuk meremas-remas payudaranya dengan kencang.

"Ummhh... Remesinn tetekk Ummii Bayy... Ahhh... Kontoll kamuu gede bangettt sihh..." Desahnya.

Akupun menuruti permintaan Ummi, dan aku langsung meremas-remas payudara Ummi kencang hingga Ummi menjerit-jerit kencang.

"AHHH... BAYYY... REMESS YANG KENCENGGG... AHHHH..." jeritnya.

Akupun mengikuti permintaan Ummi, dan aku makin keras meremas payudaranya yang sangat besar ini, dan Ummi yang menjadi sangat terangsang akhirnya makin mempercepat goyangannya.

*PLOKKK... PLOKKK... PLOKKK... PLOKKK...*

Akupun berinisiatif untuk mencium bibir Ummi, dan Ummi juga tak kalah liar dalam menciumku. Ummi benar-benar seperti sedang kesetanan.

"CCUPPHH... CCCUPHH... CCUUPHH... AHHH BAYYY.... CCUPPHH... CCCUUPPHH..."

Tanganku sudah puas bermain dengan payudaranya, dan setelah itu aku memindahkan tanganku ke pantatnya, dan pantatnya kutampar-tampar kencang hingga Ummi juga makin menggila. Ciumanku pun kini berpindah menuju ke dua gunung kembarnya ini.

*PLAKKK... PLAKKK...*

"AHHH... BAYYY... ISEPP YANGG KENCENGGG... UHHH... TAMPARR YANG KENCENGGG.... UMMHHHH... ENAKK KONTOLL ANAKK MUDAAA... UMMHH..." jeritnya.

"Ssshhh... Ummii kayakk lagi napsuu bangett siii..." Ucapku pelan.

"AHHH... IYAHHH... UDAHH DARII MALEMMM DIGODAINN SAMA CALON MANTUU KONTOL GEDEEE... UMMHHH..." balasnya tak berhenti menggoyang kontolku.

Dari semua perempuan yang pernah berhubungan badan denganku, tidak ada yang bisa menandingi Ummi dalam urusan WOT. Bahkan sebelum-sebelumnya pun, Ummi tidak pernah sampai senikmat ini dalam mengendaraiku. Ummi benar-benar sudah kesetanan saat ini.

Aku juga sudah menawarkan Ummi untuk gantian, namun Ummi menolaknya. Karena jepitan memeknya yang juga diimbangi dengan goyangan yang sangat menikmatkan ini, baru sekitar 15 menit aku sudah mau keluar.

"Ummhh... Mii... Akuu mau keluarrr..."

"Ummhh... Iyaaa... Dalemm memekk Ummi yaaa... Uhhh... Ummii jugaa udahh mau nyampeee..." Jawabnya, dan tanpa persetujuan Ummi, aku langsung mengangkat tubuh Ummi dan menghempaskan tubuhnya di meja makan.

"Ummhh... Bayuu... Ngapa-INHHH.... AHHHH... UMMMHHHH.... BAYYYY..." ucap Ummi yang terpotong karena aku langsung mengentoti Ummi dengan cepat dan kuhentakkan pula kontolku dalam-dalam.

"AHHHH... IYEESSS... UMMHHH..." Desahnya kencang menikmati entotanku.

Aku juga langsung meremas-remas payudara Ummi, dan menjadikan payudara Ummi sebagai tumpuanku untuk mengentoti memeknya.

"AHHHH... TERUSSSS... YANGG CEPETTTT SAYANGGGG.... UMMHHHH... TERUSSSS... AHHHH IYESS... YESSS... UMMHHH... ENTOTINN YANGG CEPETT TERUSSS SAYANGG... UMMHHHH..." Jerit Ummi yang mulai tidak terkontrol.

"Ummmhh... Ummii... Akuu udah mau keluarrrr..." Ucapku.

"AHHH... IYAHH... BARENGG YAAA... UMMHH... TERRRUSSSSS.... BAYYY... UMMIII... UMMII KELUARR SAYANGGG... AHHHHH...." lenguh panjangnya ketika Ummi mencapai orgasmenya.

"Iyaaa Mii... Akuu jugaa keluarr... URGHH...." lenguhku ketika aku menghentakkan kontolku dalam-dalam dan muncrat di dalam memeknya, dan terlihat raut kepuasan Ummi setelah kami orgasme.

Setelah pejuku keluar semua, aku tidak langsung mencabut kontolku, dan Ummi juga tidak keberatan.

"Ummhh... Bayy... Tumbenn kamu cepet keluarnyaa..." Ucapnya terengah-engah.

"Gimana nggak cepet keluar, yang goyang udah kaya kesambet" Jawabku, dan Ummi tersenyum mendengar jawabanku.

"Bay"

"Kenapa, Mi?" Tanyaku.

"Ambil hape kamu, deh" Jawabnya, dan aku hanya menurut.

"Buat apa, Mi?" Kembali tanyaku.

"Fotoin Ummi lagi begini coba" Pintanya.

"Yaampun Ummi, buat apaan??"

"Udahh fotoin dulu ajaa" Jawabnya, dan aku hanya menurut memotret Ummi di kondisinya yang masih seperti ini.

Setelah itu, Ummi memintaku kembali duduk di kursi, dan Ummi pun kembali berlutut diantara kedua pahaku untuk menjilati kontolku.

*Slrrpp... Slrrpp...*

Lagi-lagi, Ummi memintaku memotret dirinya yang masih menjilati kontolku.

"Slrrpp... Bayy... Fotoinn lagii... Rekamm juga gapapaa..." Ucapnya, dan aku hanya bisa menurut.

Aku memotret Ummi sedang menjilati dan menyepong kontolku beberapa kali, dan aku juga merekamnya dengan durasi sekitar 3-4 menit. Akupun memberitahu Ummi kalau aku sudah selesai memotret, dan Ummi kemudian melepaskan kulumannya.

"Chlokhh... Chlokhh... Fuahh... Gilaa kamu masih bisa berdiri ajaa udah keluar sebanyak ituu..." Ucapnya setelah Ummi melepaskan kulumannya.

"Hahahahah, ehiya, ini foto sama videonya aku kirim ke Ummi lewat mana?" Tanyaku.

"Nggak usah, foto itu kamu simpen buat kamu aja" Jawabnya.

"Dih apaan si, Mi?"

"Hih, serius Ummi, anggep aja ini hadiah wisuda kamu, pake ini aja kalo nanti dirumah kamu lagi pengen ngocok, daripada kamu buka web-web bokep nggak jelas" Jelas Ummi.

"Ya pake fotonya Hani, lah" Balasku.

"Loh, Hani sering ngirim foto-foto begitu juga?" Tanyanya.

"Banget, Mi, sering banget sebelum mandi dia foto bugil depan kaca dulu, atau kadang kalo tidur nggak pake daleman, banyak deh pokoknya" Jelasku yang membuat Ummi menggelengkan kepalanya.

"Duhh anak Ummi kenapa, sih?" Ucapnya.

"Nggak usah kaget, liat aja emaknya ganas begini kalo lagi ngentot" Jawabku yang membuat Ummi tertawa.

Setelah membereskan kekacauan ini pun, seperti biasa Ummi menyuruhku mandi di kamar mandi dekat kolam. Setelah itu, aku kembali ke ruang tamu menunggu Abbi pulang. Tak lama kemudian, Ummi keluar mengenakan pakaiannya yang baru.

I swear, Ummi selalu mengenakan pakaian yang memancing ketika aku sedang bermain ke rumahnya. Meski tidak selalu berakhir dengan seks, tetap saja pakaiannya pasti membuat pria manapun terangsang.

Ummi saat ini mengenakan bath robe panjang dengan jilbab panjang yang Ummi singkapkan kebelakang, dan terlihat jelas Ummi tidak mengenakan apa-apa dibaliknya karena pentilnya terlihat sangat menjiplak.

"Ummi nggak takut ketauan Abbi apa kalo Ummi nggak pake apa-apa selain bath robe? Pentilnya nyeplak banget itu" Tanyaku.

"Lohh keliatan ya hahahahaha, nggak kok, nanti kalo ada Abbi jilbabnya di kedepanin aja" Jelasnya asal.

"Yaudah kalo gitu buka aja iketannya, kan gaada Abbi" Ledekku.

"Nantangin?" Jawabnya dengan nada menggoda, dan Ummi pun langsung menarik tali robe nya hingga kini payudara dan memeknya bisa terlihat, dan Setelah itu, Ummi pun duduk disampingku.

Tentu saja aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari kedua gunungnya yang gigantic ini, dan Ummi langsung menyadarinya.

"Ngeliatin doang, pegang aja sinii" Ucapnya, dan Ummi langsung menarik tanganku menuju ke payudaranya.

"Gila Ummi belom puas?" Tanyaku.

"Ummhh..." Desahnya tak menjawab pertanyaanku.

Akupun juga akhirnya tidak tahan, dan aku langsung mengarahkan mulutku menuju ke payudaranya dan putingnya langsung kukulum.

"Ummhh... Bayyy..."

*Ccupphh... Ccupphh...*

Tangan Ummi kini mengacak-acak rambutku, dan tangan yang satunya Ummi gunakan untuk memainkan memeknya. Aku yang melihat ini pun langsung menarik tangan Ummi yang berada di memeknya dan menaruhnya disamping paha Ummi, dan aku langsung menggesek-gesek memek Ummi dengan cepat.

"UMMHHH... BAYYY... AHHHH..." jeritnya keenakan.

Tak lama kami melakukan ini, Tiba-tiba terdengar suara mobil Abbi dan kami berdua langsung tersentak kaget.

"Ummhhh... Ehhh Bayy... Abbi pulanggg..." Ucap Ummi mengingatkan, dan akupun langsung melepas kulumanku dan setelah itu Ummi kembali ke kamar.

Akupun langsung membereskan kekacauan ini dan membersihkan kedua tangan serta mulutku menggunakan tisu, dan setelah itu Abbi masuk kedalam rumah.

Eh, Bayu, maaf ya Abbi kelamaan, tadi ada kendala di jalan soalnya" Ucap Abbi.

"Iyaa Abbi nggak papa kok, santai aja" Jawabku.

Abbi pun kemudian duduk disampingku, dan kami kembali mengobrol sejenak sampai Ummi akhirnya kembali ke ruang tamu dengan pakaian yang sama, namun dengan gaya yang jauh lebih sopan dan muslimah.

"Ini Bayu nya nggak kamu temenin, Mi?" Tanya Abbi yang tidak tahu kalau kami baru saja ngentot tadi.

"Ummi temenin kok, cuma tadi Ummi tinggal mandi sebentar" Bohongnya, dan Abbi hanya mengiyakan.

Berhubung sekarang sudah sore juga, akupun memutuskan untuk pulang. Akupun langsung berpamitan dengan Abbi dan Ummi.

"Yaudah Abbi, Ummi, aku pamit ya, udah soree soalnya" Ucapku.

"Eh, sebentar, Bay, sebelum pulang, ada yang ingin Abbi sampein ke kamu" Potong Abbi.

"Abbi paham, kamu sekarang lagi di fase pusing, bingung mau gimana, kerja ngga ada yang mau terima, dan lain-lain, Abbi juga ngerasain hal yang sama seperti kamu, kok, intinya kamu harus tetap semangat ya, nak" Ucapnya menyemangatiku.

"Iyaa Abbi, terimakasih banyakk buat ucapan semangatnyaa, aku pasti semangat kok, demi bisa nafkahin Hani" Candaku.

"Hahahahah, bagus-bagus, karakter seperti ini yang Abbi ingin untuk jadi menantu Abbi" Jawabnya, dan entah kenapa aku menjadi sangat bangga mendengar Abbi memujiku seperti itu.

"Iya, Bi, semoga aku juga nggak ngecewain Abbi sama Ummi, ya" Balasku, dan setelah itu aku bersalim dengan Abbi dan Ummi sebelum aku beranjak pulang.

Di jalan, aku kembali memikirkan perkataan Abi. Aku benar-benar sangat senang mendengar Abbi berkata seperti itu kepadaku, namun disisi yang sama aku sudah harus meningkatkan keseriusanku dengan Hani melihat Abbi dan Ummi juga sudah sangat menaruh harapannya kepadaku.

-To be Continued-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd