Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MUDA & BERBAHAYA

Siapakah tokoh yang dimaksud dalam judul?

  • Abimanyu Pramoedya Putra (Bimbim)

    Votes: 56 56,0%
  • Joko Unggul Pranoto (Joe)

    Votes: 3 3,0%
  • Keduanya (Bimbim & Joe)

    Votes: 20 20,0%
  • TS-nya (@Pedjuank)

    Votes: 21 21,0%

  • Total voters
    100
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Baca threadnya OK punya, seperti penggabungan Film "Young and Dangereus" dengan "Serigala Terakhir". Detail kata-kata disesion Perkelahian lebih dari cukup menggambarkan pembaca. KEREN.... KEREN...
Mudah2an tetep KEREN ceritanya.

Cuma itu Illustrasi si Bimbim kenapa pakai bang Rian Hidayat aka LUPUS.... jd inget kekonyolan Lupus yang cuek, tp peduli sesama cuma bedanya LUPUS cinta DAMAI.
Ditunggu suhu update ceritanya. I LIKE it
 
Baca threadnya OK punya, seperti penggabungan Film "Young and Dangereus" dengan "Serigala Terakhir". Detail kata-kata disesion Perkelahian lebih dari cukup menggambarkan pembaca. KEREN.... KEREN...
Mudah2an tetep KEREN ceritanya.

Cuma itu Illustrasi si Bimbim kenapa pakai bang Rian Hidayat aka LUPUS.... jd inget kekonyolan Lupus yang cuek, tp peduli sesama cuma bedanya LUPUS cinta DAMAI.
Ditunggu suhu update ceritanya. I LIKE it
Makasih apresiasinya, jadi tambah semangat nulis lanjutannya.

Soal ilustrasi ane belum bisa komen banyak. Yang jelas waktu mulai bikin cerita merekalah yang ada dalam bayangan nubie.
Maaf kalo dirasa tidak sesuai.
 
Sebelum nubie meluncurkan sambungan cerita kali ini, perkenankan nubie memberi sedikit penjelasan.
Karena satu dan lain hal apdetan kali ini belum bisa kembali menampilkan adegan laga, untuk itu nubie mohon maaf.
Apdet kali ini awalnya bermaksud membuka masa lalu salah satu karkter utama, akan tetapi karena TS terlalu bernafsu membuka masa lalu tokoh tersebut hasilnya pakaian yang dikenakan tokoh tersebut ikut terbuka semua sehingga terjadilah salah satu scene di apdetan kali ini.
Karena ke-ngacengaja-an tersebut maka nubie harus mengingatkan kepada suhu-suhu yang berpenyakit jantung agar segera meminum obatnya, reader yang sedang menjalankan puasa jangan nekat baca waktu masih terang.

Sekian dari nubie, lebih kurangnya cerita ini mohon dikomen, dikritik ataupun diberi saran.
 
BAGIAN 06

SISKA, SANG SEKERTARIS


3rd POV

Dalam kamar di sebuah rumah kontrakkan di suatu kawasan elit, sepasang insan berbeda generasi terlihat sedang memadu kasih. Si pria adalah Fredy Tandjung, laki-laki berumur 45 tahun, berkepala botak dan berewok tipis yang hanya tumbuh disekitar bibir dan dagunya, bertubuh atletis dengan tinggi sedang, berkulit putih kecoklatan. Sedangkan sang wanita adalah Siska Armiati, gadis yang sehari-hari menjadi sekertaris pribadi pria tersebut.

Saat ini Fredy yang hanya mengenakan celana dalam hitamnya sedang terduduk di kasur queen size sedang memangku tubuh Siska yang saat ini mengenakan lingerie ungu berenda hitam. Tangan kiri Fredy menopang kepala dan bahu Siska sedangkan tangannya dari tadi terus menjelajahi tubuh gadis itu dengan perlahan. Tidak ada bagian tubuh Siska yang luput dari sentuhan tangan nakal Fredy yang menyusur dari dada lalu ke perut berlanjut ke bagian paha. Tangan Fredy bermain-main sejenak di daerah selangkangan dan vagina Siska, gadis itu tampak menikmati perlakuan Fredy. Siska memejamkan matanya serta sedikit membuka mulutnya sehingga desahan halus gadis itu terdengar saat tangan Fredy menyentuh titik-titik sensitfnya. Kemudian Fredy kembali mengarahkan tangannya menyusur ke atas. Pria itu menyusupkan tanggannya ke dalam lingerie lalu meremas-remas payudara Siska.

Tiba-tiba Fredy mengangkat tubuh Siska lalu menyandarkan punggung gadis itu pada dadanya yang bidang. Kedua tangan Fredy kembali meremas-remas payudara Siska lalu perlahan menurunkan tali lingerie sehingga payudara Siska yang putih dan kenyal terpampang dengan jelas. Sesaat kemudian tangan kanan Fredy kembali meremasi payudara Siska sedangkan tangan kirinya berpindah ke daerah vagina gadis itu. Setelah sejenak mengesek-gesek dari bagian luar lingerie, Fredy menyusupkan tangannya lalu mengesek-gesekan jarinya di bibir vagina Siska.

“Aaaahh... hhkkhh... aaaahh... hhkkhh... aaaahh... hhkkhh...”

Desahan Siska terdengar memenuhi kamar miliknya tersebut. Tubuh gadis itu menegang sementara kakinya menjejak-jejak kasur. Remasan pada payudara Siska berubah kasar sementara gerakan jari Fredy pada vaginanya kini bukan hanya digesek tapi juga digaruk sehingga membuat desahan Siska semakin intens.

Fredy memutar tubuh Siska lalu mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Siska menyambut Fredy dengan ciuman panas, lidahnya disapukan ke permukaan bibir Fredy. Pria itu membalas ciuman Siska dengan cara yang sama. Mereka saling memainkan lidah sambil berciuman. Jari tangan kiri Fredy tetap menggaruk vagina Siska sepanjang mereka berciuman.

Sesaat kemudian Fredy merebahkan tubuh Siska, mulut pria itu kini melahap payudara Siska dengan gemas. Kedua tangan Fredy meremas payudara Siska dengan kasar sementara bagian areolanya yang berwarna coklat muda dia jilati dan hisap. Sesudahnya Fredy pindah ke bagian bawah kasur, dengan penuh penghayatan ia menarik kebawah celana dalam Siska. Fredy terdiam sesaat ketika melihat vagina Siska.

“Memek lu ini yang bikin gue selalu ketagihan, Sis.”

“Kenapa emangnya, Fred?”

“Keliatannya masih tetep peret meski sering gue pake. Wanginya bikin gue kangen.” Ucap Fredy yang langsung mencium vagina Siska.

Siska membuka pahanya lebar-lebar membiarkan Fredy menikmati vaginanya. Pria itu secara rakus menciumi serta menjilati vagina Siska. Hembusan nafas Fredy yang menerpa daerah kewanitaannya membuat Siska kegelian sehingga daerah tersebut mulai basah. Jemari Fredy ikut ambil bagian memainkan klitoris gadis itu. Merasakan sensasi yang luar biasa akibat perbuatan Fredy membuat tubuh Siska semakin berkeringat.

“Aasshhhh... sssshhhh... iyaahhhh... enak banget disitu, uuwwhhhh teruuuusshh... ”

Fredy semakin rakus melahap vagina Siska, jilatannya semakin liar bahkan sesekali keluar masuk vagina tersebut untuk menyentil bagian klitorisnya. Diperlakukan seperti itu tubuh Siska menegang, tanganya meremas kuat bantal yang menjadi sandaran kepalanya. Kakinya menjejak kasur dengan kuat sehingga pantatnya terangkat. Siska memejamkan matanya menikmati serangan birahi dengan pasrah.

“Awwwwwhhhhh... Ooouuuhhhhh.....”

Siska mendesah panjang menyambut orgasme pertamanya. Tubuhnya bergetar, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Untuk sesaat Fredy membiarkan Siska menikmati sensasi tersebut.

Dalam posisi berlutut Fredy melepas celana dalamnya lalu mendekat ke bagian wajah Siska, ia mengocok penisnya perlahan tepat dihadapan wajah gadis itu. Dengan senang hati Siska meraih penis itu lalu memasukannya kedalam mulutnya. Penis tersebut ia lahap seperti ice cream, tangannya membantu mengocok bagian batang penis tersebut yang tidak bisa masuk ke dalam mulutnya. Siska memainkan lidahnya menjilati penis itu mulai dari ujung kepala hingga pangkal batangnya, tidak ada satupun bagian yang terlewat. Seluruh bagian penis Fredy sudah basah oleh air liur Siska. Fredy mengerang menikmati service dari Siska.

“Mantep sepongan lu, Sis. Gue nggak tahan pingin keluar.”

Fredy mengeluarkan penisnya dari dalam mulut Siska, setelah istirahat sejenak pria itu membaringkan tubuhnya disebelah gadis itu. Kemudian Siska membalikan tubuhnya hingga menindih tubuh Fredy, mereka kembali berciuman sambil mengadu lidah. Setelah itu Siska mengangkat tubuhnya, duduk mengangkangi tubuh Fredy. Pria itu mengarahkan penisnya untuk memasuki vagina gadis itu, Siska berusaha menyesuaikan posisinya agar penis Fredy lebih mudah masuk dalam vaginanya. Fredy sedikit kesulitan memasukan penisnya dalam vagina Siska, dalam hatinya ia kagum akan kerapatan serta kekesatan vagina gadis itu. Entah sudah berapa kali ia menikmati tubuh gadis itu, namun sensasinya tidak berubah sedikitpun. Kecuali saat pertama kali ia memerawani gadis itu, walau bagaimanapun momen merenggut kesucian seorang gadis akan memiliki sensasi tersendiri baginya.

Setelah sebagian penisnya masuk ke dalam vagina gadis itu, Fredy mendiamkan penisnya sesaat. Sebelum Fredy melakukan sesuatu, justru Siska yang secara perlahan menurunkan tubuhnya sehingga penis Fredy bisa masuk lebih dalam di vaginanya. Fredy mengeram sedangkan Siska merintih saat proses itu terjadi. Keduanya merasakan momen yang sangat luar biasa. Setelah penisnya tertanam sempurna dalam vagina Siska, Fredy menahan tubuh gadis itu agar tidak bergerak. Dia meresapi kenikmatan yang dirasakannya saat otot-otot vagina gadis itu meremasi batang penisnya. Sesaat kemudian baru dia membiarkan gadis itu menaik-turunkan tubuhnya memompa penisnya. Tangan Fredy membantu mengangkat dan menahan paha Siska. Makin lama gerakan naik-turun tubuh Siska makin cepat, gadis itu tidak menahan lagi desahannya.

CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK

Tubuh keduanya sudah banjir oleh keringat membuat suasana semakin panas. Cairan yang keluar dari penis Fredy maupun vagina Siska saling bersatu melumasi alat kelamin masing-masing yang juga menimbulkan rasa geli namun enak bagi keduanya. Dengan jahil Fredy sesekali meremasi payudara Siska ataupun menggerayangi tubuhnya. Mereka sama-sama menikmati persetubuhan kali ini.

“Aaarrrgghh... Sis, ah... Enak banget.”

“Aahhh... Iyaaahh, enaakkhh... Uuuwwwhhh... Udah mauuuhh keluaaarrhh...”

Siska segera menghentikan goyangannya. Sambil tetap membiarkan penis Fredy menancap dalam vaginanya, gadis itu segera membaringkan tubuhnya. Fredy kembali memegang kendali permainan, sambil bersimpuh ia mulai memompa tubuh Siska. Pria tersebut memang paling suka dengan gaya misionaris, karena dalam posisi seperti ini dia yang lebih mendominasi dan bisa mengatur permainan sekaligus memandang wajah terangsang pasangannya. Makin lama pompaan Freedy makin kencang sehingga tubuh Siska menegang. Tangan Fredy mengangkat tubuh Siska sehingga tubuh padat dan mulus gadis itu melayang, Fredypun makin bersemangat memompa tubuh Siska.

“Aaaaaaaakkkkhhh... Yeeaaahhhh... Ooohhh.....”

Siska kembali mengalami orgasme malam itu. Perlahan tubuh Siska kembali turun. Namun kali ini Fredy tidak memberikan waktu untuk Siska beristirahat, pria itu mengatur kaki Siska agar menggantung di bahunya. Perlahan ia kembali memulai genjotannya, makin lama makin cepat.

“Gue keluarin di dalem ya Sis?”

“Aaahh... Iyah, nggapapahh...”

Fredy terus memompa tubuh Siska, berkali-kali ia mengerang. Wajah Siska menunjukkan bahwa ia menikmati persetubuhan ini walaupun tubuhnya terasa lelah, gejolak di dalam tubuhnya kembali menggelora.

“Gue mauuh... dapet lagihhh.....”

“Tahan Sis, sebentar lagi gue juga nyampe... aarrrgggghhh.....”

Siska semakin menggelinjang keenakan menikmati persetubuhan itu. Fredy tak mau kehilangan momen ini, ia semakin mempercepat genjotannya hingga beberapa saat kemudian disaat yang hampir bersamaan kedua insan berbeda generasi itu menyemprotkan cairan cintanya masing-masing.

Fredy membiarkan penisnya tetap tinggal dalam vagina Siska sampai seluruh isinya terkuras. Setelah penisnya menyusut ia segera mencabutnya lalu menghadapkannya didepan wajah Siska. Gadis itu segera memasukan penis Fredy ke dalam mulutnya, dijilatinya sisa-sisa cairan yang menyelimuti penis tersebut hingga bersih.

Selanjutnya mereka berdua sama-sama masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Mereka saling memandikan dan menyabuni, sesekali saling raba ataupun berciuman namun tidak ada sex lanjutan malam itu. Setelah selesai mandi mereka kembali ke tempat tidur. Setelah membereskan tempat tidur sekedarnya mereka langsung rebahan tanpa mengunakan pakaian apapun, tubuh mereka hanya ditutupi selimut. Akhirnya mereka pun terlelap setelah berbasa-basi sebentar.


**********​

POV Siska

Malam itu seperti hari-hari sebelumnya aku sibuk mengerjakan tugasku sebagai kasir di sebuah klub malam yang cukup terkenal di kawasan hiburan malam di kota ini. Pakaian yang kukenakan masih terbilang cukup sopan tidak seperti gadis-gadis lain yang bertugas melayani tamu, aku mengenakan seragam berupa kemeja panjang berwarna putih dilapisi rompi hitam bermotif batik dibagian depan, pada bagian leher terpasang dasi kupu-kupu berwarna hitam sedangkan bagian bawahnya mengenakan rok span satu senti diatas lutut. Dandananku pun terlihat natural, wajahku hanya dilapisi bedak tipis ditambah lipgloss natural. Wangi parfum yang aku gunakan juga tidak menyegat namun terasa segar layaknya parfum yang dipakai gadis-gadis remaja.

Walau baru beberapa minggu aku bekerja ditempat ini, namun sudah banyak pengunjung yang tertarik padaku. Mereka berusaha mendekatiku bahkan ada yang berani mengajak kencan namun aku menanggapinya dengan ramah sehingga tidak sampai menyinggung perasaan mereka. Untungnya, pihak manajemen tempat ini menerapkan aturan bahwa pengunjung tidak diperbolehkan meminta karyawan selain para gadis yang sudah disediakan untuk menemani mereka.

Seorang pria yang baru pertama kali ini aku lihat berkunjung ke tempat ini tampak terus memperhatikan diriku. Beberapa kali aku memergoki tatapan pria tersebut, namun dia tidak mengalihkan perhatiannya. Walaupun pria tersebut tidak menggangguku, namun karena ia terus menerus memperhatikanku akhirnya aku merasa jengah. Aku bermaksud untuk menghindarinya namun pria tersebut seperti mengetahui maksudku, seketika itu juga dia langsung menghampiriku dan mengajak berkenalan.

“Malam, boleh saya tahu nama kamu?”

“Saya Siska, Pak.” Jawabku ketika tidak berhasil menghindari laki-laki itu.

“Siska, nama yang bagus. Boleh saya ngobrol sebentar sama kamu?”

“Maaf Pak, saya sedang bertugas.”

“Kalau begitu kita ngobrol di private room saja, kamu mau kan temenin saya?”

“Maaf Pak, saya nggak bisa. Kalau bapak mau ditemani akan saya beritahu atasan saya agar menyediakan gadis yang bisa menemani Bapak.”

“Tapi saya maunya kamu yang menemani saya.”

“Sekali lagi maaf Pak, saya nggak bisa. Tugas saya bukan untuk menemani tamu, di tempat ini sudah ada aturannya.”

“Harus sesuai aturan ya? Kalau setelah selesai tugas kamu mau nemenin saya?”

“Maaf Pak, tapi saya bukan perempuan yang seperti Bapak maksud. Tidak semua gadis yang bekerja ditempat seperti ini bisa diajak kencan.”

“Saya bukan bermaksud mengajak kamu kencan, saya hanya ingin ngobrol sama kamu.”

“Tolong jangan ganggu saya lagi Pak, masih banyak yang harus saya kerjakan.”

Tak lama kemudian managerku datang mendekat, aku merasa lega karena merasa bisa terhindar dari keinginan pria yang tidak kukenal tersebut.

“Selamat malam Boss, ada yang bisa dibantu?”

“Ah Pak Binsar. Selamat malam, boleh saya diberi waktu berbicara dengan Siska?”

“Hmm, kalau boleh tahu, ada keperluan apa ya Boss?”

“Saya mau nawarin dia bekerja di kantor, kalau dia mau.”

Aku terkejut mendegar perkataan pria itu, akupun heran dengan sikap managerku yang sepertinya sungkan terhadap pria tersebut. Walaupun memang sifat Pak Binsar yang berusaha selalu akrab dengan pelanggan, namun biasanya dia tegas terhadap peraturan yang berlaku di tempat ini. Pak Binsar juga terkenal sangat melindungi karyawannya, dia tidak segan bertindak kasar terhadap pengunjung yang berbuat diluar batas.

“Boleh saja kok Boss. Siska, kamu temenin Pak Fredy dulu ya. Tugasmu nanti bisa diganti sama Lusi.”

“Tapi Pak, saya kan...”

“Udah, Pak Fredy nggak akan macam-macam sama kamu. Tadi kamu denger sendiri kalau dia cuma mau nawarin pekerjaan sama kamu. Masa big boss sendiri ngajak ngobrol kamu mau tolak.”

“Eh, big boss? Maksud Bapak...”

“Lho kamu belum tahu? Beliau ini Pak Fredy Tandjung, pemilik tempat ini.”

Aku semakin terkejut mendengar penjelasan Pak Binsar. Sebagai karyawan baru aku hanya mengenal karyawan-karyawan yang bekerja ditempat ini, aku belum tahu siapa pemiliknya. Ternyata pemilikinya adalah pria yang sekarang sedang berdiri di hadapanku, yang beberapa saat yang lalu sempat kutolak keinginannya untuk bicara denganku.

“Ma... maaf Pak, saya nggak tahu kalu Bapak pemilik tempat ini, saya baru kerja kurang dari sebulan di tempat ini.”

“Udah ngobrolnya jangan disini. Kamu ganti seragam kamu dulu, nanti ikut saya.”

“Ba... baik Pak.”

Aku segera beranjak dari tempat itu menuju ruang loker karyawan. Selesai mengganti seragam kerja dengan pakaian santai yang kupakai saat berangkat kerja, aku segera kembali menghampiri Pak Fredy. Tanpa banyak bicara pria itu keluar dari tempat itu, aku pun segera mengikuti pria tersebut. Sebuah mobil sedan keluaran terbaru segera menghampiri kami. Pak Fredy segera masuk mobil tersebut diikuti diriku. Mobil itu segera meluncur setelah Pak Fredy memberitahukan tujuannya pada si supir, selama dalam perjalanan kami hanya diam saja. Aku merasa canggung, bingung harus bersikap seperti apa.

Mobil tersebut terus meluncur hingga 10 menit kemudian sampai di sebuah restoran yang cukup mewah. Pak Fredy segera turun dan melangkah masuk, akupun kembali mengikuti pria tersebut. Dengan berpakaian kaos longgar dan celana jeans belel serta sepatu kets, aku sebenarnya merasa risih masuk ke restoran tersebut karena menjadi pusat perhatian orang-orang ditempat itu. Kuikuti langkah Pak Fredy menuju ke bagian dalam restoran tersebut yang diperuntukkan bagi para pelanggan khusus. Seorang kepala pelayan beserta seorang asistennya segera mengikuti kami, kepala pelayan tersebut mengarahkan kami hingga masuk ke dalam sebuah ruangan yang terletak di ujung lantai tersebut. Sepertinya ruangan tersebut memang sengaja dirancang untuk sebuah private dinner.

Setelah mempersilahkanku duduk, Pak Fredy menyuruhku untuk memesan makanan. Aku sempat terkejut ketika membuka daftar menu, harga yang tertera pada menu makanan sangat mahal menurutku. Perasaanku sempat ragu ketika membayangkan harga makanan ditempat itu setara dengan seminggu upah uang makan di tempatku bekerja.

“Kamu betah kerja ditempat itu? Puas dengan gajinya?”

“Enak kok Pak. Kalau masalah gaji, saya belum sempat terima gaji tapi bila sesuai perjanjian buat saya sudah lebih dari cukup untuk membayar uang kost dan keperluan sehari-hari.”

“Kamu punya keinginan untuk bekerja di tempat lain?”

“Kalau keinginan pasti ada Pak. Tapi untuk saat ini, saya merasa nyaman bekerja disana.”

Pak Fredy tersenyum mendengar jawabanku. Dia pasti sangat paham dengan jawaban dari seseorang yang tidak mau sampai kehilangan pekerjaannya. Sebelum Pak Fredy sempat berbicara lebih banyak lagi, beberapa pelayan datang membawa makanan yang tadi kami pesan. Setelah semua makanan tersaji Pak Fredy mengajakku untuk menikmati hidangan yang tersedia lebih dahulu sebelum melanjutkan perbincangan.

Awalnya aku sungkan menyantap hidangan tersebut, aku belum pernah makan makanan seperti ini sebelumnya apalagi harganya sangat mahal. Pikiranku merasa sayang makan makanan yang harganya bisa untuk makan satu keluarga namun kini aku akan menikmatinya sendirian. Akan tetapi ketika kulihat Pak Fredy dengan santai mulai menikmati makanan yang dipesannya, lama kelamaan rasa sungkanku menghilang. Apalagi saat itu aku memang sedang merasa lapar.

Setelah acara makan malam ini selesai, Pak Fredy menyalakan rokoknya. Tak lama kemudian datang beberapa orang pelayan untuk membersihkan meja. Setelah para pelayan yang bertugas membersihkan meja selesai mengerjakan tugasnya, beberapa pelayan lainnya muncul membawakan beberapa makanan penutup. Aku pun takjub melihat hal tersebut, ini baru pertama kalinya aku makan malam seperti ini. Sebelumnya acara makan malam seperti ini hanya pernah kulihat di film-film.

Pak Fredy memberi kode kepada kepala pelayan, mengetahui maksud kode tersebut kepala pelayan tersebut menyuruh seluruh anak buahnya untuk meninggalkan ruangan tersebut. Saat mengetahui kini hanya tinggal aku dan Pak Fredy dalam ruangan tersebut, perasaanku mulai was-was.

“Saya mau kamu berhenti dari pekerjaan kamu yang sekarang.”

“Maksudnya saya dipecat, Pak? Ta... tapi Pak...”

“Saya mau kamu jadi sekretaris saya.”

“Se... Sekretaris?”

“Iya, kamu mau kan jadi sekretaris saya.”

“Tapi Pak, saya nggak punya pengalaman jadi sekretaris.”

“Saya yakin kamu bisa. Saya sudah lihat CV kamu. Terlalu sayang jika potensi yang kamu miliki cuma dipakai buat kerja seperti sekarang.”

“Sa... saya bicarakan dengan Pak Binsar dulu ya Pak.”

“Untuk apa? Nanti biar saya yang bicara sama dia..... Saya akan terus terang karena kita berdua bukan anak kecil. Sebenarnya saya sudah punya sekertaris yang handal untuk membantu saya mengerjakan pekerjaan kantor, jadi saya harap kamu sudah mengerti tugas seperti apa yang akan kamu lakukan.”

Aku tersentak mendengar penjelasan dari Pak Fredy, perasaan was-was ku seakan terjawab sudah. Pria yang saat ini sedang berada satu ruangan denganku memang memiliki maksud terselubung terhadap diriku. Pak Fredy mengambil sebuah buku kecil dari balik jasnya lalu menuliskan sesuatu di buku tersebut.

“Kamu bisa cairkan cek ini besok pagi, nilainya lima kali lipat dari gajimu sekarang. Kamu bisa berhenti bekerja di tempat saya lalu memakai uang itu sesukamu atau kamu mau menerima tawaran saya dan uang dari cek tersebut bisa kamu gunakan untuk mendandani diri kamu.”

Aku hanya bisa terdiam mendengar penawaran tersebut. Kuambil cek yang disodorkan oleh Pak Fredy. Aku mulai menimbang-nimbang penawaran tersebut.

“Saya tahu dengan kemampuan yang kamu miliki tanpa bekerja di tempat saya pun kamu bisa berhasil... tapi juga bisa gagal. Saya hanya menawarkan jalan pintas untuk kamu bisa meraih materi yang berlimpah.”

Aku seperti tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Pak Fredy. Aku menyadari betapa sulitnya mencari pekerjan di kota ini. Sebelum diterima di klub malam milik Pak Fredy aku sudah berusaha melamar pekerjaan di berbagai tempat. Namun karena tidak punya koneksi ataupun kenalan di kota ini, tak ada satupun perusahaan tersebut yang menerimaku. Bahkan banyak pimpinan perusahaan tersebut juga memberikan penawaran yang sama seperti yang Pak Fredy ajukan namun dengan nominal yang jauh lebih kecil. Dengan berat hati akhirnya kuterima tawaran dari Pak Fredy.

Setelah melanjutkan obrolan sambil menghabiskan makanan penutup, kamipun beranjak dari restoran tersebut. Pak Fredy menyuruh supirnya untuk mengantarku pulang. Dalam perjalanan kali ini Pak Fredy tidak diam seperti sebelumnya, tangannya sengaja ia letakkan di bagian paha celana jeans-ku lalu mengelus sambil sesekali meremas bagian tersebut. Entah apa yang terjadi jika saat ini aku mengenakan rok pendek. Aku hanya mendiamkan saja kelakuan pria itu. Ketika mobil yang kami kendarai tiba di depan gang menuju kostan-ku, Pak Fredy baru menghentikan aksinya. Pria itu lalu memberi tanda pada supirnya untuk mengambil sesuatu. Mengerti maksud dari Pak Fredy, si supir segera mengambil satu set kunci dari dalam laci depan mobil tersebut kemudian menyerahkannya pada Pak Fredy.

“Kamu bawa ini.” Ucap Pak Fredy seraya menyerahkan satu set kunci tersebut kepadaku.

“Apa ini Pak?”

“Kunci rumah kontrakan kamu. Besok kamu pindah dari tempat ini, nggak pantas sekretaris saya tinggal di tempat seperti ini. Malam ini kamu bisa packing barang-barang, besok supir saya akan jemput kamu. Semua kebutuhan sudah saya siapkan di kontrakan itu, jadi kamu bawa barang-barang pribadimu saja. Ini kartu nama saya, kalau uang dari cek yang tadi saya beri masih kurang kamu bisa hubungi saya.”

Aku hanya terdiam mendengar penuturan dari Pak Fredy. Aku belum mulai bekerja saja sudah diberi banyak hal oleh pria itu apalagi nanti setelah aku mulai bekerja untuknya, walaupun kesemuanya itu harus ditukar dengan menyerahkan tubuhku pada pria tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Pak Fredy, aku segera turun dari mobil lalu berjalan menuju ke kostan. Sepanjang gang itu beberapa orang melihat kearahku sambil berbisik-bisik. Aku sudah bisa menduga isi pergunjingan mereka, karena mereka melihatku saat aku turun dari mobil Pak Fredy. Tapi aku sudah tak peduli lagi, aku sudah membulatkan tekad atas keputusan yang sudah kuambil. Lagipula mulai besok aku akan pindah dari tempat ini untuk memulai kehidupannya yang baru.


**********

Sudah hampir setahun aku bekerja menjadi sekretaris pribadi Pak Fredy. Seperti ucapannya sebelumnya ia sudah memiliki sekertaris yang handal, namanya Dewi. Keseharian tugasku di kantor hanya untuk mensupport pekerjaan Dewi. Dia sangat baik kepadaku. Banyak sekali mengajari apa yang harus aku lakukan. Namun aku punya tugas lainnya yaitu melayani kebutuhan pribadi Pak Fredy, termasuk kebutuhan di atas ranjang. Awalnya hal itu kulakukan karena keterpaksaan. Namun seiring berjalannya waktu, mengingat semua yang telah diberikan Pak Fredy kepadaku, juga caranya memperlakukanku, akhirnya akupun rela menyerahkan tubuhku. Aku tidak bisa memungkiri perasaanku yang ikut menikmati ketika bercinta dengannya. Banyak hal yang pria itu ajarkan padaku untuk mendapatkan kepuasan dalam bercinta, sehingga mulai tumbuh perasaan sayang dalam diriku kepadanya.

Kini kehidupanku pun berubah. Penghasilan yang sangat besar dan pergaulan yang glamour, membuatku tampil berbeda dari sebelumnya. Meskipun batinku terus menolak, namun lama-kelamaan aku mulai menikmatinya. Terlebih lagi selama ini Pak Fredy tidak pernah sampai memberikan tubuhku untuk dinikmati orang lain termasuk kolega-koleganya dengan tujuan memperlancar bisnisnya, seperti yang mungkin dilakukan oleh orang lain yang memiliki keadaan seperti dirinya.

Dewi berterima kasih kepadaku karena sebelumnya dia selalu kewalahan menyelesaikan tugas kantor sekaligus melayani hasrat seksual Pak Fredy, karena itulah dia bersyukur sekali dengan kehadiranku sehingga tidak harus bekerja sendirian seperti sebelumnya. Bahkan tugasnya untuk melayani Pak Fredy sudah jauh berkurang, ia hanya sekali-sekali disuruh Pak Fredy untuk melayaninya.

Namun setelah sekian lama berada di kota ini, setelah bermacam-macam hal yang aku lalui, aku masih belum mendapatkan kebahagiaanku yang sesungguhnya. Perhatian dan kepuasan yang kuterima dari Pak Fredy belum cukup untuk membahagiakanku. Aku tidak perduli pendapat orang lain tentang hubungan kami, bahkan perbedaan usia diantara kami tidak menghalangi besarnya rasa sayangku padanya. Namun keinginanku agar memiliki kejelasan status sepertinya tidak bisa terwujud. Pak Fredy tidak memiliki keinginan untuk bercerai dengan istrinya yang dianggap sebagai pembawa keberuntungan baginya. Berharap menjadi istri muda Pak Fredy pun tidak mungkin, istrinya lebih memilih pria itu memiliki wanita simpanan daripada suaminya memiliki istri muda. Entah apa yang menjadi dasar pemikiran wanita tersebut.

Lambat laun perasaan sayangku pada Pak Fredy mulai terkikis berubah menjadi sebal. Walaupun aku menikmati ketika bercinta bersamanya, namun tidak membuat rasa kesalku pada dirinya berkurang. Namun tidak banyak yang bisa kuperbuat, aku tidak mungkin hidup jauh darinya. Selama ini dirinyalah yang memenuhi kebutuhanku, baik jasmani maupun biologis. Nalarku seolah tertutup untuk menatap masa depan tanpa pertolongan darinya.

Hingga pada suatu hari aku bertemu dengan seorang pemuda yang menyelamatkanku dari sekelompok berandal. Entah kenapa aku merasa tertarik pada pemuda yang umurnya masih dibawahku tersebut. Walaupun saat awal perjumpaan kami dirinya terlihat mesum, namun aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari pemuda itu. Selang beberapa hari kemudian aku secara tidak sengaja kembali bertemu dengannya di sebuah mini market. Karena belum sempat membalas jasanya, aku mengajaknya makan siang untuk sekedar berterima kasih. Dari pertemuan itulah perasaanku terhadapnya semakin kuat, dari caranya berbicara dan memandangku, aku tahu sebenarnya dia seorang pemuda yang baik. Pergaulan serta lingkungannya yang membuatnya harus hidup di jalanan.

Tanpa kusangka aku kembali bertemu dengannya untuk yang ketiga kalinya, hal itu terjadi kemarin malam. Aku yang sedang kesal terhadap Fredy sengaja mencari hiburan ke sebuah diskotik yang tidak terlalu ramai. Ternyata pemuda itupun hadir di tempat itu. Aku memintanya untuk mengantarkanku pulang, pemuda itu menyanggupi. Kami hampir saja bercinta saat berada dalam kamarku, namun apa yang terjadi selanjutnya membuatku bertambah penasaran pada pemuda itu. Aku kembali merasakan perasaan yang sempat hilang dalam diriku. Rasa sayang terhadap lawan jenis, bahkan perasaan tersebut jauh lebih kuat dibanding ketika aku merasakan hal yang sama terhadap Fredy.

Keesokan paginya aku bangun kesiangan, betapa kecewanya diriku mendapati pemuda itu sudah tidak ada lagi di rumahku. Sejak saat itu aku berharap untuk dapat berjumpa lagi dengannya, entah bagaimanapun caranya.


**********​

POV Fredy

Kutatap punggung gadis yang sudah sekitar setahun ini menjadi wanita simpananku. Harus kuakui gadis ini benar-benar mengalihkan duniaku. Sejak pertama kalinya aku melihat dia di stasiun kereta antar kota, entah kenapa aku merasa harus memilikinya. Aku yang saat itu seharusnya menjemput istriku lupa akan tujuanku. Kubuntuti kemana gadis itu pergi, ternyata ia pergi mencari kost di salah satu daerah kumuh di kota ini.

Sungguh kontras melihat seorang gadis secantik dirinya tinggal di daerah kumuh yang dihuni oleh pekerja kasar, pelaku kriminal serta orang-orang terbuang di kota ini. Hari itu juga aku mengerahkan anak buahku untuk mencari informasi tentang dirinya sekaligus memastikan keselamatan gadis itu. Setelah mendapat informasi yang lengkap mengenai dirinya, aku segera mengatur siasat untuk menjebak dirinya.

Siska Armiati, itulah nama gadis itu. Ia datang untuk mengadu nasib di kota dimana tidak ada seorangpun yang ia kenali. Sungguh seorang gadis yang pemberani. Dengan latar belakang serta skill yang dimilikinya aku yakin hanya masalah waktu saja untuk dirinya meraih kesuksesan. Namun sayang dirinya sudah terpantau diriku, maka tertutup sudah harapannya untuk meraih kesuksesan dengan mudah.

Aku menghubungi semua kolega dan kenalanku agar menolak lamaran kerjanya, bahkan bertindak seolah-olah seluruh pimpinan perusahaan tersebut memiliki niat tidak baik terhadapnya. Siska yang datang ke kota ini dengan tekad kuat dan keyakinan yang besar perlahan mulai tergerus keyakinannya. Lebih dari setahun lamanya ia hanya pergi kesana kemari mencari pekerjaan tanpa membuahkan hasil. Keuangannyapun semakin menipis, bahkan hanya untuk sekedar bertahan hidup sedikit lebih lama lagi di kota ini dirinya harus menjual barang-barang pribadi miliknya.

Disaat kondisi gadis itu semakin terpuruk, aku segera menjalankan rencana keduaku. Aku seolah-olah membuka lowongan pekerjaan di salah satu klub malam yang kumiliki, namun tidak ada satupun pelamar yang datang mendapat posisi yang katanya lowong karena memang posisi itu hanya kusiapkan untuk Siska. Kusuruh salah satu anak buahku yang wanita untuk mendekatinya lalu memberikan informasi mengenai lowongan tersebut. Siasatku berhasil, akhirnya Siska bekerja sebagai kasir di klub malam milikku.

Setelah dia bekerja sekitar 20 hari ditempatku, aku segera mendatanginya. Kuajukan sebuah penawaran yang sangat sulit untuk ditolaknya, tentu saja ditambah dengan sedikit ancaman dan intimidasi. Dengan sangat terpaksa Siska menerima tawaranku, bisa kulihat dari wajah gadis itu. Semenjak saat itu Siska sepenuhnya berada dalam genggamanku.

Tidak seperti wanita simpananku yang lain, aku memperlakukan Siska secara eksklusif. Tidak ada orang lain yang bisa menyentuhnya. Perlahan dari rasa ingin menguasai timbul rasa sayang dalam diriku terhadapnya. Aku semakin jarang berhubungan dengan wanita lain selain dirinya, bahkan dibandingkan dengan istriku sendiri aku lebih sering bermalam bersamanya.

Namun beberapa hari belakangan ini Siska sedang sangat kesal terhadapku. Siska yang pada akhirnya juga memiliki rasa sayang terhadapku ingin dirinya diakui secara resmi, bahkan ia tak keberatan dijadikan istri kedua. Namun keinginannya tidak dapat kupenuhi, istriku tidak menyetujui diriku memiliki istri muda. Ia merelakan aku memiliki wanita simpanan tapi tidak untuk seorang istri muda. Sepertinya istriku takut hak warisku jatuh ketangan istri mudaku, karena hingga kini kami belum memiliki keturunan.

Kusentuh punggung Siska yang mulus dengan penuh perasaan, aku tahu meskipun semalam kami kembali bercinta dengan penuh gairah namun kekesalan dalam hatinya masih besar terhadapku. Itu sebabnya dari semalam aku hanya dipunggungi olehnya, padahal kami tidak mengenakan penutup tubuh selembarpun dibalik selimut yang kami kenakan. Gerakan jemariku yang secara jahil menggodanya tidak dihiraukannya. Mungkin ia merasa cukup gairahnya sudah tersalurkan dalam pergumulan kami sebelumnya dan tak ingin melanjutkan lagi karena sedang kesal.

“Elu tahu kalo gue nggak mungkin nyerein Tamara, semenjak gue nikah sama dia peruntungan gue membaik. Beri gue waktu untuk bisa meyakinkan Tamara kalo elu bukan ancaman buat dia.”

Siska hanya diam saja mendengar ucapanku, padahal kutahu gadis itu sudah bangun.

“Elu mau gue hadiahin sesuatu, atau gue ajak jalan-jalan ke luar negri?”

“Abang tahu apa yang gue mau, kalo abang nggak sanggup jangan berusaha ngalihin dengan hal lainnya. Bikin gue makin kesel sama abang.”

“Bersabarlah sebentar lagi...”

“Sabar? Mungkin sebentar lagi abang nemu cewek lain yang bisa gantiin gue tapi nggak banyak nuntut kaya gue.”

“Itu nggak akan terjadi, gue sayang banget sama elu.”

Siska bangun dari tempat tidurnya, sepertinya ia akan pergi ke kamar mandi. Sambil berjalan menuju kamar mandi, tanpa menoleh sedikitpun padaku gadis itu mengeluarkan kata-kata ultimatumnya.

“Gimana kalo kita cari kesenangan masing-masing selama abang nggak bisa menuhin tuntutan gue. Abang bebas boleh ngentot sama perempuan mana aja, tapi abang juga nggak boleh ngelarang gue berhubungan dengan laki-laki lain.”


BERSAMBUNG
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd