Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa yang Tahan (TAMAT)

Post 7

“Tok.. Tok.. Tok...!!”

“Aldi... sayaang... ayo bangun...." suara mama terdengar merdu dari balik pintu kamarku. Sebenarnya aku sudah bangun tapi aku sengaja tak menjawabnya.

“Tok.. Tok.. Tok...!!” ketuk mama lagi di daun pintu kamarku.

Perlahan, mama membuka pintu kamarku lalu mengintip ke dalam. Aku pura-pura masih terlelap tidur dengan dengkuran lirih. Sengaja pula kubiarkan selimut yang tadi aku pakai tak menutup tubuh telanjangku. Setelah coli tadi malam aku memang tak memakai apa-apa lagi karena langsung tertidur.

Dengan langkah berjingkat, mama masuk kedalam kamarku. Lalu dia duduk di tepi tempat tidur, pandangannya menatap tubuhku ini yang masih tertidur lelap dalam posisi telentang. Aku membuka mata sedikit supaya tahu apa yang akan dilakukan mama. Entah apa yang dipikirkan mama sampai pandangannya lekat menatap tubuhku. Bagiku itu adalah suatu kebanggan tersendiri saat aku jadi perhatian mama.

"Kontolmu benar-benar mirip punya papamu sayang...." gumam mama lirih, tapi aku jelas mendengarnya.

“Aldi, sayaang.. ayo bangun..” ucap mama, kali ini sambil menggoyang pahaku.

Aku masih berusaha pura-pura tidur. Tapi goyangan tangan lembut mama pada pahaku membuat batang penisku ikut bergoyang-goyang. Semakin lama semakin mengeras dan akhirnya tegak mengacung di hadapan mama.

“Aldi...” bisik mama sambil mendekatkan wajahnya ke arah penisku. Tiba-tiba kurasakan tangan mama meraih penisku dan memegangnya dengan lembut.

“Hmmm... hangat....dan keras" gumam mama mengagumi penisku.

"Eeeeehhhhmmmmm.... Hoooooaaaaahhhmmmm..." aku melenguh sambil menggeliat.

Sebentar kemudian aku membuaka mataku dan pura-pura kaget dengan kehadiran mama. Tangannya yang masih memegang penisku tak dilepaskannya.

"Eeehh... mama.... pagi ma...." sapaku sambil meregangkan badan.

"Pagi juga sayang.. ayo dong bangun, kamu kan masih harus sekolah” ingat mama, dengan tangannya masih memegang penisku.

Aku pura-pura tak sadar jika selimut yang aku pakai sudah tersibak dan memamerkan batang penisku yang sudah tegak mengeras. Aku merasa jika ketelanjangan bukanlah sebuah hal yang cukup penting untuk dipermasalahkan. Apalagi mama pernah menikmati penisku dalam liang senggamanya.

“Iya maa... bentar aahhhh... Aldi masih nganttuuukkk...." balasku.

“Hhmmm..... gitu ya....?"

Mama tiba-tiba naik ke atas tempat tidurku dan berdiri tepat di atas selangkanganku. Dengan posisi kaki terbentang, mama menempatkan kakinya di samping kiri dan kanan pahaku. Lalu, dengan tiba-tiba mama menurunkan tubuhnya dan bertumpu pada lututnya. Sambil berjongkok, ia lalu memajukan tubuhnya kedepan.

“Arrgghh.. mama.. Aldi capek nih...” ujarku memprotes perlakuan mama.

“Capek ngapain siih kamu? Capek coli terus yah...”

Tiba-tiba mama memajukan pinggulnya lagi. Ahh, kurasakan belahan daging lembut dan hangat menabrak batang penisku. Rupanya dibalik daster kimono yang dipakai mama tak ada celana dalam yang menutupi vaginanya. Makin mengeraslah batang penisku sejadi-jadinya.

“Aldi mau bangun gak, hayoo !?” mama dengan pelan mulai menggoyang pinggangnya. Belahan memeknya terasa mulai mengelus permukaan penisku.

“Mamaaa... papa berangkat dulu nih.. ada meeting di kantor!” teriakan papa terdengar di depan kamarku.

“Eh, iya paah... gak sarapan dulu apa?” balas mama langsung bangun dari tubuhku lalu berjalan keluar kamar.

"Ahh mamaa.. napa sih gak dilanjutin...” gerutuku kecewa dengan keputusan mama meninggalkanku yang sudah kadung horni ini.

Aku pun dengan gontai melangkah keluar dari kamarku. Kali ini aku sengaja membiarkan tubuh bugilku tak tertutup apapun. Kalau papa sudah berangkat kerja berarti tinggal mama dan kak Vira saja yang di rumah. Aku juga ingin tahu bagaimana reaksi mereka saat melihat aku menemui mereka telanjang bulat dengan penis tegak mengeras. Pasti seru nih, haha.

“Papa udah berangkat ya ma?” tanyaku saat melihat mama sedang duduk di depan meja makan.

“Eh, iya Di, udah...” balas mama terhenti saat melihatku berani datang ke dapur dengan telanjang bulat.

“Ohh.. pagi sekali berangkatnya..”

“Itu, emm... ada meeting dikantor katanya” balas mama lagi, tapi kali ini wajah mama terlihat lebih santai.

“yaudah Aldi mandi dulu ya mam..”

Kutinggalkan mama yang masih duduk menikmati segelas teh hangat di meja makan. Kuperhatikan mama beberapa kali melirik ke arah pangkal pahaku. Aku yakin kalau pandangan mama pasti menangkap batang peniisku yang tegak mengacung ini.

“Heeeehhh... deeeeekk.....!!" jerit seorang perempuan dari balik pintu kamar mandi.

“Loooh… eeh... kak Vira....” kagetku begitu mendapati kakak perempuanku ternyata ada di dalam kamar mandi.

"Kamu nggak punya mata ya…??" tanya kak Vira sambil menutupi kedua payudara dan pangkal paha dengan kedua tangannya.

“Lhah, siapa suruh mandi tapi pintunya ga ditutup!? Kakak nekat banget sih..”

“Biarin, paling cuma kamu aja yang mau lihat kakak mandi.. tuh kamu juga nekat keluar kamar bugil gitu.. ga malu sama mama?”

“Mama aja ga protes kok!? Kakak aja yang sewot” balasku.

“Trus, mau kamu apa sih dek?”

“Lah, adek juga mau mandi kak.. kita mandi bareng lagi ya kak, hehe...”

“Ogah, kamunya mesum gitu...”

“Halahh.. kemaren aja kita mandi bareng gitu, ga terjadi apa-apa kan?”

Kak Vira diam. Sepertinya dia benar-benar berpikir tentang kita mandi bareng kemarin itu. Matanya masih melihatku dengan kesan bermusuhan, tapi setelah beberapa saat kemudian dia melepas tangannya yang menutupi buah dadanya.

“Yaudah.. masuk sini gih..” akhirnya kak Vira mengijinkan aku masuk.

“Makasih kak... eh, sekel banget tuh susu..”

“Adeeekkk.. mulai deh, mesum banget nih anak..”

Setelah berdebat denganku tadi, kini kak Vira duduk di atas kloset kamar mandi. Dari gelagatnya sepertinya dia mau kencing. Tapi rupanya dia malah melamun di situ dan membiarkan aku berdiri di depannya.

“Udah kak... ayo buruan... gantian.. aku juga mau kencing nih.."

"Huuuhh.. bodo amat.. kakak yang duluan.." jawab kak Vira cuek sambil tetap menduduki toilet.

Aku yang mendapat jawaban seperti itu mulai muncul isengku. Sambil menghadap kak Vira aku mulai mengurut penisku pelan. Penisku yang tadinya sempat lemas kini kembali mengeras dan berkedut-kedut.

“Ehh...eehh.. kalo mo coli tunggu kakak keluar..”

“Udah disini aja kak.. pasti kakak pengen liat aku muncrat kan? Hehehe...” candaku.

“Adekk cabuuuuullllll....”

“Eh..ehh... kalian cepetan mandinya, udah jam setengah tujuh...” tiba-tiba mama berdiri di depan pintu meneriaki kami.

Karena takut terlambat akhirnya aku sudahi saja perbuatan isengku pada kak Vira. Kami segera mandi seperti biasa dan buru-buru keluar dari kamar mandi.

***

Hari itu selama di sekolah hatiku merasa tidak tenang. Entah kenapa aku takut bertemu dengan Syifa. Padahal aku tak bersalah apa-apa padanya. Malah dia yang harusnya malu bertemu denganku karena aku melihatnya secara sengaja bersetubuh dengan papanya. Meski dengan alasan papanya yang memaksanya, tapi aku yakin kalau cewe binal itu juga menikmatinya.

Sampai jam pulang sekolah aku masih belum bertemu dengan gadis bernama Syifa itu. Hatiku jadi sedikit tenang. Namun begitu aku harus segera pulang ke rumah supaya kesempatan bertemu dengan Syifa semakin kecil kemungkinannya.

Setelah sampai di depan pagar rumahku aku merasa lega. Akhhirnya hari itu aku sukses tak bertemu dengan Syifa. Akupun berjalan pelan menuju pintu depan. Tiba-tiba di teras depan aku lihat sepasang sepatu perempuan. Aku mengiranya itu sepatu teman kak Vira yang datang ke rumah. Dengan tenang aku membuka pintu dan masuk kedalamnya.

“Maa.. adek pulang.. “ teriakku seperti biasanya kalau pulang.

“Aldi.. sini kamu!!” teriak mama balik. Suaranya keras dari ruang tengah.

‘Degh!!’

Jantungku rasanya berhenti berdetak saat kulihat Syifa tengah duduk berdua dengan mamaku. Ya ampun, ternyata aku belum bisa menghindar dari gadis itu. Mau apa sih dia datang kerumahku?

“Aldi... duduk...” ucap mama tegas. Sepertinya ada sesuatu yang penting terjadi.

“I.. i-iya ma.. ada apa sih?” balasku grogi, mata mamaku menatapku tajam.

“Mama udah berkali-kali memperingatimu... tapi lihat, sekarang kamu melanggar larangan dari mama sama papa...”

“Eh, bentar... ada apa sih mam? Aldi gak ngerti..”

“Kamu ternyata udah ngehamilin teman kamu sendiri”

Duaarrr!!!! Serasa ada ban truk meletus di depan mukaku.

“Aa..apaa maa?” tanyaku tak percaya.

“Iya tante, lihat tuh Aldi beneran ga mau tanggung jawab” ucap Syifa dengan nada sedih.

“Mama musti lapor papa nih...” ucap mama mengambil Hpnya.

“Eh., tunggu..tungguu.. jangan mam.. kita bicara dulu..” cegahku sambil duduk di sebelah mama.

“Bicara apa lagi? Sudah jelas kalo kamu punya kelakuan bejat...”

“Iya tuh tante.. marahin aja Aldi...” ucap Syifa ikut-ikutan. Rasanya pengen aku seret keluar juga nih anak.

“Sekarang gini, mama mau tanya... kamu mau tanggung jawab gak?”

“Tanggung jawab apa sih maaa?? Aku kan ga ngelakuin apa-apa sama Syifa...” ujarku membela diri.

“Kalo kamu ga ngelakuin apa-apa kok sampe Syifa hamil? Udah pokoknya kamu mau gak mau harus jadian sama Syifa...”

“Apaaa!??”

“Mama lapor papa kamu aja deh...”

“Jangan maaa.. iya..iya.. Aldi mau tanggung jawab..” kataku terpaksa.

“Beneran ??”

“Iya maaah... Aldi sumpah deh..”

“Oke.. sekarang salaman dulu sama Syifa, bilang kalo kamu mau jadi pacaranya..”

“Lhoh !?”

“Ayooo....”

“Iya deh... umm.. Syifa, mau gak kamu jadi pacarku?”

“Iya sayang.. aku mau kok” balas Syifa tersenyum penuh kemenangan. Aku semakin merasa ada gelagat aneh pada kejadian ini.

“Nahh... udah kan Syifa, anak tante yang cakep ini udah nerima cinta kamu... selamat ya sayang..”

“Trus.. masalah hamilnya Syifa gimana mam?” tanyaku dalam ketidak pastian.

“Hamil apa sih? emang kamu hamil ya Syifa?”

“Engga tuh tante...”

“Aldi ngaco deh.. Syifa ini udah cantik, berkerudung, sopan.. masak hamil ga ada suaminya..!?”

“Jadi.. !!!”

Ajaayyy.. gua kena prank mama gua sendiri sodara-sodara. Kok bisa ya !?

Mama lalu menjelaskan semuanya. Rupanya beberapa kali Syifa ketemu dengan mama dan minta bantuan supaya aku mau jadi pacarnya. Permintaannya buat mendekati Doni ternyata juga bagian dari rencananya. Sebenarnya dia sudah lama ingin dekat denganku tapi belum punya alasan. Ahh.. siapa yang tahan pengen nangis kalo gini caranya.

Setelah mama pergi ke belakang, aku kemudian mengajak Syifa duduk di teras. Di dalam terasa panas kataku. Namun sebenarnya aku hanya ingin bicara berdua saja sama dia.

“Kamu udah gila ya Syifa!?”

“Enggak tuh Di.. napa emang?”

“Kamu berani banget minta mamaku buat bantuin kamu jadi pacarku... mama belum tau aja kelakuan bejat kamu sama papa kamu..” ucapku sinis.

“Lhah, silahkan sayang.. cerita aja ke mama kamu, atau kalo perlu sama semua temen di sekolah.. kita lihat siapa yang akan dipercaya...” balas Syifa tersenyum. Aku mulai merasa anak ini pinter banget sandiwaranya. Juga pinter bikin rencana.

“Oke... oke.. aku ga mau buat ini jadi rame, sekarang mau kamu apa?”

“Mauku? Ya jadi pacarmu lah Aldi sayang.. kan udah aku ceritain tadi” sekarang Syifa menatapku dengan pandangan penuh rasa sayang. Ahh, jadi ga tahan kalo udah dibeginiin sama cewe.

“Hadeuhhh.. abis kejedot tiang listrik ya kepala kamu ini?”

“Udah jangan terlalu melankolis gitu lah sayang.. kita jalanin aja dulu..”

“Jalanin apa?? Uhh, memek kamu aja udah jebol sama papa kamu sendiri.. masak aku disuruh pake barang bekas...” ucapku sembarang.

“Yeee... barang bekas tapi dijamin ori... masik enak dan legit lhoh sayang..” bisik Syifa di telinga kiriku.

“Udah..udah... ntar tambah ngaco aja kamu.. aku antar pulang aja yukk..”

Selepas berpamitan dengan mama akhirnya Syifa aku antar pulang. Aku masih tak terima dengan caranya biar dekat denganku. Tapi seperti yang Syifa bilang, memang lebih baik kita jalanin aja dulu. Kedepan akan seperti apa biarlah waktu yang akan menjawabnya.

***

Malam harinya, aku, papa dan mama nonton tv di ruang tengah. Sambil ngobrolin tentang Syifa yang merayu mama buat bantuin dia jadi pacarku. Seperti yang aku duga, aku jadi bahan olok-olokan papa sama papa. Aku cuma bisa mendengar saja ucapan mereka, bahkan ejekan mama pun aku tak bisa membalasanya. Aku hanya diam sambil tersenyum kecut. Katanya aku yang tak berani cari pacarlah, yang dibilang aku jadi cowo idaman di sekolah lah, ditembak sama perempuan nekat lah. Dan lain sebagianya.

Sekitar pukul 9 malam, mama dan papa masuk ke dalam kamar. Katanya sih mengantuk, tapi aku rasa mereka sudah bosan menjadikanku bahan olok-olokan. Aku masih setia duduk di depan tv menonton film fantasi kegemaranku. Karena udara yang lumayan gerah akhirnya aku lepas kaos dan menyisakan celana pendek basket tanpa daleman seperti biasa. Kalo sudah begitu nyaman banget rasanya, mau duduk di depan tv berjam-jam pun aku pasti tahan.

Sebentar kemudian kak Alvira datang dari kamarnya lalu duduk di sebelahku ikutan nonton film. Aku sempat terpana dengan penampilannya malam itu. Kakakku yang cantik dan seksi itu hanya memakai bra berenda warna putih dan celana pendek ketat warna merah muda. Semakin hari kurasakan kak Vira semakin berani menunjukkan auratnya di depan kami.

“Telanjang sekalian aja deh kak.. kalo cuma gitu nanggung...” candaku melihat kak Vira.

“Hihihi.. gak ah, ntar keenakan kamu dong” balasnya centil.

“Eh, kayaknya bra kakak baru yah?”

“Betull sekali adikku... bar-ru.. papa yang beliin” ucapnya sambil meraih kripik kentang dari toples di depanku.

“Wah..curang, kakak ngapain aja sih kok papa mau beliin itu?”

“Emm.. rahasia, hihihi....” balas kak Vira cekikikan.

Sebentar kemudian kak Vira balik lagi ke kamarnya. Aku yang ditinggal sendirian di ruang tengah kembali fokus pada film yang diputar di tv depanku. Setengah jam kemudian setelah film selesai akupun balik ke kamar karena terasa mengantuk. Namun begitu aku membuka pintu kamarku ada suara aneh dari dalam kamar kak Vira. Dan inilah awal dari petualangan kami selanjutnya, hahaha.

"Desahan apa sih itu? Itu kan suara kak Vira? Kayaknya kak Vira lagi colmek nih.." semua pertanyaan itu muncul di dalam pikiranku.

Tiba-tiba aku membayangkan kakak perempuanku itu dengan tubuhnya yang telanjang sedang bermasturbasi di atas tempat tidurnya. Aku kemudian dikejutkan dengan suara desahan panjang yang kencang menandakan dia sudah mencapai orgasmenya dan itu langsung membuyarkan lamunanku.

"Kak... kak Vira... kakak kenapa? Kok teriak-teriak gitu, aku masuk yah.." aku berteriak dari luar pintu sambil membuka pintu kamarnya yang ternyata gak dikunci.

"Ahhh... jaaanggaaannn masuk deekk...!!" teriak kak Vira, tapi telambat. Pintu kamarnya sudah terbuka dan aku melihat dengan jelas tubuhnya yang sedang telanjang bulat dengan tangan yang masih mengelus vagina gundulnya.

"Kyyyyaaaaaa....!!!"

“Astaga !! kakak lagi colmek yah?” aku benar-benar kaget melihat kakak perempuanku ini sedang nonton film bokep sambil masturbasi, gila!! ternyata seperti ini kelakuannya. Tak kalah cabulnya dengan kelakuanku.

"Buuuukkkkkk...!!" tiba-tiba sebuah bantal mendarat di mukaku dan langsung membuyarkan pandanganku.

"Aku lagi ga ngapa-ngapain kok... kamu keluar aja ya dek" ujar kak Vira teriak setelah melemparkan bantal ke mukaku.

"Boong kamu kak, tadi adek lihat apa yang sedang kakak lakuin dan aku dengar dengan jelas kakak mendesah-desah, jangan munafik deh kak..." dia terlihat kaget mendengar ucapanku.

“Itu... itu...” kak Vira bingung membalas ucapanku. Tapi kulihat tangannya masih terus mengelus-elus belahan vaginanya yang sekarang bersih tanpa bulu.

“Udahlah kak.. biasa aja, aku juga sering coli.. kakak juga pernah liat kan!?”

“iya deh dek...”

“Nah, sekarang adek mau lihat kakak colmek.. penasaran juga gimana kalo cewe lagi sange berat, hehehe...” rayuku.

Akhirnya kak Vira mulai melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti tadi. Dia mulai meremas-remas kedua payudaranya.

"Aaahhhhhh... ssshhhhh... emmmm" kak Vira mulai mendesah-desah tertahan, sepertinya dia masih merasa malu padaku.

"Dielus juga dong memeknya kaakk..." aku mencoba menyuruhnya mengelus-elus memeknya lagi. Dia menurutinya lalu mulai mengelus memeknya yang merah merekah itu.

"AaarggHhhhhhh.. geli dek rasanya, sssshhhhhh.." kak Vira kembali mendesah.

"Tapi enak kan?" kataku

"Iya dek.. enak banget... ssshhhhhh..." jawab kak Vira sambil mendesah.

Celana pendekku terasa sesak karena kontolku sudah menegang maksimal ketika melihat kak Alvira masturbasi di hadapanku. Karena aku semakin tak tahan, kuputuskan saja untuk mengeluarkan penisku yang sudah menegang itu . Akupun lalu mengocoknya sambil melihat kak Vira yang sedang mengelus memeknya sambil merem-melek keenakan.

“Aaaahhhhhh... ssshhhhhh...” terdengar desahan seksi yang keluar dari mulut kak Vira.

Aku semakin tak bisa menahan keinginan untuk menyentuh tubuh kakak perempuanku yang cantik ini. Akhirnya aku mulai mendekatinya sambil masih mengocok penisku. Kak Vira tersentak kaget melihatku mendekatinya, tapi kemudian matanya terlihat sayu menatap penisku yang sedang ku kocok.

"Dekkk... sshhhhh... mau ngapain kamu?" tanya kak Vira dengan pandangan horninya.

"Sssstttttt... udah kakak lanjutin aja" ucapku yang mulai mendekatinya.

Aku yang sudah duduk disebelahnya mulai membelai rambutnya dan menatap matanya yang sayu. Spontan aku dekatkan mulutku pada bibir kak Vira lalu menciumnya dengan mesra. Entah kenapa tiba-tiba dia membalas lumatanku, kami berdua pun saling berciuman dan saling melumat. Tapi tak sampai disitu saja perbuatanku, tangan kananku mulai mengelus perutnya dan naik mengelus-elus payudaranya. Aku bisa mendengar desahan kak Vira disela-sela ciuman kami, tangannya mencoba memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya dan memainkan putingnya yang sudah menegang. Tiba-tia dia melepaskan ciumannya.

"Aahhh dekk... apa sih yang kita lakuin? Kita ini saudara kandung loh dek.." ucap kak Vira dengan sedikit mendesah.

"Sssssttttt... nikmatin aja kak.. pasti enak kok..” balasku dengan memberanikan diri.

Tanganku pun mulai turun ke bawah hingga ke pangkal pahanya, lalu mengelus-elus memeknya yang kali ini sudah bersih dari bulu-bulu halus yang biasa menghiasinya.

"Aaarrgggghhhhhhhh....." kak Vira tersentak kaget merasakan tanganku mengelus-elus vaginanya.

Aku pun mulai mencium bibirnya lagi dan terus turun ke payudaranya, aku pun mengisap putingnya kanan kiri secara bergantian. Desahan demi desahan terus keluar dari bibir kak Vira. Aku semakin menurunkan ciumanku hingga ke pangkal pahanya dan mulai menghisap bibir kemaluannya.

“Ssshhhhh... kamu apain memekku dekkk.. aaaahhhhhh...enak banget” ceracaunya.

Aku semakin kuat menghisap vagina kak Vira. Klitorisnya pun tak luput oleh sapuan lidahku. Kakak perempuanku itu hanya bisa mendesah menikmati perbuatanku. Setelah yakin vaginanya sudah sangat basah, akupun mulai menindih tubuh kak Vira dan mulai menggesek-gesekkan kepala kontolku ke bibir vaginanya.

“Aaahhh.. jangan Dii.. aku kakak kandungmu.. ga boleh ya dekk...” ucap kak Vira lirih.

“Iya kak, aku tau kok... tapi ini kan yang kakak mau?”

Aku mulai sedikit menekan kepala penisku masuk ke lobang kemaluannya, tapi ternyata sulit karena lubang kemaluan kak Vira rasanya sempit banget. Aku terus menekan penisku dan akhirnya sedikit demi sedikit kepala penisku bisa masuk.

"Oooohhhhhhhh.. ssshhhhhhh..." kak Vira semakin mendesah tak karuan.

Aku mendiamkan penisku yang telah bersarang di dalam vagina kak Vira, sambil menikmati enaknya jepitan vagina miliknya. Ternyata seperti inilah rasanya ngentot sama kakak perempuanku sendiri. Aku mencoba menambah rasa nikmat yang kami rasakan dengan mencumbu bibir kak Vira dan meremas payudaranya. Setelah diam beberapa saat, aku mulai menggenjot penisku keluar masuk vaginanya secara perlahan sambil mencumbui puting susunya.

"Aaahhhhhh.. terus dekkk...aaahhhh.. enakkkk.. sssshhhh... aahhhh.. adek jahat, udah ngentotin kakaknya sendiriii... hhhhhmmmm...." racau kak Vira yang kini tersenyum manja padaku.

“Uhhh.. jahat apanya sih kak? Ini gara-gara Aldi punya kakak binal sih.. aahhh.. ngenttttoooottt....”

Aku terus menggenjot vaginanya dengan batang penisku keluar masuk dalam tempo pelan-pelan saja. Beberapa saat kemudian aku mulai merasa vaginanya sudah terbiasa dengan penisku yang mengobok-obok isi vaginanya. Kulanjutkan aksiku terus menggenjot vaginanya semakin cepat dan semakin dalam.

“Aahh.. kalo papa mama lihat gimana kak?”

“Ga tau juga dek.. aahh... sssshhh... paling mama cuma bilang ’kalian kok ngentot sih? yaudah bikin hamil kak Vira sekalian’ gitu dek.. uhhhh...” balas kak Vira tanpa dosa.

“Anjiiirr... kalo gitu bakal Aldi bikin kakak hamil beneran... aahh...”

"Aaaahhh... iya dek.. hamilin kakak... aahhh... hamilin kakaaakkk.. aaahhhhhh... aku nyaampeee... Aaaaarrrgggggggggghhhhhhh....." kak Vira mendesah panjang, pantatnya terlihat sedikit terangkat keatas, dia mendapatkan orgasme pertamanya bersamaku.

Terlihat dia terengah-engah coba mengatur nafasnya, tapi aku tak peduli, aku belum keluar, aku memintanya menungging dan dengan doggy style aku mengobok-obok lagi vaginanya, bahkan semakin kupercepat sodokan penisku.

"Aaaahhhhh... Aaahhhhhh... Aaaaahhhhh..." kak Vira hanya mendesah lemas.

Cukup lama aku menggenjot memek kak Vira dengan posisi Doggy style. Semakin lama semakin terasa kalau aku akan mencapai puncak kenikmatan dalam persetubuhan ini. Dengan cepat aku membalikkan badannya lagi, memasukkan lagi penisku ke vaginanya dan menggenjot dengan cepat sampai terdengar bunyi gesekan penisku dengan vaginanya.

Plekk... plekkk... pleekkk.. plekkk....!!

"Aaakkhhhhhh, dek... kakak mau kkelluuaaaarrr... aaahhhhhhhhhhhh..." ucap kak Vira disela rintihannya.

"Sssshhh... aahhhhh... iya kak... aku juga mau keluar... aahhhh.. gilaaaa... enak banget memek kakak... Aaaaakkkhhhh keluar !!" teriakku.

Crott.. crottt... croottt.....

"Aku juga dek.. kakak nyampeeeee... Aakkkhhhhhhhhh..."

Crrr... crrrr.... crrrrr.....

Kedua tubuh bugil kami bergetar dan kelojotan mengiringi puncak kenikmatan dari persetubuhan yang kami lakukan. Dengan bersamaan kak Vira orgasme untuk ketiga kalinya di malam itu. Pejuhku pun menyembur deras di dalam liang senggamanya menyatu dengan cairan birahinya.

"Haaaahhhhh....haaaahhhhhh..."

Kami sama-sama lemas dan terengah-engah menikmati orgasme kami yang dahsyat ini. Setelah menikmati sisa-sisa orgasme kami, aku mencabut penisku dari jepitan dinding vaginanya. Aku pun beranjak dari atas tubuh kak Vira dan tidur disebelahnya. Dia berbalik menghadapku dan menatap mataku nanar.

“Makasih ya dek.. kamu hebat banget, bisa bikin kakak nyampe berkali-kali..”

“Heheh.. iya kak, lain kali kalo kakak lagi pengen tinggal panggil aku aja” balasku mencium bibirnya.

“Hihhihi.. pasti dek.. eh, kamu malam ini tidur di kamar kakak aja yah”

“Eh, ntar kalo mama tau gimana?”

“Udah.. kamu santai aja, biar kakak yang atur...”

Malam itu beneran aku tidur berdua bareng kakak perempuanku yang ternyata binal itu. Seperti yang aku duga, kami bukannya tidur, malah terus menerus bersetubuh sampai berkali-kali muncrat menumpahkan pejuhku di tubuhnya.

Paginya aku hampir terlambat bangun, untung saja kak Vira sempat membangunkan aku. Badanku rasanya capek dan pegal-pegal, tapi rasanya puas banget.

***


Bersambung lagi ya Gaes ^_^
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd