Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MUDA & BERBAHAYA

Siapakah tokoh yang dimaksud dalam judul?

  • Abimanyu Pramoedya Putra (Bimbim)

    Votes: 56 56,0%
  • Joko Unggul Pranoto (Joe)

    Votes: 3 3,0%
  • Keduanya (Bimbim & Joe)

    Votes: 20 20,0%
  • TS-nya (@Pedjuank)

    Votes: 21 21,0%

  • Total voters
    100
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
om pedjuank mau nanya, ini sedikit menggelitik hati dan pikiran ane.

Kok bisa2 nya suhu pedju munculkan karakter mimin yang berwajah seram bertubuh kekar padahal mimin identik dengan nama perempuan ?...

Cuma itu aja sih yang dari kemaren2 ingin di sampaikan tapi kelupaan pas baca part-part berikut nya.

Semangat untuk terus berkarya dan menyelesaikan cerita ini hingga dapat tital TAMAT.
 
Balas komeng nya sampe triple post gitu om

Smangat 45 ni si om

Mumpung gi smangat di apdet lagi ja om

:pandaketawa:
Lagi trobel jaringannya. Update mungkin besok, tanggung baru dapet 80%, mau dipotong sayang.

om pedjuank mau nanya, ini sedikit menggelitik hati dan pikiran ane.

Kok bisa2 nya suhu pedju munculkan karakter mimin yang berwajah seram bertubuh kekar padahal mimin identik dengan nama perempuan ?...

Cuma itu aja sih yang dari kemaren2 ingin di sampaikan tapi kelupaan pas baca part-part berikut nya.

Semangat untuk terus berkarya dan menyelesaikan cerita ini hingga dapat tital TAMAT.
Sekarang ane cuma bisa bilang don't judge a book by its cover. Mungkin update besok bisa menjawabnya.
 
om pedjuank mau nanya, ini sedikit menggelitik hati dan pikiran ane.

Kok bisa2 nya suhu pedju munculkan karakter mimin yang berwajah seram bertubuh kekar padahal mimin identik dengan nama perempuan ?...

Cuma itu aja sih yang dari kemaren2 ingin di sampaikan tapi kelupaan pas baca part-part berikut nya.

Semangat untuk terus berkarya dan menyelesaikan cerita ini hingga dapat tital TAMAT.
emang gak normal sih. Tapi aku punya temen juga dulu gitu kok. Wajah sangar, body gahar. Pokoknya keliatan jantan banget deh. Namanya "sri".
 
emang gak normal sih. Tapi aku punya temen juga dulu gitu kok. Wajah sangar, body gahar. Pokoknya keliatan jantan banget deh. Namanya "sri".
wkwkwwkwkwkwk.... teman nya om pai malah lebih bikin ngakak... Sri ...nama pendek nya.. mungkin nama panjang nya "SRI BAGINDA" ya om pai.
 
sri rejeki, entah belakangnya apa aku lupa =)) =)) =))
Om pai... mampir dong ke thread ane... Skandal Asmara Dibalik Asrama, mohon bimbingan dan arahan nya maklum thread perdana ane di forum cerbung semprot.
Ditunggu loh hehehehe... ntar ngopi2 disana :cendol:
 
BAGIAN 04


FŪRINKAZAN


POV Riko

Siang itu aku sedang berlatih bela diri bersama Mimin di sasana. Sudah lebih dari setengah jam aku melakukan aktivitas ditempat iru. Tiba-tiba saja datang seorang anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan Bimbim beserta kawan-kawannya siang ini.

“Mereka sedang main basket di taman, boss.”

“Bagus, sekarang saatnya gue mau ngetes mereka.. Min, ayo ikut gue.”

Aku segera menuju lokasi yang dimaksud oleh anak buahku tadi. Sesampainya di dekat tempat tersebut aku sengaja mencari posisi yang baik untuk bisa mengamati Bimbim dan teman-temannya. Saat ini mereka sedang bermain basket sambil ngobrol sesekali. Aku nggak bisa denger obrolan mereka dari posisiku, dan aku memang nggak mau tahu. Hari ini aku cuma mau liat langsung kemampuan mereka. Ketika kuperhatikan gaya bermain mereka sedikit banyak aku bisa menilai ke pribadian mereka. Jati memiliki kecepatan, Bimbim memiliki ketenangan, Sakti memiliki power sedangkan Guntur memiliki pertahanan yang kokoh.

Tak lama berselang aku melihat Tito dan anak buahnya muncul, seperti dugaanku. Akupun menunggu saat-saat perkelahian antara Bimbim dan teman-temannya melawan anak buah Tito terjadi. Baru beberapa menit perkelahian berlangsung aku langsung berdecak kagum akan kolaborasi kerjasama keempat remaja tersebut. Gaya bertarung mereka memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan karakter yang kuduga sebelumnya namun mereka juga punya kelebihan lainnya. Entah kenapa melihat mereka bertarung mengingatkanku akan kutipan karya Sun Tzu yang dijadikan strategi oleh seorang daimyo (Samurai / Kepala keluarga yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah) pada zaman Sengoku (salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang, sekitar tahun 1493 – 1573), Takeda Shingen. Strategi itu bernama Fūrinkazan (風林火山), yang secara harafiah berarti angin, hutan, api, gunung dan dijabarkan menjadi secepat angin, setenang hutan, seganas api, dan sekokoh gunung.

Hasan Jati Nongke biasa dipanggil Jati atau Je. Wajahnya mengingatkanku akan tokoh komik Mimin. Berkepala botak, matanya belo, hidungnya mungil mekar kesamping serta berbibir tebal cenderung dower ditambah kulit tubuhnya yang hitam keling. Namun remaja itu memiliki bentuk tubuh yang sekal berotot walau tidak besar.

Jati melambangkan Angin (風 – Kaze) yang bergerak bebas, luwes dan cepat. Cara bertarungnya cocok melambangkan karakter tersebut, selain itu dia memiliki kelebihan lain. Tubuhnya yang sekal berotot seakan tidak memiliki lemak sehingga tampak sangat keras, terbukti dari beberapa anak buah Tito yang justru kesakitan ketika tangan mereka memukul tubuh Jati.

Abimanyu Pramoedya Putra lebih dikenal dengan nama Bimbim. Tubuhnya kurus dan tinggi, kulitnya putih. Wajahnya terbilang tampan untuk jadi seorang preman namun memang terkesan badboy seperti diriku. Yang menjadi ciri khasnya ialah rambutnya yang gondrong serta bagian depannya yang berjambul ala John Taylor bassis Duran-Duran.

Bimbim lebih melambangkan Hutan (林 – Hayashi). Walaupun sama-sama mengandalkan kecepatan seperti halnya Jati namun Bimbim lebih ke tipikal tenang. Ia memperhitungkan dengan cermat tiap gerakannya sehingga sulit bagi lawan untuk menyentuhnya. Mimik wajahnyapun begitu tenang namun misterius walau dalam keadaan terdesak sekalipun sehingga sulit menduga arah gerakannya. Yang menjadikannya istimewa ialah dalam pertarungan berkelompok ia bagaikan seorang playmaker. Saat bertarung tadi orang yang tidak paham gaya bertarungnya akan mengira dialah yang paling lemah namun justru dialah otak serangan dan pertahanan gengnya. Gerakannya sering mengelabuhi lawan sehingga lawan itu terpancing yang mengakibatkan pertahanannya terbuka, kondisi tersebut akan dimanfaatkan oleh ketiga temannya untuk menghajar orang itu. Bukan hanya pancingan, gerakannya yang cepat dan sukar terduga sering membuat lawan terpasa melakukan gerakan bertahan dari serangan itu namun justru membuka celah pada bagian lain yang akhirnya dimanfaatkan teman-teman Bimbim.

Petrus Saktiawan Silalahi lebih suka dipanggil Sakti. Tubuhnya sedang dan agak pendek, wajahnya khas orang sumatra, berambut ikal, dan kulitnya putih kemerahan. Dari keempatnya dia yang paling tidak bisa diam.

Sakti identik dengan Api (火 - Hi). Paling tempramen diantara keempatnya, kelebihannya terletak pada semangat serta daya juangnya yang bagaikan api. Dia biasa menyerang dengan ganas dan tanpa ampun, saat bertahan lebih mengandalkan daya juangnya yang seperti tak pernah padam. Dia bagaikan mayat hidup yang tidak pernah merasakan kesakitan ditubuhnya, ia bisa terjatuh dipukul lawan namun langsung bangkit didetik berikutnya.

I Gede Guntur Juniarta sering dipanggil Guntur. Sosoknya mengingatkan pada tokoh Brutus di film Popeye. Tinggi, besar berkulit kecoklatan serta brewokan. Bedanya brewok Guntur hanya berupa rambut-rambut kecil yang baru tumbuh. Selain brewok, wajahnya memiliki ciri alis tebal serta hidung kecil yang terlihat bulat. Dari keempatnya dia yang paling pendiam namun memiliki daya analisa yang sangat baik.

Dari ciri fisiknya saja sudah dapat dipastikan Guntur paling cocok untuk menggambarkan Gunung (山 - Yama). Bukan hanya posturnya, namun mental remaja ini juga sangat kuat dan tangguh. Serangannya sama berbahayanya sebanding dengan tubuhnya yang berbobot. Walau tidak secepat teman-temannya namun ia sangat cermat menganalisa pertarungan.

Aku sangat kagum dengan keempatnya, hari itu 3 kali aku mengetest mereka. Hasilnya sangat memuaskanku. Kekagumanku pada keempatnya, terutama Bimbim, membuatku melupakan apa yang pernah kujanjikan pada Ali, seniorku di geng ini. Bahkan kecurigaanku terhadap Bimbim kuabaikan seiring dengan penyelidikanku yang hasilnya tidak berbeda dengan apa yang pernah dikatakan Ali. Akupun memberi julukan Fūrinkazan pada geng keempat remaja tersebut.

Seminggu setelah mereka bergabung aku memberi tugas yang kelihatannya sederhana namun cukup memiliki tantangan. Aku menyuruh Agung untuk membantu mereka namun hanya masukan-masukan kecil, sementara rencana dan proses eksekusi harus mereka lakukan sendiri. Target mereka adalah Antonius Lee, seorang lintah darat yang cukup disegani karena memiliki hubungan darah dengan istri dari big boss geng hyaena. Ia mencari gara-gara denganku dengan memeras beberapa anak buahku, bahkan yang terakhir memaksa anak buahku yang terjerat hutang membayarnya dengan memberikan anak gadisnya untuk dikencani orang itu selama 3 hari.

Anto biasa dikawal 2 orang kepercayaannya plus supir pribadi. Supirnya bernama Tono, mantan begal yang sering keluar masuk penjara. Pengawalnya yang pertama bernama Dono, mantan atlet silat yang sempat mendirikan padepokan di timur kota ini. Dengan kelicikan Anto, ia menjerat Dono sehingga memiliki hutang yang sangat banyak. Dengan terpaksa Dono mau menjadi pengawal Anto hingga hutang-hutangnya terlunasi. Pengawal yang kedua bernama Lukman, guru taekwondo yang sering menjadi pengawal artis-artis internasional yang mengadakan konser di kota ini. Sedangkan Anto sendiri pernah menjadi atlet gulat dan menyabet medali perunggu di kejuaraan nasional.

Pada malam eksekusi, Fūrinkazan mampu bergerak cepat. Dalam hitungan tidak sampai 5 menit mereka mampu menghajar Anto dan Lukman hingga kritis padahal mereka bukan orang sembarangan. Skenario yang dijalankan pun terhitung rapi. Walaupun aku tidak memberikan data-data maupun latar belakang target operasi, Guntur dengan analisanya mampu menebak bahwa Dono sebenarnya tidak suka terhadap Anto. Guntur mendekati Dono lalu membuat skenario seolah Tono terjebak kemacetan sehingga harus menjemput Anto di lokasi lain yang sudah ditentukan.

Semenjak itu aku benar-benar lupa akan janjiku pada Ali, belum sampai seminggu aku sudah memberi tugas lagi untuk Fūrinkazan.



**********​

POV Bimbim

Malam itu kami mendapat tugas untuk membuat perhitungan kepada Ken Musashi, seorang bos kecil yang menguasai daerah pelacuran kelas atas. Orang itu dengan curang mengakali perjanjian kerjasama dengan bang Riko. Karena itu kami ditugasi untuk memberi pelajaran padanya, namun kali ini bang Riko minta agar proses eksekusinya di area terbuka, untuk menunjukkan kepada para pesaing bang Riko agar jangan main-main ataupun mencurangi dirinya. Untuk itu kami berencana untuk mencegat Ken di sebuah jembatan penyebrangan yang biasa dilaluinya. Jembatan itu tidak terlalu besar dan jarang dilalui orang-orang karena kebiasaan buruk masyarakat tempat ini yang suka menyebrang jalan seenaknya.

Berbeda dengan Ken Musashi yang dinegaranya lebih tertib masyarakatnya, ia lebih memilih rute melalui jembatan tersebut jika melintasi kawasan ini. Siang itu seperti biasanya ia melewati jembatan tersebut ditemani Giro Watanabe orang kepercayaannya dan 6 orang anak buah lainnya. Seperti malam beberapa hari yang lalu kami mengenakan hood panjang plus masker bandana dalam operasi kali ini.

Ketiga temanku berjalan cepat setengah berlari menghadang rombongan Ken, aku sengaja tertinggal dibelakang. Melihat kami datang menyerbu, 6 orang anak buah Ken segera menyongsong kami dengan membawa bokken (pedang seukuran katana – pedang tradisional jepang - yang terbuat dari kayu). Melihat ketiga temanku hampir bentrok dengan keenam anak buah Ken aku segera berlari menyusul mereka. Bentrokanpun tidak bisa dihindarkan, Jati dan Sakti yang diposisi depan segera menghindari sabetan bokken yang diarahkan pada mereka. Guntur tidak langsung ikut duel, namun memposisikan dirinya setengah berlutut. Kaki kirinya dalam posisi berlutut sedangkan kaki kanannya seperti orang duduk, kedua tangannya dipersiapkan untuk menjadi jejakan kakiku.

Saat sebelah kakiku menjejak tangan Guntur, temanku tersebut segera mengangkat kaki tersebut lalu melontarkannya ke udara. Akupun berusaha mendorong tubuhku ke atas hingga kini aku seperti terbang. Saat turun aku menjejakkan kakiku pada salah seorang anak buah Ken sambil kembali melompat hingga akhirnya aku terhindar dari cegatan mereka. Dihadapanku kini terlihat Giro yang sudah bersiap-siap dengan tanto (pedang berukuran sekitar 30cm, lebih mirip pisau) ditangannya, sementara Ken ada dibelakangnya. Walau agak kaget melihat aku dapat menghindari anak buahnya namun ia masih merasa tenang karena masih ada Giro didepannya. Segera kukeluarkan sepotong besi dari dalam lengan hood panjang yang sudah kusiapkan sebelumnya. Duel antara aku dan Giro pun terjadi, kuayunkan pukulan besi ditanganku mengarah ke kepalanya namun masih bisa dihindari olehnya. Akupun terus menyerangnya mengandalkan kecepatan serta kecerdikanku, namun Giro bukanlah lawan yang mudah. Ia mampu mengimbangiku bahkan kecepatan gerakannya juga sangat luar biasa, sabetan serta samberan potongan besi yang kulancarkan masih mampu dihadangnya dengan bantuan tanto yang ia pegang. Melihat orang kepercayaannya mengalami kesulitan menghadapiku, Ken segera mengeluarkan tanto yang terselip dibalik pakaiannya.

Kini aku menghadapi 2 orang bertubuh tinggi dengan wajah dan warna kulit khas orang Jepang. Ken memiliki wajah layaknya mucikari di film-film Jepang sedangkan Giro tipikal anggota yakuza (sindikat kejahatan di Jepang). Aku tahu mustahil mengalahkan mereka berdua sekaligus dalam waktu singkat. Untuk itu saat ini aku berusaha menutup ruang gerak mereka untuk melarikan diri. Dalam satu kesempatan aku berlari ke arah pagar pembatas jembatan lalu menjadikan pagar tersebut sebagai pijakan untuk aku meloncat kearah belakang kedua orang tersebut. Usahaku berhasil, kini Ken dan Giro berada diantara aku dan pertarungan anak buahnya melawan 3 orang temanku. Dari tempat ini aku bisa melihat hanya tinggal 2 orang anak buah Ken yang masih bisa bertahan, 3 orang sudah tergeletak entah pingsan atau bahkan sudah meninggal dan seorang lagi telungkup dipagar jembatan.

Aku kembali menghadapi Ken dan Giro. Walaupun mereka berdua, namun justru aku yang lebih mendominasi serangan. Potongan besi yang kupegang ditangan kananku berkelebat mengurung kedua orang itu, pukulan tangan kiri serta tendanganku turut merepotkan kedua orang Jepang tersebut. Pada satu kesempatan aku berhasil memukul pergelangan tangan Ken sehingga tanto yang dipegangnya terlepas. Aku bermaksud memburu Ken namun segera dihalangi tebasan tanto milik Giro. Aku segera mengurungkan niatku, namun dengan cepat pula aku memutar tubuhku sambil meloncat sehingga punggungku menindih punggung Giro lalu kuputar lagi tubuhku sehingga aku berhasil melewati Giro yang menghalangiku.

Ken berusaha menyerangku dengan tangan kosong, namun tidak berlangsung lama. Dalam satu serangan balik aku berhasil mencekik Ken dengan tongkat besiku lalu aku melakukan teknik kuncian. Usahanya melepaskan diri dari teknik kuncianku sia-sia. Giro berusaha menyerangku namun sebelum usahanya berhasil Jati sudah menghadangnya disusul Sakti dan Guntur. Menghadapiku seorang diri saja kerepotan, apalagi sekarang dia harus melawan 3 orang temanku. Dalam waktu singkat Giro berhasil dilumpuhkan. Akupun semakin erat mencekik Ken hingga pingsan.

Guntur mendekatiku, dia mengangkat lalu membopong tubuh Ken. Kamipun segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Saat melewati hamparan tubuh anak buah Ken, aku bisa memastikan sedikitnya 2 orang telah putus nyawanya karena kedua sosok tersebut terlihat mengalami pendarahan dibagian kepalanya. Wajahnya pucat dengan kedua matanya mendelik.

Semenjak hari itu bang Riko semakin sering memberi kami tugas, dan kami tidak pernah mengecewakannya. Tentu saja kami senang sering mendapat kepercayaan seperti itu, dengan cepat nama Fūrinkazan mulai menjadi pembicaraan dikalangan dunia hitam di kota ini. Namun ada satu hal yang kusesali, janjiku pada Pak Ali menjadi terabaikan. Sekolahku berantakan, kami dikeluarkan dari sekolah dalam waktu yang bersamaan karena sering membolos dan membuat keonaran.



**********​

3rd POV

Setelah membantu Bimbim meloncat Guntur langsung bergabung dengan Jati dan Sakti yang sedang berhadapan dengan 6 orang anak buah Ken. Remaja bertubuh besar tersebut langsung merengkuh kepala 2 orang lawan yang ada didekatnya lalu membenturkan kepala tersebut satu sama lain. Kedua orang tersebut meringis kesakitan lalu mengusap-usap kepalanya. Melihat hal itu Guntur langsung kembali menyerang keduanya. Menyadari ada bahaya yang mengancam, walaupun kepala mereka masih terasa pusing namun kedua orang itu langsung merespon serangan Guntur. Masing-masing mengebaskan bokken yang mereka pegang untuk memapas serangan lawan. Sadar kedua tangannya tak akan menang melawan bokken secara langsung, Guntur segera merubah arah serangannya. Kedua orang lawannya terkejut melihat hal itu, mereka tadi sempat yakin mampu mematahkan tangan remaja bertubuh tinggi besar tersebut. Usaha kedua orang itu merubah gerakannya terlambat, pukulan Guntur sudah lebih dulu masuk mengenai tubuh mereka dengan telak yang membuat mereka terhuyung-huyung.

Disisi lain Sakti juga menghadapi 2 orang lawan, remaja itu tampak kewalahan menghadapi keduanya. Walau diawal bisa menghindari serangan lawan namun karena dia hanya mengandalkan tangan kosong menghadapi 2 orang bersenjata bokken maka tubuhnya beberapa kali terkena gebukan senjata tersebut. Namun tidak serta merta remaja itu limbung terkena gebukan itu, bahkan ia masih bisa melancarkan serangan balasan. Kedua orang tersebut semakin mengencarkan serangannya hingga akhirnya setelah beberapa kali gebukan senjata mereka mengenai tubuh remaja tersebut akhirnya Sakti pun terjatuh.

“Cukup main-mainnya.” Ucap Sakti sambil langsung berdiri, ia pun mengeluarkan potongan besi dari balik hood panjangnya.

Dengan ganas Sakti menyerang kedua lawannya, situasinya kini berbalik. Potongan besi yang dipegang Sakti menderu-deru membabat ke sana-kemari membuat kedua lawannya kewalahan.

Sementara itu Jati berduel melawan 2 orang tersisa, ia diuntungkan saat Bimbim menginjak kepala salah satu lawannya. Orang yang kepalanya dijadikan tumpuan kaki Bimbim untuk meloncat sempat kehilangan konsentrasi sehingga langsung dimanfaatkan oleh Jati yang langsung menyerangnya. Pukulan dan tendangan Jati secara berturut-turut dengan telak menghajar orang tersebut hingga ia terjengkang. Satu orang lainnya yang melihat ada celah yang terbuka saat Jati konsentrasi menyerang rekannya langsung mengayunkan senjatanya pada sisi kiri bagian belakang tubuh remaja tersebut.

TRREEEKKK!!!

Orang itu terkejut merasakan seolah-olah senjatanya sedang beradu dengan besi keras. Ia menduga dibalik hood panjang yang dikenakan Jati masih ada pelindung tubuh yang dikenakannya, dan pelindung tersebut terbuat dari bahan yang sangat keras. Padahal saat itu Jati hanya mengenakan kaos yucansee dibalik hood panjangnya.

Pertarungan terus berjalan hingga akhirnya memakan korban. Dalam satu serangan balik Guntur berhasil merebut senjata salah satu lawannya, dengan senjata itu ia balik menyerang orang itu. Sempat mampu menghindari serangan Guntur beberapa kali namun akhirnya orang itu terkena tendangan memutar dari Guntur pada bagian perutnya sehingga tubuhnya membungkuk, serangan susulan Guntur menggunakan bokken yang berhasil ia rebut dengan deras mengarah ke kepala terpaksa ditahan orang itu dengan cara menyilangkan kedua tangannya melindungi kepala. Serangan tersebut berhasil dibendung sehingga tidak mengenai bagian kepala namun karena kerasnya sabetan Guntur mengakibatkan kepala orang itu terdorong kebelakang. Naas baginya karena dorongan tersebut mengakibatkan kepalanya membentur tiang pagar jembatan sehingga orang itupun langsung jatuh tertelungkup di pagar jembatan dalam kondisi pingsan.

Orang kedua yang menghadapi Guntur menjadi kalap, ia pun menerjang remaja tersebut namun dengan cerdik Guntur mengelak dari terjangan tersebut dengan cara memutar badannya sehingga orang tersebut melewati Guntur menyerang ruang kosong. Guntur yang kini posisinya berada dibelakang orang tersebut langsung menyerangnya dengan ganas. Orang itu berusaha menangkis serangan Guntur menggunakan senjata yang dipegangnya, namun dalam sekali gebrakan senjata itu mental, serangan berikutnya membuat orang itu jatuh terduduk, serangan-serangan selanjutnya tidak bisa dihindari lagi oleh orang tersebut.

“Ya-me-te... ya-me-te...” (“Berhenti... berhenti...”) Ucap orang itu terputus-putus karena kewalahan terus diserang Guntur.

“Ngomong apaan sih lu, gue nggak ngerti!”

Sehabis mengucapkan kata-kata tersebut, untuk terakhir kalinya Guntur menendang ke arah kepala orang itu yang tak mampu lagi dihalangi olehnya. Orang itu langsung pingsan dengan posisi terlentang.

Pertarungan antara Sakti melawan 2 orang lainnya berlangsung cukup seru. Meski terlihat kewalahan kedua orang tersebut masih mampu meladeni Sakti. Namun pada akhirnya mereka berdua kelelahan melawan remaja yang tidak mengenal rasa lelah tersebut. Melihat perlawanan dari 2 orang itu mengendur justru membuat Sakti bertambah ganas. Salah seorang dari lawannya berusaha melakukan serangan balasan menggunakan sisa tenaganya namun dengan mudah dapat dihindari Sakti. Melihat pertahanan orang itu terbuka, Sakti segera mengayunkan tongkat besi ditangannya menyerang orang itu secara bertubi-tubi, serangan itu ditutup dengan memukul kepala orang tersebut menggunaan tongkat besi. Alhasil nyawa orang tersebut melayang dengan kondisi kepala bersimbah darah dan mata yang mendelik.

Orang yang tadi dijatuhkan Jati segera bangkit membantu temannya yang kepayahan meladeni Jati, ia mengambil kesempatan menyerang Jati dari belakang. Karena mengira tubuh Jati menggunakan baju pelindung, orang itu mengincar kepala remaja itu. Jati yang menyadari ada yang membokongnya segera berkelit.

PRAAKKK!

Gerakan Jati sedikit terlambat. Kepalanya memang terhindar dari sabetan senjata lawan, namun senjata itu dengan telak mengenai bahu Jati sehingga remaja itu tersurut beberapa langkah kebelakang. Hood yang dikenakan Jati koyak pada bagian tersebut, namun yang membuat penyerangnya terkesima adalah senjata yang digunakannya patah. Jati menatap orang itu denggan buas, segera dihampirinya orang tersrebut lalu dalam satu serangan berhasil merebut senjata yng sudah patah tersebut sekaligus mencengkram leher orang yang membokongnya. Dengan menggunakan gagang senjata tersebut Jati menghajar kepala orang itu berkali-kali hingga nyawanya terlepas dalam kondisi yang mengenaskan.

Kedua orang yang tersisa mematung ketakutan. Namun saat Jati dan Sakti mendekati mereka, keduanya masih berusaha melawan. Dalam waktu singkat kedua orang tersebut berhasil dilumpuhkan. Ketiganya lalu mendekati pertarungan Bimbim melawan Ken dan Giro. Melihat Giro akan menyerang Bimbim yang sedang mengunci Ken, Jati segera bertindak. Jati yang dibantu Sakti dan Guntur, dengan mudah melumpuhkan Giro. Setelah Ken juga berhasil dilumpuhkan Bimbim, mereka segera meninggalkan lokasi tersebut dengan membawa tubuh Ken.

Orang-orang yang berada disekitar situ hanya berani menyaksikan kejadian tersebut dari bawah jembatan. Keempat laki-laki memakai hood panjang tersebut segera menghilang dari tempat tersebut. Polisi yang terlambat datang ke lokasi tersebut tidak berhasil menemukan barang bukti ataupun petunjuk mengenai penyerang Ken dan anak buahnya.



**********​

POV Ella

Siang itu aku berada disebuah toko buku terbesar di wilayah ini. Belakangan aku memang sering ketempat ini. Usaha orang tuaku yang sedang sepi membuat uang jajanku menipis sehingga aku jarang membeli buku-buku bacaan padahal sebelumnya minimal seminggu sekali aku beli buku untuk memenuhi hobiku yang suka membaca.

Dengan serius kubaca buku yang sedang kupegang sambil sekali-sekali memperhatikan keadaan sekeliling. Setelah mulai merasa lelah membaca buku tersebut, aku bermaksud meninggalkan toko tersebut. Kukembalikan buku tersebut pada tempatnya lalu beranjak pergi. Baru beberapa langkah dari tempat itu aku merasa menendang sesuatu, segera kucari tahu benda yang secara tidak sengaja kutendang. Rupanya aku menendang sebuah dompet laki-laki berwarna coklat. Aku segera mengambil dompet tersebut lalu memperhatikan keadaan sekitar, tidak ada seorangpun yang memperhatikanku.

Sempat aku berpikir untuk menyerahkan dompet itu pada bagian keamanan, namun kuurungkan niatku. Kumasukkan dompet tersebut kedalam tas jinjing yang kubawa sambil kembali memperhatikan keadaan sekeliling memastikan tidak ada yang memperhatikan perbuatanku. Selanjutnya aku segera meninggalkan toko buku tersebut namun masih berada disekitar pusat perbelanjaan tersebut. Aku berkeliling-keliling melihat etalase toko yang berjejer sambil menunggu kalau ada pengumuman orang yang kehilangan dompet.

Setelah setengah jam berputar-putar ditempat itu tanpa mendengar pengumuman adanya orang yang kehilangan dompet, aku memutuskan untuk pergi ke toilet. Toilet itu terlihat sepi, hanya ada seorang gadis berusia awal 20-an yang sedang mencuci tangannya. Aku segera masuk ke bilik paling pojok dalam toilet tersebut. Kubuka dompet tersebut lalu memperhatikan isinya, ada beberapa lembar kartu kredit ataupun kartu ATM type gold, beberapa lembar kartu nama pemilik dompet, KTP, kartu asuransi, serta 20-an lembar pecahan uang lima puluh ribu rupiah dan beberapa lembar pecahan uang lainnya yang nominalnya lebih kecil, serta beberapa lembar foto. Dari isi dompet serta tanda pengenal pemilik dompet tersebut aku menduga bahwa pemiliknya adalah orang kaya, sehingga rasa bersalah atas niatku untuk mengambilisi dompet tersebut sedikit berkurang.

(“Orang kaya ini yang keilangan, paling dia juga nggak terlalu peduli keilangan duit segini.”)

Setelah mengambil uang tunai yang ada di dompet tersebut aku mengintip keluar dari bilik tersebut untuk memastikan tidak ada orang yan masuk dalam toilet. Segera kubuang dompet tersebut dalam tong sampah lalu pergi meninggalkan toilet. Saat berjalan di lorong toilet tersebut aku berpapasan dengan seorang laki-laki. Kami saling bertatapan. Betapa terkejutnya diriku menyadari laki-laki itu adalah pemilik dompet tersebut.

Aku melangkah buru-buru setelah berpapasan dengannya, laki-laki itu masih terus menatapku dengan pandangan curiga. Setelah beberapa langkah menjauh darinya aku menoleh ke belakang, ku lihat laki-laki itu masuk ke toilet perempuan. Langkahku semakin kupercepat bahkan setengah berlari menjauh dari tempat itu.

Setelah lumayan jauh berjalan dari tempat aku merasa lapar karena sejak pulang sekolah tadi aku memang belum mengisi perutku. Kebetulan aku melintas disebuah kafe yang siang itu tidak terlalu ramai pengunjungnya. Tidak berapa lama kemudian aku sudah duduk disalah satu meja di kafe tersebut sambil menikmati sepiring spageti ditemani segelas strawberry milkshake. Ketika aku memegang selembar uang lima puluh ribuan untuk membayar tagihan pesananku, hati kecilku dilanda perasaan bersalah namun disisi lain seperti ada yang mebisikiku untuk tidak teralu memikirkannya.

(“Ah, udah terlambat. Kalau memang niat balikin uangnya harusnya tadi waktu papasan sama pemilik uang itu.”)

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menggunakan uang yang seharusnya bukan milikku. Setelah aku menggunakan uang tersebut tiba-tiba saja akal sehatku seolah-olah sirna. Saat ini pikiranku jutru mulai menimbang-nimbang akan ku gunakan apa saja sisa uang tersebut. Satu persatu ide pun muncul, mulai dari membeli buku bacaan, perawatan ke salon, nonton bioskop, belanja pakaian sampai jalan-jalan ke tempat hiburan.

(“Huffttt, dasar cewek. Nggak bisa megang uang banyak sebentar.”)

Aku segera menyetop taksi yang melintas didepanku.

“Siang, Non. Mau kemana?”

“Ke PIM, Pak.”

“Baik.”

Taksi itupun segera meluncur ke tempat yang kuinginkan. Setelah setengah jam berkendara akhirnya aku tiba di tempat itu, tempat tujuan pertamakuadalah sebuah salon. Sebenarnya aku jarang ke salon kecuali saat aku mau menghadiri acara spesial. Setelah dari salon aku beranjak ke toko buku lalu membeli 3 buah buku yang akan menjadi bahan bacaanku di rumah, kemudian aku membeli sepasang pakaian resmi serta 2 pasang pakaian santai. Terakhir aku menuju ke toko roti untuk membeli oleh-oleh untuk keluargaku. Rencanaku untuk nonton bioskop kutunda.

(“Mana enak nonton sendian. Besok aja ah, bareng anak-anak.”)

Sesampainya dirumah aku langsung disambut ibuku seperti biasanya.

“Tumben sampai sore, nggak ngabarin lagi.”

“Iya bu, maaf. Ella kelupaan. Tadi juga mendadak acara jalan-jalannya.”

“Kamu punya uang dari mana sampai bisa bawa oleh-oleh segala. Jangan boros loh, usaha ayahmu lagi sepi.”

“Eh, iya bu. Ini ditraktir kok, temenku ada yang baru jadian.”

“Siapa?”

“Mmm... Lili”

Ibuku memandangi-ku sebentar, sepertinya dia curiga aku berbohong padanya. Namun kemudian ia tersenyum seolah percaya apa yang aku katakan. Kemudian ibuku melanjutkan aktivitasnya.

“Mandi dulu sana, udah sore.”


**********​

POV Bimbim

Sore itu seperti biasa aku dan kawan-kawanku nongkrong di taman sambil menyaksikan beberapa anak remaja bermain basket. Sebenarnya perhatianku lebih tertuju pada seorang gadis yang sedang menemani kekasihnya bermain basket. Sore itu Grace mengenakan kaos sporty berwarna putih sedangkan bagian bawahnya mengenakan rok selutut dengan warna senada dengan kaos yang dipakainya. Disebelahnya ada seorang gadis lainnya yang tak kalah cantik dari Grace.

“Ehem... ehem... udah samperin aja.” Ucap Jati menyemangatiku.

Sakti dan Guntur ikut-ikutan menyuruhku untuk menghampiri Grace. Akhirnya aku memutuskanuntuk mengikuti saran teman-temanku.

“Hi, Grace...”

“Eh... hi, Bim.”

“Tumben boleh keluar jam segini, udah nggak dipingit lagi?”

“Hihihihi... udah nggak, ujiannya kan sudah selesai tinggal nunggu rapot. Eh, kenalin nih temen aku. La, kenalin temennya Joe.”

“Bimbim...”

“Ella.” Ucap gadis itu yang terlihat tidak antusias berkenalan denganku.

“Jangan gitu, non. Bimbim anaknya asik kok.”

“Temen sekelas lu, Grace.”

“Iya. Sorry ya Bim, lagi ada masalah dia.”

“Santai aja... Kalau gitu lu bisa sering main kesini dong?”

“Memangnya kenapa?”

“Jadi seger pemandangan disini kalo ada lu.”

“Idih, berani ngegombal. Aku laporin Joe loh.”

“Siapa takut. Eh, tapi serius kok. Liatkan tempat ini, namanya aja taman tapi gersang.”

“Iya juga. Terus kenapa nggak kamu urus, bukannya kalian yang ngelola tempat ini?”

“Ngelola? Gue mah cuma nyari duit disini, di suruh bos jagain tempat ini.”

“Kenapa boss kamu nggak mau ngurusin tempat ini. Kalau tempat ini bagus pasti banyak yang kesini. Bisa nambah pemasukan.”

“Itu dia masalahnya, gue sendiri juga bingung kenapa bos gue nyuruh jagain tempat ini tapi nggak diurus. Sebenernya gue juga udah punya rencana ngeberesin tempat ini tapi butuh biaya besar, nggak cukup sama uang masuk dari sini.”

“Hmmm....” Gumam Grace seperti memikirkan sesuatu.

Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang jelas saat dia berpikir seperti ini mimik wajahnya membuatku gemas. Ingin rasanya aku mencium bibirnya yang ia manyunkan saat sedang berpikir seperti ini.

“Mikirin apaan sih Grace, serius amat sampe maju gitu bibirnya.” Ucap Ella tiba-tiba .

“Eh, ini La lagi ngomongin taman ini sama Bimbim. Enaknya di gimanain, ya?”

“Urusannya dia lah, ngapain lu ikut mikir.” Tambah Ella, sambil matanya menatapku dengan perasaan tidak suka.

(“Untung temennya Grace, kalo bukan bakalan gue semprot nih cewek. Eh, tapi cantik juga anaknya.”)

“Kenapa sih kamu nggak suka sama Bimbim, karena dia preman? Jangan nilai orang dari luarnya non.”

“Udah tahu preman malah diakrabin. Hati-hati Grace.”

“Aku juga hati-hati kok, tapi kan nggak harus masang tampang jutek kaya kamu gitu. Selama Bimbim nggak macem-macem, nggak masalah buat aku.”

“Hufftt... Moga-moga aja lu nggak sampai di apa-apain sama dia.”

Emosiku naik mendengar ucapan Ella. Sempat terbersit dipikiranku untuk ngerjain cewek itu, namun kuurungkan mengingat dia temannya Grace. Aku nggak mau penilaian Grace tentang diriku berubah. Tapi kuakui Ella cukup berani ngomong terang-terangan seperti itu di depanku. Sesaat kemudian aku merasa ada orang yang menghampri kami, aku menoleh ke arah orang tersebut.

“Udahan mainnya, Joe?”

“Belum sih Bim, tapi kalo nggak gue samperin bisa ilang cewek gue.”

“Hehehehe...... Takut gue culik, ya?”

“Kamu haus Joe? Nih diminum dulu.” Ucap Ella mengalihkan pembicaraan kami.

Gadis itu mengulurkan sebotol air mineral pada Joe. Laki-laki itu memandang sejenak gadis itu kemudian beralih memandang Grace seolah-olah meminta persetujuan. Grace segera mengambil botol minuman serta handuk yang ada dalam tas olah raga disampingnya lalu menghampiri kekasihnya tersebut. Melihat hal itu Ella segera menarik tangannya kembali.

Joe mengambil botol minuman yang dipegang Grace, sejenak ia meneguk air dalam botol tersebut. Dengan handuk yang dipegangnya, Grace menyeka keringat di wajah dan leher kekasihnya tersebut. Melihat pemandangan itu terbersit rasa cemburu di hatiku. Dari sudut mataku, aku sekilas melihat tatapan cemburu dari mata Ella ketika melihat kemesraan Joe dan Grace. Joe mengembalikan botol minuman lalu mengambil handuk dari tangan Grace. Disekanya bagian tubuh lainnya yang tadi belum sempat di seka oleh Grace. Setelah selesai menyeka keringat, Joe memberikan handuk itu kembali pada Grace.

“Aku main sebentar lagi, ya Grace? La, jagain cewek gue. Temen lu itu polos banget, gue takut ada yang manfaatin.” Gurau Joe sambil melirikku.

“Sialan lu, Joe.”

“Apaan sih, Joe.” Ucap Grace dengan manja.

Setelah Joe kembali gabung dengan teman-temannya aku dan Grace kembali ngobrol sementara Ella hanya sesekali menjawabdengan singkat tanpa ekspresi jika Grace bertanya padanya, namun kalau aku yang bertanya gadis itu diam saja. Gesturnya benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya padaku.

“Daripada mubazir mendingan gue minum airnya.” Ucapku untuk kesekian kalinya mencoba akrab dengan Ella.

Ella menatapku tajam penuh kebencian, kemudian gadis itu membuka penutup botol yang tadi akan diberikan pada Joe lalu meneguk isinya. Grace hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya tersebut.

“Kalo nggak mau ngasih gue minum ngeliatinnya nggak usah kaya gitu juga.”

“Jangan terlalu benci sama seseorang, nanti malah jatuh cinta loh.” Sahut Grace.

“Amit-amit.” Balas Ella sambil mengetuk-ngetukkan tangannya ke bangku panjang.

“Siapa juga yang mau sama cewek cantik tapi judes.”

“Ooooohhhhh..... jadi menurut Bimbim, Ella itu cantik.” Goda Grace sambil menganguk-angukkan kepalanya.

“Nggak banget deh candaan lu.”

“Kenapa kamu jadi sewot, beneran suka ya sama Bimbim.”

Ella mebeliakkan matanya pada Grace, pipinya agak digembungkan.

“Hahahaha...... Kalo marah gitu mukanya Ella lucu ya Bim.”

“Iya kaya kodok.”

Terus-terusan diledek Grace membuat Ella kesal. Gadis itu kemudian berdiri lalu meninggalkan kami.

“Loh La, mau kemana. Kok aku ditinggal? Kamu kan disuruh Joe untuk jagain aku, kalau aku diculik Bimbim gimana?”

“Biarin aja...” Ucap Ella tanpa menoleh kami lalu terus berjalan entah kemana.

“Elu bisa jahil juga ya Grace.”

“Biar nggak setres, Bim. Keseringan serius, sekali-sekali dibawa becanda. Eh, tapi menurut kamu Ella itu gimana orangnya?”

“Kenapa nanya pendapat gue tentang Ella? Elu mau tahu perasaan gue ke elu?”


BERSAMBUNG
 
Malem all.....
Update kali ini nggak ada konten dewasa (lagi)
Penggambaran tokoh di cerita ini tidak bermaksud untuk menyinggung siapapu
Kesamaan nama dan peristiwa bukan hal yang diniatkan TS, anggap aja TS ngacengaja dalam menuliskannya


Semoga berkenan, tetep ditunggu kripik dan sarapan dari suhu-suhu semua
 
Wuiii mantap karakter tokoh nya seperti gengster yakuza. Apa bimbim nanti bakalan seperti Yamaguchi-gumi :confused:. makasih hu udah update:beer:
 
Bimabet
Ya-ma-te....ya-ma-te (Berhenti-berhenti)....Ngomong apa gue ngga ngerti....?
Coba kalau ngomong...Ampun...ampun... mungkin diampunin oleh bimbim cs...

Analisa ane nanti grace bisa jadi pacar bimbim, ella suka sama joe dan berusaha memikat joe dengan cara halus hingga dia bisa menjebak joe, grace memergoki joe sama ella sedang ehem..ehem (ML) kecewa, benci dan akhir nya bimbim bisa menjadi penyemangat grace untuk bangkit dari kesedihan nya...

Maaf ini sekedar hayalan dan imajinasi ane, tidak bermaksud untuk mempengaruhi TS berimajinasi dalam mengembangkan cerita ini semua terserah pada sang dalang.

Makasih sudah update lagi...

Tetap semangat suhu pedjuank..***mbate...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd